Proposal PKL Identifikasi morfologi tana

1
Judul
Nama
NIM

: Identifikasi Morfologi Tanaman Sagu (Metroxylon
spp.) di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan,
Provinsi Papua barat
: Muhammad Prayoga
: J3W412014

Disetujui oleh

Prof Dr Ir H M.H. Bintoro Djoefrie, MAgr
Dosen Pembimbing I

Ratih Kemala Dewi, SP
Dosen Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir H M.H. Bintoro Djoefrie, MAgr
Koordinator Program Keahlian

Tanggal disetujui :

2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul identifikasi morfologi tanaman sagu (Metroxylon spp.) di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi
Papua barat dapat diselesaikan.
Proposal Praktik Kerja lapangan (PKL) ini merupakan salah satu syarat sebelum melakukan kegiatan PKL pada Program Keahlian Teknologi Produksi dan
Pengembangan Masyarakat Pertanian, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
ucapkan terima kasih ditujukan kepada :
1. Prof Dr Ir H M.H. Bintoro Djoefrie, MAgr selaku koordinator Program Keahlian
Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian serta sebagai dosen
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan saran selama proses penulisan
proposal praktik kerja lapangan sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Ratih Kemala Dewi, SP sebagai dosen pembimbing yang telah memberi

bimbingan dan saran selama proses penulisan proposal praktik kerja lapangan
sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Meranti yang telah memberikan beasiswa
untuk menjalani pendidikan di Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
4. Orang tua penulis dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan selama
ini.
5. Teman-teman angkatan 49 yang senantiasa membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan kegiatan ini dengan baik.
Semoga proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat berguna sebagai
pedoman dalam pelaksanaan peraktik kerja lapang di lapangan dan bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Bogor, Januari 2015

Penulis

3

DAFTAR IS


DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

v

PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan

1
1
2


TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Sagu
Batang
Daun

3
3
3
4

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Metode Pelaksanaan
Metode Pengamatan
Metode Analisis Data

5
5
5

5
6
11

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN BIAYA
Rencana Kegiatan
Rencana Anggaran Biaya

12
12
13

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16


DAFTAR TABEL
1 Rencana kegiatan PKL

12

2 Rencana anggaran biaya

13

3 Rencana anggaran biaya (lanjutan)

14

4

DAFTAR GAMBAR
1 Pengukuran panjang batang

6


2 Pengukuran lingkar batang

6

3 Pengamatan warna daun sagu

7

4 Bentuk bunga sagu

7

5 Pengamatan buah sagu

7

6 Pengamatan pelepah sagu

7


7 Pengamatan penampakan kulit batang

8

8 Pengamatan kerapatan duri

8

9 Pengamatan rumpun tanaman sagu

8

10 Metode pengamatan produksi pati

10

1

PENDAHULUAN
Latar belakang

Sagu mempunyai peranan sosial, ekonomi, dan budaya yang cukup penting di
Propinsi Papua karena sagu merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat,
terutama yang bermukim didaerah pesisir. Pertanaman sagu di Papua cukup luas, namun luas areal yang pasti belum diketahui. Pada umumnya kondisi perkebunan sagu
di daerah Papua masih dalam kondisi hutan. Hutan sagu di Papua merupakan komunitas yang terdiri atas campuran tanaman sagu dan tanaman non sagu. Proporsi tanaman
sagu dalam hutan sagu bervariasi antara kurang dari 30 persen sampai 90 persen
(Haryanto dan Pangloli 1992). Hal ini menyulitkan dalam memperoleh data yang
pasti mengenai luas daerah penyebaran sagu dan jenis sagu apa saja yang tumbuh di
Papua.
Sekitar 40 persen vagetasi sagu di Papua adalah areal produksi yang potensial
untuk dipanen. Sorong Selatan memiliki vegetasi sagu yang tesebar di berbagai kecamatan. Vegetasi sagu sekitar 53 000 ha di Inanwatan dan 94 600 ha di Sungai Kais
dan Metamani telah siap untuk dipanen(Yumte 2008). Sagu merupakan makanan
pokok bagi mayarakat di Distrik Kais, Kokoda, Inanwatan, dan sebagian Seremuk.
Masyarakat lokal mengolah sagu untuk konsumsi sehari-hari dan sebagian dijual ke
pasar. Pengolahan sagu masih menggunakan teknik tradisional yang diturunkan secara turun temurun (Yumte 2008).
Tanaman sagu yang tumbuh di Papua terdiri atas banyak aksesi, dan sampai
saat ini telah diidentifikasi 60 aksesi pada empat tempat di Papua (Kanro et al.2000).
Dari aksesi-aksesi ini ada yang berpotensi hasil tinggi dan ada pula yang berpotensi
hasil rendah dan sedang. Namun dari aksesi yang telah diketahui belum semuanya
teridentifikasi baik dari segi morfologinya maupun potensi produksi patinya. Hal
tersebut dikarenakan masih minimnya orang yang mau mempelajari dan meneliti

