REKONSILIASI FISKAL UNTUK PERUSAHAAN DAG
REKONSILIASI FISKAL UNTUK PERUSAHAAN DAGANGSTUDI KASUS PADA PT. ABC SEMARANG DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIKA SOEGIJAPRANATA DISUSUN OLEH : DIONISIUS BONE FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI D.III PERPAJAKAN UNIVERSITAS KATOLIK SOGIJAPRANATA SEMARANG 2010
MOTTO
Berkomitmen dalam setiap pilihan dan bertanggung jawab dalam pilihan itu.
Hasrat keinginan yang kuat memiliki cara tersendiri untuk menjelma menjadi sebuah kenyataan.
Berjuang menciptakan kesempatan dan dengan kegigian mengunakan setiap kesempatan yang ada.
Setiap kelebihan yang dimiliki, jangan dijadikan kesombongan yang akhirnyaya membuat kita lupa akan segalanya.
Laporan tugas akhir ini dipersembahkan kepada semua pembaca, khususnya orang- orang yang mengeluti bidang perpajakan.
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama
Dionisius Bone
NIM
Fakultas : Ekonomi Program Study
D-III Perpajakan
Judul
REKONSILIASI FISKAL UNTUK PERUSAHAAN DAGANG, STUDI KASUS PADA PT ABC SEMARANG.
Disetujui di Semarang, 24 Juni 2010
(Paulina Rini Hastuti, SE., M.Si, Akt)
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: REKONSILIASI FISKAL UNTUK PERUSAHAAN DAGANG, STUDI KASUS PADA PT. ABC SEMARANG.
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Dionisius Bone
NIM : 07.31.0012
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 12 Juli 2010
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai Ahli Madya Perpajakan.
Pembimbing, Koordinator Penguji,
(Paulina Rini Hastuti, SE., M.Si, Akt) ( Eny Trimeiningrum, SE., M.Si)
Dekan Fakultas Ekonomi,
(Dr. Andreas Lako, SE., M.Si)
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama : Dionisius Bone
NIM : 07.31.0012
Fakultas : Ekonomi
Program Study : D-III Perpajakan
Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan/atau dalam bentuk- bentuk kecurangan lain, Saya bersedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Semarang,
( Dionisius Bone )
ABSTRAKSI
laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan PSAK, sedangkan laporan keuangan fiskal adalah laoran keuangan yang disusun berdasarkan peraturan- peraturan perpajakan. Dalam peraturan perpajakan tidak mengatur secara khusus bentuk laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk pos- pos tertentu misalnya pendapatan dan biaya. Penelitian ini mengenai rekonsiliasi fiskal laporan keuangan komersial yang menjadi laporan kuangan fiskal. Koreksi- koreksi fiskal yang dibuat dalam laporan keuangan PT.ABC antara lain beda tetap yaitu pada pos asuransi, biaya perjalanan, biaya iklan, kerugian piutang tak tertagih, biaya listrik dan air, biaya telepon, biaya reparasi, biaya pemeliharaan, biaya pajak, macan- macam biaya, bunga deposito, dan pendapatan sewa gudang.sedangkan beda waktu pada rekening penyusutan.
Kata kunci: Laporan keuangan, komersial, fiskal, rekonsiliasi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan melimpahkan rahmatNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimah kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Terutama hal ini saya tunjukan kepada:
1. Bapak Dr. Andreas Lako selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Rini selaku ketua program studi D.III perpajakan Unika Soegijapranata semarang dan sekaligus menjadi dosen pembimbing yang telah bayak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang berguna bagi penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini.
3. Para dosen pengajar, khususnya pak iwan, Ibu Agnes, dan pak alex yang telah banyak membantu saya dalam memberi motifasi dalam kuliah, hingga pada penyusunan tugas akhir ini.
4. Pak Alex Tan selaku pimpinan konsultan pajak Alex dan Rekan yang telah menyediakan tempat bagi penulis dalam melaksanakan praktek kerja lapangan selama satu bulan.
5. Bapak dan mama tercinta yang dengan penuh kesusahan dan tanpa mengeluh telah membiayai selama ini dan cinta yang selalu bapak mama berikan lewat doa setiap harinya.
6. Kakak, Adi, sr. Andrea, Aris, Lino, Ronal, Ius dan adik tersayang Edel yang selalu mendukung saya dalam segala hal.
7. Wie tercinta, yang dengan sabar selalu mendengar segala keluhan saya,mau memberikan motifasi, dan yang selalu menemani dalam doa dalam kesehariannya.
8. Teman- teman perpajakan khususnya angkatan 2007, Ana, Sheli, Ernesto, Ari, Budi, Winda, Yunita, Egi, Jelita, Cicil, Meta, Bela, Ganang, dan semuanya.
9. Buat Aba Kris manglapy, Mas Hipol, Anto dan Anak- anak PATIF yang selalu bersama- sama baik di kuliah maupun di lapangan futsal.
10. Teman- teman kos, Teli, Leni, Iren, Ipet, Bang Hendrik, Trya yang selalu berbagi dalam susah dan senang.
11. buat semuanya saja yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang selama ini telah mendukung saya dalam kulia dan aktifitas saya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki Laporan Tugas Akhir ini ini.
