Makalah sejarah perkembangan dakwah rasu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, hanya dengan keridhoan-NYA makalah dengan judul “Sejarah
perkemangan dakwa NABI” ini dapat terselesaikan.
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan
masih jauh dari sempurna, kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangankekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa
syukur kami kepada rahmat Allah SWT dan dalam hal perbaikan makalah ini ke
depannya.
Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih
positif dan manfaat bagi yang membutuhkan.

DAFTAR ISI

KataPengantar
Pendahuluan.


Latar
Belakang...........................................................................................



Rumusan
Masalah.....................................................................................



Tujuan ..............................................................................................
..........

Pembahasan..............................................................................................................
..........



Penegrtian
dakwah....................................................................................



Dalil-dalil alqur’an tentang keutamaan
dakwah...................................
 2.1 Hukum dan ketentuan berdakwah dijalan allah
 2.2 Metode berdakwah di jalan allah
 2.3 Tujuan dari dakwah
 2.4 Akhalak seorang DA’I



Strategi dakwah NABI Peeiode Mekkah dan Madinah
 3.1 Strategi Dakwah Rasulullah (Sembunyi dan TerangTerangan)
 3.2 stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah




Penutup..............................................................................................
................................



Kesimpulan.......................................................................................
.........



Saran..................................................................................................
........

Daftar
Pustaka.................................................................................................................

A. PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu

dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh
hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia
yang menghabiskan hari-harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah
Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki
serta perlawanan dari musuh-musuh Islam.
Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaaya kepada
seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta
pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benarbenar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang
telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita
kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga
dan sahabat-sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan
Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa
beratnya menegakkan kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji
Allah bahwa agama yang benar adalah Islam, dan kebenaran itu yang membuat
Rasulullah memiki kekuatan yang luar biasa. Keyakinan akan Kebenaran Hakiki
yang membuat beliau mampu merobohkan tembok-tembok kemusyrikan, dan
keyakinan itulah yang membawa Islam kepada kejayaan.

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian dari dakwa ?
 Bagaimana hukum dakwah menurut al qur’an ?
 Apa keutamaan dari berdakwah ?
 Apa metode seoarang pendakwah ?
 Bagaimana sifat sifat dari seorang pendakwa
C. Tujuan

SEJARAH PERKEMBANGAN DAKWAH NABI

A. Pengertian dakwah
1.1 Pengertian dakwah menurut bahasa
Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab
yakni ‫( دعا– يدعوا – دعوة‬da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan
ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai
“ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali,
sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang
sebanyak 4 kali.
Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu
(meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu
kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah

manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah
yang pelakunya adalah kaum Muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak
ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga
yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata
yad’u dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang
musyrik.
Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan
dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak
berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga
disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan
yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk
doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.
1.2. Pengertian dakwah menurt istilah
Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni; pesan yang
datang dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif.
Ceramah dalam arti sempit, sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang
bersifat rohani saja. Menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Allah,
akan menafikan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi dari kegiatan dakwah.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah

adalah menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang
berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini
dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala
sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau
ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga
menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

B. Dalil dalil al-qur’an tentang dakwah
2.1 Hukum dan Keutamaan Berdakwah di Jalan Allah
Hukum berdakwah di jalan Allah adalah wajib sesuai kemampuan masingmasing. Dalil-dalil yang menunjukan akan hal tersebut sangat banyak.
Diantaranya firman Allah,
‫خي فلر نوي نأ فحمحرونن لبال فنمفعحرو ل‬
‫حونن‬
‫نول فتن ح‬
‫عونن لإنلى ال ف ن‬

