MENDESAKNYA PERUBAHAN SISTEM PENYELENGGA PENYELENGGA

MENDESAKNYA PERUBAHAN
SISTEM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN PNS
DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas Seminar Keuangan Publik Semester VII

DISUSUN OLEH
I GEDE YUDI HENRAYANA
KELAS 7 A ALIH PROGRAM/24

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA – STAN
2015

MENDESAKNYA PERUBAHAN
SISTEM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN PNS
DI INDONESIA
Abstrak
Mendapatkan manfaat pensiun setelah nanti tidak bekerja adalah salah satu alasan yang membuat
PNS menjadi pekerjaan yang cukup diminati oleh warga negara Indonesia. Pensiun PNS
diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama
bertahun-tahun bekerja dalam dinas Pemerintah. Sistem penyelenggaraan program pensiun PNS
yang diterapkan di Indonesia saat ini membebani anggaran Pemerintah dan menimbulkan risiko

fiskal yang cukup besar sehingga mendesak untuk dilakukan perubahan. Sistem pendanaan
penyelenggaraan program pensiun pay as you go sudah saatnya diubah menjadi fully funded.
Selain itu, perubahan sistem pembayaran manfaat pensiun dari sistem bulanan menjadi sistem
pembayaran sekaligus atau sistem paruhan juga dapat dijadikan alternatif bagi pemerintah untuk
mengurangi beban anggaran dan risiko fiskal yang ditimbulkan dari penyelenggaraan program
pensiun PNS.
Kata kunci: Pensiun PNS, pay as you go, fully funded, sistem pembayaran perbulan, sistem
pembayaran sekaligus, sistem pembayaran paruhan

PENDAHULUAN
Usia adalah hal yang tidak bisa dilawan manusia. Menjadi tua adalah kodrat dari
setiap manusia. Siklus kehidupan, yaitu lahir, muda, dewasa, tua, dan mati, akan dialami
oleh sebagian besar manusia. Agar hidupnya dapat berguna bagi dirinya sendiri dan
orang-orang di sekitarnya, manusia harus bekerja.
Salah satu pekerjaan yang cukup diminati di warga negara Indonesia adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setiap tahunnya banyak sekali warga negara Indonesia yang
mencoba melamar menjadi PNS. Ada banyak alasan yang membuat PNS menjadi
pekerjaan yang cukup diminati oleh warga negara Indonesia, salah satunya adalah
mendapatkan manfaat pensiun setelah nanti selesai masa dinasnya.
Bagi sebagian besar orang, pensiun diartikan sebagai mendapatkan penghasilan

meskipun tidak bekerja. Dengan adanya pensiun ini, maka orang-orang beranggapan
bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan apabila nanti sudah tidak bekerja lagi karena hari
tuanya sudah “terjamin”. Dengan demikian, idealnya orang-orang yang berprofesi
1

sebagai PNS seharusnya dapat memberikan kemampuan terbaiknya bagi negara saat
masih aktif dalam masa dinasnya karena mereka seharusnya dapat fokus terhadap
keadaan yang mereka hadapi saat masih aktif tanpa perlu memikirkan tentang biaya
hidup setelah nantinya memasuki purna bakti.
Selain itu, nominal manfaat pensiun pun dapat bertambah mengikuti kebijakan
kenaikan gaji PNS. Kecenderungan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah
gaji PNS selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meskipun kenaikan gaji ini
tidaklah terlalu besar, tetapi bagi orang-orang dengan gaya hidup yang tidak terlalu
mewah, hasil pensiun dianggap cukup dan menjadi harapan, karena dapat mencukupi
kebutuhan di masa tua.
Akan tetapi, di sisi pembayar manfaat pensiun, yaitu Pemerintah, sistem
penyelenggaraan program pensiun yang berlangsung di Indonesia saat ini menimbulkan
risiko fiskal. Sistem penyelenggaraan program pensiun yang berlangsung di Indonesia
saat ini, risiko fiskal yang dihadapi Pemerintah, serta hal-hal yang diusahakan pemerintah
untuk memperbaiki sistem penyelenggaraan program pensiun di Indonesia akan dibahas