tanaman sagu. Identifikasi tanaman sagu menjadi penting karena dengan adanya identifikasi dapat diketahui ciri-ciri serta potensi dari setiap tanaman sagu yang berbedabeda dari segi morfologinya maupun dari segi potensi lainnya. Identifikasi diperlukan
untuk mengidentifikasikan ciri-ciri dari aksesi-aksesi sagu yang telah diklasifikasikan
secara morfologi sehingga dapat diketahui perbedaan berdasarkan morfologi dari setiap aksesi sagu tersebut.
Pengaruh identifikasi sagu terhadap perkebunan sagu bisa menjadi besar karena
dengan adanya identifikasi sebuah perusahaan atau petani sagu dapat memilih sagu
mana yang bisa ditanam dengan potensi produksi yang tinggi dan dapat diketahui
juga ciri-ciri berdasarkan morfologi sagu mana yang memiliki produksi yang tinggi.
Namun masih belum banyak orang yang mau mengidentifikasikan sagu secara tepat
dan benar.

2

Tujuan
Tujuan umum kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi ciri-ciri morfologi sagu yang terdapat ditempat Praktik Kerja Lapangan. Sedangkan tujuan khusus PKL ini adalah :
1. Mengetahui peubah yang diamati dalam proses identifikasi tanaman sagu.
2. Mengetahui ciri–ciri morfologi dari setiap aksesi tanaman sagu yang di identifikasi.
3. Mengetahui potensi produksi pati dari setiap aksesi tanaman sagu yang di identifikasi.
4. Mengikuti kegiatan yang dilakukan petani sagu di tempat praktik kerja lapangan.
5. Menambah pengalaman kerja.


3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Sagu
Tanaman sagu ( Metroxylon spp.) merupakan tanaman monokotil,secara taksonomi dapat dijelaskan berdasarkan klasifikasinya, Ordonya adalah Spadiciflora, termasuk kedalam Famili Palmae, Genusnya adalah Metroxylon dan nama Spesiesnya
adalah Metroxylon spp
Sagu dari genus metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua yaitu,
tanaman sagu yang berbunga atau berbuah dua kali (pleonanthic) dengan kandungan
pati rendah dan tanaman sagu yang berbunga atau berbuah sekali (Hepaxanthic) yang
mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan patinya lebih banyak ( Bintoro
et al. 2010 )
Sagu ( Metroxylon spp) termasuk tumbuhan monokotil dari kelurga palmae.
Terdapat lima marga plamae yang kandungan patinya banyak dimanfaatkan, yaitu
Metroxylon spp, Arenge sp, Coripha sp,Euqeissona sp, dan cariota sp ( Ruddle et al.
1978).
Batang
Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan gudang penyimpanan pati atau karbohidrat yang lingkup penggunaannya dalam industri sangat luas,
seperti industri pangan, pakan, alkohol dan bermacam-macam industri lainnya.
Batang sagu berbentuk silinder yang tingginya dari permukaaan tanah sampai
pangkal bunga berkisar 10 sampai 15 meter, dengan diameter batang pada bagian
bawah dapat mencapai 35 sampai 50 cm, bahkan dapat mencapai 80 sampai 90 cm.
Umumnya diameter batang bagian bawah agak lebih besar daripada bagian atas, dan
batang bagian bawah umumnya mengandung pati lebih tinggi daripada bagian atas.
Pada waktu panen bobot batang sagu dapat mencapai lebih dari 1 ton, kandungan
patinya berkisar antara 15 sampai 30 persen, sehingga satu pohon sagu mampu
menghasilkan 150 sampai 300 kg pati segar (Haryanto dan Pangloli 1992).
Batang merupakan bagian terpenting dari sagu karena sebagai tempat untuk
menyimpan cadangan makanan berupa karbohidrat. Batang sagu berbentuk silinder
dengan kulit luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung
serat-serat dan pati. Sagu memiliki daun sirip, menyerupai daun kelapa yang tumbuh
pada tangkai daun. Bunga sagu majemuk yang keluar dari ujung batang sagu,
berwarna merah kecoklat-coklatan seperti karat (Bintoro et al. 2010).
Batang sagu terdiri atas lapisan kulit luar bagian luar yang keras dan bagian
dalam berupa empulur yang mengandung serat-serat dan pati. Tebal kulit luar yang
keras sekitar 3 sampai 5 cm. Pohon sagu yang masih muda mempunyai kulit yang
tipis dibandingkan sagu dewasa (Haryanto dan pangloli 1992).

