Laporan praktikum diaklin Dan Laporan Praktikum Lapo

A. JUDUL PRAKTIKUM
Sinyalemen, anamnesis, pemeriksaan umum dan suhu tubuh pada anjing.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada anjing
2. Untuk pemeriksaan riwayat pasien (anamnesis/ history)
C. TINJAUAN PUSTAKA
Diagnostik klinik merupakan tonggak yang paling penting bagi suatu proses
pembelajaran dalam pendidikan ilmu – ilmu Kedokteran klinik disiplin
kedokteran hewan. Dari diagnostik klinnik inilah langkah – langkah mengenai
hewan sakit di mulai. Diagnostik klinik merangkum seluruh proses pembelajaran
dari sinyalmen sampai dengan pengertian tentang terapi (Setyo widodo, 2011).
Dunia diagnostik kedokteran hewan terbagi dalam 2 (dua) kegiatan besar
yaitu, diagnostik klinik dan diagnostik post – mortem. Diagnostika klinik
merupakan rangkaian pemeriksaan medik terhadap fisik hewan hidup untuk
mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan
mengguanakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan
peneguhan diagnosis. Diagnostika sejatinya adalah suatu cabang ilmu tentang
mengenali dan memahami penyakit atau membuat diagnosis (Setyo widodo,
2011).
Adapun tahapan – tahapan dalam melakukan diagnosa adalah sebagai
berikut :

a. Sinyalemen
Sinyalemen (Inggris : Signalment) atau jati diri atau identitas diri atau
ciri – ciri dari seekor hewan merupakan ciri pembeda yang membedakannya
dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan satu sama lain
(twin). Sinyalmen sangat penting untuk di kenali dan di catat pada awal
pemeriksaan fisik. Sinyalemen selalu dimuat di dalam surat laksana jalan atau
surat jalan Bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain
(pindah provinsi atau antar pulau atau bahkan keluar negeri) dan menerangkan
sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang tertuang di dalam

dokumen berasal dari tempat yang sudah tertulis pada surat jalan hewan.
Fungsi lain dari sinyelemen hewan adalah pencantuman status kesehatan
hewan disurat keterangan sehat atau surat status vaksinasi yang telah
dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri hewan yang dimaksud didalam surat
tersebut. Fungsi ketiga adalah identitas diri didalam rekam medik
kerumahsakitan bahwa hewan dengan ciri-ciri yang jelas pernah dirawat
dirumah sakit atau pernah dibawa berkonsultasi ke klinik, sehingga
memudahkan petugas administrasi medik membuka kembali dokumen rekam
medik untuk tujuan mempelajari sejarah penyakit hewan sebelumnya. (Setyo
Widodo, 2011).

Sinyalemen pada anjing terdiri atas :
1.

Nama hewan

5.

Umur

2.

Jenis hewan

6.

Warna kulit dan rambut

3.

Bangsa atau ras


7.

Berat badan

4.

Jenis kelamin

8.

Ciri-ciri khusus

b. Anamnesis (riwayat penyakit)
Anamnesis atau history atau sejarah adalahberita atau keterangan atau
lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika
dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa
keterangan sejarah perjalanan penyalit hewannya jika pemilik mengetahui
dengan pasti penyakit yang diidap oleh hewannya. Suatu anamnesa dapat pula
diperoleh secara aktif, dilakukan oleh dokter hewan jika dirasa informasi atau

cerita yang diberikan oleh pemilik hewan belummewakili atau belum terfokus
untuk suatu bentuk anamnesa kejadian penyakit (Setyo Widodo, 2011).
Jika semuanya berjalan lancer dan pemilik hewan sangat kooperatif,
baikanamnesis

pasif

maupun

aktif

telah

cukup

bagi

dokter

untuk


melakukanpemeriksaan terarah tanpa harus melakukan tahapan pemeriksaan
secaraseksama dan mendalam. Dan untuk yang demikian diagnosis yang
dibuatmenjadi sangat cepat dan pengobatan segera dilakukan. Tentang
pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan dalam mendapatkan anamnesis

