LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS POST PART

LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS/ POST PARTUM
(PUERPERIUM)
A. PENGERTIAN
 Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
 Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura.
 Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
 Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009)
 Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti

sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari.
B.

ASUHAN MASA NIFAS
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas dapat mencegah kematian dini.

Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode,
yaitu: (Mitayani, 2009)
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum

1


3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum
B. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)
C. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan


adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
D. PERIODE MASA NIFAS
Nifas dibagi menjadi 3 periode
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

2

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan

yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang
terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamma.
E. PERUBAHAN MASA NIFAS
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1.
a.

1)

2)

3)
1)

Perubahan fisik
Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai

keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh
kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah
kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus
yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

3

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi

TFU

Setelah
plasenta
lahir
1 minggu

Sepusat
Pertengahan
pusat
symphisis
Tak teraba


2 minggu
6 minggu

1000 gr
500 gr

Diameter
Bekas Melekat Keadaan Cervix
Plasenta
12,5
Lembik
7,5 cm
Dapat dilalui 2 jari

350 gr

5 cm

50 gr


2,5 cm

Berat
Uterus

Dapat dimasuki 1 jari

Sebesar hamil
2 minggu
30 gr
Normal

8 minggu
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisasisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi

karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan
karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat
diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada
minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu
diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
analgesik.( Cunningham, 430)
c.

Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

4


1)
2)
3)
4)
5)
6)
d.

e.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.
Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.

Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih
kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V Ruth
B, 1996: 230).

f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal

5

1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran
susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah
bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia
makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan
puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital

6

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter
Tanda-tanda vital

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

1)
a)



b)


c)

Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
60 – 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali
dalam waktu 1 jam
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 0C (100,40F) disebabkan
oleh efek dehidrasi dari persalinan.
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam
wanita keluar dari febris.
b)

Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam
pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata
sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing
tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.

7

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :

Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi
380C (100,4F0

Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.

Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub
arachnoid (spinal) blok.

Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda

terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal
tenaga medis
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: )
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu
makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues
dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

G.

KOMPLIKASI

1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
jam pertama sesudah kelahiran bayi)

selama 24

8

2. Infeksi
a.
b.
c.
d.

Endometritis (radang edometrium)
Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi
keras dan berbenjol-benjol)
e.
Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f.
Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g.
Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur
naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)
3.

Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b.Post partum Blues
c. Post partum Psikosa

4.

Gangguan involusi uterus

H.

PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Kjgn Waktu
1

Tujuan

6-8
jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
post
 Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan
partum
berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan karena atonia uteri.
 Pemberian ASI awal
 Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

9

2

3
4

 Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
6 hari post  Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di
partum
bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post
partum
6 minggu  Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
post
maupun pada bayinya.
partum
 Menberikan konseling untuk KB

TINDAKAN
1.Kebersihan diri

2.Istirahat

3.Latihan

DISKRIPSI DAN KETERANGAN
 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
 Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
2 kali dalam sehari.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
 Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan
 Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
 Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.
 Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke

10

dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
 Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
4. Gizi
 Ibu menyusui harus:
 Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
 Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter / hari
 Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
 Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
5.Perawatan
 Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara
 Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
 Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
 Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
 Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6
jam.
 Apabila payudara bengkak lakukan:
 Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit
 Urut payudara ( seperti Breast Care).
 Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
 Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
 Payudara dikeringkan.
6.Hubungan
 Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan
berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke
atau
Rumah
dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga
 Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
7.Keluarga
 KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana
tentang KB adalah sebagai berikut:
 Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
 Kelebihan dan keuntungan KB
 Efek samping
 Bagaimana memakai metode yang benar
 Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

11

J. TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL
TINDAKAN
1.Kebersihan

2.Menyusui
3.Tidur

DISKRIPSI DAN KETERANGAN
 Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari
 Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai tali
pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.
 Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air
dan sabun serta kering dengan baik.
 Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama
 Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
 ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
 Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
 Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
 Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas
kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
mengeluarkan cairan.
5.Imunisasi
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio oral
dan Hepatitis B.
K.

PERAWATAN MASA NIFAS
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya
setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk,
hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran
peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung

12

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik
: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri
: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara
: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang
yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air
besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau

13

setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal
atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna
untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
g.

Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
i.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan.
L.

PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obatobat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan
biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.