Akhir kata, penulis mengharapakan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukanya.
Penulis
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 BEDA WAKTU/ SEMENTARA..................................................................22
TABEL 4.1 REKONSILIASI FISKAL.............................................................................39
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI KKP ALEX & REKAN.............................29
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian diatas bahwa pada dasarnya pembayaran pajak ditunjukan untuk kemakmuran rakyat atau dengan kata lain dari rakyat dan untuk rakyat. Pembangunan suatu negara sangat berpangaruh dari penerimaaan negara tersebut, dalam pembangunan bangsa kita yang bertumbuh secara pesat dalam berbagai aspek kehidupan dengan fasilitas-fasilitas umum yang semakin memadai dan modern melalui kemajuan teknologi merupakan hasil dari pembayaran Pajak oleh wajib pajak yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
Wajib pajak orang peribadi maupun badan dalam proses perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak berpatokan pada laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi komersial. Namun proses akuntansi keuangan perusahaan secara komersial tersebut umumnya tidak seutuhnya langsung dapat dipakai untuk
perhitungan pajak terutang, karena adanya pembatasan melalui peraturan perundang - undangan perpajakan. Sehingga memang ada perlakuan akuntansi yang berbeda antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak, yang kemudian disebut dengan beda tetap dan beda waktu. Beda tetap adalah perbedaan yang disebabkan oleh transaksi pendapatan dan atau biaya yang diakui menurut standart akuntansi keuangan komersial, tetapi tidak diakui menurut fiskal dan sebaliknya. Contoh beda tetap misalnya penghasilan bunga bank. Dalam akuntansi komersial diakui sebagai sebagai pendapatan, Sedangkan dalam akuntansi pajak tidak lagi diakui sebagai pendapatan. Sedangkan beda waktu adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya pengakuan pendapatan atau biaya menurut SAK sudah diakui tetapi belum diakui menurut fiskal. Perbedaan ini dikatakan sementara karena mungkin akan diakui pada periode berikutnya atau perbedaan yang terjadi hanya karena perbedaan waktu dan bersifat sementara. Contohnya pengakuan depresiasi dan amortisasi. Dalam akuntansi komersial dan akutansi pajak akan mempunyai hasil yang sama saat masa manfaatnya berakir.
Peraturan mengenai bagaimana perlakuan akuntansi pajak tertuang dalam PSAK No.46 tentang akuntansi pajak penghasilan. Secara umum PSAK No.46 bertujuan untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal seperti berikut ini:
1. Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau perlunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan dan
2. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian yang lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan. Pernyataan diatas mengharuskan perusahaan memperlakukan konsekuensi pajak dari setiap transaksi dan hal ini menyebabkan perlunya koreksi fiskal laporan komersil agar dapat digunakan sebagai dasar perhitungan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak itu sendiri.
Perbedaan mendasar antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak terletak pada tujuan pokok yang ingin dicapai. Akuntansi keuangan bertujuan untuk menyajikan secara wajar keadan atau posisi keuangan dan hasil usaha sebagai suatu entitas yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, Namun pada akuntansi pajak bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak dalam satu tahun pajak.
Perlakuan koreksi fiskal ini juga berlaku bagi perusahaan ABC sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan di Semarang. Perusahaan ABC tersebut merupakan salah satu klien kantor konsultan pajak Alex & Rekan kantor dimana penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan PT. ABC antara lain menghitung pajak terutangnya melalui koreksi fiskal. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis mengambil judul dalam penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul :
REKONSILIASI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG, STUDI KASUS PADA PT. ABC SEMARANG
1.2 Rumusan Masalah
Perbedaan yang mendasar antara akuntansi komersil dengan akuntansi pajak pada intinya terletak pada tujuan pokok yang ingin dicapai oleh WP dari laporan keungannya. Untuk mengetahui berapa pajak terutang seorang WP harus mengadakan koreksi fiskal, Oleh karena itu perumusan masalah yang akan dibahas dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah bagaimana melakukan koreksi fiskal untuk PT. ABC Semarang pada tahun 2009.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan mengetahui cara melakukan koraksi fiskal untuk PT. ABC Semarang pada tahun 2009.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan :
Membantu perusahaan dalam menghitung pajak pada tahun 2009, dimana koreksi fiskal dipakai sebagai bahan penghitungan pajak terutang perusahaan.
2. Bagi Penulis :
Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bekal untuk dapat diterapkan di dalam dunia kerja khususnya dalam bidang perpajakan.
3. Bagi Pembaca :
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan topik bahasan dalam Laporan Peraktek Kerja Lapangan ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran mengenai pembahasan yang lebih jelas dalam penulisan laporan tugas akhir ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori - teori yang akan berhubungan dengan penelitian dan akan digunakan sebagai landasan teori atau pedoman dalam pembahasan yang akan dikemukakan.
BAB III
: GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai gambaran umum dan sejarah berdirinya kantor konsultan pajak Alex&Rekan dan untuk penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan masalah.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, saran, berdasarkan hasil penelitian.