4

Lapisan kulit paling luar berupa lapisan sisa-sisa pelepah daun sagu yang terlepas, sehingga yang terlihat hanya lapisan kulit tipis pembungkus kulit dalam yang
keras. Pada tanaman sagu yang masih muda , kulit dalam tersebut tipis dan tidak begitu keras. Serat dan empulur pada sagu muda dan banyak mengandung air, sedangkan pada sagu dewasa sampai umur panen empulur dan serat sudah mulai kering dan
keras (Bintoro et al. 2010).
Menurut Haryanto dan Pangloli (1992), kandungan pati dalam empulur batang
sagu berbeda-beda tergantung umur, jenis dan lingkungan tumbuh. Penurunan kandungan pati dalam batang sagu biasanya ditandai dengan mulai terbentuknya primordia bunga.
Daun
Daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak lebar dan berinduk tulang
daun di tengah. Tangkai daun sagu mempunyai ruas yang mudah dipatahkan. Ruas
tersebut terdapat diantara tangkai daun dengan lebar daun. Daun sagu mirip dengan
daun kelapa, mempunyai pelepah yang menyerupai daun pinang. Pada waktu muda,
pelepah daun tersusun secara berlapis tetapi setelah dewasa terlepas dan melekat
sendiri-sendiri pada ruas batang (Haryanto dan Pangloli 1992).
Menurut Flach (1983) dalam Haryanto dan Pangloli (1992) sagu yang tumbuh
pada tanah liat dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai
yang panjangnya antara 60 cm sampai 180 cm dan lebarnya sekitar 5 cm. Pada
kondisi pohon sagu tersebut, setiap tangkai terdapat sekitar 50 pasang daun. Pada
waktu muda daun sagu berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi
hijautua, kemudian berubah lagi menjadi coklat kemerah-merahan apabila sudah tua
dan matang. Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari batang
Daun sagu memiliki anak daun dengan panjang 1.5 m bertangkai dan
berpelepah. Panjang daun sagu dapat mencapai 7 m. Daun merupakan bagian tanaman sagu yang memilki peranan penting karena merupakan tempat pembentukan pati
melalui proses fotosintesis.
Tanaman sagu membentuk satu daun setiap bulan dan diperkirakan daun sagu
dapat berumur rata-rata 18 bulan, kemudian akan gugur setelah tua (Flach 1983).
Tanaman sagu akan berbunga setelah mencapai usia dewasa antara 10 sampai 15
tahun tergantung jenis dan kondisi pertumbuhannya. Munculnya bunga pada tanaman
sagu dewasa menandakan bahwa sagu tersebut sudah mendekati akhir pertumbuhannya. Bunga sagu merupakan bunga majemuk, sedangkan buahnya berbentuk bulat
dan berbiji menyerupai buah salak.