aktif dapatdipelajari dari pengalaman dan membaca buku-buku psikologi
komunikasi.Kepiawaian

untuk

mendapatkan

sejarah

penyakit

yang

memuaskan, bergantungkepada pengetahuan dokter hewan tentang penyakit

hewan dan pengalamanberpraktek. Namun demikian pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini biasanyasering diajukan (Setyo Widodo, 2011) :
1. Sudah berapa lama sakitnya?
2. Bagaimana gejalanya pada mulanya?
3. Bagaimana dengan nafsu makannya?
4. Apakah hewan-hewan lain yang dekat dengannya juga menunjukkangejala
yang sama?
5. Apakah penyebab dari penyakitnya betul – betul diketahui ataukah
barukecurigaan saja?
6. Apakah sudah pernah diobati sebelumnya, oleh siapa dan obat apa
sajayang sudah diberikan?
Kegagalan
pemilikhewan

dalam
dalam

mendapatkan

anamnesis


aktif

informasi
sering

sesungguhnya

kali

disebabkan

dari
oleh

kekakuankomunikasi antara dokter dengan kliennya. Membangun kepercayaan
dalamwaktu singkat bahwa pemilik berada di tempat yang benar dan datang
kedokter

hewan


tepat

dan

sebaliknya

dokter

berusaha

meyakinkan

bahwapenyakit hewannya akan dapat di bantu di tangani sangatlah tidak
mudah.Komunikasi duaarah pada tingkat atau derajat yang sama akan
membangun ketidaksenagan, tetapi harus dapat melihat bibir atas yang agak
dikejangkandan diangkat yang tampak sebel anjing itu menggeram atau rambut
dipunggung hewan itu agak berdiri. Jika tampak tanda ketidaksenagan ini,
diaharus menghentikan apa yang dikerjakan atau segera mengekang secara
efektif.Seekor anjing tidak membuat ribut seribut kucing, tetapi jika

mengggit,gigitannya sangat keras (Soegiri, 2007).
c. Restrain pada Anjing
Dari semua hewan peliharaan, anjing memerlihatkan varisi terbesar
dalam tempramen dan personalitas. Beberapa diantaranya tenang dan ramah

serta sebagai pasien dapat di perrcaya sepenuhya. Yang lainnya jahat dan harus
menjaga jarak dengan jerat atau tongkat. Anjing yang sudah tua, sebagaimana
manusia usia lanjut, sesuai dengan umurnya mempunyai keaggunan dan harus
diperlakukan dengan hormat. Harus hati – hati agar tidak mencedrainya.
Beberapa anjing dapat menjadi takut sehingga menurut untuk diperiksa hanya
dengan menempatkannya di atas meja (Soegiri, 2007).
Kita terutama harus menjaga agar jangan mengejutkan seekor anjing.
Kita harus yakin bahwa anjing tidak hanya melihat kita mendekatinya, tetepi
juga mendengar kita. Pada anjing tua yang penglihatannya mungkin kurang
baik, hal ini sangat penting. Hampir merupakan suatu keharusan, bahwa kita
harus berbicara dengan menenangkannya. Sebaiknya biarkan anjing melakukan
pemeriksaan pendahuluan sendiri dengan mencium – cium sepuasnya yang
ditempatkan di depan moncongnya.
Kita tidak boleh mengadakan gerakan tiba – tiba pada waktu menyentuh
anjing itu kita harus menggerakkan tangan secara perlahan serta hati – hati di

sepanjang tubuh hewan tersebut (Soegiri, 2007). Pada umumnya anjing –
anjing Jenis Herder, Doberman, dan Chow – Chow akan segera memberitahu
kita apakah mereka mau atau tidak untuk diperiksa. Jenis Terrie dan Cokcer
spaniel sering kali nampak ramah dan tenang, tetapi dapat menggigit tanpa
peringatan lebih dahulu, jika penanganannya tidak berkenaan. Jenis Beagle dan
Hound agak tenang dan mudah di tangani. Juga jenis Setter biasanya dapat
dipercaya, tetapi dapat sangat keras kepala (Soegiri, 2007).
Seorang yang menagani anjing harus selalu mengamati tanda – tanda
keadaan

jiwa

hewan

tersebut.