pada pembahasan di berikut ini.
PEMBAHASAN
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan
Pensiun Janda/Duda Pegawai, pensiun PNS diberikan sebagai jaminan hari tua dan
sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam
dinas Pemerintah. Pensiun merupakan hak bagi setiap PNS yang telah memenuhi syarat.
Program pensiun ini harus mendapat perhatian yang cukup serius karena dana yang
diperlukan untuk membayar manfaat pensiun ini cukup besar. Pengelolaan terhadap
program pensiun PNS juga harus dilaksanakan dengan baik agar risiko fiskal yang
dihadapi dapat dimitigasi secara optimal.
Sistem Pendanaan Program Pensiun
Secara umum, terdapat dua sistem pendanaan program pensiun, yaitu sistem
pendanaan langsung (pay as you go system) dan sistem pendanaan penuh (fully funded

2

system). Penjelasan kedua sistem tersebut menurut Rakhmanto (2014, 9) adalah sebagai
berikut.
Sistem Pendanaan Langsung (Pay as You Go System)
Istilah pendanaan langsung merujuk pada istilah pay as you go atau current

disbursement. Metode ini adalah bahwa iuran pada program hanya bersumber dari Pemerintah,
saat pembayaran iuran bersamaan dengan saat pembayaran pensiun, besarnya iuran sama dengan
pembayaran pensiun, dan sarana pembayaran bersamaan dengan pembayaran gaji PNS, dapat
melalui media pembayaran yang sama atau berbeda dengan pembayaran gaji. Keuntungan dari
metode ini antara lain pengendalian pembayaran terutama penetapan besar pensiun ditangani
Pemerintah, penganggaran Pemerintah, berdasar prakiraan keadaan nyata (cash basic), adapun
kerugiannya antara lain peningkatan pensiun dari tahun ke tahun, akibat penambahan penerimaan
pensiun, sekalipun tidak terdapat kenaikan gaji atau pensiun, peningkatan pembayaran akan
terjadi karena lama kehidupan penerima pensiun makin panjang, sejalan dengan peningkatan
kesehatan masyarakat terutama bila usia pensiun tidak berubah dan lama pembayaran akan lebih
panjang karena adanya pembayaran pensiun bagi tertanggung (istri/suami dan anak/atau anakanak).
Sistem Pendanaan Penuh (FullyFunded System)
Dalam metode ini iuran dapat bersumber dari Pemerintah bersama PNS, iuran
dijadwalkan mendahului pembayaran manfaat pensiun dan tabungan hari tua, iuran Pemerintah
terdiri dari iuran tetap (tahunan) berdasarkan pada penghasilan PNS dan atas nama PNS, dan
iuran tambahan bila diperlukan untuk pen-danaan, iuran PNS bila ada berdasar bagian tertentu
dari penghasilan setiap bulannya, alokasi penganggaran iuran sebagai bagian dari penghasilan
PNS dan untuk memungkinkan pengembangan dana, pengelolaan program dipisahkan dari
pengelolaan Pemerintah. Keuntungan metode ini antara lain bahwa beban pembayaran,
pengelolaan pembayaran dan penerima pensiun dialokasikan terpisah dari beban anggaran

Pemerintah, beban Pemerintah untuk pembayaran iuran dapat diprakirakan bersamaan dengan
pembayaran penghasilan PNS pada saat jumlah PNS tidak bertambah, maka iuran Pemerintah
hanya akan meningkat karena adanya pengaruh penyesuaian inflasi atau tingkat kehidupan dan
beban iuran tambahan dapat dialokasikan secara terprakirakan dan tetap dalam jangka waktu
tertentu.

Secara ringkasnya, Suryanto (2014, 87) mengutip pernyataan Achmad Subianto,
penjelasan mengenai kedua sistem pendanaan program pensiun dapat dilihat pada Tabel 1
di bawah ini.
Tabel 1
Perbedaan Sistem Pendanaan Program Pensiun Pay as You Go dan Fully Funded
Pay as You Go

Fully Funded

1. Sumber Dana

Subsidi dari pemberi kerja
(pemerintah/pengusaha)


2. Dampak

Tidak terjadi akumulasi dana

Dikumpulkan
dari
iuran
bersama, peserta dan pemberi
kerja
Terjadi
akumulasi
dana
sehingga menjadi tabungan
masa depan