14

1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan Diagnostik
Kondisi uterus: palpasi fundus,
kontraksi, TFU.
Jumlah perdarahan: inspeksi
perineum, laserasi, hematoma.
Pengeluaran lochea.
Kandung kemih: distensi bladder.
Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam
pertama setelah partus, TD dan Nadi
terhadap
penyimpangan
cardiovaskuler.

Hasil:
Kontraksi
miometrium,
involusi uteri.
Bentuk insisi, edema.

tingkat

Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama ³ 380C.
Kompensasi kardiovaskuler TD
sistolik menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.

Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan

15

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b/d
agen
injuri
fisik
(peregangan
perineum; luka
episiotomi;
involusi uteri;
hemoroid;
pembengkakan
payudara).

Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi
Hasil
NOC :
 Pain Level,
Pain Management
 Pain control,
 Comfort level
 Lakukan pengkajian
Setelah
dilakukan
nyeri
secara
askep selama …x 24
komprehensif
jam,
diharapkan
termasuk
lokasi,
nyeri berkurang
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
Kriteria Hasil :
dan faktor presipitasi
 Mampu mengontrol
(PQRST)
nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi
nyeri,
mampu
nonverbal
dari
menggunakan tehnik
ketidaknyamanan
nonfarmakologi

Gunakan teknik
untuk mengurangi
komunikasi
nyeri,
mencari
terapeutik
untuk
bantuan)
mengetahui
 Melaporkan bahwa
pengalaman
nyeri
nyeri
berkurang
pasien
dengan

Ajarkan tentang
menggunakan
teknik
non
manajemen nyeri
farmakologi
 Mampu mengenali  Evaluasi keefektifan
nyeri
(skala,
kontrol nyeri
intensitas, frekuensi 
Motivasi
untuk
dan tanda nyeri)
meningkatkan
 Menyatakan rasa
asupan nutrisi yang
nyaman setelah nyeri
bergizi.
berkurang
 Tingkatkan istirahat
 Tanda vital dalam 
Latih mobilisasi
rentang normal
miring kanan miring
TD : 120-140 /80 –
kiri jika kondisi
90 mmHg
klien mulai membaik
RR : 16 – 24 x/mnt
 Kaji
kontraksi
N : 80- 100 x mnt
uterus,
proses
T : 36,5o C

involusi uteri.
37,5 o C
 Anjurkan pasien
untuk
membasahi
perineum dengan air
hangat
sebelum

Rasional
 Mengetahui tingkat
pengalaman nyeri klien
dan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan
untuk mengurangi nyeri
 Reaksi terhadap nyeri
biasanya
ditunjukkan
dengan reaksi non verbal
tanpa disengaja.

Mengetahui
pengalaman nyeri

 Penanganan nyeri tidak
selamanya diberikan obat.
Nafas
dalam
dapat
membantu
mengurangi
tingkat nyeri

Mengetahui
keefektifan control nyeri

Mengurangi rasa
nyeri
Menentukan
intervensi
keperawatan
sesuai skala nyeri.
 Mengidentifikasi
penyimpangan
dan
kemajuan
berdasarkan
involusi uteri.
 Mengurangi
ketegangan pada
perineum.

luka
16

berkemih.
 Anjurkan dan latih
pasien cara merawat
payudara
secara
teratur.
 Jelaskan pada ibu
tetang
teknik
merawat
luka
perineum
dan
mengganti
PAD
secara teratur setiap
3 kali sehari atau
setiap kali lochea
keluar banyak.
 Kolaborasi dokter
tentang pemberian
analgesik

Resiko defisit  Fluid balance
Fluid management
volume cairan  Hydration
 Obs Tanda-tanda
b/d
Setelah
dilakukan
vital setiap 4 jam.
pengeluaran
askep selama …x 24  Obs Warna urine.
yang
jam, Pasien dapat  Status
umum
berlebihan;
mendemostrasikan
setiap 8 jam.
perdarahan;
status
cairan  Pertahankan
diuresis;
membaik.
catatan intake dan
keringat
Kriteria evaluasi:
output yang akurat
berlebihan.
tak ada manifestasi  Monitor
status
dehidrasi,
resolusi
hidrasi ( kelembaban
oedema,
haluaran
membran mukosa,
urine di atas 30
nadi
adekuat,
ml/jam, kulit kenyal/
tekanan
darah
turgor kulit baik.
ortostatik ), jika
diperlukan
 Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
 Lakukan terapi IV
 Berikan cairan
 Dorong masukan
oral
 Beritahu
dokter
bila: haluaran urine

 Melatih
ibu
mengurangi bendungan
ASI dan memperlancar
pengeluaran ASI.
 Mencegah infeksi dan
kontrol nyeri pada luka
perineum.