5

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktik kerja lapangan akan dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari 02
Febuari 2015 sampai 30 Mei 2015. Kegiatan praktik kerja lapangan bertempat di
perkebunan sagu di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong selatan, Provinsi Papua Barat.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan dibutuhkan dalam praktik kerja lapangan ini adalah pohon
sagu dari berbagai jenis atau varietas. Alat-alat yang digunakan selama praktik kerja
lapangan ini yaitu meteran, ring sampel, kamera SLR, GPS, timbangan digital, cool
box, pisau cutter, parutan, gelas plastik, dan baskom.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan praktik kerja lapangan akan dilakukan dengan cara bekerja
langsung di lapangan, mengambil data melalui observasi, identifikasi, serta partisipasi
aktif dalam kegiatan. Data sekunder dikumpulkan dari data yang telah ada di instansi
terkait dan literatur.
Metode observasi pada praktik kerja lapang ini dibagi menjadi empat tahapan
kegiatan yaitu:
a. Survei Lapang yaitu untuk menentukan lokasi blok tempat tanaman sagu yang
akan digunakan sebagai blok contoh pengambilan sampel tanaman. Blok
pengamatan tanaman sagu berukuran 50 m x 50 m pada setiap hektar. Terdapat tiga ulangan pengamatan. Tiap hektar yang terdapat blok pengamatan berjarak 100 sampai 200 meter dengan blok pengamatan tanaman sagu per hektar lainnya.
b. Penandaan sampel yaitu memberikan tanda berupa plang nama dari tanaman
sagu yang akan diidentifikasi. Pemberian tanda berguna untuk acuan pengambilan sampel pada tahapan selanjutnya.
c. Pengamatan serta Pengidentifikasian sampel tanaman
d. Pencatatan dan pemrosesan data hasil pengamatan di lapangan.
Metode identifikasi berdasarkan peubah morfologi yang akan diamati atau di
identifikasi di antaranya, panjang batang produksi, lingkar batang, warna daun, bentuk bunga, bentuk buah, bentuk pelepah, penampakan kulit batang, jumlah rumpun,
kerapatan duri, dan potensi produksi pati. Identifikasi dilakukan secara bertahap
sesuai rencana kerja.

6

Metode Pengamatan
Metode pengamatan dilakukan sesuai topik yaitu identifikasi. Identifikasi
meliputi kegiatan identifikasi morfologi tanaman sagu. Pengamatan morfologi tersebut diantaranya meliputi, pengukuran panjang batang produksi, lingkar batang, warna
daun, bentuk bunga, bentuk buah, bentuk pelepah, penampakan kulit batang, jumlah
rumpun, kerapatan duri, dan potensi produksi pati. Pengamatan identifiksi tanaman
menggunakan metode observasi dan identifikasi langsung ke masing – masing tanaman sampel,berikut tahapannya:
a. Pengamatan pengukuran panjang batang produksi, pengamatan pengukuran
panjang batang produksi dilakukan dengan cara menebang pohon, selanjutnya
di ukur dari bekas yang ditebang sampai ke ujung pelepah terbawah.

a

b

Gambar 1: Pengukuran panjang batang (a) Penebangan pohon sagu, (b) Pengukuran panjang batang produksi (Jayanti 2011 )
b. Pengamatan pengukuran lingkar batang, pengukuran lingkar batang dilakukan
dengan cara mengukur lingkar batang menggunakan meteran, pengukuran
pada 1 m dari permukaan tanah. Rumus diameter batang adalah d = keliling
batang/2µ, dengan µ = 3.14 dan d = diameter batang.

Gambar 2 : Pengukuran lingkar batang (Ngadino 2013)
c. Pengamatan warna daun, pengamatan warna daun dilakukan dengan cara
mengamati warna daun secara dominan menggunakan skala bagan warna
daun (BWD).
a

7

b

Gambar 3: Pengamatan warna daun sagu (a) warna daun sagu, (b) bagan
warna daun (Dewi 2014 dan http: pupuk-abg/PEMUPUKAN SPESIFIK.htm)
d. Pengamatan bentuk bunga, pengamatan bentuk bunga dilakukan dengan cara
melihat langsung bentuk dari bunga sagu yang masih kuncup atau belum
mekar, yang sudah mekar dan yang sudah berbuah.
a

b

c

Gambar 4: Bentuk bunga sagu (a) bunga yang belum mekar, (b) bunga yang
sudah mekar, (c) bunga yang sudah berbuah (Dewi 2014)
e. Pengamatan buah, pengamatan buah dilakukan dengan cara melihat langsung
bentuk buah, warna buah dan bagian dalam buah.
a

b

Gambar 5 : Pengamatan buah sagu (a) bentuk dan warna buah, (b) bagian
dalam buah (Dewi 2014)
f. Pengamatan bentuk pelepah, pengamatan bentuk pelepah dilakukan dengan
cara melihat langsung bentuk dari pelepahnya.
a

b

Gambar 6: Pengamatan pelepah sagu (a) bentuk pelepah sagu tidak berduri,
(b) bentuk pelepah sagu berduri (Riska et al. 2011)

8

g. Pengamatan penampakan kulit batang, Penampakan kulit batang diamati langsung pada batang, apakah permukaanya licin, berambut (pilosus), berduri
(spinosus), dan memperlihatkan bekas-bekas pelepah daun.

