Karya Ilmiah Mawapres POLINELA 2016 (1)

PROPOSAL KARYA ILMIAH

GEN INFASE (Solusi Gas Metana (CH4) “Integrated Farming Sistem”)
UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT BERBASIS “Zero Waste”

Disusun Oleh:

Nama
Nur Suwito

NPM
14741048

Angkatan
2014

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN

1. Judul Kegiatan

2. Kegiatan
3. Pengusul Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NPM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat E-mail
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
Alamat Rumah dan No Tel/HP

: Gen Infase(Solusi Gas Metana
“Integrated Farming Sistem”
Untuk Kesejahteraan Umat
Berbasis “Zero Waste”
: Seleksi Mahasiswa Berprestasi

: Nur Suwito
: 14741048
: Peternakan
: Politeknik Negeri Lampung
: Jl.Soekarno Hatta No. 10
Rajabassa Bandar Lampung
HP. 0858_4117_0667
: nurswito95@gmail.com
:Agung Adi Candra, S.K.h, M.Si.
: 002118102
: Jln Bayangkara Gg cenderawasih
Lk I RT 08 Rajabasa Raya,
Rajabasa, Bandar Lampung.
Bandar Lampung, 02 Maret 2016

Mengetahui,
Dosen Pendamping

Penulis


Agung Adi Candra, S.K.h., M.Si.
NIDN. 198110212003121002

Nur Suwito
NIM 14741048

Menyetujui
Ketua Program Study

Riko Noviadi, S.Pt,. M.P
NIDN. 19711110199903004

ii

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Abstark ................................................................................................................iv
Bab 1. Pendahuluan ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Luaran yang diharapkan..................................................................................3
Bab II. Tinjauan Pustaka....................................................................................4
2.1 Kondisi Lingkungan........................................................................................4
2.2 Masyarakat......................................................................................................4
2.3 Populasi Ternak...............................................................................................5
2.4 Permasalahan...................................................................................................5
BAB III Metoda Pelaksanaan.............................................................................6
3.1 Alternatif Solusi...............................................................................................6
3.2 Rencana Kegiatan Pemacahan Permasalahan.................................................6
3.3. Partisipasi Mitra/Lingkungan.........................................................................6
3.4 Pelaksanaan.....................................................................................................7
BAB IV Hasil dan Pembahasan.........................................................................8
4.1 Hasil Alternatif Solusi.....................................................................................8
4.2 Integrated Farming Sistem..............................................................................8
BAB V Kesimpulan dan Saran...........................................................................10
5.1 Kesimpulan......................................................................................................10
5.2 Saran................................................................................................................10
Daftar Pustaka.....................................................................................................
Lampiran-Lampiran...........................................................................................

iii

GEN INFASE (Solusi Gas Metana (CH4) “Integrated Farming Sistem”)
UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT BERBASIS “Zero Waste”
Nur Suwito, 14741048, Produksi Ternak
Jurusan Peternakan, Progam Study Produksi Ternak, Politeknik Negri Lampung.
Jln. Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa Bandar Lampung.
e-mail : nurswito95@gmail.com
Abstrak
Biogas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti limbah
domestik dan alam dari beternak hewan . Untuk pemanfaatan feses yang belum
termanfaatkan secara maksimal menimbulkan pencemaran lingkungan terhadap
bau tidak sedap, sebab amoniak tinggi pada limbah cair dan padat pada sapi yaitu
“feses”. Feses ini diambil gasnya dengan metoda fermentasi biogas dimanfaatkan
untuk memasak. Biogas tersebut ternyata menghasilkan limbah buangan lanjutan
yang dikenal dengan “Sludge”. Sludge di olah menjadi pupuk cair dan pupuk
padat. Pupuk tersebut diaplikasikan terhadap tanaman jagung dan rumput
pemeliharaan khusus pakan ternak, ternyata hasilnya sangat baik. Khususnya
jagung yang di tanam dengan keluasan lahan mampu memenuhi kebutuhan ternak,
buah jagung di kosumsi sedangkan batangnya dapat digunakan untuk pakan

ternak yang melimbah dapat memenuhi kebutuhaan ternak selama masa
pemaliharaan jagung kembali sampai panen dengan teknologi tepat guna yang di
kaji pada matakuliah HMT dan Ransum Ternak yaitu dengan pembuatan “silase”.
Dengan pakan tersedia secara kontinue maka pertumbuhan sapi meningkat
menghasilkan feses lagi maka layak di sebut “Integrated Farming Sistem”
berbasis “Zero Waste”.