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian pajak
Pengertian pajak yang dikemukan oleh beberapa ahli antara lain (Waluyo, 2008)
1. Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal atau interprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. Andriani Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakanyang terutang oleh yang wajib membayarkannya menurut peraturan – peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, langsung dapat ditunjuk, dan berguna untuk membiayai berbagai pengeluaran umum terkait dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Dari pengertian – pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur– unsur:
- Iuran rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang.
- Berdasarkan Undang – Undang
Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya. - Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
- Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.2 Jenis Pajak
Berdasarkan jenisnya, pajak terbagi atas tiga antara lain (Waluyo, 2008):
1. Menurut Golongannya
- Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. - Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain.
2. Menurut sifatnya
- Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
- Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya.
3. Menurut lembaga pemungutnya
- Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
- Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2.3 Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Agoes & Trisnawati, 2009). Informasi ekonomi yang dihasilkan diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. Untuk menghasilkan suatu informasi akuntansi, berupa laporan keuangan yang akan berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan untuk mengetahui aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan dalam tahun berjalan terdapat proses pencatatan yang terus berulang setiap tahun buku.
Proses tersebut di namakan siklus akuntansi (Agoes & Trisnawati, 2009).
Siklus akuntansi dilakukan mulai dari:
- Analisis dokumen transaksi
- Jurnal.
- Posting ke buku besar.
- Neraca saldo.
- Jurnal penyesuaian.
- Laporan keuangan.
- Jurnal penutup.
- Neraca saldo setelah penutupan.
2.3.1 Persamaan Dasar Akuntansi
Semua transaksi bisnis dapat dinyatakan dengan perubahan pada ketiga unsur persamaan akuntansi. Transaksi bisnis adalah kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Artinya, mengakibatkan berubahnya jumlah atau komposisi persamaan antara kekayan dan sumber pembelanjaan, sehingga secara sepintas selalu ada kesamaan antara kekayaan dan sumber pembelanjaan (Soemarso, 2004).
Kekayaan yang dimiliki perusahaan disebut aktiva atau harta. Aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan akan menjadi sumber pembelanjaan bagi perusahaan Kekayaan yang dimiliki perusahaan disebut aktiva atau harta. Aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan akan menjadi sumber pembelanjaan bagi perusahaan
Pihak yang menyediakan sumber pembelanjaan mempunyai hak klaim terhadap akitva perusahaan tersebut.
Sumber pembelanjaan dapat dibagi atas dua yakni kreditur dan pemilik bagi perusahaan (Soemarso, 2004). Diterimanya pembelanjaan dari kreditur membawa akibat timbulnya kewajiban untuk mengembalikan. Sumber pembelanjaan dari pemilik modal disebut pemilik modal. Tidak seperti halnya pembelanjaan dari kreditur, perusahaan tidak berkewajiban mengembalikan setoran modal pemilik menurut perjanjian yang pasti, sewaktu– waktu pemilik modal bisa menarik kembali setoran modalnya. Jika perusahaan memperoleh laba, maka laba tersebut akan menjadi hak pemilik.
Perluasan dari persamaan diatas adalah sebagai berikut:
Aktiva = Kewajiban + Modal ( Soemarso, 2004 ).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007), Aset, kewajiban dan ekuitas didefinisikan sebagai berikut:
1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan akan diperoleh perusahaan.
2. kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi .
3. ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
2.4 Laporan keuangan
Laporan keuangan terbagi menjadi empat bagian antara lain (Agoes & Trisnawati, 2009):
1. Laporan laba/Rugi Laporan Laba/Rugi adalah laporan yang menunjukan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan ini didasarkan pada konsep penandingan, yaitu suatu konsep yang menandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama perode terjadinya beban tersebut.
2. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporang yang menunjukan perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu. Laporan ini 2. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporang yang menunjukan perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu. Laporan ini
3. Neraca Neraca adalah suatu daftar aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, misalnya pada akhir bulan atau akhir tahun.
4. Laporan arus kas Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukan penerimaan dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus kas ini tardiri dari tiga bagian, yaitu;
a. Arus kas dari aktivitas operasi yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih.
b. Arus kas dari aktivitas investasi yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dan bukan aset lancar.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan kewajiban jangka panjang.
2.5 Pembukuan dan Pencatatan bagi WP
2.5.1 Pengertian
Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (29) dan pasal 4 ayat (4), pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang/jasa yang diakhiri dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (29) dan pasal 4 ayat (4), pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang/jasa yang diakhiri dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
2.5.2 Kewajiban Pembukuan
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 28 mengatur bahwa WP yang melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini dimaksutkan agar dengan melakukan pembukuan, WP dapat menghitung besarnya pajak terutang. Selain PPh, besarnya pajak lain juga dapat dikethui.
Pembukuan diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Pembukuan atau pencatatan harus dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah. Dan disusun dalam bahasa Indonesia/ dalam bahasa asing yang diizinkan oleh menteri keuangan.
Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 13 ayat (3), sanksi bagi WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan adalah perhitungan pajaknya akan dilakukan Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 13 ayat (3), sanksi bagi WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan adalah perhitungan pajaknya akan dilakukan
2.5.3 Kewajian Pencatatan
Untuk WP yang dikecualikan dari kewajiban melaksanakan pembukuan, maka WP diwajibkan melakukan pencatatan. WP orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas dan WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 14 ayat (2), diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan norma penghitungan penghasilan neto, yaitu peredaran usahanya dalam satu tahun kurang dari Rp 4,8 miliar, dangan syarat WP orang pribadi tersebut memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Jika tidak maka WP orang pribadi tersebut dianggap melakukan pembukuan.