 Mengurangi intensitas
nyeri denagn menekan
rangsnag
nyeri
pada
nosiseptor.
 Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan
atau
penyimpangan
dari
hasil yang diharapkan.
 Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh klien
 Menjaga
status
balance cairan klien
 Memenuhi
kebutuhan cairan tubuh
klien
 Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh klien
 Temuan-temuan ini
menandakan
hipovolemia
dan
perlunya peningkatan
cairan.
 Mencegah
pasien
jatuh ke dalam kondisi
kelebihan cairan yang
beresiko
terjadinya
17

< 30 ml/jam, haus,
takikardia, gelisah,
TD di bawah rentang
normal, urine gelap
atau encer gelap.
 Konsultasi dokter
bila
manifestasi
kelebihan
cairan
terjadi.
 Pantau:
cairan
masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.
 Kaji
haluaran
urine, keluhan serta
keteraturan
pola
berkemih.
 Anjurkan
pasien
melakukan ambulasi
dini.
 Anjurkan
pasien
untuk
membasahi
perineum dengan air
hangat
sebelum
berkemih.
 Anjurkan
pasien
untuk
berkemih
secara teratur.
 Anjurkan pasien
untuk minum 25003000 ml/24 jam.
 Kolaborasi untuk
melakukan
kateterisasi
bila
pasien
kesulitan
berkemih.

Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria)
b/d
trauma
perineum dan
saluran kemih.

Setelah dilakukan askep
selama …x 24 jam, Pola
eleminasi (BAK) pasien
teratur.
Kriteria hasil: eleminasi
BAK lancar, disuria
tidak
ada,
bladder
kosong,
keluhan
kencing tidak ada.

Perubahan pola
eleminasi BAB
(konstipasi) b/d
kurangnya
mobilisasi; diet

Setelah dilakukan askep  Kaji pola
selama …x 24 jam, Pola
kesulitan
eleminasi (BAB) teratur.
warna,
Kriteria hasil: pola
konsistensi
eleminasi teratur, feses

BAB,
BAB,
bau,
dan

oedem paru.

Mengidentifikasi
keseimbangan
cairan
pasien secara adekuat dan
teratur.

 Mengidentifikasi
penyimpangan dalam
pola berkemih pasien.
 Ambulasi
dini
memberikan
rangsangan
untuk
pengeluaran urine dan
pengosongan bladder.
 Membasahi bladder
dengan air hangat dapat
mengurangi
ketegangan
akibat
adanya
luka
pada
bladder.
 Menerapkan
pola
berkemih secara teratur
akan
melatih
pengosongan bladder
secara teratur.
 Minum
banyak
mempercepat
filtrasi
pada glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
 Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine
untuk mencegah stasis
urine.
 Mengidentifikasi
penyimpangan
serta
kemajuan dalam pola
eleminasi (BAB).
18

yang
tidak
seimbang;
trauma
persalinan.

Gangguan
pemenuhan
ADL
b/d
immobilisasi;
kelemahan.
-

lunak dan warna khas
jumlah.
 Ambulasi
dini
feses, bau khas feses,  Anjurkan ambulasi
merangsang
tidak ada kesulitan
dini.
pengosongan rektum
BAB, tidak ada feses  Anjurkan
pasien
secara lebih cepat.
bercampur darah dan
untuk minum banyak  Cairan dalam jumlah
lendir, konstipasi tidak
2500-3000
ml/24
cukup
mencegah
ada.
jam.
terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum
 Kaji bising usus
yang
dapat
menyebabkan
feses
setiap 8 jam.
menjadi keras.
 Pantau berat badan

Bising
usus
setiap hari.
mengidentifikasikan
 Anjurkan
pasien
pencernaan
dalam
makan banyak serat
kondisi baik.
seperti buah-buahan