Kata kunci : feses, biogas , “integrated farming sistem”, “zero waste”. .

iv

GEN INFASE (Solution Methane (CH4) "Integrated Farming Systems")
FOR THE WELFARE OF THE PEOPLE BASED "Zero Waste"
Nur Suwito, 14741048, Animal Production
Department of Animal Husbandry, Livestock Production Study Program,
Lampung State Polytechnic. Jln. Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa Bandar
Lampung. e-mail: nurswito95@gmail.com
Abstract
Biogas produced from the fermentation of organic material such as domestic
waste and nature of raising animals. For the use of faecal untapped maximally

cause environmental pollution against odor, because high ammonia in liquid and
solid waste in cattle is "feces". Stool gas is taken to the method of fermentation
biogas is used for cooking. The biogas effluent it produces advanced, known as
"Sludge". Sludge process into liquid fertilizer and solid fertilizer. The fertilizer
applied to corn crops and forage grasses special maintenance, but the result is very
good. Particularly corn planted by the vastness of the land to meet the needs of
livestock, fruit corn in kosumsi while the trunk can be used for animal feed which
melimbah can meet kebutuhaan cattle during a maintenance period the corn back
to the harvest with appropriate technologies in the review on the subject HMT and
Rations Livestock namely the making of "silage". With available continuously
feed the cows increased growth produces more feces it can be called "Integrated
Farming Systems" based "Zero Waste".

Keywords: stool, biogas, "integrated farming system", "zero waste"

iv

1
BAB 1. PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan

usaha produktif di rumah tangga maupun dalam menghasilkan barang dan jasa.
Sumber energi dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau
energi dari sumber daya hayati (bioenergi). Sumber energi terbesar saat ini yang
digunakan manusia adalah energi fosil yang lebih dikenal dengan bahan bakar
minyak (BBM). Seiring perkembangan jaman, penggunaan energi fosil (bahan
bakar minyak) menjadi sangat tinggi dan menimbulkan ketergantungan sehingga
dikhawatirkan jika penggunaananya tidak bijaksana akan menghabiskan jumlah
sumber energi fosil yang sangat terbatas.
Penggunaan energi di Indonesia masih didominasi dari sumber energi fosil.
Di Indonesia setidaknya sampai pada tahun 2008, energi fosil berkontribusi
sekitar 96% dengan perincian minyak bumi 48%, gas bumi 29%, batubara 19%,
sementara Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berkontribusi sekitar 4%
(Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009). Harga keekonomian dari
energi fosil yang cenderung di atas kemampuan masyarakat Indonesia merupakan
salah satu alasan pemerintah melakukan kebijakan subsidi yang memberatkan

keuangan negara. Oleh karena itu, terobosan baru penggunaan sumber-sumber
energi alam (bioenergi) adalah jawaban kegundahan ini. Bioenergi dapat
dihasilkan dari bagian-bagian tanaman, minyak nabati, atau limbah pertanian.
Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam bentuk gas (biogas), padat
(biomass) atau cair (biofuel). Energi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk
menghasilkan panas (kalor), gerak (mekanik), dan listrik tergantung pada alat
yang digunakan dan kebutuhan dari pengguna.
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di
Indonesia, pemanfaatan bioenergi merupakan pilihan yang tepat dalam rangka
penyediaan energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan. Keragaman
hayati yang besar dimiliki indonesia adalah pada sektor Peternakan. Hewan ternak
seperti sapi/kerbau adalah hewan ternak yang banyak dimiliki oleh petani, saat ini
manfaat yang diambil dari beternak baru daging atau susu saja, sementara limbah

2
kotoran/feses belum banyak dimanfaatkan. Karena itu kami memperkenalkan
teknologi sederhana dalam mengatasi permasalahan energi dengan menggunakan
kotoran sapi yang disebut ‘Biogas’.
1.2 Rumusan Masalah
ANALISIS

SITUASI

Limbah ternak yang
melimpah, mencemari
lingkungan, serta sarang
dari berbagai penyakit.

