RESUME HUKUM TENTANG tawakal ORANG
RESUME HUKUM TENTANG ORANG DAN BENDA
Oleh : Sulaeman, S.HI
1. HUKUM TENTANG ORANG
a. Pengertian Orang
Dalam hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak dan kewajiban
(subyek) di dalam hukum. Dimaksud dengan orang atau subyek hukum, dapat diartikan
sebagai manusia (naturlijkpersoon) atau badan hukum (rechtspersoon).
Selain pengertian diatas, orang juga mempunyai arti sebagai keseluruhan kaidahkaidah hukum yang mengatur tentang subjek hukum dan wewenangnya, kecakapannya,
domisili, dan catatan sipil.
Dalam definisi diatas terkandung dua cakupan yaitu wewenang subjek hukum dan
ruang lingkup pengaturan hukum orang. Wewenang pada dasarnya merupakan hak dan
kekuasaan seseorang untuk melakukan perbuatan hukum.
Hukum tentang orang (personenrecht) dalam Burgerlijk Wetboek (BW) diatur dalam
Buku I yang berjudul Van Personen yang terdiri atas peraturan-peraturan yang mengenai
subjek hukum. Disamping itu memuat juga peraturan –peraturan mengenai hubungan
keluarga, yaitu mengenai:
-
Perkawinan dan hak-hak kewajiban suami
-
Kekayaan perkawinan
-
Kekuasaan orang tua
-
Perwalian dan pengampuan
b. Orang sebagai Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau law of
subject (Inggris). Subjek hukum secara umum bermakna segala sesuatu yang mempunyai
hak dan kewajiban. Meskipun setiap subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban untuk
melakukan perbuatan hukum, namun perbuatan tersebut harus disertai dengan kecakapan
dan kewenangan hukum yang lazim disebut dengan rechtsbekwaaniheid (kecakapan hukum)
dan rechtsbevoegdheid (kewenangan hukum).
Setiap manusia baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang
agama maupun kebudayaan, sejak dilahirkan sampai meninggal dunia adalah sebagai subjek
hukum, atau pendukung baik hak maupun kewajiban. Sebagai sunjek hukum manusia
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum,
misalnya mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, membuat testament, dan
memberikan hibah.
Jadi, pada dasarnya manusia sejak lahir memperoleh hak dan kewajibannya. Namun
apabila ia meninggal dunia, maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli warisnya.
Misalnya, kepentingan anak untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya, walaupun ia masih
berada dalam kandungan karena ia dianggap telah lahir dan harus diperhitungkan hakhaknya sebagai ahli waris, tetapi jika ia lahir dalam keadaan meninggal maka haknya putus
atau dianggap tidak ada. (Sebagaimana diatur pada pasal 2 KUH Perdata ayat (1) dan (2)).
Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap melakukan perbuatan hukum
berdasarkan pasal 1330 KUH perdata tentang orang yang tidak cakap untuk membuat
perjanjian adalah Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun), Orang ditaruh
dibawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa pemabuk atau pemboros, dan
Orang wanita dalam perkawinan yang berstatus sebagai istri.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 30 KUH Perdata jo. stb. 1931 No. 54 yang
dikatakan belum “dewasa” adalah orang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
kawin dan apabila perkawinan mereka dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun
maka mereka tetap dianggap dewasa, atau kedudukan mereka tidak kembali pada kedudukan
sebelum dewasa.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap orang berkedudukan
sama dalam hukum, setiap orang adalah subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk melakukan perbuatan hukum, namun tidak setiap orang cakap untuk melakukan
perbuatan hukum. Dan bagi orang yang tidak cakap maka hak dan kewajibannya diwakili
oleh walinya.
2.
Hukum Tentang Benda
a. Pengertian Benda
Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (belanda). Benda dalam arti ilmu
pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum yaitu sebagai lawan
dari subyek hukum. Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan
hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Pengertian benda (zaak)
dalam perpekstif hukum dinyatakan dalam pasal 499 KUH Perdata, sebagai berikut :
Menurut paham undang-undang yang dinamakan dengan kebendaan ialah tiap-tiap
barang dan tiap-tiap hak, yang dikuasai oleh hak milik.
b. Pembagian Benda
Berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi dua, yaitu benda yang bersifat Kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang
bersifat Tidak Kebendaan (Immateriekegoderan).
1. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), merupakan suatu benda yang
sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda
berubah/berwujud, meliputi:
a. Benda bergerak/tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang
tidak dapat dihabiskan, dibedakan menjadi sebagai berikut:
-
Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda
yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri
contohnya ternak.
-
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH
Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
b.
Benda tidak bergerak; Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
-
Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
-
Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam
pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan
atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok.