3

3. Cadangan
Keuangan
Nasional

4. Dampak Jangka Panjang

Tidak menciptakan cadangan
keuangan nasional
Memberatkan pemberi kerja

Menciptakan
cadangan
keuangan nasional
Meringankan pemberi kerja

5. Produk Domestik Bruto
(PDB)
6. Dampak
terhadap
Lapangan Pekerjaan
7. Dampat
terhadap
Productive Capital


Tidak menaikkan PDB

Menaikkan PDB

Tidak menciptakan lapangan
pekerjaan
Tidak menciptakan productive
Capital karena kontribusinya
segera disalurkan

Menciptakan
lapangan
pekerjaan
Menciptakan
productive
Capital karena kontribusinya
dikumpulkan

Sumber: Subianto, Achmad dalam Suryanto. 2014. Sistem Pensiun PNS: Mewujudkan
Sistem Pendanaan Pensiun Fully Funded. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Vol. 8,

Hal. 87.
Jika dilihat dari kedua penjelasan di atas, sistem pendanaan pensiun yang
digunakan di Indonesia saat ini adalah sistem pay as you go. Meskipun setiap bulannya
penghasilan PNS telah dipotong sebesar 4,75% (empat koma tujuh puluh lima persen)
dari penghasilan sebulan tanpa tunjangan pangan, tetapi jumlah potongan penghasilan
PNS tersebut tidak cukup untuk membayar seluruh manfaat pensiun yang terjadi. Dalam
Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015
disebutkan bahwa risiko fiskal penyelenggaraan program pensiun pegawai negeri,
terutama berasal dari peningkatan jumlah pembayaran manfaat pensiun dari tahun ke
tahun. Sejak tahun anggaran 2009, pendanaan pensiun pegawai negeri seluruhnya (100,0
persen) menjadi beban APBN. Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran kenaikan
pembayaran manfaat pensiun diantaranya adalah jumlah pegawai negeri yang mencapai
batas usia pensiun, meningkatnya gaji pokok pegawai negeri, dan meningkatnya pensiun
pokok pegawai negeri. Perkembangan pembayaran manfaat pensiun pegawai negeri sipil
dan TNI-Polri selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.

4

Tabel 2

Perkembangan Pembayaran Manfaat Pensiun PNS dan TNI-Polri
Selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015
Tahun
Pembayaran Manfaat Pensiun
2010
Rp 50,9 triliun
2011
Rp 59,5 triliun
2012
Rp 67,3 triliun
2013
Rp 78,5 triliun
2014
Rp 85,7 triliun
2015
Rp 92,4 triliun
Sumber: diolah dari Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015.
Dalam Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015 juga disebutkan bahwa risiko fiskal dari Progam Tabungan Hari Tua PNS

berasal dari unfunded past service liability (UPSL) yang menjadi kewajiban Pemerintah
seiring dengan kebijakan peningkatan kesejahteraan pegawai dengan menaikkan gaji
pokok PNS. PT Taspen (Persero) mencatat adanya akumulasi UPSL yang timbul akibat
kebijakan Pemerintah menaikan gaji pokok PNS sejak tahun 2007 sampai dengan 2011
berdasarkan due diligence BPKP dan telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 19,16
triliun. Selama tahun 2012 dan 2013, Pemerintah telah membayarkan angsuran masingmasing sebesar Rp 1,0 triliun. Pada tahun 2014, Pemerintah juga telah membayarkan
angsuran sebesar Rp 2,0 triliun, sehingga saldo UPSL 2007 s.d. 2011 adalah sebesar Rp
15,16 triliun. Jumlah UPSL setiap tahun tersebut akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya PNS yang pensiun dan adanya kebijakan Pemerintah menaikkan gaji
pokok PNS.
Melihat besarnya anggaran yang dikeluarkan Pemerintah, perubahan sistem
penyelenggaraan program pensiun PNS cukup mendesak untuk dilakukans. Perubahan
sistem pengelolaan pensiun PNS sebenarnya telah lama diwacanakan. Setidaknya sejak
tahun 2007, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), Taufiq Effendi, telah
menyampaikan perlunya mengubah sistem penyelenggaraan program pensiun ke arah
yang lebih efektif dan efisien, sekaligus menekan pengeluaran negara. Jika sistem yang
5

berlaku selama ini tidak diubah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) memprediksi pada tahun 2025 ada tambahan 2,7
(dua koma tujuh) juta PNS yang pensiun dan menciptakan beban anggaran sekitar Rp 165
(seratus enam puluh lima) triliun.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi beban APBN ini
adalah dengan memperpanjang Batas Usia Pensiun. Dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Batas Usia Pensiun dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1.