2.6 Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/ laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan, (Agoes & Trisnawati, 2009). Perbedaan – Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/ laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan, (Agoes & Trisnawati, 2009). Perbedaan –
1. Beda Tetap/ Permanen
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dengan pajak, yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya, beda tetap mengakibatkan laba/ rugi menurut akuntansi berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal.
Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan yang mengharuskan hal – hal berikut dikeluarkan dari perhitungan penghasilan kena pajak:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh) antara lain:
- Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang lain. - Penghasilan berupa hadia undian
- Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
- Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/ atau bangunan, dan - Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan berdasarkan peraturan
pemerintah.
2. Penghasilan yang bukan Obyek Pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ), terdiri dari:
- Bantuan atau sumbangan
- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, kopersi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro atau kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak- Pihak yang bersangkutan.
- Warisan.
- Harta termasuk setoran tunai yang diterma oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai penganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal - Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam betuk natura dan/ atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh buka wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak diterima atau diperoleh dalam betuk natura dan/ atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh buka wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak
- Pembayaran perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
- Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: Dividen bersal cadangan laba yang ditahan dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
- Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirianya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja maupun pegawai.
- Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham - saham persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unitpenyertaan kontrakinvestasi kolektif.
- Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.
- Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Pengeluaran yang tak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifat pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (Pasal 9 ayat (1) UU PPh)
- pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
- biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota. - Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank untuk usaha bank dan badan usaha lainnya yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang.
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh badan penyelenggara jaminan sosial.
3. cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahanlimbah industri.
- Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.
- Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
- Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
- Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana yang dimaksutkan dalam pasal 4 ayat (3) UU PPh No.36 Tahun 2008, huruf a dan b kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalkam pasal 6 ayat (1) UU PPh No.36 Tahun 2008 huruf i sampai dengan huruf mserta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau sebagaimana yang dimaksutkan dalam pasal 4 ayat (3) UU PPh No.36 Tahun 2008, huruf a dan b kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalkam pasal 6 ayat (1) UU PPh No.36 Tahun 2008 huruf i sampai dengan huruf mserta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
- Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya. - Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan , firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham - Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda yang berkenan dengan pelaksanaan perundang- undangan di bidang perpajakan.
2. Beda Waktu/ Sementara
Beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dengan perpajakan yang bersifat temporer. Artinya, secara keseluruan beban atau pendapatan menurut akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi tetap berbeda alokasi setiap tahunnya.
Beda waktu atau beda sementara antara akuntansi dengan Fiskal antara lain nampak dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Beda waktu/ sementara.
No Jenis Biaya
Fiskal
Akuntansi
1 Penyusutan aktiva tetap Hanya dilakukan dengan Penyusutan dapat dua metode yaitu garis dilakukan dengan lurus dan saldo metode garis lurus, menurun.
saldo menurun,dan metode lainnya.
Umur aktoiva tetap
Metode penyusutan
berwujud di tetapkan
ditetentukan dengan
berdasarkan UU
melihat ekspektasi Perpajakan sebagai pola konsumsi
berikut:
manfaat ekonomis
Bukan bangunan:
masa depan dari aktiva tetap
Kelompok I........4 thn
berwujud tersebut.(PSAK 16
Kelompok II.......8 thn
R tentang “aset
Kelompok III....16 thn
tetap”).
Kelompok IV.....20 thn
Aktiva tetap berwujud nilainya
Bangunan:
dialokasi tidak mekanisme
Permanen.............20 thn
penurunan nilai Tidak permanen ..10 thn aktiva dengan basis unit penghasil kas
sebagaimana diatur dalam PSAK 48
tentang “ penurunan nilai aset”.
2 Amortisasi aktiva tetap Amortisasi aktiva tetap Amortisasi dapat tidak berwujud
tidak berwujud hanya dilakukan dengan dapat dilakukan dengan metode garis lurus, menggunakan dua saldo menurun dan metode yaitu garis lurus metode lainnya. dan saldo menurun. Umur aktiva tetap tidak Metode amortisasi
ditetentukan dengan
berwujud ditetapkan berdasarkan UU melihat ekspektasi
pola konsumsi
Perpajakan sebagai
manfaat ekonomis manfaat ekonomis
masa depan dari aktiva tetap tidak
berwujud
Kelompok I.......4 thn
tersebut.(PSAK 19 R tentang “aset tidak
Kelompok II.....8 thn
berwujud”).
Kelompok III....16 thn Kelompok IV....20 thn
Aktiva tetap tidak berwujud nilainya
dialokasi tidak hanya melaui mekanisme amortisasi, tetapi juga melalui mekanisme penurunan nilai aktiva dengan basis unit penghasil kas sebagaimana diatur dalam PSAK 48 tentang “ penurunan nilai aset”.