Dia

tidak


boleh

menunggu

geram

ketidaksenagan, tetapi harus dapat melihat bibir atas yang agak dikejangkan
dan diangkat yang tampak sebel anjing itu menggeram atau rambut di
punggung hewan itu agak berdiri. Jika tampak tanda ketidaksenagan ini, dia
harus menghentikan apa yang dikerjakan atau segera mengekang secara efektif.
Seekor anjing tidak membuat ribut seribut kucing, tetapi jika mengggit,
gigitannya sangat keras (Soegiri, 2007).

Salah satu strain tali pada hewan yaitu simpul Blood Knot

Simpul jantung/cinta

d. Tata Cara Pemeriksaan
Tata cara dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk
menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi.
Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indera
pemeriksa, yakni penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman. Untuk
lebih jelasnya tata cara tersebut diuraikan dibawah ini (Setyo Widodo, 2011):
1. Inspeksi
Inspeksi atau peninjauan atau pemantauan dapat dilakukan dengan
cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang
secukupnya sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang
di inspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala,
leher, badan samping kiri dan kanan, belakang dan kaki – kaki/ekstremitas,
aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut, anus, vulva/vagina
atau preputium. Ketegasan (konformitas) dan kompaksitas dari petulangan
juga dapat di temukan dengan cara inspeksi ini. Kesan yang dapat
diperoleh pada waktu inspeksi dicata, misalkan punggung kiposis atau
lordosis, telinga kiri jatuh, kaki depan adductio, dan lain – lain (Setyo
Widodo, 2011).
2. Palpasi Atau Perabaan

Pemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara
palpasi atau perabaan dengan tangan. Di setiap bagian – bagian ragawi
baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga dada, atau thoraks, bagian
perut atau abdomen, bagian panggul atau pelvis dan alat – alat gerak atau
ekstremitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi
bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteria subkutanea,
kelenjar getah bening atau limfonodus, trachea, pertulangan dada (ossa
costae), lekuk liku pertulangan kaki-kaki dan konformitas tulang dahi
dengan mudah dipalpasi. Palpasi demikian disebut perabaan permukaan
atau palpasi superfisialis. Namun demikian sebagian organ hanya dapat
dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya. Palpasi
demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal. Contoh palpasi
profundal yaitu untuk mendapatkan ada tidaknya batuk dilakukan
penekanan menggunakan telapak tangan di daerah trachea sepertiga atas
region cervikalis atau penekanan tulang-tulang costae kiri dan kanan
secara bersamaan (Setyo Widodo, 2011).
3. Perkusi Atau Mengetuk
Prinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk
mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi
ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat
pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa (Setyo
Widodo, 2011).
Membran yang bertujuan untuk memfokuskan atau mengumpulkan
gelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang dicurigai,
diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecahkan atau mengurai suara
sampai diterima telinga pemeriksa melalui ujung slang satunya. Suarayang
dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal darigerak
paru – paru pada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katup–katup
jantung, suara peristaltik lambung, dan suara peristaltik usus–usus (Setyo
Widodo, 2011).