58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;

2.

60 (enampuluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan

3.

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pejabat
Fungsional.

Ketentuan mengenai Batas Usia Pensiun untuk Pejabat Fungsional diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian PNS yang Mencapai Batas
Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional. Adapun Batas Usia Pensiun Pejabat Fungsional
adalah sebagai berikut:
1.

58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama
serta Pejabat fungsional Keterampilan;

2.

60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:
a.

Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya;

b.

Jabatan Fungsional Apoteker;

c.

Jabatan Fungsional Dokter yang di-tugaskan secara penuh pada unit pelayanan
kesehatan negeri;

d.

Jabatan Fungsional Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit
pelayanan kesehatan negeri;

e.

Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Muda dan Pertama;

f.

Jabatan Fungsional Medik Veteriner;

g.

Jabatan Fungsional Penilik;

h.

Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah;

i.

Jabatan Fungsional Widyaiswara Madya dan Muda; atau

j.

Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.
6

3.

65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:
a.

Jabatan Fungsional Peneliti Utama dan Peneliti Madya yang ditugaskan secara
penuh di bidang penelitian;

b.

Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Utama dan Madya;

c.

Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama;

d.

Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi Utama;

e.

Jabatan Fungsional Perekayasa Utama;

f.

Jabatan Fungsional Pustakawan Utama;

g.

Jabatan Fungsional Pranata Nuklir Utama; atau

h.

Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.
Meskipun demikian, kebijakan memperpanjang Batas Usia Pensiun dianggap

tidak akan terlalu banyak membantu mengurangi beban APBN. Oleh karena itu,
perubahan sistem penyelenggaraan program pensiun PNS dari pay as you go menjadi
fully funded merupakan suatu hal yang mendesak. Namun, sistem pendanaan fully funded
memerlukan syarat minimal masa kerja agar iuran yang disetor pegawai bisa memberi
manfaat pensiun yang nyata. Pengaturan mengenai syarat minimal masa kerja ini
sangatlah penting agar penerapan sistem pendanaan fully funded dapat berjalan dengan
lancar. Selain itu, karena adanya perubahan sistem penyelenggaraan program pensiun
PNS dari pay as you go menjadi fully funded, perlu juga dipikirkan pengaturan perlakuan
terhadap para pegawai yang sudah mendekati usia pensiun pada masa transisi, apakah
diikutsertakan dalam sistem yang baru (fully funded system) ataukah masih dibayar
menggunakan sistem pendanaan pay as you go.
Di lain sisi, penerapan sistem pendanaan fully funded menuntut adanya lembaga
pengelola dana pensiun yang lebih kuat, kredibel, transparan dan profesional.
Pengumpulan dana pensiun pegawai yang berasal dari iuran PNS dan Pemerintah harus
dikelola secara lebih baik, misalnya dipadukan dengan kemungkinan pengembangan
dananya melalui investasi. Hal ini dimaksudkan agar dana yang ada bisa tumbuh dan
berkembang secara signifikan sehingga lembaga pengelola dana pensiun dapat berjalan
sebagaimana diharapkan. Akan tetapi, pilihan investasi yang dilakukan oleh lembaga
pengelola dana pensiun harus dilakukan dengan cermat dan dilakukan dalam instrumen
7