3 Pengeluaran untk Penuyusutan dilakukan Penyusutan pembelian, pendirian berdasarkan ketentuan dilakukan selama penambahan, perbaikan, terkait dengan aktiva masa manfaat atau perubahan aktiva tetap berwujud tersebut. ekonomis yang tetap berwujud kecuali
dapat diperoleh dari tanah
pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan dari suatu aktiva tetap berwujud.
4 Biaya- biaya yang Amortisasi dilakukan Amortisasi dikapitalisasikan karena sama seperti amortisasi dilakukan selama masa manfaatnya atas aktiva tetap tidak masa manfaat. melebihi periode satu berwujud. tahun.
5 Biaya- biaya terkait Amortisasi dilakukan Apabila perusahaan dengan pendirian sama seperti amortisasi dalam tahap perusahaan dan atas aktiva tetap tidak pendirian dan penambahan modal, berwujud
pengembangan, seperti biaya notaris,
maka semua konsultan, akuntan dan
pembebanan lain- lain.
ditanggukan untuk kemudian disusutkan atau diamortisasi hak selama beberapa periode sesuai dengan pemulihan manfaat manfaatnya dimasa depan.
6 Penyisihan piutang usaha Piutang usaha yang Piutang usaha tak tertagih.
nyata- nyata tidak dapat disisikan secara ditagih dapat tidak langsung dibebankan.
secara rutin dengan Ketidaktertagihan dapat menggunakan dilihat dari adanya persentase penjualan penyerahan perkara kredit dan umur penagihan kepada piutang. pengadilan negeri atau instasi pemerintah yang menangani piutang yang tak tetgih atau adanya perjanjian yang tertulis penghapusan piutang. Namun UU no.36 tahun
2008 pasal 9 ayat 1 mengijinkan pengurangan terhadap cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan dan badan hukum lainnya yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan menggunakan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang.
7 persediaan Persediaan dialokasikan Persediaan dengan menggunakan dialokasikan dengan metode FIFO atau menggunakan metode rata- rata.
metode FIFO, rata- rata, LIFO, dan
Persediaan harus tetap metode lain- lain. dinilai dengan menggunakan basis harga perolehan.
8 Sewa Semua transaksi sewa Suatu sewa harus dicatat sebagai diklasifikasikan sewa biasa atau sebagai sewa operating lease.
pembiayaan atau finance lease jika sewa tersebut mengalikan secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aktiva (PSAK 30R tentang,”sewa” paragraf 8)
Sumber: Purba, 2009
2.7 Koreksi positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal
Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif. (Agoes &Trisnawati, 2009). Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya :
1. Beban tidak diakui oleh pajak ( non- deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.
3. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.
Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya:
1. Penghasilan yang biasanya tidak termasuk obyek pajak.
2. Penghasilan yang biasanya dikenakan PPh final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal.
4. Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal.
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
3.1 Sejarah singkat berdirinya KKP Alex & Rekan
Alex Tan Kian Tik lahir di Semarang, saat ini Beliau tinggal di jl. Kelengan kecil 627 Q semarang. Sejak selesai kuliah Beliau memulai kariernya dengan menjadi seorang karyawan biasa di salah satu perusahaan menengah di semarang kala itu. menjadi seorang karyawan dengan status sebagai staf biasa bukan suatu kebanggaan tersendiri bagi beliau, akhirnya dengan semangat yang tinggi dan niat yang kuat beliau mulai serius untuk belajar dan memperdalam perpajakan. Melalui pelatihan maupun seminar- seminar tentang perpajakan, dengan perlahan beliau mulai menguasai bidang perpajakan. Akhirnya brevet pajak A, brevet B dan brevet C yang merupakan brevet negara itu Beliau memperolehnya. Semua sertifikat- sertifikat itu diperoleh dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan Beliau juga mulai menguasai seluk beluk perpajakan. Maka pada tahun 2003 Alex Tan Kian Tik lahir di Semarang, saat ini Beliau tinggal di jl. Kelengan kecil 627 Q semarang. Sejak selesai kuliah Beliau memulai kariernya dengan menjadi seorang karyawan biasa di salah satu perusahaan menengah di semarang kala itu. menjadi seorang karyawan dengan status sebagai staf biasa bukan suatu kebanggaan tersendiri bagi beliau, akhirnya dengan semangat yang tinggi dan niat yang kuat beliau mulai serius untuk belajar dan memperdalam perpajakan. Melalui pelatihan maupun seminar- seminar tentang perpajakan, dengan perlahan beliau mulai menguasai bidang perpajakan. Akhirnya brevet pajak A, brevet B dan brevet C yang merupakan brevet negara itu Beliau memperolehnya. Semua sertifikat- sertifikat itu diperoleh dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan Beliau juga mulai menguasai seluk beluk perpajakan. Maka pada tahun 2003
Konsultan beliau tersebut bukan hanya bergerak dalam bidang perpajakan melainkan sebagai auditor dan management consultant. Saat ini kantor konsultan pajak Alex& rekan memiliki 96 klien Wajib pajak badan maupun Wajib Pajak orang pribadi. Selain itu mempunyai 4 karyawan yang menguasai perpajakan dan akuntansi yang handal dan dapat dipercaya.