4. Auskultasi Atau Mendengar
Melakukan suatu auskultasi adalah mendengarkan suara – suara
yangada yang ditimbulkan oleh kerja dari organ – organ baik pada saat
sehatfungsional maupun pada kasus-kasus tertentu. Prinsip penggunaan
alatauskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh
aktifitasorgan ragawi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterangan
kejadian pada organ – organ yang mengeluarkan suara tersebut.
Auskultasidapat dilakukan dengan cara langsung yaitu telinga diletakkan
diatasdaerah atau organ yang diduga mengeluarkan suara dimaksud, atau
dengancara tidak langsung dengan menggunakan stetoskop.
Secara prinsip padapemeriksaan tidak langsung ujung objek pada alat
stetoskop dilapisimembran yang bertujuan untuk memfokuskan atau
mengumpulkangelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang
dicurigai,diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecahkan atau
mengurai suarasampai diterima telinga pemeriksa melalui ujung slang
satunya. Suarayang dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat
berasal darigerak paru – parupada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara
katup –katup jantung, suara peristaltik lambung, dan suara peristaltik usus
– usus(Setyo Widodo, 2011)
5. Pemeriksaan laboratorium klinik
Pemeriksaan laboratorium klinik dilakukan dengan maksud membantu
dan melengkapi data pemeriksaan fisik pada hewan pasien agar dapat
diperoleh

keputusan

diagnostik

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.Pemeriksaan laboratorium klinik tidak dapat
menggantikan atau menepishasil pemeriksaan fisik hewan karena sifatnya
menunjang.

Menjadi

suatukesalahan

langkah

jika

pemeriksaan

laboratorium didahulukan untukmaksud meneguhkan diagnosis, sedangkan
diagnosisnya itu sendiri belumdibuat. Oleh karena itu, keunggulan
diagnostik masih tetap padakemampuan melakukan pemeriksaan fisik
hewan.

Pemeriksaanlaboratorium klinik dapat dilakukan atas sampel asal
hewan/pasien untuktujuan pemeriksaan-pemeriksaan seperti histologypatologis, bakteriologis,parasitologis, serologis-immunologis, mikologis,
dan hematologis. Sampelatau contoh yang dapat dikirim ke laboratorium
klinik berasal darijaringan, darah, serum, sekreta, ekskreta, sampel pungsi
pembuktian,sampel biopsi, pungsi liquor cerebri, potongan organ, feses,
dan urin sertarambut (Setyo Widodo, 2011).
6. Pemeriksaan Dengan Alat Diagnostik Lain
Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat
endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi ), Ultrasonografi, XRay, Elektrocardiografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau
Computed Tomography Scanning (CT Scan). Untuk mendapatkan kualitas
organ-organ yang lebih lembut digunakan pelacak pembuluh dalam organ
atau system ragawi seperti misalnya : angiografi, bronkhosgrafi, urografi,
dan sebagainya (Setyo Widodo, 2011).
D. MATERI DAN METODE
1. Materi
Alat

:

a. Stetoskop

d. Termometer

b. Spatel

e. Otoskop

c. Penlight

f. Stopwatch

Bahan

:

a. Anjing
2. Metode :
a. Menyiapkan peralatan diagnosa seperti hammer, stetoskop, pen light,
spatel, otoscope, vagioscope, thermometer.
b. Melakukan anamnesa atau memberikan pertanyaan kepada pemilik anjing.
c. Catatlah sinyalemen dari kucing tersebut (Nama, Ras, Sex, Jenis kelamin,
dan ciri – ciri khusus)