SOLUSI
PEMECAHAN
MASALAH

Perlu inisiasi pembuatan
biogas dan
“integrated
farming system”

APLIKASI
Penelitian

Analisis Lingkungan

Pengembangan unit
percontohan pengolahan
dan pengelolaan limbah
ternak
Mengonsep “Zero Waste”

PERUMUSAN
MASALAH
Limbah yang tidak ramah
lingkungan Untuk diproses
melalui pengelolaan kotoran
sapi menjadi bioteknologi
serta mendisain “Zero Waste”

PENINGKATAN PENGETAHUAN
DAN Percontohan Pertanian
“Integrated Farming Sistem”

Gambar 1.1 Diagram Alir Permasalahan lingkungan dan tahap hasil penelitian
yang akan di capai.
Tabel 1. Rekapitulasi kondisi lingkungan kandang Peternakan Polinela.
No.
1

Aspek
Limbah feses



2

Pencemaran
lingkungan







3

Teknologi pengelolaan
limbah ternak




4

Aplikasi biogas





Kondisi
Feses sapi belum digunakan masih menumpuk
dikandang dan mencemari lingkungan
Lingkungan yang belum terkordinir
Potensi penggunaan feses belum optimal
Polusi bau mengganggu kesehatan lingkungan
Kotoran yang menumpuk menimbulkan lalat
Kotoran menyebabkan masalah kesehatan mahasiswa
jurusan peternakan praktek, Polinela.
Limbah feses dijadikan bioteknologi “Biogas”
Baru kurang lebih 5 % feses di gunakan untuk pukuk
kompos dengan cara di taburkan begitu saja
Biogas digunakan untuk keperluan anak kandang yang
tinggal di “Mes”
Anak kandang “Mes” tidak lagi bergantung pada gas
elpiji dan kayu bakar untuk kebutuhan (memasak)
Kepentingan instalasi biogas perlu penelitian lanjutan

3

5

Pemanfaatan sludge

dan kontrol secara kontinue
 Sludge (limbah biogas) dimanfaatkan lebih lanjut
 Sludge diolah untuk dijadikan pupuk cair dan pupuk
padat untuk menambahkan income Mahasiswa.

Tabel 2. Hasil analisis SWOT
Strength (Kekuatan)
Weakness (Kelemahan)

Bahan baku biogas dan kompos
 SDM belum terarah terhadap Go
tersedia melimpah, sebagian besar
Organik.
merupakan limbah sapi jurusan
 Tingkat pendapatan yang masih rendah
peternakan.
masih mengandalkan kiriman orang

Biogas digunakan untuk pemenuhan
tua maupun beaseswa yang diperoleh.
kebutuhan kompor anak kandang “mes”
 Masih dibutuhkan pengembangan

Mengorganisasi anak kandang
 Pengembangan/pengolahan
limbah
tersendiri
ternak sebagai energi listrik untuk

Usaha pengolahan limbah ternak
mendukung pembuatan pupuk granul
maupun sludge digester biogas sangat
dan pupuk cair dari limbah ternak
prospek di lampung, karena lampung
maupun sludge digester biogas belum
merupakan komoditas hortikultura.
dilakukan secara kontrol.
Opportunity (Peluang)
Threat (Ancaman)

Peluang mahasiswa menghasilkan 
Produk pupuk organik sejenis dari
income dan kemandirian sofe skill.
luar wilayah.

Kebutuhan pupuk organik cukup 
Harga pupuk anorganik yang
tinggi karena naiknya harga pupuk
murah
anorganik.

Pemahaman masyarakat tentang

Usaha pengolahan limbah ternak
kegunaan masyarakat masih kurang
menjadi pupuk granul dan pupuk cair
karena pendidikan rendah
akan memberikan sumbangan nyata bagi
peningkatan penghasilan mahasiswa.

Usaha pengolahan limbah ternak
untuk energi alternatif dan pupuk
organik (integrated farming system).
Berdasarkan kondisi pada Tabel 1 tersebut, selanjutnya dilakukan analisis
SWOT (Tabel 2), sehingga dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan kondisi
krisis lingkungan yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya
pengetahuan dan pemahaman anggota kelompok tani tentang proses pengolahan
kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat,
tentang nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari
pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik.
1.3 Luaran yang Diharapkan
1. Pembangunan dan instalasi biogas berbasis ramah lingkungan
2. Pengolahan sludge (sisa biogas menjadi pupuk cair dan pupuk padat).
3. Menciptakan perternakan yang “Integrated Farming Sistem” serta untuk

menciptakan “Zero Waste”