investasi yang berisiko rendah. Jangan sampai kesalahan dalam melakukan investasi ini
mengakibatkan lembaga pengelola dana pensiun menjadi rugi dan malah menjadi
kontraproduktif sehingga tujuan awal dibentuknya lembaga pengelola dana pensiun ini,
yaitu mengurangi beban APBN, menjadi tidak tercapai.
Saat ini, Pemerintah tengah mengkaji perubahan sistem pendanaan program
pensiun dari pay as you go menjadi fully funded. Menurut Direktur Perencanaan dan
Pengembangan Teknologi Informasi PT Taspen (Persero), Faisal Rachman, sistem
pendanaan program pensiun pay as you go ini tidak akan berlaku lagi untuk PNS yang
masuk pada tahun 2017 mendatang. PNS lama yang masuk sebelum tahun 2017 masih
akan menggunakan sistem pendanaan program pensiun pay as you go. Pembayaran
manfaat pensiun bagi pensiunan PNS lama di bawah 2017 ini diprediksi habis pada 2051.
Sementara itu, PNS baru yang masuk pada tahun 2017 dan setelahnya akan
mendapat pensiunan dengan sistem pendanaan program pensiun fully funded. PT Taspen
(Persero) memperhitungkan PNS baru ini akan pertama kali pensiun pada tahun 2054.
Berdasarkan draft yang diajukan pada awal tahun 2015, PT Taspen (Persero)
mengajukan usulan skema iuran fully funded yang ditanggung pemerintah selaku pemberi
kerja sebesar 10 persen, sedangkan iuran yang ditanggung PNS selaku pekerja sebesar 5
persen. Usulan yang diajukan oleh PT Taspen (Persero) ini masih dalam tahap
pembahasan dan telah memasuki tahap finalisasi Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP).
Sistem Pemberian Manfaat Pensiun
Selain dari segi sistem pendanaan program pensiun, Pemerintah juga sebaiknya
mengkaji sistem pembayaran manfaat pensiun. Saat ini, sistem pembayaran manfaat
pensiun PNS yang diterapkan di Indonesia adalah sistem bulanan. Padahal, selain sistem
bulanan, ada dua jenis sistem pembayaran pensiun yang dapat diterapkan, yaitu sistem
pembayaran sekaligus dan sistem paruhan.

8

Sistem Bulanan
Dalam sistem bulanan, pembayaran manfaat pensiun kepada penerima pensiun
dilakukan setiap bulan. Jadi, manfaat pensiun yang diterima oleh penerima pensiun ini
seolah-olah seperti gaji yang diterima setiap bulannya. Sistem pembayaran manfaat
pensiun secara bulanan dirasakan sangat bermanfaat bagi penerima pensiun yang tidak
ingin berspekulatif dengan pola dan gaya hidup sederhana. Mereka merasa senang, aman,
dan nyaman dengan penghasilan yang diperoleh setiap bulan, meskipun jumlahnya tidak
terlalu besar, yang cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun,
bagi penerima pensiun yang ingin berspekulasi dan memiliki pola dan gaya hidup yang di
atas standar, sistem pemberian pembayaran pensiun secara bulanan dirasakan kurang
memuaskan.
Di sisi Pemerintah sebagai pembayar manfaat pensiun, sistem pembayaran
manfaat pensiun secara bulanan menjadi beban bagi pemerintah, apalagi dengan sistem
pendanaan program pensiun pay as you go yang diterapkan saat ini. Dengan sistem
pembayaran manfaat pensiun secara bulanan, Pemerintah harus mengeluarkan anggaran
pensiun PNS yang cukup besar setiap bulan yang jumlahnya terus meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah pensiunan dan kenaikan gaji PNS.
Sistem Pembayaran Sekaligus
Pada sistem pembayaran sekaligus, pembayaran manfaat pensiun hanya
dilakukan sekali saja, yaitu pada saat pegawai memasuki masa purna bakti. Nominal
manfaat pensiun yang diterima pada sistem pembayaran manfaat pensiun sekaligus ini
biasanya cukup besar. Sistem pembayaran manfaat pensiun sekaligus ini biasanya
diterapkan pada perusahaan-perusahaan swasta. Sistem pembayaran manfaat pensiun
sekaligus hanya akan dirasakan manfaatnya apabila penerima pensiun memiliki
kemampuan untuk mengelola uang manfaat pensiun yang mereka terima. Apabila
penerima pensiun tidak mampu mengelola manfaat pensiun yang mereka terima dengan
baik, maka risiko uang manfaat pensiun tersebut habis, sehingga mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sangatlah besar.
Di sisi Pemerintah sebagai pembayar manfaat pensiun, sistem pembayaran
manfaat pensiun sekaligus memberikan keuntungan bahwa beban tanggung jawabnya
9