Gambar 7 : Pengamatan penampakan kulit batang (a) penampakan kulit
batang yang licin, (b) Penampakan kulit batang yang berambut (pilosus), (c)
Penampakan kulit batang yang ada bekas – bekas pelepah daun (Riska et al.
2011)
h. Pengamatan kerapatan duri, pengamatan kerapatan duri dilakukan dengan cara
melihat
dan mengukur jarak antar
duri akan diaa
b duri di pelepah. Kerapatan
c
mati secara visual dengan mengklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu sangat padat, padat, dan ja-rang dengan kriteria sebagai berikut:
Sangat rapat
: > 70% menutupi permukaan
Rapat
: 50-70% menutupi permukaan
Jarang
: < 50% menutupi permukaan
a

b

Gambar 8: Pengamatan kerapatan duri (a) kerapatan duri jarang, (b) kerapatan
duri lebih rapat (Dewi 2014)
i. Pengamatan jumlah rumpun, pengamatan jumlah rumpun dilakukan dengan
cara menghitung jumlah anakan atau tunas yang muncul dan hidup.

Gambar 9 : Pengamatan rumpun tanaman sagu (Dewi 2014)

9

j. Pengamatan produksi pati akan diketahui hasilnya dengan menggunakan perbandingan volume. Pati diperoleh dari empulur sagu yang akan diambil dari
batang sagu yang telah ditebang. Empulur diambil menggunakan ring sampel
sebanyak tiga kali ulangan dititik yang berbeda pada batang sagu. Titik pertama di bagian pangkal batang, kedua di bagian tengah dan yang ketiga di
bagian ujung batang. Berikan tanda pada ketiga titik yang akan di buat lubang,
lubang dibuat dengan cara mengupas kulit luar sehingga mempermudah
proses memasukan ring sampel. Ring sampel dimasukan dengan cara
menekan dan memukul bagian atas ring sampel secara bertahap hingga seluruh bagian ring sampel terbenam ke dalam empulur. Apabila ring sampel telah
terbenam keseluruhannya, sebelum ring sampel dikeluarkan, buat lubang disekitar ring sampel untuk mempermudah proses mengeluarkan ring sampel dari
empulur. Empulur yang telah didapatkan dikeluarkan dari ring sampel lalu
masing-masing ditimbang lalu empulur yang telah ditimbang dihancurkan
dengan cara diparut dan diletakkan dalam wadah gelas plastik yang telah
berisi air. Empulur tersebut diremas-remas dan diperas tiga sampai lima kali,
sehingga pati terekstrak maksimal. Volume air yang digunakan untuk
memeras empulur sama pada setiap ulangan. Air perasan diendapkan untuk
mendapatkan pati. Endapan pati tersebut dikeringkan (Gambar 10). Pati ditimbang dan dihitung bobot basah dan bobot kering dengan rumus kadar air. Produksi pati per pohon dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Produksi pati per batang=

volume batang
x bobot pati kering contoh
volume contoh

Volume batang = π r 2 x tinggi, dengan π =¿ 3. 14 dan r = jari-jari
batang sagu. Bobot pati kering contoh merupakan hasil rata-rata dari 3 ulangan contoh yang diambil. Rendemen pati akan dihitung dengan rumus
berikut :
Rendemen =

bobot pati kering
x 100
bobot empulur

Kadar air akan dihitung dengan cara menimbang bobot pati basah dan
menimbang bobot pati yang telah dikeringkan dan dihitung menggunakan rumus berikut :
Kadar air =

BB−BK
x 100
BB

Keterangan : BB = bobot basah pati
BK = bobot kering pati

10

a

b

c

d

e

f

g

h

i

j

k

l

m

n

Gambar 10 : Metode pengamatan produksi pati (a) pemberian tanda pada titik
yang akan dibuat lubang, (b) pembuatan lubang, (c) proses memasukan ring sampel ke dalam empulur batang, (d) ring sampel yang sudah masuk keseluruhan ke
dalam empulur batang, (e) proses mengeluarkan ring sampel, (f) proses merapikan ring sampel dari sisa empulur, (g) bentuk empulur yang sudah dikeluarkan
dari ring sampel, (h) penimbangan empulur, (i) proses pemarutan empulur, (j)

