Hubungan Karakteristik Perawat dalam Kep

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien
mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit” (Tunggal, 2010). Segala bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada
pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga
tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita
akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah.
Menurut Soeroso (2000) di negara berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi
Healthcare Associated Infections selanjutnya disingkat HAIs adalah sekitar 9,1% dengan
variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian HAIs pada jenis/tipe rumah sakit sangat beragam.
Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian
HAIs di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien
berisiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991
pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah
pasien 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%).
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan HAIs di rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah

Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007
mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini
angka kejadian HAIs telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin
operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian HAIs.
(Darmadi, 2008).
Cara paling ampuh untuk mencegah terjadinya HAIs adalah dengan menjalankan
Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap
penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengan mencuci
tangan dapat menurunkan 20% - 40% kejadian HAIs. Namun pelaksanaan cuci tangan itu
sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Di negara berkembang, kegagalan dalam
1

pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci
tangan. Namun ketika sudah ada dana, kendala berikutnya yang sebenarnya paling
memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk mentaati prosedur.
Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Sama halnya dengan program
cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008
tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini
bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk

mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin, 2010).
Perawat yang bekerja di rumah sakit mempunyai karakter yang berbeda-beda dan sangat
beragam baik tingkat pendidikan, umur, masa kerja, maupun tingkat pengetahuannya.
Perbedaan karakteristik ini tentunya akan berpengaruh terhadap penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional seorang perawat dalam menjalankan
perannya.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

adalah sebuah rumah sakit milik

Pemerintah Aceh yang terletak di Jalan Tengku Daud Beureueh no. 108, dalam menjalankan
fungsinya selain memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga sebagai pusat
pendidikan dan penelitian baik untuk karyawan rumah sakit maupun para peserta didik yang
menggunakan RSUD dr. Zainoel Abidin sebagai lahan praktek. Rumah sakit ini menyediakan
beberapa pelayanan medis yaitu Pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasai Bedah Sentral, Instalasi Intensive Terpadu, Instalasi Dialisis, serta Unit Penunjang
seperti Radiologi, Laboratorium, Fisioterapi dan Farmasi. Di rumah sakit ini terdapat kurang
lebih 30 ruang perawatan dan tindakan dimana tiap ruangan terdiri dari 6 - 28 tempat tidur.
Untuk pengendalian kejadian infeksi HAIs, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin mempunyai komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit. Komite

PPI mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang terprogram.
Program tersebut dapat berupa pelatihan ataupun pengawasan langsung ke setiap ruang
perawatan.
Berdasarkan data dari Komite PPI Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
masih terdapat kejadian HAIs yaitu data hasil survei VAP (Ventilator Associated Pneumonia)
pada Maret – Desember 2015 rata-rata 62,7‰, sementara rata-rata infeksi VAP pada Negara
2

maju adalah sekitar 7 – 12 ‰. Untuk data IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) adalah rata-rata
14,7‰. Sedangkan untuk insiden ISK (Infeksi Saluran Kencing) rata-rata kejadian adalah
12,9 ‰ dimana data tertinggi berada pada bulan Agustus yaitu 32,6‰. Untuk angka kejadian
ILO (Infeksi Luka Operasi) rata-rata angka kejadian adalah 1,31% untuk jumlah kasus 229
orang (Komite PPI, RSUD dr. Zainoel Abidin, 2015). Berdasarkan hasil survei tentang isolasi
dan identifikasi bakteri terdapat kasus MRSA sebanyak 8 pasien pada bulan Januari 2016
(Instalasi Laboratorium Terpadu RSUD dr. Zainoel Abidin, 2016).
Apabila kejadian infeksi ini terus berulang maka image rumah sakit akan jelek dan
selanjutnya pasien akan enggan datang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin yang pada akhirnya akan menurunkan BOR (Bed Occupotional Rate) rumah sakit.
Apabila BOR rumah sakit menurun terus kita tahu apa yang akan terjadi, rumah sakit bisa
tutup, tidak bisa beroperasional lagi karena dana yang tidak cukup dan berdampak akan

dilakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan akhirnya menambah jumlah pengangguran.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang
terkait dengan hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat melakukan
kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
B. Rumusan Masalah
Munculnya kejadian infeksi yang teus berulang merupakan ancaman keselamatan bagi
pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang berada di rumah sakit, yang selanjutnya
berdampak terhadap buruknya citra rumah sakit. Kepatuhan dalam menjaga kebersihan tangan
telah terbukti sebagai upaya pengendalian infeksi sekaligus sebagai proteksi diri petugas di
rumah sakit belum sepenuhnya dilakukan dengan baik.
Berbagai studi terkait dengan pengendalian infeksi maupun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian
tentang hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat melakukan cuci tangan
pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2016.

3

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi hubungan umur perawat dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
b. Untuk mengidentifikasi hubungan jenis kelamin perawat dengan tingkat kepatuhan
perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
c. Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat dengan tingkat kepatuhan
perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
d. Untuk mengidentifikasi hubungan lama bekerja perawat dengan tingkat kepatuhan
perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
e. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr.
Zainoel Abidin.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat jalan, intensif, ruang tindakan maupun
keluarganya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar menentukan kebijakan
terkait dengan upaya pencegahan infeksi.
2. Bagi Perawat

Sebagai masukan dalam menerapkan prosedur cuci tangan dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
3. Bagi Pasien
Menurunkan risiko kejadian Penyebaran Infeksi sehingga diharapkan dapat memperpendek
hari perawatan di rumah sakit.

4

4. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan untuk mengetahui lebih dalam
tentang prosedur cuci tangan, serta sebagai gambaran nyata yang dapat dimanfaatkan untuk
evaluasi keefektifan program pencegahan HAIs rumah sakit khususnya tentang kepatuhan
perawat melakukan prosedur cuci tangan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil ini dapat digunakan untuk pedoman atau gambaran awal untuk melakukan penelitian
lebih lanjut, terutama penelitian mengenai pengendalian dan pencegahan infeksi atau
penelitian kepatuhan melakukan cuci tangan.

5


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Karakteristik
Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis
kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras dan status.
(Widianingrum, 2000). Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan stuktur penduduk, umur,
jenis kelamin dan status ekonomi sedangkan data kultural mengangkat tingkat pendidikan,
pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya. Pada penelitian ini karakteristik
yang diteliti adalah pengetahuan, pendidikan, umur dan masa kerja.
1. Umur
Umur berpengaruh terhadap pola fikir seseorang dan pola fikir berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap
mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyak
umur maka dalam menerima sebuah instruksi dan dalam melaksanaan suatu prosedur akan
semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Semakin cukup umur seseorang akan
semakin matang dalam berfikir dan bertindak (Evin, 2009).
2. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh lakilaki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan

menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan
diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras
yang ada di muka bumi.
3. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir individu. Sedangkan pola fikir
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dengan kata lain pola pikir seseorang yang
berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi
6

(Asmadi, 2010). Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas
pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan
memberi pelayanan yang optimal.
4.

Masa Kerja
Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991 masa kerja
(lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan
dalam pekerjaan dan jabatan. Kreitner dan Kinichi (2004) menyatakan bahwa masa kerja
yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal ini

disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga akan
merasa nyaman dalam pekerjaannya. Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat
prestasi akan semakin tinggi, prestasi yang tinggi didapat dari perilaku yang baik.