-
Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas
benda-benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang
tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik. Hak-hak
atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak opstal, hak
hipotek, hak tanggungan dan sebagainya) Kapal-kapal yang berukuran 20 meter
kubik keatas (WvK)
Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting
artinya, karena adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing
golongan benda tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut :
Mengenai hak bezit; Untuk benda bergera ada ketentuan dalam pasaL 1997 ayat (1)
BW yang menentukan, barang siapa yang menguasai bendaa bergerak dianggap ia
sebagai pemiliknya.
Mengenai pembebanan (bezwaring); Terhadap benda bergerak harus digunakan
lembaga jaminan gadai (pand). Sedangkan benda tak bergerak harus digunakan
lembaga jaminan hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162 BW).
Mengenai penyerahan (levering); Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan
benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata. Sedangkan benda tak
bergerak, menurut pasal 616 BW harus dilakukan dengan balik nama pada daftar
umum.
Mengenai kedaluarsa (verjarinng); Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa,
sebab bezti sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai
kadaluarsa. Seseorang dapat mempunyai hak milik karena lampaunya 20 tahun
(dalam hal ada alas yang sah) atau 30 tahun (dalam hal tidak ada alas hak), yang
disebut dengan “acquisitive verjaring”.
Mengenai penyitaan (beslag); Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk
menuntut kembali suatu benda bergerak miliknya pemohon sendiri yang ada dalam
kekuasaan orang lain.
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen), merupakan suatu benda
yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat
direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan
musik / lagu.
c.
Tentang hak-hak kebendaan :
a) Bezit, ialah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda seolaholah kepunyaan sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.
b) Eigendom, ialah hak yang paling sempurna atas suatu benda seorang yang
mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan
benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan,, bahkan merusak)
c) Hak-hak kebendaan di atas benda orang lain, ialah suatu beban yang diletakkan
di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang berbatasan.
d) Pand dan Hypotheek, ialah hak kebendaan ini memberikan kekuasaan atas suatu
benda tidak untuk dipakai, tetapi dijadikan jaminan bagi hutang seseorang.
e) Piutang-piutang yang diberikan keistimewaan (privilage), ialah suatu keadaan
istimewa dari seorang penagih yang diberikan oleh undang-undang melulu
berdasarka sifat piutang.
f)
Hak Reklame, ialah hak penjual untuk meminta kembali barang yang telah
dijualnya apabila pembeli tidak melunasi pembayarannya dalam jangka waktu 30
hari.
Oleh : Sulaeman, S.HI
1. HUKUM TENTANG ORANG
a. Pengertian Orang
Dalam hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak dan kewajiban
(subyek) di dalam hukum. Dimaksud dengan orang atau subyek hukum, dapat diartikan
sebagai manusia (naturlijkpersoon) atau badan hukum (rechtspersoon).
Selain pengertian diatas, orang juga mempunyai arti sebagai keseluruhan kaidahkaidah hukum yang mengatur tentang subjek hukum dan wewenangnya, kecakapannya,
domisili, dan catatan sipil.
Dalam definisi diatas terkandung dua cakupan yaitu wewenang subjek hukum dan
ruang lingkup pengaturan hukum orang. Wewenang pada dasarnya merupakan hak dan
kekuasaan seseorang untuk melakukan perbuatan hukum.
Hukum tentang orang (personenrecht) dalam Burgerlijk Wetboek (BW) diatur dalam
Buku I yang berjudul Van Personen yang terdiri atas peraturan-peraturan yang mengenai
subjek hukum. Disamping itu memuat juga peraturan –peraturan mengenai hubungan
keluarga, yaitu mengenai:
-
Perkawinan dan hak-hak kewajiban suami
-
Kekayaan perkawinan
-
Kekuasaan orang tua
-
Perwalian dan pengampuan
b. Orang sebagai Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau law of
subject (Inggris). Subjek hukum secara umum bermakna segala sesuatu yang mempunyai
hak dan kewajiban. Meskipun setiap subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban untuk
melakukan perbuatan hukum, namun perbuatan tersebut harus disertai dengan kecakapan
dan kewenangan hukum yang lazim disebut dengan rechtsbekwaaniheid (kecakapan hukum)
dan rechtsbevoegdheid (kewenangan hukum).
Setiap manusia baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang
agama maupun kebudayaan, sejak dilahirkan sampai meninggal dunia adalah sebagai subjek
hukum, atau pendukung baik hak maupun kewajiban. Sebagai sunjek hukum manusia
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum,
misalnya mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, membuat testament, dan
memberikan hibah.
Jadi, pada dasarnya manusia sejak lahir memperoleh hak dan kewajibannya. Namun
apabila ia meninggal dunia, maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli warisnya.