3.2 Struktur Organisasi
Kantor konsultan pajak Alex& rekan dibawah pengawasan Beliau sendiri. Sktruktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi yang berbentuk biasa mengingat bahwa beliau hanya mempunyai 3 karyawan
a. Kepala kantor konsultan pajak
b. Bagian akuntansi,
c. Bagian Pajak
d. Bagian lapangan
3.3 Tugas dan kerja masing-masing bagian 3.3 Tugas dan kerja masing-masing bagian
Tugas dan fungsi Beliau adalah:
1. Melakukan pengawasan kegiatan kepada masing-masing bagian,
2. Memberikan petunjuk, saran dan pengarahan kepada pegawai,
3. Menentukan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan. Wewenang dan tanggung jawab Beliau adalah:
1. Memberikan tugas, mengawasi dan memberikan pengarahan kepada pegawai
b. Bagian Akuntasi
Bagian ini menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan seluk beluk akuntansi misalnya pembukuan, laporan laba rugi, modal dan neraca.
c. bagian pajak
bagian ini menyelesaikan semua jenis pajak yang di tangani dalam kantor konsultan tersebut,dan menentukan pajak yang terutang pada periode yang bersangkutan.
h. Bagian Lapangan
Bagian ini langsung terjun ke lapangan, tugasnya adalah mengambil data dari Wajib Pajak yang menjadi klien mereka, melaporkan SPT atau SSP klien ke KPP dan mengirim tagihan kepada klien.
Gambar I: Struktur Organisasi Kantor konsultan Pajak Alex& Rekan
Pimpinan
Bagian Bagian pajak
Bagian lapangan
akuntansi
Sumber : Kantor Konsultan Pajak Alex& Rekan Semarang, 2010
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang merupakan hasil dari penyusunan oleh pihak lain. Data yang dimaksud antara lain buku – buku sumber tentang akuntansi dan perpajakan, UU perpajakan, profil tempat PKL, struktur organisasi tempat PKL, serta semua informasi yang didapatkan melalui orang lain.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain:
1. Metode kepustakaan dalam metode ini penulis mengumpulkan catatan – catatan kulia, buku – buku perpajakan, buku – buku akuntansi, UU perpajakan, serta media pustaka lainnya yang mendukung.
2. Metode Observasi Dalam metode ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang diperoleh dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
3. Wawancara Dalam metode ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak – puihak yang terkait dalam penyusunan tugas akhir ini, antara lain konsultan pajak Alex & Rekan secara kusus.
3.4.3 Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain metode deskriptif kuantitatif, yaitu analisis data dengan menggunakan perhitungan angka- angka. Teknik ini digunakan untuk menganalisis apakah koreksi fiskal yang dilakukan pada laporan keuangan komersil CV. ABC sudah sesuai atau belum berdasarkan peraturan perpajakan Indonesia.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Rekonsiliasi fiskal pada PT. ABC
PT. ABC dalam operasionalnya menggunakan pendekatan komersial yang digunakan untuk kepentingan perusahaan (manajemen). Laporan keuangan yang dihasilkan adalah laporan laba rugi, neraca, arus kas dan laporan perubahan modal. Untuk kepentingan perpajakan, laporan laba rugi yang selanjutnya disebut dengan laporan laba rugi komersial digunakan sebagai dasar penentuan pajak terutang. Dalam rangka menentukan besarnya pajak terutang maka harus dilakukan rekonsiliasi fiskal. Hal tersebut perlu dilakukan karena ada biaya- biaya dan pendapatan yang menurut laba komersial dapat dibebankan dan diakui sebagai pendapatan tetapi dalam laba fiskal tidak boleh dibebankan dan tidak diakui sebagai sebagai biaya dan pendapatan.
Berikut ini disajikan laporan laba rugi PT. ABC:
PT. ABC LAPORAN LABA- RUGI TAHUN 2009
Peredaran usaha:
1. Eksport
Rp.720.000.000
2. Penjualan dalam negeri:
a. Penjualan tunai
Rp.485.000.000
b. Penjualan kredit
Rp. 380.000.000
c. Penjualan kepada pemerintah Rp. 375.000.000 +
Rp. 1.960.000.000
Harga pokok penjualan Rp. 1.040.000.000 -
Laba Bruto Usaha Rp. 920.000.000
Biaya- biaya:
Gaji, upah, honorarium, bonus, THR Rp.437.500.000
Biaya asuransi
Rp. 10.920.000
Biaya penyusutan
Rp. 35.000.000
Biaya perjalanan
Rp. 17.500.000
Biaya iklan dan promosi
Rp. 18.000.000
Biaya listrik dan air
Rp. 16.000.000
Biaya telpon
Rp. 20.250.000