B. Konsep Kepatuhan
Kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan mencuci
tangan didefinisikan sebagai melakukan cuci tangan pada 5 momen secara keseluruhan
dengan benar, dan dinilai dengan lembar observasi yang diadopsi dari HIPPII (Himpunan
Perawat Pengendali Infeksi Indonesia). Menurut Smet kepatuhan adalah tingkat seseorang
melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan
kepadanya. Dalam hal ini perawat disarankan untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan
pada setiap 5 momen.
C. Konsep Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,
dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
D. Konsep Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan (cuci tangan) merupakan suatu prosedur tindakan membersihkan
tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan

menggunakan handrub yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara
mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Persatuan Pengendalian Infeksi
7

Indonesia, Perdalin, 2010). Menurut Sumurti (2008), cuci tangan dilakukan bertujuan untuk
mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection),
menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi dan memberikan perasaan
segar dan bersih. Prosedur cuci tangan dilakukan pada setiap 5 momen dengan 6 langkah
(WHO, 2009).
Selain mencuci tangan dengan menggunakan sabun anti septik di bawah air mengalir,
cuci tangan juga dapat dilakukan dengan memakai handrub berbasis alkohol. Waktu untuk
menggunakan handrub antiseptik adalah kondisi emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit
dijangkau, fasilitas cuci tangan inadequat, saat ronde di ruangan yang memerlukan desinfeksi
tangan dan bukan pengganti cuci tangan bedah.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa tangan harus dibersihkan
sebelum mengenakan sarung tangan medis. harus digunakan sebagai antisipasi setiap kontak
dengan cairan tubuh pasien atau pasien perlu dilindungi dalam lingkungan yang steril. Tujuan
dari pemakaian sarung tangan medis adalah untuk memberikan perlindungan dan penghalang
terhadap mikroba berbahaya namun tidak menghilangkannya. Sarung tangan dapat
berkontribusi pada penyebaran infeksi jika prosedur kebersihan tangan tidak benar dilakukan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dunia telah menyatakan bahwa salah satu
langkah yang paling penting untuk mencegah penyebaran patogen adalah mencuci tangan
yang efektif.
Agen antiseptik atau antimikroba adalah bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit
atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang
sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi jumlah hitung bakteri
total.
Handrub antiseptik berisi emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang
melindungi dan melembutkan kulit. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat
organik, sehingga jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh,
harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu. Handrub antiseptik yang tidak
mengiritasi dapat dibuat dengan menambahkan gliserin, glikol propilen atau sorbitol ke dalam
alkohol (2 ml dalam 100 ml etil atau isopropil alkohol 70%).
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas
8

kesehatan dengan five moments for hand hygiene adalah melakukan cuci tangan :
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan atau prosedur bersih/steril
3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4. Setelah bersentuhan dengan pasien
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan disekitar pasien

Teknik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti di bawah ini:
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
2. Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering
11. Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup keran

9

10

E. Konsep Rumah sakit
Menurut WHO rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan
undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

11

F. Perilaku Cuci Tangan Petugas Kesehatan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun
yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003).
Menurut teori Green dalam Notoadmojo (2003) menganalisis perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dimana kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok yaitu faktor perilaku (Behavior Causes) dan faktor diluar perilaku (Non Behavior
Causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktorfaktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kemudian faktor-faktor pendukung (Enabling Factors)
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
saran-sarana kesehatan misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong
(reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perubahan perilaku individu baru menjadi dapat optimal jika perubahan tersebut terjadi
melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi
individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

12

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka kerja penelitian disusun berdasarkan Nursalam (2003), yang terdiri dari
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel nilai yang
menentukan variabel lain sedangkan variabel dependen adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini berupa karakteristik
perawat, yang terdiri dari pengetahuan, pendidikan, umur dan masa kerja. Sedangkan variabel
dependennya adalah kepatuhan melakukan kebersihan tangan meliputi patuh dan tidak patuh.
Adapun bentuk hubungan antara variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada skema
berikut ini :
Variabel Independen

Variabel Dependen
Tingkat kepatuhan
perawat melakukan
kebersihan tangan
Patuh
Tidak Patuh

Karakteristik
Perawat :
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Masa Kerja

B. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesa Mayor
Ho

: Tidak ada hubungan antara karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan
perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun
2016.

2. Hipotesa Minor
a. Ho

: Tidak

ada

hubungan

antara umur dengan

tingkat

kepatuhan perawat

melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.
b. Ho

: Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.
13

c. Ho

: Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.

d. Ho

: Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.