d. Kemudian lakukan restrain pada anjing yang akan dilakukan pemeriksaan
yang bertujuan untuk mempermudah jalannya pemeriksaan.
e. Lakukan pemeriksaan klinis seperti inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
serta menghitung atau mengukur anjing tersebut yang dimulai dari depan
ke belakang.
f. Melakukan pemeriksaan fisis berupa menghitung pulsus, dengan cara
meletakkan jari pada daerah arteri femoralis. Kemudian hitung denyutnya
g. setelah itu hitung suhu tubuhnya dengan cara memasukkan thermometer
pada lubang anus lihat jumlah suhunya kemudian kurangkan dengan 0.5
h. Menghitung jumlah respirasi berapa jumlah tarikan nafas (inspirasi)
i. Menghitung denyut jantung dengan cara menggunakan stetoskop dengan
menghitung jumlah denyut per menit
j. Selanjutnya melakukan inspeksi yaitu dengan melihat gerak gerik dari
anjing tersebut
k. Lalu melakukan palpasi, dengancara meraba daerah- daerah superficial
dan profundal
l. Melakukan perkusi pada rongga perut dan dada
m. Selanjutnya melakukan aukultasi mendengarkan denyut jantung apakah
denyutnya normal atau tidak..
n. Lalu melakukan pembauan terhadap rongga hidung, mulut
o. Kemudian catatlah jika terjadi kelainan-kelainan pada anjing tersebut.
E. HASIL
a. Konsultasi Pemeriksaan Umum
Tanda-Tanda Menciri
Pemilik (1)

: I Wayan Dika Wahyu Hendrawan

Alamat (2)

: Jl. Tukad buaji, gang teratai jingga, panjer

Spesies (3)

: Anjing sherpd mix

Ras (4)

: German

Jenis Kelamin (5)

: Jantan

Umur (6)

: 4 bulan

Tinggi (7)

: 30 cm

Pola warna (8)

: Coklat

Tipe Rambut (9)

: Panjang,halus dan lembut

Bentuk Telinga (10)

: Berdiri

Tato (11)

: Tidak

Ekor (12)

: Alami

Warna Kuku (13)

: Hitam

Cacat Permanen (14)

: Tidak

Sket/Foto

:

Keadaan tubuh (skor) 16

: Normal, gemuk

Sikap hewan (17)

: Siaga

Postur (17)

: Kepala/leher diangkat tinggi tinggi

Cara berjalan (18)

: Normal

Palpasi tungkai/kaki (19)

: Rasa Hangat

Abdomen (20)

: Setangkup

Genitalia jantan (21)
Ada leleran pada kulup : tidak
Palpasi (os ) penis: normal
Palpasi skrotum : normal
Amati mukosa glans penis : normal
Saraf (22)
 Baringkan hewan,bisa bangkit : bisa
 Reflex tendo : normal (refleks)
 Bisa mendengar : bisa
 Tonus antar kaki : tidak melawan (normal)
 Refleks sensoris : normal (refleks)
 Bisa melihat : bisa
Rongga mulut (23)
 Ada halitosis (napas yang bau)? Tidak
Gusi dan lidah :
 warna mukosa merah muda
 Ada radang : tidak
 Gigi susu/tetap : iya
 Saliva : normal
Dada (jantung) (24)
Teramati degup jantung normal

Auskultasi apeks jantung normal

Degup jantung/menit 70/ menit

Irama jantung normal

Kualitas suara jantung normal

Terdengar suara abnormal tidak

Perbandingan denyut a.femoralis dengan degub jantung : 70 : 91

Perilaku tidak normal (25)

: Tidak ada

Suhu tubuh (26)

: 38,7 C

Bobot badan

: 4 kg

Suhu kulit dan tungkai

: Hangat

Pulsus (27)
 Arteri Femoralis

: 91 denyut/menit

 Irama

: Teratur

 Kualitas/amplitude : Jelas/normal
Respirasi (28)
Suara nafas apakah terdengar? Tidak terdengar
Laju napas(29)

: Eupnoea

Tipe (30)

: Kosta

Irama (31)

: Teratur

Hidung dan lubang hidung (32)

: Setangkup

Mata (33)
 Apakah bola mata dan kelopak mata setangkup? Ya setangkup
 Konjugtiva dan sclera: vasa injeksio
 Kornea

: bening

 Air mata

: cukup

 Refleks pupil

: ada

Telinga (34)