cepat habis. Meskipun demikian, sistem pembayaran manfaat pensiun sekaligus harus
diikuti dengan kesiapan Pemerintah dalam penyediaan sejumlah besar uang tunai.
Semakin banyak PNS yang akan memasuki masa pensiun, maka semakin banyak pula
dana yang harus disediakan oleh Pemerintah.
Menurut Hanifah (2014, 48), sistem pembayaran manfaat pensiun sekaligus
memiliki manfaat jangka panjang. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Sistem ini memiliki keuntungan dalam jangka panjang, karena animo masyarakat untuk
menjadi pegawai negeri menjadi berkurang. Harapan menjadi pegawai negeri menjadi sirna,
karena tidak berbeda dengan menjadi pegawai swasta, apabila uang pensiun ditiadakan. Selama
ini, masyarakat mengejar status pegawai negeri, karena dianggap dapat memberikan jaminan di
hari tua dengan menerima uang pensiun setiap bulan.
Pembayaran uang pensiun sekaligus, menjadikan masyarakat lebih memilih menjadi
pegawai swasta, karena penghasilan sebagai pegawai swasta lebih besar jika dibandingkan
dengan menjadi pegawai negeri. Asumsi semacam ini, lambat laun akan mempengaruhi jumlah
pegawai negeri dan akhirnya mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan dana pensiun.

Sistem Paruhan
Penjelasan mengenani sistem paruhan menurut Hanifah (2014, 47) adalah sebagai
berikut.
Sistem paruhan adalah sistem pemberian uang pensiun secara sekaligus, tetapi hanya
sebagian saja (separuh). Sedangkan sebagian lagi diberikan per bulan. Sistem Paruhan ini juga
dapat disebut sistem lumpsum dan dapat digunakan sebagai modal untuk membuka atau
mengembangkan usaha manakala pensiun, sehingga dapat menambah penghasilan. Di samping
itu, sisanya masih diterima per bulan, meskipun jumlahnya kecil. Dasar pemikirannya bahwa
uang cash yang diterima tersebut ketika pensiun, nilai uangnya akan tetap, tidak turun. Namun,
sistem pembayaran ini harus bertumpu pada asumsi orangnya, apakah orang yang pensiun itu
mampu mengelola uang tersebut atau tidak. Apabila tidak mampu, maka sia-sia dan percuma
uang paruhan itu diberikan, karena akan habis dan tidak dirasakan manfaatnya.
Dari sisi pemerintah, harus siap dengan kemampuan likuiditasnya, sehingga sewaktuwaktu harus membayar dengan jumlah banyak kepada sejumlah pegawai yang pensiun. Sistem ini
telah dilakukan oleh anak perusahaan Pertamina (Pertamina Tongkang) bagi pegawai-pegawainya
yang bekerja di perusahaan-perusahaan kapal (pelaut). Menjelang pensiun, dapat meminta
sebagian (separuh) uang pensiunnya dan menjelang pensiun, hanya menerima sedikit uang
pensiun setiap bulan. Selain anak perusahaan Pertamina, sebuah perusahaan swasta terkenal pada
masa Orde Baru di Jakarta juga telah melaksanakan sistem ini.

Sistem paruhan ini juga memiliki manfaat jangka panjang bagi Pemerintah yang
mirip dengan sistem pembayaran manfaat pensiun sekaligus. Dengan semakin sedikitnya
manfaat pensiun yang diterima setiap bulannya, animo masyarakat untuk menjadi PNS