C. Definisi Operasional
Agar mudah memahami pengertian dari variabel dan subvariabel yang diteliti, maka
dapat dilihat pada definisi operasional berikut ini:
No

Variabel
penelitian

1.

Karakteristik

Alat
Cara Ukur
Ukur
Variabel Independen
Ciri-ciri dari individu
Kuesioner Wawancara

Perawat

yang terdiri dari

Definisi Operasional

Skala
Ukur

Hasil Ukur

Interval

demografi seperti jenis
kelamin, umur serta
status sosial seperti
pendidikan, pekerjaan,
2.

Umur

ras dan status.
Usia yang berpengaruh

Kuesioner Wawancara

Interval

1. Remaja
Akhir (17-25
Tahun)
2. Dewasa Awal
(26-35
Tahun)
3. Dewasa
Akhir (36-45
Tahun)

Kuesioner Wawancara

Nominal

1. Laki-Laki
2. Perempuan

Interval

1.
2.
3.
1.
2.

terhadap pola fikir
seseorang dan pola fikir
berpengaruh terhadap
perilaku seseorang.

3.

Jenis Kelamin

Perbedaan antara
perempuan dengan lakilaki secara biologis

4.

Pendidikan

sejak seseorang lahir
Pendidikan terakhir dari Kuesioner Wawancara
seorang responden.

5.

Masa Kerja

Pengalaman individu
yang akan menentukan

Kuesioner Wawancara

Interval

D-III
D-IV
S1
< 5 Thn
5-10 Thn
14

No

Variabel
penelitian

Definisi Operasional

Alat
Ukur

Cara Ukur

Skala
Ukur

pertumbuhan dalam

6.

Hasil Ukur
3. > 10 Thn

Kepatuhan

pekerjaan dan jabatan.
Variabel Dependen
Kepatuhan melakukan
Kuesioner Observasi

melakukan

kebersihan tangan

dan

kebersihan

didefinisikan sebagai

Lembar

tangan

melakukan cuci tangan

Observasi

Ordinal

Patuh x ≥ x́
Tidak Patuh
x < x́

pada 5 momen secara
keseluruhan dengan
benar

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

15

A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif; deskriptif korelasi yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan 2 variabel penelitian yaitu antara variabel
independen (bebas) karakteristik perawat (pengetahuan, pendidikan, umur, masa kerja)
dengan variabel dependen (terikat) yaitu kepatuhan perawat melakukan cuci tangan.
Pendekatan yang digunakan adalah belah lintang (cross sectional) karena pengukuran
data penelitian dilakukan saat bersamaan/sesaat. Tempat penelitian dilakukan adalah di RSUD
dr. Zainoel Abidin. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan
penelitian tentang hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti dan ditarik kesimpulan dari penelitian (Hasan,
2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin, dengan jumlah 569 orang.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Probability sampling dengan besar sample 235 orang.
Sampel yang digunakan adalah seluruh perawat yang ada di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2010) :
n=
n=
n=

N
1+ N ( d)2
569
1+569( 5 )2

569
1+569( 0,0025)❑
n=

569
2,4225
n = 235
16

Untuk menentukan berapa jumlah perawat yang dijadikan sampel dalam setiap ruang,
dihitung dengan menggunakan rumus Proportional Sampling dalam Umar (2007), sebagai
berikut :

ni =

¿ ×n
N

Keterangan :
ni

= Besarnya sampel pada tiap ruang

Ni = Besarnya populasi per ruang
N

= Jumlah populasi

n

= Besarnya sampel yang diinginkan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut :
Rincian sampel setiap ruang rawat inap sebagai berikut :

17

No

Ruangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jeumpa 1
Jeumpa 2
Jeumpa 3
Jeumpa 4
Mamplam 1 dan 4
Mamplam 2
Mamplam 3
Seurunee 1
Seurunee 2
Seurunee 3