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Wilayah
Lampung sebagai provinsi penyangga ibukota merupakan lumbung sapi
penopang kebutuhan ibu kota. Lampung dalam beberapa tahun terakhir adalah
pemasok terbesar sapi utuk wilayah Jawa dan Sumatera. Populasi sapi di Lampung
tahun 2005 sebanyak 417.129 ekor, dan tahun 2006 sebanyak 430.103 ekor. Sedang
jumlah kambing tahun 2005 sebanyak 927.736 ekor, dan tahun 2006 sekitar
1.098.765 ekor (antara, 2012).
2.2 Masyarakat
Kondisi krisis lingkungan yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya
pengetahuan dan pemahaman anggota kelompok tani tentang proses pengolahan
kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat, tentang
nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari pencemaran
lingkungan akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik. Saat ini Biogas
belum banyak dikembangkan di Lampung, hal ini disebabkan oleh:
1.

Persepsi masyarakat bahwa menggunakan biogas secara ekonomis kurang
menguntungkan dan dibutuhkan waktu pemeliharaan yang lama,

2.

Adanya keterbatasan modal untuk pembuatan instalasi,

3.

Adanya persepsi menggunakan biogas berbahaya,

4.

Inisiasi dari pemerintah masih kurang sehingga masyarakat enggan menggunakan
biogas,

5.

Masyarakat/kelompok masyarakat belum dilibatkan dalam perencanaan program
sehingga salah sasaran atau salah lokasi,

6.

Masyarakat perlu dimobilisasi dalam bentuk hibah instalasi biogas,

7.

Masyarakat belum memiliki kemampuan dalam pemeliharaan sehingga program
biogas belum berhasil sempurna,

8.

Perlu fasilitator dalam penerapan biogas agar mkasyarakat menjadi yakin dan
mau mengisi instalasi biogas secara kontinyu,

9.

Perlu mobilisasi kelompok tani dan tenaga penyuluh pertanian/.peternakan dalam
memasyarakatkan biogas,

10. Perlu program yang sinergis dengan pemanfaatan sludge biogas menjadi pupuk
padat dan cair.

5
2.3 Populasi Ternak
Tabel 3. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung per kab/kota tahun 1996 2005 (Ekor)
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kota
No. Tahun Lampung
Lampung Lampung Lampung Lampung Way Tulang Bandar
Propinsi
Tanggamus
Metro
Barat
Selatan
Timur
Tengah
Utara
Kanan Bawang Lampung
1
2
3
4
5

1996
1997
1998
1999
2000
r(19962000)
6 2001
7 2002
8 2003
9 2004
10 2005

7,667
9,312
9,719
13,063
8,349

24,391
20,199
8,956
7,557

76,389
53,374
57,202
56,962
63,044

50,118
40,880

286,199
314,733
258,508
126,516
134,809

150,221
64,284
40,091
29,240 32,098
29,868 35,355

67,998
56,313
53,448
48,988

1,089
888
1,012
991
2,200

609
971

521,565
534,980
443,044
372,001
372,021

2.15

-

(4.69)

-

(17.16)

(33.22)

-

-

19.22

-

(8.10)

12,524
13,513
14,348
14,902
14,904

6,610
6,032
7,316
6,916
7,678

76,649
83,049
77,083
77,483
83,084

44,558
45,571
49,357
50,250
51,323

134,313
134,888
136,298
137,797
139,451

21,230
20,430
22,144
22,704
27,740

25,068
25,154
25,180
25,494
25,850

49,901
50,272
52,422
52,986
63,941

1,045
1,160
1,214
1,208
1,156

1,636
1,865
1,988
2,106
2,002

373,534
381,934
387,350
391,846
417,129

r(2001-2005)

4.45

3.82

2.04

3.60

0.94

6.92

0.77

6.39

2.56

5.18

2.80

r(1996-2005)

7.67

-

0.94

-

(7.68)

(17.11)

-

-

0.67

-

(2.45)

2.4 Permasalahan
Limbah ternak merupakan potensi besar yang dimiliki Lampung. Dengan
perhitungan matematis dengan jumlah populasi ternak sapi sebanyak 400.000 ekor,
Apabila seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6
kg/hari dan 9,1 kg/hari (Tauscher et al. sitasi Setiawan, 2002), maka akan
menghasilkan 9.440.000 kg feses sapi dan 3.640.000 kg kotoran cair.
Limbah ternak yang melimpah tersebut, dan belum dapat dimanfaatkan secara
maksimal penggunaannya. Kotoran ini hanya disebarkan di sawah atau kebun tanpa
pengolahan. Ini adalah potensi yang sangat besar bila dimanfaatkan, misalnya menjadi
biogas sebagai Energi alternatif.
Pengaruh negatif karena kurangnya pengolahan limbah ini adalah akan
menurunkan kualitas lingkungan bila dibiarkan begitu saja. Polusi bau dan
pencemaran lingkungan dimungkinkan terjadi bila penanganann limbah tidak tepat.
Belum lagi kualitas kesehatan yang menurun akibat adanya limbah tersebut.