Misalnya, kepentingan anak untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya, walaupun ia masih
berada dalam kandungan karena ia dianggap telah lahir dan harus diperhitungkan hakhaknya sebagai ahli waris, tetapi jika ia lahir dalam keadaan meninggal maka haknya putus
atau dianggap tidak ada. (Sebagaimana diatur pada pasal 2 KUH Perdata ayat (1) dan (2)).
Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap melakukan perbuatan hukum
berdasarkan pasal 1330 KUH perdata tentang orang yang tidak cakap untuk membuat
perjanjian adalah Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun), Orang ditaruh
dibawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa pemabuk atau pemboros, dan
Orang wanita dalam perkawinan yang berstatus sebagai istri.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 30 KUH Perdata jo. stb. 1931 No. 54 yang
dikatakan belum “dewasa” adalah orang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
kawin dan apabila perkawinan mereka dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun
maka mereka tetap dianggap dewasa, atau kedudukan mereka tidak kembali pada kedudukan
sebelum dewasa.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap orang berkedudukan
sama dalam hukum, setiap orang adalah subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk melakukan perbuatan hukum, namun tidak setiap orang cakap untuk melakukan
perbuatan hukum. Dan bagi orang yang tidak cakap maka hak dan kewajibannya diwakili
oleh walinya.
2.
Hukum Tentang Benda
a. Pengertian Benda
Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (belanda). Benda dalam arti ilmu
pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum yaitu sebagai lawan
dari subyek hukum. Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan
hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Pengertian benda (zaak)
dalam perpekstif hukum dinyatakan dalam pasal 499 KUH Perdata, sebagai berikut :
Menurut paham undang-undang yang dinamakan dengan kebendaan ialah tiap-tiap
barang dan tiap-tiap hak, yang dikuasai oleh hak milik.
b. Pembagian Benda
Berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi dua, yaitu benda yang bersifat Kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang
bersifat Tidak Kebendaan (Immateriekegoderan).
1. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), merupakan suatu benda yang
sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda
berubah/berwujud, meliputi:
a. Benda bergerak/tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang
tidak dapat dihabiskan, dibedakan menjadi sebagai berikut:
-
Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda
yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri
contohnya ternak.
-
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH
Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
b.
Benda tidak bergerak; Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
-
Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
-
Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam
pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan
atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok.
-
Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas
benda-benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang
tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik. Hak-hak
atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak opstal, hak
hipotek, hak tanggungan dan sebagainya) Kapal-kapal yang berukuran 20 meter
kubik keatas (WvK)
Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting
artinya, karena adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing
golongan benda tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut :
Mengenai hak bezit; Untuk benda bergera ada ketentuan dalam pasaL 1997 ayat (1)
BW yang menentukan, barang siapa yang menguasai bendaa bergerak dianggap ia
sebagai pemiliknya.
Mengenai pembebanan (bezwaring); Terhadap benda bergerak harus digunakan
lembaga jaminan gadai (pand). Sedangkan benda tak bergerak harus digunakan
lembaga jaminan hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162 BW).
Mengenai penyerahan (levering); Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan
benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata. Sedangkan benda tak
bergerak, menurut pasal 616 BW harus dilakukan dengan balik nama pada daftar
umum.
Mengenai kedaluarsa (verjarinng); Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa,
sebab bezti sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai
kadaluarsa. Seseorang dapat mempunyai hak milik karena lampaunya 20 tahun
(dalam hal ada alas yang sah) atau 30 tahun (dalam hal tidak ada alas hak), yang
disebut dengan “acquisitive verjaring”.
Mengenai penyitaan (beslag); Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk
menuntut kembali suatu benda bergerak miliknya pemohon sendiri yang ada dalam
kekuasaan orang lain.
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen), merupakan suatu benda
yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat
direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan
musik / lagu.
c.
Tentang hak-hak kebendaan :
a) Bezit, ialah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda seolaholah kepunyaan sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.
b) Eigendom, ialah hak yang paling sempurna atas suatu benda seorang yang
mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan
benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan,, bahkan merusak)
c) Hak-hak kebendaan di atas benda orang lain, ialah suatu beban yang diletakkan
di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang berbatasan.
d) Pand dan Hypotheek, ialah hak kebendaan ini memberikan kekuasaan atas suatu
benda tidak untuk dipakai, tetapi dijadikan jaminan bagi hutang seseorang.
e) Piutang-piutang yang diberikan keistimewaan (privilage), ialah suatu keadaan
istimewa dari seorang penagih yang diberikan oleh undang-undang melulu
berdasarka sifat piutang.
f)
Hak Reklame, ialah hak penjual untuk meminta kembali barang yang telah
dijualnya apabila pembeli tidak melunasi pembayarannya dalam jangka waktu 30
hari.