: Tidak ada leleran dan parasit

b. Konsultasi Pemeriksaan Riwayat Pasien(Anamnesis/History)
Riwayat Sekarang (Berikut ini disajikan contoh-contoh pertanyaan , mohon
dikembangkan sehingga membuat pemilik bersedia berbicara tentang
hewannya)
1. Apakah hewan Ibu/Bapak masih mau makan ? Masih
2. Apakah hewan Ibu/Bapak masih mau minum ? Masih
3. Apakah Ibu/Bapak melihat hewan ini berak ? Iya melihat
4. Apakah tinjanya encer/seperti air/keras ? Normal
5. Bagaimana warna tinja yang teramati ? Coklat Kekuningan

6. Apakah Ibu/Bapak melihat hewan ini kencing ? Melihat
7. Apakah anjing Ibu/Bapak masih bisa berlari-lari atau masih mau diajak
berjalan-jalan ? Iya Masih
8. Apakah anjing Ibu/Bapak seing ngos-ngosan atau napasnya tersengalsengal (jika anjing tersebut tampak seperti itu) ? Iya ngos-ngosan
Berikut ini informasi yang berkaitan dengan pembedahan,terapi,atau
langkah-langkah pencegahan
9. Kapan ekornya dipotong ? Tidak Pernah
10. Kapan hewan ini dikebiri atau disteril ? Belum pernah dikebiri
11. Kapan rambut hewan ini dicuci/dicukur ? Seminggu yang lalu
12. Kapan anjing manis ini divaksin ? 7 Bulan yang lalu
13. Jenis vaksin apa yang diberikan ? Vaksin lengkap
14. Kapan diberikan obat cacing ? Sudah Lama
15. Berapa jumlah hewan yang dipelihara bersama hewan ini ? Tidak ada
16. Berapa yang sakit ? Tidak ada

F. PEMBAHASAN
Dari hasil sinyalemen didapatkan data bahwa anjing tersebut adalah anjing
sherpd mix jantan yang berumur sekitar 4 bulan. Dari hasil data pada saat
pemeriksaan fisik diperoleh pulsus (denyut Nadi) anjing 91kali/menit. Bagian
yang mudah digunakan dalam menghitung pulsus adalah kaki belakang kiri
dengan dua tangan yaitu disekitar arteri femoralis (region os. Femur). Frekuensi
pulsus normal pada anjing kacil/mini adalah 90 – 120 kali/menit, jadi hasil
pemeriksaan pulsus anjing dinyatakan normal.
Adapun pengukuran suhu tubuh anjing dilakukan dengan cara memasukkan
termometer kedalam anus anjing selama beberapa saat. Hasil pemeriksaan
suhu38.7C. Adapun temperatur normal pada anjing kecil/mini adalah 38,5˚C –
39,5˚C.

Saat perkusi, rongga dada dan rongga perut diketuk. Di rongga dada
terdengar bunyi nyaring hal ini disebabkan karena rongga dada berisi gas atau
udara yang apabila diketuk dinding rongganya akan terdengar suara nyaring ini
berarti bahwa rongga dada dalam keadaan normal. Tidak terdapatnya cairan atau
benda padat yang mengisi. Lain halnya denganrongga perut, dirongga perut
terdengar suara peka’ karena yang mengisimerupakan cairan apabila terdengar
suara nyarig berarti terdapat kelainan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya
udara yang mengisi rongga perut atau benda asing.
Pada saat Aukultasi(menghitung denyut jantung) didapatkan hasil 70/menit
dengan irama teratur. Sedangkan untuk perbandingan denyut arteri femoralis dam
degup jantung adalah 91:70
G. KESIMPULAN
Tahapan dalam mendiagnosa hewan yaitu sinyalmen, anamnesis dan
melakukan pemeriksaan fisik.
Anjing yang telah diperiksa pada saat praktikum diagnosa klinik ini tidak
ada gejala – gejala klinis yang abnormal yang mengarah ke suatu penyakit
tertentu.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya kita melakukan restrain
pada anjing yang akan diperiksa, agar mempermudah jalannya pemeriksaan pada
anjing tersebut.