6
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan
kondisi krisis lingkungan yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan dan
pemahaman anak kandang “mes” dan mahasiswa yang sedang praktek tentang proses
pengolahan kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat,
pemupuk tanaman jagung maupun rumput pemeliharaan untuk ternak untuk dipanen
sebagai kesejahteraan ternak itu sendiri, serta meningkatkan nilai tambah dari
pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat
kotoran sapi jika dikelola dengan baik. Berdasarkan akar permasalahan tersebut maka
alternatif solusi yang dapat ditempuh oleh dijabarkan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Alternatif solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dalam pengolahan limbah ternak.

No
Alternatif Solusi
1 Instalasi biogas untuk
menghasilkan gas (CH4)
2 Penelitian pengolahan
sludge biogas menjadi
produk pupuk organik
3 Pembentukan unit
produksi pupuk kompos

Prospek Solusi
Mengatasi problematika masalah feses yang
mengganggu kualitas lingkungan.
Akan meningkatkan pengetahuan dan memotivasi
anggota, terhadap pemanfaatan limbah feses ternak
menjadi biogas, Pupuk Cair, Padat dan kompos
Akan meningkatkan penghasilan anggota organisasi
dan sebagai ladang praktek mahasiswa peternakan.

3.2 Rencana Kegiatan pemecahan permasalahan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan pembuatan instalasi biogas dengan
kapasitas digester 1,5 meter kubik. Arah pemanfaatan biogas pada kelompok
organisasi ini adalah pemanfaatan enegri dari biogas untuk memenuhi kebutuhan anak
kandang dan sekitar lingkunganya. Rencana teknis pelaksanaan antara lain :
a. Modifikasi teknis biogas otomatis untuk keperluan peternak dengan jumlah ternak
8 ekor (skala kandang praktek mahasiswa).
b. Penelitian teknis pembuatan biogas dan pengolahan menjadi pupuk cair dan padat
c. Penelitian teknis selama proses pembentukan gas metana
d. Evaluasi proses kegiatan dan meningkatkan kekurangan serta menganalisa
kesalahan-kesalahan dalam penelitian untuk perkembangan yang berkelanjutan
sehingga penelitian benar-benar maksimal.
3.3 Partisipasi Mitra/lingkungan
Mitra memiliki partisipasi utama dalam keberhasilan kegiatan ini:

7
1. Proses pembuatan akan sepenuhnya dilakukan oleh mitra, peneliti bersifat
pembimbingan teknis sehingga proses transfer teknologi lebih efektif
2. Pengisian feses otomatis harian di kontrol mitra, untuk menjamin fermentasi
pembetukan methan CH4 terjadi sempurna
3. Mitra melakukan perawatan dan trouble shooting kerusakan dalam bimbingan
teknis pelaksanaan.
3.4 Pelaksanaan
Secara garis besar kegiatan akan dilakukan dalam tiga bentuk evaluasi, yaitu evaluasi
awal, evaluasi proses, dan evaluasi akhir kegiatan. Skema pelaksanaan evaluasi disajikan
pada Gambar 2.
Perumusan Masalah

Pengetahuan dan pemahaman
anggota kelompok tentang
pengolahan dan pengelolaan
kotoran sapi rendah
Pencemaran lingkungan masih
terjadi di lingkungan kandang
Limbah ternak yang dihasilkan di
kandang ternak Politeknik Negri
Lampung melimpah

Solusi

Hasil/Tujuan

Insatalasi biogas untuk
anggota kelompok organisasi
pelaksana.
Aplikasi
teknologi
biogas

Kesehatan lingkungan
menjadi lebih baik
Terbentuknya unit usaha
baru dengan energi dari
biogas