Mengidentifiakis
dan sayur-sayuran
adanya penurunan BB
hijau.
secara dini.
 Meningkatkan
pengosongan
feses
dalam rektum.
Setelah dilakukan askep 
Kaji toleransi  Parameter
selama …x 24 jam,
pasien
terhadap
menunjukkan respon
ADL dan kebutuhan
aktifitas
fisiologis
pasien
beraktifitas
pasien
menggunakan
terhadap stres aktifitas
terpenuhi
secara
parameter berikut:
dan indikator derajat
adekuat.
nadi 20/mnt di atas
penagruh
kelebihan
Kriteria hasil:
frek nadi istirahat,
kerja jnatung.
Menunjukkan
catat
peningaktan
peningkatan
dalam
TD, dispnea, nyeri
beraktifitas.
dada,
kelelahan  Menurunkan
kerja
Kelemahan
dan
berat,
kelemahan,
miokard/komsumsi
kelelahan berkurang.
berkeringat, pusing
oksigen , menurunkan
Kebutuhan
ADL
atau pinsan.
resiko komplikasi.
terpenuhi secara mandiri 
Tingkatkan
atau dengan bantuan.
istirahat,
batasi  Stabilitas fisiologis
frekuensi jantung/irama
aktifitas pada dasar
pada istirahat penting
dan Td dalam batas
nyeri/respon
untuk
menunjukkan
normal.
hemodinamik,
tingkat
aktifitas
kulit hangat, merah
berikan
aktifitas
individu.
muda dan kering
senggang yang tidak
berat.

Kaji kesiapan  Komsumsi oksigen
untuk meningkatkan
miokardia
selama
aktifitas
contoh:
berbagai aktifitas dapat
penurunan
meningkatkan jumlah
19

kelemahan/kelelahan
oksigen yang ada.
, TD stabil/frek nadi,
Kemajuan
aktifitas
peningaktan
bertahap
mencegah
perhatian
pada
peningkatan tiba-tiba
aktifitas
dan
pada kerja jantung.
perawatan diri.
 Teknik penghematan

Dorong
energi
menurunkan
memajukan aktifitas/
penggunaan energi dan
toleransi perawatan
membantu
diri.
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
 Anjurkan keluarga  Aktifitas yang maju
untuk
membantu
memberikan
kontrol
pemenuhan
jantung, meningaktkan
kebutuhan
ADL
regangan
dan
pasien.
mencegah
aktifitas
 Jelaskan
pola
berlebihan.
peningkatan
bertahap
dari
aktifitas,
contoh:
posisi
duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri
dst.
Resiko infeksi Setelah dilakukan askep
b/d
trauma selama …x 24 jam,
jalan lahir.
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda
infeksi tidak ada, luka
episiotomi kering dan
bersih, takut berkemih
dan BAB tidak ada.

 Pantau: vital sign,  Mengidentifikasi
tanda infeksi.
penyimpangan
dan
kemajuan
sesuai
 Kaji pengeluaran
intervensi
yang
dilakukan.
lochea, warna, bau dan
 Mengidentifikasi
jumlah.
 Kaji luka perineum,
kelainan pengeluaran
lochea secara dini.
keadaan jahitan.

Keadaan
luka
perineum berdekatan
 Anjurkan pasien
dengan daerah basah
mengakibatkan
membasuh
vulva
kecenderunagn
luka
setiap habis berkemih
untuk selalu kotor dan
dengan cara yang
mudah terkena infeksi.
benar dan mengganti
infeksi
PAD setiap 3 kali  Mencegah
perhari atau setiap
secara dini.
kali
pengeluaran
20

Resiko
gangguan
proses
parenting b/d
kurangnya
pengetahuan
tentang
cara
merawat bayi.

Setelah dilakukan askep
selama …x 24 jam,
Gangguan
proses
parenting tidak ada.
Kriteria hasil: ibu dapat
merawat bayi secara
mandiri (memandikan,
menyusui).

lochea banyak.
 Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat
pasien  Mencegah
(merawat
luka
kontaminasi
silang
perineum,
merawat
terhadap infeksi.
payudara,
merawat
bayi).
 Beri kesempatan ibu  Meningkatkan
untuk
melakuakn
kemandirian ibu dalam
perawatan bayi secara
perawatan bayi.
mandiri.
 Keterlibatan
 Libatkan
suami
bapak/suami
dalam
dalam
perawatan
perawatan bayi akan
bayi.
membantu
meningkatkan
keterikatan batih ibu
 Latih ibu untuk
dengan bayi.
perawatan payudara  Perawatan payudara
secara mandiri dan
secara teratur akan
teratur.
mempertahankan
produksi ASI secara
 Motivasi ibu untuk
kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi akan
meningkatkan intake
ASI tercukupi.
cairan
dan
diet
 Mneingkatkan
TKTP.
 Lakukan
rawat
produksi ASI.
gabung
sesegera
mungkin bila tidak  Meningkatkan
terdapat komplikasi
hubungan ibu dan bayi
pada ibu atau bayi.
sedini mungkin.

21

DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

22