Cadangan penghapusan piutang
Rp. 20.000.000
Kerugian piutang tak tertagih
Rp. 15.000.000
Reparasi & pemeliharaan kendaraan Rp. 17.000.000
Pemeliharaan bangunan
Rp. 16.000.000
Pajak- pajak Rp. 40.100.000
Macam- macam biaya
Rp. 110.500.000 +
Jumlah biaya Rp. 773.770.000
Laba Bersih Usaha Rp. 146.230.000
Penghasilan luar usaha:
Bunga deposito
Rp. 16.000.000
Bunga tabungan
Rp. 15.000.000
Deviden dari PT. X saham 40%
Rp. 55.000.000
Penghasialn sewa gudang Jl. Pelangi Rp. 65.000.000
Jumlh penghasilan luar usaha
Rp. 151.000.000
PENGHASILANB NETO Rp. 297.230.000
Dari pembukuan dan catatan- catatan dapat diketahui rincian dari laporan laba- rugi tahun X sebagai berikut:
FIFO Persediaan awal
A. Harga pokok penjualan:
Pembelian Rp 1.055.000.000 + Rp. 1.055.000.000
Jumlah barang tersedia untuk dijual Rp 1.165.000.000 Rp. 1.105.000.000
Persediaan akhir
Rp 125.000.000
Rp. 125.000.000 -
Harga pokok penjualan
Rp 1.040.000.000
Rp. 980.000.000
B. Biaya- biaya
1. Dalam gaji, upah , honorium, bonus, dan THR, terdapat pemberian sembako kepada pegawai tetap sebesar RP 18.180.000
2. Biaya asuransi sebesar Rp 10.920.000,- perinciannya sebagai berikut: - Asuransi kebakaran gedung kantor
Rp 2.200.000 - Asuransi pengangkutan Rp 1.800.000 - Asuransi kebakaran gudang Jl. Permata SMG
Rp 2.200.000 - Asuransi kebakaran rumah dinas direktur
Rp 1.200.000 - Asuransi kebkaran gudang Jl. Pelangi SMG
Rp 2.400.000
- Asuransi jiwa keluarga direktur Rp 600.000 - Asuransi tenaga kerja karyawan
Rp 520.000
3. Perhitungan biaya penyusutan:
Menurut perusahaan
Ketentuan Pajak
- Aktiva kelompok 1
Rp 17.000.000 - Aktiva kelompok 2
- Aktiva bangunan Rp 5.000.000 Rp 4.500.000 Aktiva kelompok I: Berupa peralatan kantor dari bahan kayu (meja, kursi, dan almari). Dalam perhitungan penyusutan ini terdapat beda waktu akibat perlakuan akuntansi dengan perpajakan yang bersifat temporer. Artinya, secara keseluruan bahwa beban atau pendapatan menurut akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi penyusutan tiap tahunnya.
Dalam penyusutan aktiva kelompok I ini, fiskal menggunakan metode garis lurus yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
Berikut perhitungannya:
Jenis aktiva:
Peralatan kantor dari kayu (Meja kursi dan Almari) Harga perolehan Rp. 68.000.000 Tari penyusutan 25%
25% X 68.000.000
Rp. 17.000.000
Aktiva kelompok II: Berupa perlengkapan kantor yang terdiri dari AC, dan komputer. Terdapat perbedaan akibat perlakuan akuntansi dengan perpajakan yang bersifat temporer. Artinya, secara keseluruan bahwa beban atau pendapatan menurut akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi penyusutan tiap tahunnya.
Berikut perhitungannya:
Aktiva kelompok II, masa manfaat 8 tahun, metode yang digunakan adalah garis lurus 12.5%.
Jenis aktiva:
Perlengkapan kantor (Ac, Komputer).
Harga perolehan: = Rp. 25.000.000 Tarif penyusutan12.5%
12,5% X 25.000.000 = Rp. 3.125.000 Aktiva bangunan yaitu berupa bangunan permanen yaitu bangunan kantor perusahaan tersebut. Terdapat perbedaan akibat perlakuan akuntansi dengan perpajakan pada aktiva ini yang bersifat temporer. Artinya, secara keseluruan bahwa beban atau pendapatan menurut akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi penyusutan tiap tahunnya.
Berikut perhitungannya:
Menggunakan metode saldo menurun
Tidak permanen
(10 tahun)
Aktiva bangunan permanen (gedung kantor)
Harga perolehan Rp. 90.000.000 Tarif penyusutan 5% X 90.000.000 =
Rp. 4.500.000
4. dalam biaya perjalanan terdapat biaya perjalan keluarga direktur sebesar Rp 3.500.000
5. Perincian biaya iklan dan promosi sebagai berikut: - Iklan usaha di Harian Suara Merdeka
Rp 4.000.000 - Iklan ucapan terima kasih
Rp 1.000.000 - Iklan ucapan berduka cita
Rp 2.000.000 - Honorarium penjaja barang
Rp 11.000.000
6. Kerugian piutang tak tertagih menurut ketentuan perpajakan sebesar Rp 10.000.000
7. Rincian biaya listrik dan Air sebagai berikut: - Untuk kantor Rp 7.000.000 - Untuk gudang Jl. Permata SMG
Rp 4.000.000
- Untuk gudang Jl. Pelangi SMG
Rp 3.000.000
- Untuk rumah dinas Direktur
Rp 2.000.000
8. Rincian biaya telpon sebagai berikut: - Telepon kantor
Rp 6.000.000