Diversifikasi penggunaan energi
biogas belum dilakukan

Penelitian
Pengembangan unit
percontohan
Pendampingan

Peningkatan penghasilan
anggota kelompok organisasi

Evaluasi awal

Evaluasi proses

Evaluasi Keberhasilan

Gambar 2. Skema kerangka evaluasi pemanfaatan feses sebagai biogas.
Evaluasi awal akan dilakukan di awal kegiatan, dengan maksud untuk memperoleh
gambaran lengkap kondisi awal tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta kegiatan.
Evaluasi proses akan dilakukan pada tahap pembentukan unit percontohan. Evaluasi ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi pada tahap tersebut. Indikator keberhasilannya adalah terinstalasi unit
percontohan pengolahan dan pengelolaan limbah ternak sapi dengan teknologi filtrasi
bertingkat dan fermentasi. Evaluasi akhir kegiatan dilakukan pada akhir program kegiatan,
dengan maksud untuk mengetahui besarnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman
yang berhasil dicapai. Indikator keberhasilannya adalah 100% unit pengolahan limbah
ternak sapi berjalan berkelanjutan (integrated farming system).

8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil anlisis, dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan kondisi

krisis lingkungan yang dihadapi dapat menambah pengetahuan, pemahaman
mahasiswa dan untuk anak kandang “mes” serta mahasiswa yang sedang praktek
bahwa pengolahan kotoran sapi dapat menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk
organik padat, pemupuk tanaman jagung maupun rumput pemeliharaan untuk ternak
untuk dipanen sebagai kesejahteraan ternak itu sendiri, serta tentang nilai tambah dari
pengolahan kotoran sapi, mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan
akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan riset terhadap
permasalahan tersebut hasil alternatif solusi yang dapat ditempuh dapat dijawab
dijabarkan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Riset Alternatif solusi yang di capai.
No
Alternatif “job”
Prospek Solusi
1 Instalasi biogas terbangun Feses sapi telah menghasilkan gas yang efeknya
dan termanfaatkan
sangat dirasakan oleh mahasiswa sebagai income..
2 Mengemas Pupuk Cair dan Dengan penanaman biogas mahasiswa telah
pupuk padat buangan dari mengetahui
keterampilan
biogas
walaupun
biogas dan di ujicoba.
matakuliah biogas akan didapat pada semester Lima.
3 Terbukti tanaman yang Dengan aneka keterampilan menghasilkan kemasan
dipupuk
pertumbuhan produck pupuk cair dan padat menghasilkan income
subur dan menghasilkan.
dan beberapa menjadi monitoring kelompok tani.
4.2 Integrated Farming Sistem Pada Gambar 3 berikut
TERNAK
SAPI

“Feses” dijadikan biogas
untuk memenuhi kebutuhan
(memasak) dan lampu.

Limbah
Biogas
“SLUDGE”

Sapi merupakan hewan
ruminansia dimana
menghasilkan gas yang dapat
di manfaatkan melalui
fermentasi

BIOGAS

Limbah yang
dihsilkan “Feses”
Limbah yang tidak ramah
lingkungan Untuk diproses
melalui pengelolaan kotoran
sapi menjadi Biogas sehingga
tercipta sekala industri
“Zero Waste”

Dijadikan Pupuk Cair
Dijadikan Pupuk Padat berupa
“Granul” siap saji untuk pupuk
hortikultura/pertanian lainya.
Sehingga tercipta “Zero Waste”

Penelitian di aplikasikan pada tanaman
jagung dan rumput pemeliharaan khusus
untuk memenuhi kebutuhan ternak.
Untuk menghasilkan feses, dst.

9
Berdasarkan hasil penelitian dengan ujicoba terhadap kualitas pupuk organik
tersebut. Telah di aplikasikan pada tanaman jagung dan rumput pemeliharaan yaitu
rumput gajah kingres dan rumput gajah odot yang ada dilahan peraktik mahasiswa
jurusan peternakan Politeknik Negri Lampung. Jagung yang di berikan pupuk sludge
yang telah diolah terbukti sangat baik pertumbuhanya, seperti pada gambar berikut :