11

empulur dalam wadah gelas siap untuk di ekstraksi, (k) pati hasil ekstraksi di endapkan, (l) pati basah, (m) pati kering, (n) ring sampel (Dewi 2014).
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam analisis data adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dengan studi literatur dan bahan perkuliahan yang relevan. Analisis kuantitatif berupa
analisis statistik sederhana untuk memperoleh nilai rataan, nilai maksimum dan nilai
minimum dari suatu obyek data.
Data yang didapat selama kegiatan praktik kerja lapang baik data primer
maupun data sekunder selanjutnya dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu
pemaparan data hasil pengamatan pada kegiatan praktik kerja lapang yang menggambarkan seluruh data hasil pengamatan dan kegiatan yang dilakukan selama praktik
kerja lapang. Data hasil pengamatan selanjutnya dibandingakan dan di selaraskan
dengan literatur yang ada, apakah data hasil pengamatan tersebut bisa di sebut data
ilmiah atau tidak. Data hasil pengamatan selain dibandingkan dengan literatur dan di
jelaskan bagaimana cara memproleh data tersebut. Data hasil pengamatan dihimpun
sesuai peubah yang telah ditentukan lalu dibandingkan apakah data tersebut berbeda
dengan data dari literature atau tidak dan jelaskan alasannya.

12

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN BIAYA
Rencana Kegiatan
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang akan dilakukan di Perkebunan
sagu yang berlokasi di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua
Barat akan dilakukan selama empat bulan. Rincian kegiatan selama pelaksanaan PKL
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Rencana kegiatan PKL

Februari

Minggu
ke1

Maret

2-4
1-4

April

1

Mei

2-4
1-3

Bulan

4

Kegiatan

Tujuan

Survei lapangan atau pengenalan
lahan tempat pelaksanaan PKL.
Klasifikasi berdasarkan nama-nama
sagu lokal di sekitar lokasi PKL.
Membuat catatan dan daftar nama
lokal sagu yang sudah
diidentifikasi.
Identifikasi morfologi tahap 1
Identifikasi morfologi tahap 1
Identifikasi morfologi tahap 1

Mengenal dan
mengetahui kondisi
umum lokasi
pelaksanaan PKL.
Mengetahui namanama lokal dan
menentukan nama
ilmiah

Mengetahui ciriciri morfologi
setiap tanaman
sampel
Evaluasi kegiatan dan pengolahan Mengevaluasi
data
kegiatan yang
sudah dilakukan
dan menginput
serta mengolah
data hasil
pengamatan
Identifikasi morfologi tahap 2
Mengetahui ciriIdentifikasi morfologi tahap 2
ciri morfologi
setiap tanaman
sampel
Evaluasi kegiatan dan pengolahan Mengevaluasi
data akhir
kegiatan yang
Penyusunan laporan
sudah dilakukan

13

Rencana Anggaran Biaya
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilaksanakan penulis
memerlukan biaya-biaya administratif dengan rencana anggaran biaya yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
No
1

2

3
4

Tabel 2 Rencana anggaran biaya
Komponen Biaya
Satuan
Harga satuan
(Rp)
Transportasi bandra Soekarno Tiket
5 000 000
hatta – sorong pulang pergi
Transportasi bogor – bandara Tiket
80 000
Soekarno Hatta pulang pergi
Transportasi bandara sorong- Tiket
1 500 000
sorong selatan
Transportasi dari kota sorong
selatan – distrik Kokoda
Hari
1 000 000
pulang pergi
Biaya hidup
- Makan
Hari
150 000
- Obat-obatan
Bulan
100 000
- Tempat tinggal
Bulan
1 000 000
Komunikasi (pulsa)
- Hp
Bulan
50 000
- Modem
Bulan
50 000
Peralatan PKL
- Kamera SLR
Unit
6 000 000
- GPS
Unit
4 000 000
- Timbangan digital
Unit
1 000 000
- Parutan
Unit
50 000
- Cool box
Unit
1 000 000
- Baskom
Unit
30 000
- Gelas plastik
Lusin
20 000
- Kain saring
Unit
10 000
- Ring sample
Unit
60 000
- Meteran panjang
Unit
100 000
- Meteran pendek
Unit
10 000
- Sarung tangan
Unit
15 000
- Golok
Unit
100 000
- Sepatu Boot
Unit
80 000
- Pisau Cutter
Unit
7 000