11
12
13
14

Geulima 1
Geulima 2
Geurutee 1
Geurutee 2

No
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Ruangan
Pelayanan TB Terpadu
Thalasemia & Hemofilia
Perawatan Bedah Jantung
ICU Dewasa
ICU Bedah Jantung
ICCU
PICU
NICU
RHCU
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Intermediate Ward (IW) 1
Intermediate Ward (IW) 2
Kamar Bersalin
Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Dialisis
Instalasi Rawat Jalan
Jumlah

Jumlah Perawat
(orang)
14
13
16
14
13
15
12
12
13
19

Sampel Per Ruang
(orang)
6
5
7
6
5
6
5
5
5
8

14
12
15
10
Jumlah Perawat
(Orang)
7
8
16
36
19
21
15
15
11
25
12
11
5
77
18
81
569

6
5
6
4
Sampel Per Ruang
(Orang)
3
3
7
15
8
9
6
6
5
10
5
5
2
32
7
33
235

18

C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni s.d September 2016.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang rawat inap, rawat jalan, intensif dan ruang tindakan RSUD
dr. Zainoel Abidin.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara
mendapatkan izin dari setiap kepala ruangan RSUD dr. Zainoel Abidin melalui Bidang
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia RSUD dr. Zainoel Abidin.
2. Tahap Pengumpulan Data
Penelitian telah dilakukan selama 4 (empat) bulan dengan melakukan observasi langsung
ke setiap ruangan di RSUD dr. Zainoel Abidin. Enumerator akan mengobservasi dan
melakukan checklist kuesioner sesuai dengan item yang telah disusun. Melakukan
observasi terhadap semua perawat pada saat 5 momen yang mewajibkan cuci tangan sesuai
kuesioner serta mengaitkannya dengan karekteristik perawat tersebut, baik dari segi
pengetahuan, tingkat pendidikan, umur dan masa kerja sehingga hasil akhirnya didapatkan
apakah ada hubungan antara kedua variable tersebut.
E. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya data tersebut diolah melalui beberapa tahap
menurut Budiarto (2001), tahap-tahap tersebut adalah :
1. Editing, yaitu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap instrumen pengumpulan data
(angket), yang meliputi kelengkapan identitas responden dan kelengkapan pengisian yang
dilakukan oleh responden. Dari lembaran angket penelitian, semua pengisian lengkap
karena ketika melakukan pengumpulan data peneliti telah mengingatkan responden untuk
mengisi dengan lengkap dan peneliti langsung memeriksa kelengkapan angket ketika
peneliti mengumpulkan kembali angket dari responden.
19

2. Coding yaitu pemberian kode pada setiap jawaban yang telah diisi untuk memudahkan
dalam mengolah data tersebut. Peneliti memberikan kode pada jawaban dan hasil
pemeriksaan yang terdapat di kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. Kode data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan 01 untuk
responden pertama sampai 235 untuk responden terakhir.
3. Transfering yaitu data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden
pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan
subvariabel yang diteliti.
4. Tabulating yaitu pengelompokan jawaban responden berdasarkan ketegori yang telah
dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi.

F. Analisa Data
1. Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian, umumnya analisis ini
hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel atau subvariabel. Untuk
melihat distribusi frekuensi antara variabel dependen dan variabel independen. Untuk
menilai keseluruhan jawaban responden maka akan ditetukan nilai rata-rata (
cara membagi nilai total (

∑X

x ) dengan

) yang diperoleh untuk tiap-tiap sub-variabel dengan

jumlah responden (n) dengan rumus sebagai berikut :

x =

∑x
n

Keterangan:

n

x

: mean (nilai rata-rata)

∑x

: jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek
: banyak subjek yang diteliti