10

akan menjadi berkurang, lalu lambat laun akan mempengaruhi jumlah PNS dan akhirnya
mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan dana pensiun.
Dari ketiga penjelasan sistem pembayaran manfaat pensiun di atas, kita dapat
mengetahui bahwa tiap-tiap sistem pembayaran manfaat pensiun memiliki keuntungan
dan kelemahannya masing-masing. Perubahan sistem pembayaran manfaat pensiun dari
sistem bulanan juga dapat menjadi alternatif bagi Pemerintah guna mengurangi risiko
fiskal dari pembayaran manfaat pensiun. Kelemahan sistem pembayaran manfaat pensiun
sekaligus dan sistem paruhan, yaitu memerlukan dana awal yang cukup besar, juga dapat
diatasi seiring dengan rencana pemerintah untuk mengubah sistem pendanaan
penyelenggaraan program pensiun menjadi fully funded. Karena iuran pensiun pada
sistem pendanaan penyelenggaraan program pensiun fully funded lebih besar, maka dana
yang dapat dikumpulkan juga akan semakin besar. Selain itu, sistem pembayaran manfaat
pensiun sekaligus dan sistem paruhan juga memiliki manfaat jangka panjang bagi
pemerintah, yaitu mengurangi animo masyarakat untuk menjadi PNS yang akhirnya akan
mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan dana pensiun.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sistem penyelenggaraan
program pensiun PNS yang diterapkan di Indonesia saat ini membebani anggaran
Pemerintah dan menimbulkan risiko fiskal yang cukup besar. Oleh karena itu, perubahan
sistem penyelenggaraan program pensiun PNS cukup mendesak untuk dilakukan. Sistem
penyelenggaraan program pensiun PNS yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah
menggunakan sistem pendanaan pay as you go dan sistem pembayaran secara bulanan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi beban anggaran ini
adalah dengan memperpanjang Batas Usia Pensiun, sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Sistem pendanaan
penyelenggaraan program pensiun rencananya akan berubah menjadi fully funded dan
saat ini sedang dalam tahap finalisasi. Selain itu, perubahan sistem pembayaran manfaat
pensiun dari sistem bulanan juga dapat dijadikan alternatif bagi pemerintah untuk
mengurangi beban anggaran dan risiko fiskal yang ditimbulkan dari penyelenggaraan
program pensiun PNS.
11

DAFTAR PUSTAKA
Hanafie, Haniah. 2014. Alternatif Sistem Pembayaran Pensiun Pegawai Negeri Sipil.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Vol. 8, No. 2: 43-50.
Ini

Mekanisme Baru soal Iuran Bulanan untuk Pensiun PNS. [2015].
http://www.jpnn.com/read/2015/06/16/309895/Ini-Mekanisme-Baru-soal-IuranBulanan-untuk-Pensiun-PNS (diakses 29 November 2015).

Jefriando, Maikel. 2015. Pemerintah Kewalahan, Uang Pensiun PNS Tak Lagi Dibayar
Bulanan. http://finance.detik.com/read/2015/03/23/141039/2866861/4/pemerintahkewalahan-uang-pensiun-pns-tak-lagi-dibayar-bulanan (diakses 28 November
2015).
Lelyemin, Petrus. 2014. Pembayaran Pensiun Jadi Beban Pemerintah Mendatang. http://
katadata.co.id/berita/2014/08/21/pembayaran-pensiun-jadi-beban-pemerintahmendatang (diakses 28 November 2015).
Mulai
2017,
Gaji
Pensiunan
PNS
Tak
Dibiayai
APBN.
[2015].
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/13/173403626/Mulai.2017.Gaji.Pe
nsiunan.PNS.Tak.Dibiayai.APBN (diakses 29 November 2015).
Nugraha, Agus. 2014. Kebijakan Pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Perspektif
Ekonomi Politik. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Vol. 8, No. 2: 15-25.
Nugraha, Pria. 2015. Mulai Tahun 2017, Gaji Pensiunan Menggunakan Sistem Fully
Funded.
http://www.asnri.com/2015/04/mulai-tahun-2017-gaji-pensiunan.html
(diakses 29 November 2015).
Pay-As-You-Go versus Fully Funded Pensions. http://www.finweb.com/retirement/payas-you-go-versus-fully-funded-pensions.html (diakses 28 November 2015).
Rakhmawanto, Ajib. 2014. Program Pensiun Pegawai Negeri Sipil: Analisis Perspektif
Perbaikan Sistem Pensiun PNS dari Pay as You Go ke Fully Funded. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS Vol. 8, No. 2: 1-13.
Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2015.
__________, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian PNS
yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional.
__________, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
__________, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan
Pensiun Janda/Duda Pegawai.
Suryanto. 2014. Sistem Pensiun PNS: Mewujudkan Sistem Pendanaan Pensiun Fully
Funded. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Vol. 8, No. 2: 83-92.

12

Suryowati, Estu. 2015. Pemerintah Rampungkan Skema Pembayaran PNS.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/26/155559726/Pemerintah.Rampu
ngkan.Skema.Pembayaran.PNS (diakses 29 November 2015).

13