Jumlah

Biaya (Rp)

2

10 000 000

2

160 000

2

3 000 000

2

2 000 000

120
4
4

18 000 000
400 000
4 000 000

4
4

200 000
200 000

1
1
1
1
1
3
1
3
3
1
1
4
1
1
1

6 000 000
4 000 000
1 000 000
50 000
1 000 000
90 000
20 000
30 000
180 000
100 000
10 000
60 000
100 000
80 000
7000

14

-

No
5
6

Bagan warna daun

Unit

50 000

1

50 000

Tabel 3 Rencana anggaran biaya (lanjutan)
Komponen biaya
Satuan Harga satuan
jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
Bahan PKL
- Pohon sagu
Pohon
1 000 000
20*
20 000 000
Biaya tak terduga (10%)
7 073 700
Total
77 810 700

Keterangan : (*) jumlah tergantung berapa jumlah jenis atau varietas yang di identifikasi

15

DAFTAR PUSTAKA
Bintoro MH. Yanuar M, Amarilis S. 2010. Sagu di Lahan Gambut. Bogor (ID):IPB
Pr.
Bintoro MH. 2008. Bercocok Tanam Sagu. Bogor (ID):IPB Pr.
Dewi RK.2015. Karakterisasi dan Aksesi Tanaman Sagu ( Metroxylon Spp) di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.[Tesis]. Bogor (ID):Sekolah pasca
sarjana Institut Pertanian Bogor.
Haryanto, B dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta.
(ID): Kanisius
Jayanti Y.2011. Pengelolaan Budidaya Sagu (Metroxylon Spp.) di PT National Sago
Prima, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Khusus Pemangkasan Dan Aplikasi
Hormon Organik Pada Petiol Bibit Sagu di Persemaian.[Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kanro M. Z, Rouw A, Widjono A, Syamsuddin, Amisnaipa, Atekan.2003. Tanaman
Sagu dan Pemanfaatannya di Provinsi Papua. Jayapura (ID): Jurnal Litbang
Pertanian 22(3). http://pustaka.litbang.deptan.go.id
Ngadino.2013.Potensi dan Kelembagaan Sagu; Pengembangan Komoditas Unggulan
Perkebunan Sagu di Provinsi Papua dan Papua Barat (ID): Bahan Seminar Unit
Percepatan Pembangunan Provinsi Dan Provinsi Papua Barat.
Riska K, Suliansyah I, Syarif A. 2011. Inventarisasi dan Karakterisasi Keragaman
Morfologis Tanaman Sagu (Metroxylon Sp.) di Kabupaten Pesisir Selatan.
Padang (ID): Universitas Andalas.
Yumte Y. 2008. Penyusunan Model Penduga Berat Basah Tepung Sagu Duri (Metroxylon rumphii) di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

16

LAMPIRAN

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilakukan di
Perkebunansagu yang berlokasi di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan,
Provinsi Papua barat, selama empat bulan. Rincian kegiatan selama pelaksanaan PKL
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Lampiran 1 Rincian kegiatan selama PKL
Kegiatan
1.Survei lapangan atau
pengenalan lahan tempat
pelaksanaan PKL.
2.Klasifikasi berdasarkan
nama-nama sagu lokal di
sekitar lokasi PKL.
3.Membuat catatan dan
daftar nama lokal sagu
yang sudah diidentifikasi.
4.Identifikasi morfologi
tahap
I,Pengukuran
tinggi batang, tinggi
batang
produksi,
diameter batang, panjang
duri, kerapatan duri dan
potensi pati Pengamatan
bunga, bentuk pelepah,
warna kulit, dan jumlah
anakan.
5.Evaluasi kegiatan dan
pengolahan data

Februari
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

17

Lampiran 1 Rincian kegiatan selama PKL(lanjutan)
Februari
Maret
April
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6.Identifikasi
morfologi tahap II,
Pengukuran
tinggi
batang, tinggi batang
produksi, diameter
batang, panjang duri,
kerapatan duri dan
potensi pati
Pengamatan bunga,
bentuk pelepah,
warna kulit, dan
jumlah anakan
7.Evaluasi kegiatan
dan pengolahan data
akhir
Penyusunan laporan
8.Mengikuti kegiatan
kemasyarakatan

Mei
1 2

3

4