T2__ BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pada Pendidikan SDN Kecamatan Dempet Kabupaten Demak T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah
satu
pilar
Indonesia.
pokok
pembangunan
Pendidikan
yang
pendidikan
bermutu
di
akan
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
cerdas dan kompetitif sesuai dengan Visi Kementerian
Pendidikan Nasional Tahun 2025. Untuk mewujudkan
visi tersebut diperlukan upaya peningkatan mutu
pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak.
Mutu pendidikan mengacu pada standar yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang
berfungsi
sebagai
dasar
bagi
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan pada setiap
satuan
pendidikan
pendidikan
nasional
dalam
rangka
yang
bermutu.
mewujudkan
SNP
berisi
ketentuan tentang delapan standar yang dicita-citakan
dapat terwujud di semua satuan pendidikan pada
kurun waktu tertentu.
Mengingat bahwa kondisi satuan pendidikan pada
saat ini masih sangat beragam, dan sebagian besar
kualitasnya masih berada di bawah SNP, maka perlu
dicari
strategi
untuk
mencapai
1
SNP
secara
bertahap.Upaya ini dilakukan dengan menetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang merupakan
tingkat layanan minimal yang harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan. Apabila SPM Pendidikan
telah tercapai maka indikator tingkat (mutu) layanan
akan dinaikkan dan waktu ke waktu hingga pada
akhirnya mencapai tingkatan yang ditetapkan dalam
SNP. Oleh karena itu, SPM Pendidikan dapat diartikan
sebagai strategi untuk mencapai SNP secara bertahap
dan
merupakan
sasaran
antara
untuk
menuju
pemenuhan SNP.
Sistem
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
(SPMP)
didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan terpadu
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya peningkatkan
mutu
pendidikan
secara
berkesinambungan.
Penjaminan mutu pendidikan dimaksudkan untuk
memastikan bahwa setiap satuan pendidikan berusaha
memenuhi SPM dan SNP, dan apabila SNP telah
tercapai maka satuan pendidikan tersebut akan terus
meningkatkan mutu untuk melampaui atau berada di
atas SNP. Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat
berupa, antara lain, (a) Standar mutu yang berbasis
keunggulan
lokal,
mengadopsi
dan
dan/atau
(b)
Standar
mutu
mengadaptasi
yang
standar
internasional tertentu.
Untuk dapat mencapai acuan mutu pendidikan
tersebut di atas, setiap satuan pendidikan perlu
menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau
Rencana
Kerja
Sekolah/Madrasah
(RKS/M)
yang
memuat
upaya
peningkatan
berkelanjutan.RKS/M
disusun
mutu
secara
secara
partisipatif
dengan melibatkan semua stakeholder termasuk kepala
sekolah/madrasah, guru, komite sekolah/madrasah,
dan orangtua siswa. RKS/M akan menjadi acuan untuk
melaksanakan perbaikan dalam proses pembelajaran,
manajemen sekolah/madrasah, sarana-prasarana dan
aspek sekolah yang penting lainnya.
Evaluasi pendidikan adalah salah satu tugas
penting yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan
pendidikan, melalui evaluasi dapat diketahui sejauh
mana tujuan pendidikan dapat tercapai.Informasi atau
data yang digunakan dalam evaluasi mempunyai peran
besar terhadap ketepatan memberikan nilai. Evaluasi
yang menggunakan data yang mencakup berbagai
aspek
akan
keberadaan
menghasilkan
nilai
obyek
penggambaran
yang
tentang
dievaluasi
lebih
komprehensip.