Gambar . 4. Hasil Parameter
Penelitian
Dengan

demikian

diharapkan

bahwa

jagung yang telah di panen akan tersisa

batang

dengan demikian batang tersebut dapat dimanfaatkan untuk makan ternak dengan di
Cover sedangkan jagungnya dapat untuk sumber penghasilan maupun untuk makanan
dapat juga digunakan sebagai bahan campuran ransum pakan. Dengan pengenalan
sistem aparatur pertanaian “Integrated Farming Sistem” maka secara tidak langsung
akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebagai agen of change
dituntut mampu mengatasi permasalahan yang ada dimasyarakat dan setidaknya
lingkungan sekitarnya terlebih dahulu sehingga mampu membuat loka area
percontohan untuk memberikan kepercayaan kepada maasyarakat sebagai tranformasi
terhadap Riset-riset yang kompeten.
Metode “Inegrated Farming Sistem” ini jika di terapkan di seluruh industri
peternakan di Indonesia maka dapat mengurangi pencemaran lingkungan, penyebaran
sumber penyakit sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, kepercayaan
masyarakat terhadap riset perguruan tinggi dapat di terima dengan mudah dan dapat
meningkatkan sumber penghasilan bagi mahasiswa. Maka jika demikian secara
empiris, perusahaan sekala industri “Zero Waste”.

10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ternak sapi pada umumnya hanya dimanfaatkan oleh masyarakat adalah daging,
susu dan kulit. Sedangakan limbah sebagian sedikit yang dimanfaatkan. Sapi setiap
harinya akan menghasilkan feses bayangpun berapa banyaknya feses sapi, jika di
manfaatkan dengan teknologi dapat mensejahterakan masyarakat dan sebagai sumber
pendapatan bagi yang memanfaatkanya. Salahsatu teknologi yang mudah dan ramah
lingkungan dapat di pakai sekala rumah tangga maupun sekala industri salahsatunya yaitu
“Biogas”
Biogas tidak selesai sampai di situ saja, namun biogas menghasilkan limbah yang
dapat simanfaatkan lebih lanjut yang kita kenal dengan sebutan “Sludge”. Dimana seludge
tersebut dapat di olah kembali menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk tersebut dapat
pula di aplikasikan ke tanaman hortikultura sebagai contoh jagung. Jagung yang di berikan
pupuk kompos ternyata pertumbuhanya bagus dan hasil jagungnya baik. Oleh karena itu
batang jagung pun dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak dengan cara pengolahan
teknologi seperti : Dibuat Hey , maupun Silase atau juga dapat di berikan langsung secara
segar setelah di cover terlebih dahulu untuk mengefesiensikan pemberian pakan. Dengan
demikian dapat dikatakan “Integrated Farming Sistem” maka terciptanya ramah
lingkungan “Zero Waste”.
5.2 Saran
Kualitas biogas dan kontrol lokal area di area perkandangan serta mes mahasiswa
Politeknik Negri Lampung perlu dijaga untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.
Penjagaan kualitas biogas adalah saat tiba musim hujan karena terlalu banyaknya air yang
mengalir di selokan yang masuk pada mulut biogas perlu pengontrolan, penggunaan
biogas dilakukan asecara hati-hati, jika terjadi kebocoran tabung penampung gas metana
(CH4), sedangkan hasil sampingan seperti pupuk padat dan cair, untuk dikembangkan lebih
lanjut. Sehingga dapat mengasah soft skill, menambah illmu pengetahuan dan menciptakan
peluang pekerjaan bagi mahasiswa sehingga income tinggi maka kesejahteraan tercapai
dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Air Kencing Sapi jadi Pembasmi Hama. Artikel di Harian Suara Merdeka
terbitan Kamis 19 Agustus 2004.
An, Bui Xuan; Thomas R Preston; and Frands Dolberg. 1997. The introduction of lowcost polyethylene tube biodigesters on small scale farms in Vietnam. Livestock
Research for Rural Development Volume 9, Number 2, May 1997.
Lingga, P.1993. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius. Jakarta.
Rahman. 1989. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Bekasi.
Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan ke tiga Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yovita. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lampiran-Lampiran

Gambar 5 Menejemen selokan kandang menuju ke mulut biogas.

Gambar 6. Pembuatan tabung biogas dan penampung limbah “Sludge”

Gambar 7. Biogas aliran ke mes kandang tempat tinggal mahasiswa untuk memasak
Gambar 8. Pemeliharaan secara rutin.
Gambar 9. Lokasi Praktek Mahasiswa Jurusan Peternakan Polinela di lingkungan kandang.
Gambar 10. Tempat Produksi Pupuk Kompos dan Hasil Olahan Pupuk Padat Siap di
Expor.

Gambar 11. Lahan exersais Uji Coba pada jagung tanpa
bahan kimia “go organik full”.

Gamba 12. Pertumbuhan rumput gajah.