Untuk persentase tiap variabel digunakan rumus sebagai berikut :
20

=

fi
×100
n

p
keterangan:
p

: persentase

fi

: frekuensi teramati

n

: jumlah sampel

2. Bivariat
Untuk mengukur hubungan karakterisitik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin, analisa yang digunakan adalah
uji Chi-Square dengan menggunakan program komputer berupa Statistik product and
Service Solution (SPSS). Keputusan uji statistik menolak atau menerima H0 adalah dengan
membandingkan nilai p-value dengan α = 0,05. Jadi, bila p value > 0,05 maka H 0 diterima.
Sebaliknya, bila p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak (Hastono, 2006).
Frekuensi teramati dan frekuensi harapan setiap tabel dimasukkan ke dalam tabel
kontingensi yang sesuai. Pada penelitian ini digunakan tabel kontingensi 2 x 3. Confidence
interval yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 95 % pada taraf signifikan 5 %
(Budiarto, 2001).
Aturan yang berlaku pada chi-square adalah sebagai berikut :
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) < 5, maka yang digunakan adalah
“Fisher’s Exact Test”
b. Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai Expected < 5, maka uji yang dipakai adalah
“Continuity Correction”
c. Bila pada tabel lebih dari 2x2 , misalnya 3x2 atau 3x3 dan sebagainya, maka digunakan
uji “pearson Chi Square”
d. Uji “Likehood Ratio” dan “Linear-by-linear Association” biasanya digunakan untuk
keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan
juga untuk mengetahui hubungan linear dua variabel kategorik sehingga kedua jenis ini
jarang digunakan (Hastono, 2006, p. 125).
G. Penyusunan Laporan
21

Hasil survei disusun dalam bentuk laporan yang akan menjadi dokumen penting RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang menyajikan informasi dari olahan dan analisis data yang
dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan strategis berdasarkan ketentuan yang
berlaku.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pengumpulan data telah dilakukan mulai tanggal 27 Juni sampai 26 September 2016 di
Ruang rawat inap, rawat jalan, intensif dan ruang tindakan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh terhadap 235 responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan lembar
observasi.
Adapun hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Umur Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
22

No
1.
2.
3.

Umur
Remaja Akhir (17-25 Tahun)
Dewasa Awal (26-35 Tahun)
Dewasa Akhir (36-45 Tahun)
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Frekuensi
32
134
69
235

Persentase
13,6
57
29,4
100

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Umur Responden
60
50
40
30
20
10
0

Berdasarkan Tabel dan diagram 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa umur perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori Dewasa Awal dengan frekuensi
sebanyak 134 orang (57%).
b. Jenis Kelamin Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

23

No
1.
2.

Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-Laki
53
Perempuan
182
Jumlah
235
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Persentase
22,6
77,4
100

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Jenis Kelamin Responden
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Laki-Laki

Perempuan

Berdasarkan tabel dan diagram 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa jenis kelamin
perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori lebih banyak perempuan
dengan frekuensi sebanyak 182 orang (77,4%).

24

c. Pendidikan Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
No
1.
2.
3.

Pendidikan

Frekuensi
161
17
57
Jumlah
235
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Persentase
68,5
7,2
24,3
100

D-III
D-IV
S1

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Tingkat Pendidikan
80
70
60
50
40
30
20
10
0

D-III

D-IV

S1

25

Berdasarkan tabel dan diagram 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori D-III dengan
frekuensi sebanyak 161 orang (68,5%).
d. Masa Kerja Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
No
1.
2.
3.

Masa Kerja
Frekuensi
< 5 Tahun
101
5-10 Tahun
69
> 10 Tahun
65
Jumlah
235
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Persentase
43
29,4
27,6
100

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

< 5 Tahun

5-10 Tahun

> 10 Tahun

26

Berdasarkan tabel dan diagram 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa masa kerja
perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori 10 Tahun
53
22,6
12
5,1
65
27,7
Jumlah
189
80,4
46
19,6 235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

α

p-value

0,05

0,962

Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang
masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 81 perawat (34,5%) berada pada kategori
tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,962 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
33

menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja
dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment
sebelum kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

e. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
Tabel 5.15
Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Kepatuhan Perawat Pada
Moment Sebelum
Melakukan Tindakan
Jumlah
Umur
α
p-value
Aseptik
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
%
Remaja Akhir
20
8,5
12
5,1
32
13,6
Dewasa Awal
83
35,3
51
21,7 134
57
0,05
0,984
Dewasa Akhir
42
17,9
27
11,5
69
29,4
Jumlah
145
61,7
90
38,3 235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)
Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang
berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 83 perawat (35,3%) berada pada kategori
tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,984 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan
tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum
melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.
f. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
Tabel 5.16
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Jenis Kelamin Kepatuhan Perawat Pada
Jumlah
α
p-value
34