Kenyataan
menunjukkan
referensi-referensi
dan
masih
kajian-kajian
langkanya
ilmiah
dan
komprehensif tentang evaluasi pendidikan di Indonesia
baik berdasarkan perspektif teoritis, filosofis maupun
metodologis praktis, diantara impliksinya adalah masih
langkanya
hasil
karya
ilmiah
yang
mengungkap
tentang evaluasi pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk
mewujudkan
pembelajaran
agar
mengembangkan
kekuatan
belajar
peserta
didik
potensi
spiritual
kepribadian,
suasana
dirinya
keagamaan,
kecerdasan,
dan
proses
secara
untuk
memiliki
pengendalian
akhlak
aktif
mulia,
diri,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam kehidupan suatu negara,
peranan pendidikan (ilmu pengetahuan) dan teknologi,
memegang
peranan
menjamin
kelangsungan
negara.Karena
merupakan
ilmu
wahana
mengembangkan
yang
amat
penting,
hidup
bangsa
pengetahuan
untuk
kualitas
untuk
dan
dan
teknoogi
meningkatkan
sumber
daya
dan
manusia.
Pendidikan juga dipandang sebagai salah satu dari
berbagai investasi manusia yang dapat menjadi kunci
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia
di
masa
mendatang,
oleh
sebab
itu
pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan nasional yang bermutu dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat Indonesia, hak warga
negara untuk memperoleh pendidikan ini dipertegas
lagi dalam UU No. 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 5 ayat (1) yang
menyatakan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu” dan ayat (5) yang menyatakan bahwa,
“Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Masalah
pendidikan merupakan agenda penting yang harus
diselenggarakan oleh semua pemerintah di dunia. Di
bawah
lembaga
internasional
yaitu
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNICEF sebagai badan
yang
berkompetensi
di
bidang
pendidikan
dalam
kaitannya dengan hak dasar manusia akan perlunya
pendidikan dasar, UNICEF telah menetapkan dalam
Millenium Development Goals (MDG) 2003 hingga
tahun
2015
di
bidang
pendidikan
yaitu
berupa
komitmen semua negara anggota PBB wajib untuk:
“Mencapai pendidikan dasar secara universal yaitu
memastikan
bahwa
semua
anak,
baik
laki-laki
maupun perempuan menamatkan pendidikan dasar”.
Pendidikan
merupakan
salah
satu
usaha
manusia, untuk mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran, dengan cara yang diakui oleh
masyarakat.
Didalam
pembangunan
Nasional
Indonesia pendidikan bertujuan membangun manusia
Indonesia
seutuhnya
masyarakat
dan
Indonesia
membangun
guna
mendukung
seluruh
upaya
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak dan didukung
oleh Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan
Tujuan Pendidikan adalah memberikan peluang pada
peserta didik untuk mengembangkan: (1) Pengetahuan
(knowledge), agar mampu mengerti (to enable to
understand), (2) Keterampilan (know how),agar mampu
berbuat
(to
enable
to
do),
(3)
Kebijaksanaan
(wisdom),agar mampu menetapkan prioritas (to enable
to set priorities), (4) Karakter (character), agar dapat
bekerjasama, mempunyai ketekunan, dan menjadi
anggota
masyarakat
yang
dihormati
dan
dapat
dipercaya (to enable, to cooperate, to persevere, and to
be respected and trusted)(Indrakusuma Amir Daien,
1973).
Di Indonesia diwujudkan dengan pelaksanaan
program pemberantasan buta huruf. Wujud lain dari
keseriusan
dari
pemerintah
untuk
mencerdaskan
kehidupan masyarakat terutama pada kemampuan
yang
paling
dasar
yaitu
membaca
dan
menulis
sederhana (kemelekaksaraan) yang dituangkan dalam
PP No. 7 tahun 2005 tentang RPJM 2004-2009, salah
satu
target
pembangunan
pendidikan
adalah
menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun
ke atas menjadi 5
persen di tahun 2009. Secara
operasional perhatian khusus mengenai buta aksara
ditindaklanjuti dalam Inpres RI No. 5 tahun 2006
tentang “Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun
dan Pemberantasan Buta Aksara”.
Di Indonesia pembangunan bidang pendidikan
sebenarnya telah menampakan hasil, bila dilihat dari
peningkatan
jumlah
penduduk
yang
mampu
menempatkan pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi.Namun
bila
dibandingkan
dengan
jumlah
penduduk secara keseluruhan, persentase penduduk
yang mengenyam pendidikan di Indonesia masih
rendah.Dalam kondisi seperti ini terdapat persepsi
yang berkembang luas bahwa penyediaan layanan di
Indonesia belum terlaksana dengan baik. Diperparah
lagi dengan adanya krisis ekonomi tahun 1998 yang
mengakibatkan dunia pendidikan mengalami krisis,
sehingga imbasnya penduduk makin sulit memperoleh
akses pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dan banyak
penduduk
putus
sekolah,
serta
penyelenggaraan
pendidikan semakin tidak berkualitas.
Berdasarkan penelusuran laporan BPS (2006)
terlihat bahwa di perkotaan penduduk baik laki-laki
atau perempuan yang tamat pendidikan SM/sederajat
23,38%, SD/sederajat 20,63% dan jumlah penduduk
yang tamat PT 6,58%. Adapun untuk daerah pedesaan
terlihat bahwa jumlah penduduk tamat pendidikan
SD/sederajat paling banyak yaitu 8,27% dan PT
1,35%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa secara
keseluruhan tingkat pendidikan penduduk Indonesia
masih rendah.
Masalah pendidikan di Indonesia disamping
secara
kuantitas
masih
rendah,
demikian
juga
kualitasnya rendah, hal ini dapat diketahui dari
laporan Bank Dunia (Indopov: 2006) yang menyatakan
bahwa: “Walaupun jumlah siswa yang terdaftar di
Sekolah Dasar di Indonesia cukup tinggi, perbedaan
yang begitu jauh di bidang infrastruktur sekolah,
tingkat kehadiran, dan metode pengajaran merupakan
hal-hal yang membuat kita perlu prihatin. “Sedangkan
data lain tentang rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia dapat dikemukakan dari sebuah buku yang
berjudul Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup
(Life Skil Education) yang diterbitkan oleh TimBroad
Based Education Departemen Pendidikan Nasional
(2002: 2) sebagai berikut: “Dari kompersi Internasional,
mutu
pendidikan
di
Indonesia
juga
kurang
menggembirakan. Human Develovment Index (HDI)
Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara
yang disurvei, satu
peringkat di bawah Vietnam”.
Survei The Political Economic Vietnam Risk Consultation
(PERC) melaporkan Indonesia berada diperingkat ke 12
dari 12 negara yang disurvei, juga sutu peringkat di
bawah Vietnam. Dengan kondisi demikian sangat
memperhatinkan apabila penyelenggaraan pendidikan
tidak segera dibenahi karena akan mengakibatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
Indonesia
kalah
bersaing dengan negara-negara lain dalam peraturan
dunia di segala aspek kehidupan.
Evaluasi pada penyelenggaraan pendidikan SD N
Harjowinangun
2
Demak,
didasari
yang
KecamatanDempet
pada
Kabupaten
masalah
Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sangat penting, karena
merupakan
kualitas
paradigma
pelayanan
kenyataannya
Kecamatan
menghadapi
baru
dalam
pendidikan
penyelenggaraan
Dempet
yang
dalam
pendidikan
Kabupaten
berbagai
peningkatan
kendala,
di
Demak
masih
sehingga
belum
mencapai kinerja yang diharapkan.
Fenomena permasalahan yang nampak dalam
penyelenggaraan pendidikan di Kecamatan Dempet
Kabupaten
Demak,
adalah
penyelenggaraan
sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM),
dengan
permasalahan
dalam
tidak
terkait
penyelenggaraan
pendidikan SDN Harjowinangun 2 KecamatanDempet
Kabupaten Demak tersebut, maka wilayah penelitian
dilakukan di Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
dengan
lingkup
pengkajian
penelitian
faktor-faktor
keberhasilan
Harjowinangun
difokuskan
yang
penyelenggaraan
2
dalam
mempengaruhi
pendidikan
KecamatanDempet
SDN
Kabupaten
Demak dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM).
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan:
1. Bagaimanakah
pelaksanaan
penyelenggaraan
pendidikan di SDN Harjowinangun 2 Kecamatan
Dempet
Kabupaten
Demak
dalam
hal
Standar
Pelayanan Minimal (SPM)?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) SD N
Harjowinangun 2 Kecamatan Dempet Kabupaten
Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui
pendidikan
pelaksanaan
Sekolah
Dasar
penyelenggaraan
Standar
Pelayanan
Minimal (SPM) di SD N Harjowinangun 2Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak.
2. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
mendukung/menghambat
yang
penyelenggaraan
pendidikan Sekolah Dasar dalam Standar Pelayanan
Minimal
(SPM)
di
SDN
Harjowinangun
2
KecamatanDempet Kabupaten Demak.
1.4. Manfaat Penelitian
Ada dua kegunaan yang diharapkan dari evaluasi
penyelenggaraan pendidikan di Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil
(SPM)
evaluasi
tentang
Standar
Pelayanan
penyelenggaraan
Minimal
pendidikan
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
di
diharapkan
dapat menambah pengetahuan penulis atau peneliti
berupa pengetahuan empiris dari studi kebijakan
pendidikan,
khususnya
tentang
pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan dengan
Standar Pelayanan Minimal padalembaga pendidikan
di tingkat Sekolah Dasar (SD).
2. Kegunaan Praktis
Hasil evaluasi Standar Pelayanan Minimal,
tentang
penyelenggaraan
pendidikan
SDN
Harjowinangun 2 Kecamatan Dempet Kabupaten
Demak ini, diharapkan dapat dijadikan masukan
bagi penyelenggara pendidikan Sekolah Dasar, untuk
menyempurnakan
kinerja
pada
penyelenggaraan
pendidikan khususnya tingkat SDN Harjowinangun 2
KecamatanDempet
Kabupaten
Demak,
sehingga
dapat diwujudkan pelayanan pendidikan Sekolah
Dasar yang berkualitas.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah
satu
pilar
Indonesia.
pokok
pembangunan
Pendidikan
yang
pendidikan
bermutu
di
akan
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
cerdas dan kompetitif sesuai dengan Visi Kementerian
Pendidikan Nasional Tahun 2025. Untuk mewujudkan
visi tersebut diperlukan upaya peningkatan mutu
pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak.
Mutu pendidikan mengacu pada standar yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang
berfungsi
sebagai
dasar
bagi
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan pada setiap
satuan
pendidikan
pendidikan
nasional
dalam
rangka
yang
bermutu.
mewujudkan
SNP
berisi
ketentuan tentang delapan standar yang dicita-citakan
dapat terwujud di semua satuan pendidikan pada
kurun waktu tertentu.
Mengingat bahwa kondisi satuan pendidikan pada
saat ini masih sangat beragam, dan sebagian besar
kualitasnya masih berada di bawah SNP, maka perlu
dicari
strategi
untuk
mencapai
1
SNP
secara
bertahap.Upaya ini dilakukan dengan menetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang merupakan
tingkat layanan minimal yang harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan. Apabila SPM Pendidikan
telah tercapai maka indikator tingkat (mutu) layanan
akan dinaikkan dan waktu ke waktu hingga pada
akhirnya mencapai tingkatan yang ditetapkan dalam
SNP. Oleh karena itu, SPM Pendidikan dapat diartikan
sebagai strategi untuk mencapai SNP secara bertahap
dan
merupakan
sasaran
antara
untuk
menuju
pemenuhan SNP.
Sistem
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
(SPMP)
didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan terpadu
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya peningkatkan
mutu
pendidikan
secara
berkesinambungan.
Penjaminan mutu pendidikan dimaksudkan untuk
memastikan bahwa setiap satuan pendidikan berusaha
memenuhi SPM dan SNP, dan apabila SNP telah
tercapai maka satuan pendidikan tersebut akan terus
meningkatkan mutu untuk melampaui atau berada di
atas SNP. Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat
berupa, antara lain, (a) Standar mutu yang berbasis
keunggulan
lokal,
mengadopsi
dan
dan/atau
(b)
Standar
mutu
mengadaptasi
yang
standar
internasional tertentu.
Untuk dapat mencapai acuan mutu pendidikan
tersebut di atas, setiap satuan pendidikan perlu
menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau
Rencana
Kerja
Sekolah/Madrasah
(RKS/M)
yang
memuat
upaya
peningkatan
berkelanjutan.RKS/M
disusun
mutu
secara
secara
partisipatif
dengan melibatkan semua stakeholder termasuk kepala
sekolah/madrasah, guru, komite sekolah/madrasah,
dan orangtua siswa. RKS/M akan menjadi acuan untuk
melaksanakan perbaikan dalam proses pembelajaran,
manajemen sekolah/madrasah, sarana-prasarana dan
aspek sekolah yang penting lainnya.
Evaluasi pendidikan adalah salah satu tugas
penting yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan
pendidikan, melalui evaluasi dapat diketahui sejauh
mana tujuan pendidikan dapat tercapai.Informasi atau
data yang digunakan dalam evaluasi mempunyai peran
besar terhadap ketepatan memberikan nilai. Evaluasi
yang menggunakan data yang mencakup berbagai
aspek
akan
keberadaan
menghasilkan
nilai
obyek
penggambaran
yang
tentang
dievaluasi
lebih
komprehensip.
Kenyataan
menunjukkan
referensi-referensi
dan
masih
kajian-kajian
langkanya
ilmiah
dan
komprehensif tentang evaluasi pendidikan di Indonesia
baik berdasarkan perspektif teoritis, filosofis maupun
metodologis praktis, diantara impliksinya adalah masih
langkanya
hasil
karya
ilmiah
yang
mengungkap
tentang evaluasi pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk
mewujudkan
pembelajaran
agar
mengembangkan
kekuatan
belajar
peserta
didik
potensi
spiritual
kepribadian,
suasana
dirinya
keagamaan,
kecerdasan,
dan
proses
secara
untuk
memiliki
pengendalian
akhlak
aktif
mulia,
diri,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam kehidupan suatu negara,
peranan pendidikan (ilmu pengetahuan) dan teknologi,
memegang
peranan
menjamin
kelangsungan
negara.Karena
merupakan
ilmu
wahana
mengembangkan
yang
amat
penting,
hidup
bangsa
pengetahuan
untuk
kualitas
untuk
dan
dan
teknoogi
meningkatkan
sumber
daya
dan
manusia.
Pendidikan juga dipandang sebagai salah satu dari
berbagai investasi manusia yang dapat menjadi kunci
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia
di
masa
mendatang,
oleh
sebab
itu
pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan nasional yang bermutu dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat Indonesia, hak warga
negara untuk memperoleh pendidikan ini dipertegas
lagi dalam UU No. 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 5 ayat (1) yang
menyatakan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu” dan ayat (5) yang menyatakan bahwa,
“Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Masalah
pendidikan merupakan agenda penting yang harus
diselenggarakan oleh semua pemerintah di dunia. Di
bawah
lembaga
internasional
yaitu
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNICEF sebagai badan
yang
berkompetensi
di
bidang
pendidikan
dalam
kaitannya dengan hak dasar manusia akan perlunya
pendidikan dasar, UNICEF telah menetapkan dalam
Millenium Development Goals (MDG) 2003 hingga
tahun
2015
di
bidang
pendidikan
yaitu
berupa
komitmen semua negara anggota PBB wajib untuk:
“Mencapai pendidikan dasar secara universal yaitu
memastikan
bahwa
semua
anak,
baik
laki-laki
maupun perempuan menamatkan pendidikan dasar”.
Pendidikan
merupakan
salah
satu
usaha
manusia, untuk mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran, dengan cara yang diakui oleh
masyarakat.
Didalam
pembangunan
Nasional
Indonesia pendidikan bertujuan membangun manusia
Indonesia
seutuhnya
masyarakat
dan
Indonesia
membangun
guna
mendukung
seluruh
upaya
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak dan didukung
oleh Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan
Tujuan Pendidikan adalah memberikan peluang pada
peserta didik untuk mengembangkan: (1) Pengetahuan
(knowledge), agar mampu mengerti (to enable to
understand), (2) Keterampilan (know how),agar mampu
berbuat
(to
enable
to
do),
(3)
Kebijaksanaan
(wisdom),agar mampu menetapkan prioritas (to enable
to set priorities), (4) Karakter (character), agar dapat
bekerjasama, mempunyai ketekunan, dan menjadi
anggota
masyarakat
yang
dihormati
dan
dapat
dipercaya (to enable, to cooperate, to persevere, and to
be respected and trusted)(Indrakusuma Amir Daien,
1973).
Di Indonesia diwujudkan dengan pelaksanaan
program pemberantasan buta huruf. Wujud lain dari
keseriusan
dari
pemerintah
untuk
mencerdaskan
kehidupan masyarakat terutama pada kemampuan
yang
paling
dasar
yaitu
membaca
dan
menulis
sederhana (kemelekaksaraan) yang dituangkan dalam
PP No. 7 tahun 2005 tentang RPJM 2004-2009, salah
satu
target
pembangunan
pendidikan
adalah
menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun
ke atas menjadi 5
persen di tahun 2009. Secara
operasional perhatian khusus mengenai buta aksara
ditindaklanjuti dalam Inpres RI No. 5 tahun 2006
tentang “Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun
dan Pemberantasan Buta Aksara”.
Di Indonesia pembangunan bidang pendidikan
sebenarnya telah menampakan hasil, bila dilihat dari
peningkatan
jumlah
penduduk
yang
mampu
menempatkan pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi.Namun
bila
dibandingkan
dengan
jumlah
penduduk secara keseluruhan, persentase penduduk
yang mengenyam pendidikan di Indonesia masih
rendah.Dalam kondisi seperti ini terdapat persepsi
yang berkembang luas bahwa penyediaan layanan di
Indonesia belum terlaksana dengan baik. Diperparah
lagi dengan adanya krisis ekonomi tahun 1998 yang
mengakibatkan dunia pendidikan mengalami krisis,
sehingga imbasnya penduduk makin sulit memperoleh
akses pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dan banyak
penduduk
putus
sekolah,
serta
penyelenggaraan
pendidikan semakin tidak berkualitas.
Berdasarkan penelusuran laporan BPS (2006)
terlihat bahwa di perkotaan penduduk baik laki-laki
atau perempuan yang tamat pendidikan SM/sederajat
23,38%, SD/sederajat 20,63% dan jumlah penduduk
yang tamat PT 6,58%. Adapun untuk daerah pedesaan
terlihat bahwa jumlah penduduk tamat pendidikan
SD/sederajat paling banyak yaitu 8,27% dan PT
1,35%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa secara
keseluruhan tingkat pendidikan penduduk Indonesia
masih rendah.
Masalah pendidikan di Indonesia disamping
secara
kuantitas
masih
rendah,
demikian
juga
kualitasnya rendah, hal ini dapat diketahui dari
laporan Bank Dunia (Indopov: 2006) yang menyatakan
bahwa: “Walaupun jumlah siswa yang terdaftar di
Sekolah Dasar di Indonesia cukup tinggi, perbedaan
yang begitu jauh di bidang infrastruktur sekolah,
tingkat kehadiran, dan metode pengajaran merupakan
hal-hal yang membuat kita perlu prihatin. “Sedangkan
data lain tentang rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia dapat dikemukakan dari sebuah buku yang
berjudul Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup
(Life Skil Education) yang diterbitkan oleh TimBroad
Based Education Departemen Pendidikan Nasional
(2002: 2) sebagai berikut: “Dari kompersi Internasional,
mutu
pendidikan
di
Indonesia
juga
kurang
menggembirakan. Human Develovment Index (HDI)
Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara
yang disurvei, satu
peringkat di bawah Vietnam”.