- Telepon gudang Jl. Permata SMG Rp 3.450.000 - Telepon gudang JL. Pelangi SMG Rp 5.000.000 - Telepon rumah dinas Direktur
Rp 5.800.000
9. Dalam biaya reparasi dan pemeliharaan kendaraan, terdapat biaya reparasi kendaraan milik direktur sebesar Rp 1.800.000
10. Perincian pemeliharaan bangunan sebagai berikut: - Gedung kantor
Rp6.000.000
- Gudang Jl. Pelangi SMG
Rp 5.000.000
- Gudang Jl. Permata SMG Rp 3.000.000 - Rumah dinas direktur
Rp 2.000.000
11. Rincian untuk biaya pajak sebagai berikut: - PBB gedung kantor
Rp 3.000.000
- PBB rumah dinas direktur
Rp 1.300.000
- PBB gudang Jl. Permata SMG
Rp 1.400.000
- PBB gudang Jl. Pelangi SMG
Rp 2.400.000
- PKB kendaraan perusahaan
Rp 7.700.000
- PKB kendaraan milik direktur
Rp 2.600.000
- Pajak penghasilan pasal 22
Rp 8.000.000
- Pajak penghasilan Pasal 23
Rp 6.000.000
- Pajak penghasilan pasal 25
Rp 7.200.000
12. Perincian macam- macam biaya sebagai berikut: - Honorarium tehnisi komputer
Rp 30.000.000
- Hadia kejuaraan motor
Rp 25.000.000
- Sumbangan untuk PMI
Rp 2.500.000
- Sumbangan untuk mahasiswa KKN Rp 3.000.000
- Biaya bunga
Rp 50.000.000
Berdasarkan catatan- catatan diatas maka perlunya rekonsiliasi fiskal terhadap biaya- biaya yang menurut ketentuan perpajakan tidak boleh dikurangkan dari laba fiskal sebagaimana yang disajikan dalam tabel 4.1. rekonsiliasi fiskal PT. ABC tahun 2009 berikut ini.
Tabel 4.1. Rekonsiliasi fiskal PT ABC tahun 2009
KETERANGAN LABA RUGI KOREKSI KOREKSI LABA NEGATIF
Penjualan Rp.1.960.000.0
00 Harga pokok penjualan Rp.1.040.000.0 Rp.60.000.00
980.000.000 Laba kotor
Rp. 920.000.000
920.000.000 Biaya- biaya Gaji, upah, THR, Rp.437.500.000 Rp.18.180.00
Rp.419.320. bonus
000 Biaya asuransi
Biaya penyusutan
00 Biaya perjalanan
00 Biaya iklan& promosi Rp.18.000.000
Rp.3.000.000
Rp.15.000.0
(6) 00 Biaya listrik dan air
Biaya telpon
Cad. Piutang tak Rp.20.000.000 Rp.20.000.00 tertaggih
Kerug. Piutang tak Rp.15.000.000 Rp.5.000.000 Rp.10.000.0 tertaggih
Reparasi& dan Rp.17.000.000 Rp.1.800.000 Rp.15.200.0 pemel.kendaraan
Pemeliharaan Rp.16.000.000 Rp.5.000.000 Rp.11.000.0 bangunan
Pajak- pajak
Macam- macam biaya Rp.110.500.000 Rp.3.000.000 Rp.105.500.
Jumlah biaya
Laba bersih usaha
Penghasilan luar usaha
Bunga deposito
Bunga tabungan
Deviden dari PT. X
Sewa gudang Jl. Rp.65.000.000 Rp.65.000.0 Pelangi
Jumlah peng. Luar Rp. Rp. usaha
Penghasilan kena Rp.297.230.000 Rp.394.085. pajak
Sumber: data diolah (2010)
Pajak terutangnya adalah 50% X 28% X 394.085.000 = Rp 55.171.900
Berdasarkan koreksi di atas terdapat keterangan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pasal 10 ayat 6 UU PPh no. 36 tahun 2008, menyatakan bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai 1. Berdasarkan pasal 10 ayat 6 UU PPh no. 36 tahun 2008, menyatakan bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
HPP pada kasus PT. ABC dibawah ini menggunakan metode FIFO yaitu:
Persediaan awal
Barang tersedia dijual
Rp. 1.105.000.000
Persediaan akhir
Rp. 125.000.000 –
Rp. 980.000.000
2. Pasal 4 ayat 3 huruf d UU no 36 tahun 2008 tentang yang dikecualikan dari obyek pajak, menyatakan bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti, beras gula dan sebagainya dan imbalan 2. Pasal 4 ayat 3 huruf d UU no 36 tahun 2008 tentang yang dikecualikan dari obyek pajak, menyatakan bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti, beras gula dan sebagainya dan imbalan
Sehingga dalam kasus PT. ABC ini biaya pemberian sembako kepada karyawan tetap sebesar Rp. 18.180.000 bukan merupakan obyek pajak, oleh karena itu harus dikoreksi positif yang artinya menambah penghasilan kena pajak perusahaan tersebut.
3. Pasal 9 huruf d UU PPh, tentang penentuan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Menyatakan bahwa premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dalam kasus PT. ABC ini biaya asuransi sebesar Rp. 4.200.000 harus dikoreksi positif yang artinya menambah penghasilan kena pajak .
4. Pasal 9 ayat 2 UU PPh no.36 tahun 2008, tentang pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi dari tahun ke tahun dalam bagian- bagian yang sama. Sehingga dalam kasus PT. ABC ini penyusutan tersebut harus dikoreksi positif yang artinya menambah penghasilan kena pajak.