‫كن لممنك حفم أ ح م نمةة ي نفد ح‬
‫علن ال فحمنك نلر نوأ حفونلـلئنك حهحم ال فحمففلل ح‬
‫ف نوي نن فنهفونن ن‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar .merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali ‘Imran: 104)
Para ulama juga menjelaskan bahwa berdakwah di jalan Allah adalah
fardhu kifayah.Sehingga jika di suatu tempat atau suatu masa tidak ada yang
berdakwah dijalan Allah, maka semua yang tinggal di masa dan waktu tersebut
mendapat dosa.
Tentang keutamaan berdakwah juga telah banyak disebut dalam ayat-ayat al
Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah , diantaranya Allah berfirman,
‫علمنل نصاللحا ا نونقانل لإن م نلني لمنن ال فحمفسلللمينن‬
‫عا لإنلى الل م نله نو ن‬
‫نونمفن أ نفحنسحن نقفول ا لمم منمن ند ن‬
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat: 33)
Ayat yang mulia ini menjelaskan keutamaan orang-orang yang berdakwah di jalan
Allah(baca: para da’i) dan pujian atas mereka yang mana tidak ada seorang pun

yang lebih baik perkataannya dari pada mereka.
Rasulullah bersabda,
‫من دل على خير فله مثل أجر فاعله‬

Barangsiapa menujukkan atas kebaikan maka baginya pahala seperti
pahala orang yang mengamalkannya.[2]
Rasulullah juga bersabda,
‫فوالله ! لن يهدي الله بك رجل واحدا خير لك من أن يكون لك حمر النعم‬
Demi Allah! Seandainya Allah menunjuki seseorang karenamu lebih baik
bagimu daripada kamu mendapat onta merah.[3]
Dua hadist di atas sudah cukup menunjukan betapa besar keutamaan
berdakwah di jalan Allah. Bahwasanya berdakwah di jalan Allah didalamnya
terdapat kebaikan yang sangat banyak, dan seorang da’i akan mendapatkan pahala
sebagaimana pahala orang-orang yang mendapatkan hidayah melaluinya.
2.2 Metode Berdakwah di Jalan Allah
Di dalam firmanNya, Allah telah menjelaskan tentang tatacara berdakwah
di jalanNya ,
‫حنسن نلة نونجالدل فحهم لبال م نلتي لهني أ نفحنسحن‬
‫افدحع لإللى نسلبيلل نر لبمنك لبال فلحك فنملة نوال فنمفولعنظلة ال ف ن‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. an Nahl: 125)
Dalam ayat yang mulia tersebut Allah menjelaskan bagaimana seyogyanya
dakwah itu dilakukan dengan cara yang benar. Yang pertama dengan hikmah,
yaitu dengan dalil-dali yang jelas yang membedakan yang hak dan yang batil.
Oleh karena itu sebagian ahli tafsir menafsirkan hikmah dengan al Qur’an dan
sebagian yang lain menafsirkannya dengan dalil-dalil dari al Quran dan Sunnah.
Hendaknya seorang da’I hendaknya berdakwah dengan hikmah dan memulai
dengannya.Jika mad’u atau orang yang didakwahi adalah orang yang meremehkan
syariat dan memiliki penyimpangan-penyimpangan maka hendaknya didakwahi
dengan nasehat yang baik (mau’idhah hasanah) yaitu dengan ayat-ayat dan
hadist yang berisi peringatan, acaman dan janji dari Allah. Dan seandainya di

dalam diri mad’u ada kerancuan berfikir (syubhat) sehingga menolak kebenaran
dan bersikukuh dalam kesalahan maka tidak mengapa kita mendebatnya (jidal)
dengan cara yang baik sehingga tersingkaplah syubhat tersebut dan kembali
kepada kebenaran.
‫عل ني فلهفم نونمأ فنواحهفم نجنهن منحم نولبئفنس ال فنملصيحر‬
‫نيا أ ني محنها الن منلب محي نجالهلد ال فك ح م نفانر نوال فحمننالفلقينن نوا ف‬
‫غل حفظ ن‬
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan

bersikap keraslah terhadap mereka. (QS. at Tahriim: 9)
2.3Tujuan dari Dakwah
Dakwah memiliki tujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju cahaya hidayah, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kebodohan menuju
cahaya ilmu, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dan dari kesyirikan menuju
tauhid. Ini semua adalah tujuan yang mulia dari dakwah, sebagaimana Allah
berfirman,
‫خلرحجحهم لممنن ال محظل حنما ل‬
‫ت لإنلى الن مححولر‬
‫الل محه نولل محي ال م نلذينن آنمحنوا ف ي ح ف‬
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). (QS. al Baqarah : 257)
2.4 Akhlak Seorang Da’i
Agar dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh manusia hendaknya
seorang da’i memperhatikan sifat dan akhlak yang ia miliki. Allah dan RasulNya
telah menjelaskan sifat-sifat yang hendaknya dimiliki oleh seorang da’I,
diantaranya :
1. Ikhlas
Hendaknya seorang da’i mengikhlaskan dakwahnya karena Allah semata
bukan karena riya’, atau mengharap pujian manusia atau yang lainnya.Selain itu
hendaknya juga diniatkan untuk mengharap wajah Allah semata.

2. Berbekal Bashirah(ilmu)
Berilmu, ini juga tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki seorang da’i.
Dua hal ini adalah syarat utama yang harus dimiliki seorang da’I sebagaimana
firmanNya,
‫عنلى بنلصينرةة أ نن نا ف نونملن اتم نبننعلني‬
‫حقفل نهـلذله نسلبيللي أ نفد ح‬
‫عو لإنلى الل مله ن‬
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. (QS. Yusuf: 108)
3. Hati-hati dan Lemah-Lembut dalam Berdakwah
Tidak diragukan lagi lemah –lembut adalah salah satu faktor diterimanya
dakwah.Sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Allah berfirman,
‫لننف محضوا ف لمفن نحفوللنك‬
‫غللينظ ال فنقل فلب ن‬
‫ت نفمظا ا ن‬
‫ت ل نحهفم نول نفو حكن ن‬
‫نفلبنما نرفحنمةة لممنن الل مله للن ن‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali ‘Imran: 159)

4. Mengamalkan Apa yang Didakwahkan
Hendaknya seorang da’i mengamalkan apa yang ia dakwahkan dan
menjadi teladan didalamnya. Jangan sampai ia sibuk mendakwahi manusia sedang
ia lalai terhadap dirinya sendiri. Allah berfirman,
‫ن ف‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب أ ننفل ن تنفعلقحلونن‬
‫أتنأحمحرونن ال مننانس لبال فلبلمر نونتننسفونن أنحفنسك حفم نوأنتحفم تنتفحلونن ال فلكنتا ن‬

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka
tidaklah kamu berpikir?

STRATEGI DAKWAH RASULULLUAH SAW. PERIODE MEKAH
DAN MADINAH.
3.1 Strategi Dakwah Rasulullah (Sembunyi dan Terang-Terangan)
Ibnul Jawzy mengatakan:Rasulullah berdakwah di Mekah secara
sembunyi-sembunyi selama 3 tahun lamanya,lalu Allah menurunkan wahyu-Nya:
‫نفافصندفع لبنما تحفؤنمحر‬
"Terang-teranganlah (dalam menyampaikan)perintah Allah kepadamu".(alHajar:94)
Maka setelah turun ayat ini beliau mulai berdakwah secara terang terangan,lalu
firman Allah turun lagi memerintahkan beliau untuk memulai dakwah terangterangan ini kepada keluarga dekat beliau:
‫علشي فنرتننك ال فأ نفقنرلبي فنن‬
‫نوأ نن فلذفر ن‬
"Dan berilah peringatan kepada keluarga terdekatmu"(as-Syu'ara':214)
Beliaupun keluar dan menaiki gunung shafa lalu berseru:pagi yang
baik....merekapun berkata:siapa orang yang berseru ini?
sebagian mereka mengatakan:itu adalah suara Muhammad,maka tidak
lama kemudian penduduk Mekahpun berkumpul di hadapan beliau,lalu beliau
mengatakan:wahai Bani Abdul Muttalib...wahai Bani Abdi Manaf.....seandainya
saya mengabari kalian bahwasanya ada seekor kuda akan keluar dari lereng
gunung ini,apakah kalian mempercayaiku?,mereka menjawab:kami tidak pernah
mendengar engaku pernah berbohong walau sekali,beliau lalu berkata:maka
ketahuilah bahwasanya aku ini adalah pemberi peringatan dari jatuhnya kalian
kedalam azab yang pedih,lalu paman beliau yang bernama Abu Lahab
berkata:celaka engkau wahai Muhamma,untuk inikah engkau mengumpulkan
kami? lalu Abu Lahabpun segera pergi,kemudian tidak lama setelah itu turunlah
firman Allah:
‫ب‬
‫ت ي نندا أ نلبفي ل ننهةب نوتن م ن‬
‫تنبم ن ف‬
"Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh celaka"(al-Masad:1)
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah
kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera
didirikan oleh Nabi, dengan dirubah namanya Madinah, yang semula bernama
Yastrib.
3.2 Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu :
a. Pembinaan Masjid
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah
SAW. setianya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang

menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia.
Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada
Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran
kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum menggali
lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW.
sendiri yang
meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah
liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan
jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid pertama
yang dibangun rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16 Agustus Rasul
dan para sahabat yang berjumlah lebih kurang seratus orang menuju Madinah
pada hari jumat. Ditengah jalan pada suatu tempat yang bernama perkampungan
lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk mendirikan shlat jumat,
sebagai suatu isyarat sudah waktunya memproklamirkan berdirinya Daulah
Islamiyah. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah SAW.
menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah
yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktivitas
kemasyarakatan. Pembinaan masjid ini mengukuhkan dakwah baginda untuk
menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat
perbincangan di kalangan Rasulullah SAW. dan para sahabat tentang masalah
ummah.

b. Mengukuhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini
diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang
sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui
pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa membeda – bedakan pangkat,
bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar dipersaudarakan dengan
Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal,
dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya
sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum
Muhajirin.

c.Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam
dan Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan
khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah
menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah untuk
membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek
kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan,

ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti
dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong
sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam,
mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta disegani oleh musuh-musuh Islam.

d. Strategi ketentaraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk
melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan
Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah
dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda menghadapi
peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash
dan Zubair Ibn Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang.
Rasulullah SAW. turut membacakan ayat-ayat al-Quran untuk
menggerunkan hati musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman
Allah Taala bermaksud:
“Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari
dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan
bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan
memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam
menyusun strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju
dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam
semua peperangan dengan pihak musuh.

e. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap
dakwah. Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya
ke negara-negara luar untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid
kepada Allah. Negara-negara itu termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah
turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina
sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina hingga saat ini.
para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada
kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin
Abu Talib kepada Raja Habsyah.

Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam
selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi
di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat
Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan ke Negara-negara luar merupakan strategi
dakwah paling berkesan di seluruh dunia.

f. Memelihara dan Mempetahankan Masyarakat Islam
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai
berikut :
a) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan
mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling
mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib
mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat
dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi,
maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui
dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
Musuh- musuh Islam dari dulu sampai sekarang menuduh bahwa islam
berkembang di bawah sinarnya mata pedang. Ini adalah tuduhan bohong, tidak
berdasarkan kenyataan, karena perkembangan islam adalah berlandaskan ”ajaran
islam” itu sendiri, karena prinsip- prinsip dari masyarakat islam, yang bersendikan
”Ukhuwah Islamiyah, Mussawah Tammah dan Syura Muthlaqah”.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogschoolpedia.blogspot.com/2011/06/substansi-dan-strategi-dakwah.html

Selesai ditulis di Riyadh, 24 Rabi’ul Awwal 1432 H (27 Februari 2011)
Abu Zakariya Sutrisno
Artikel: www.thaybah.or.id / www.ukhuwahislamiah.com
Note:
[1]. Lihat Majmu’ Fatawa wa Maqoolaat Mutanawwi’ah oleh Samahatul Imam
Ibnu Bazz rahimahullah (Juz 1 hal.324-348)
[2]. Diriwayatkan imam Muslim dalam Shahihnya
[3]. Muttafaqun ‘alaihi
[4]. Muttafaqun ‘alaihi
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-dakwah-menurut-bahasa-danistilah.html