Survei The Political Economic Vietnam Risk Consultation
(PERC) melaporkan Indonesia berada diperingkat ke 12
dari 12 negara yang disurvei, juga sutu peringkat di
bawah Vietnam. Dengan kondisi demikian sangat
memperhatinkan apabila penyelenggaraan pendidikan
tidak segera dibenahi karena akan mengakibatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
Indonesia
kalah
bersaing dengan negara-negara lain dalam peraturan
dunia di segala aspek kehidupan.
Evaluasi pada penyelenggaraan pendidikan SD N
Harjowinangun
2
Demak,
didasari
yang
KecamatanDempet
pada
Kabupaten
masalah
Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sangat penting, karena
merupakan
kualitas
paradigma
pelayanan
kenyataannya
Kecamatan
menghadapi
baru
dalam
pendidikan
penyelenggaraan
Dempet
yang
dalam
pendidikan
Kabupaten
berbagai
peningkatan
kendala,
di
Demak
masih
sehingga
belum
mencapai kinerja yang diharapkan.
Fenomena permasalahan yang nampak dalam
penyelenggaraan pendidikan di Kecamatan Dempet
Kabupaten
Demak,
adalah
penyelenggaraan
sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM),
dengan
permasalahan
dalam
tidak
terkait
penyelenggaraan
pendidikan SDN Harjowinangun 2 KecamatanDempet
Kabupaten Demak tersebut, maka wilayah penelitian
dilakukan di Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
dengan
lingkup
pengkajian
penelitian
faktor-faktor
keberhasilan
Harjowinangun
difokuskan
yang
penyelenggaraan
2
dalam
mempengaruhi
pendidikan
KecamatanDempet
SDN
Kabupaten
Demak dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM).
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan:
1. Bagaimanakah
pelaksanaan
penyelenggaraan
pendidikan di SDN Harjowinangun 2 Kecamatan
Dempet
Kabupaten
Demak
dalam
hal
Standar
Pelayanan Minimal (SPM)?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) SD N
Harjowinangun 2 Kecamatan Dempet Kabupaten
Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui
pendidikan
pelaksanaan
Sekolah
Dasar
penyelenggaraan
Standar
Pelayanan
Minimal (SPM) di SD N Harjowinangun 2Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak.
2. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
mendukung/menghambat
yang
penyelenggaraan
pendidikan Sekolah Dasar dalam Standar Pelayanan
Minimal
(SPM)
di
SDN
Harjowinangun
2
KecamatanDempet Kabupaten Demak.
1.4. Manfaat Penelitian
Ada dua kegunaan yang diharapkan dari evaluasi
penyelenggaraan pendidikan di Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil
(SPM)
evaluasi
tentang
Standar
Pelayanan
penyelenggaraan
Minimal
pendidikan
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
di
diharapkan
dapat menambah pengetahuan penulis atau peneliti
berupa pengetahuan empiris dari studi kebijakan
pendidikan,
khususnya
tentang
pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan dengan
Standar Pelayanan Minimal padalembaga pendidikan
di tingkat Sekolah Dasar (SD).
2. Kegunaan Praktis
Hasil evaluasi Standar Pelayanan Minimal,
tentang
penyelenggaraan
pendidikan
SDN
Harjowinangun 2 Kecamatan Dempet Kabupaten
Demak ini, diharapkan dapat dijadikan masukan
bagi penyelenggara pendidikan Sekolah Dasar, untuk
menyempurnakan
kinerja
pada
penyelenggaraan
pendidikan khususnya tingkat SDN Harjowinangun 2
KecamatanDempet
Kabupaten
Demak,
sehingga
dapat diwujudkan pelayanan pendidikan Sekolah
Dasar yang berkualitas.