Moment Sebelum
Melakukan Tindakan
Aseptik
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
Laki-Laki
34
14,5
19
8,1
53
Perempuan
111
47,2
71
30,2 182
Jumlah
145
61,7
90
38,3 235
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)
Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat dijelaskan

%
22,6
77,4
100

0,05

0,677

bahwa dari 182 perawat yang

berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 111 perawat (47,2%) berada pada
kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,677 yang berarti ≥ 0,05.
Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada
moment sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2016.
g. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
Tabel 5.17
Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Kepatuhan Perawat Pada
Moment Sebelum
Jumlah
Melakukan Tindakan
Pendidikan
Aseptik
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
%
D-III
98
41,7
63
26,8 161 68,5
D-IV
10
4,3
7
3
17
7,2
S-1
37
15,7
20
8,5
57
24,3
Jumlah
145
61,7
90
38,3 235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

α

p-value

0,05

0,837

Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang
berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 98 perawat (41,7%) berada pada kategori
tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,837 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
35

menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment
sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2016.

h. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
Tabel 5.18
Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Kepatuhan Perawat Pada
Moment Sebelum
Melakukan Tindakan
Jumlah
Masa Kerja
α
p-value
Aseptik
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
%
< 5 Tahun
59
25,1
42
17,9 101
43
5-10 Tahun
47
20
22
9,4
69
29,4
0,05
0,418
> 10 Tahun
39
16,6
26
11,1
65
27,7
Jumlah
145
61,7
90
38,3 235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)
Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang
masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 59 perawat (25,1%) berada pada kategori
tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,418 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja
dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment
sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2016.
i. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
Tabel 5.19
Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Umur
Kepatuhan Perawat Pada
Jumlah
Α
p-value
Moment Setelah Kontak
Dengan Cairan Tubuh
36

Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
Remaja Akhir
14
6
18
7,7
32
Dewasa Awal
53
22,6
81
34,5 134
Dewasa Akhir
20
8,5
49
20,9
69
Jumlah
87
37
148
63
235
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)
Berdasarkan tabel 5.19 di atas dapat dijelaskan

%
13,6
57
29,4
100

0,05

0,235

bahwa dari 134 perawat yang

berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 81 perawat (34,5%) berada pada kategori
patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,235 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan
tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah
kontak dengan cairan tubuh di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.
j. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
Tabel 5.20
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Kepatuhan Perawat Pada
Moment Setelah Kontak
Jumlah
Jenis Kelamin
Dengan Cairan Tubuh
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
f
%
Laki-Laki
14
6
39
16,6
53
22,6
Perempuan
73
31,1
109 46,4 182 77,4
Jumlah
87
37
148
63
235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

α

p-value

0,05

0,069

Berdasarkan tabel 5.20 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang
berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 109 perawat (46,4%) berada pada
kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,069 yang berarti ≥ 0,05. Hal
ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada
moment setelah kontak dengan cairan tubuh di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2016.
37

k. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
Tabel 5.21
Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016
Kepatuhan Perawat Pada
Moment Setelah Kontak
Jumlah
Dengan Cairan Tubuh
Pendidikan
α
p-value
Tidak Patuh
Patuh
f
%
f
%
F
%
D-III
59
25,1
102 43,4 161 68,5
D-IV
6
2,6
11
4,7
17
7,2
0,05
0,955
S-1
22
9,4
35
14,9
57
24,3
Jumlah
87
37
148
63
235 100
Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)
Berdasarkan tabel 5.21 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang
berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 102 perawat (43,4%) berada pada kategori
patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,955 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini
menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak a