PENELITIAN ROPES Smks tanjung selamat

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik- baiknya sehingga memperoleh hasil yang sesuai yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan ialah meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan mutu sistem pendidikan yang digunakan. Dalam peningkatan mutu pendidikan kondisi lembaga pendidikan haruslah dipastikan telah mendukung hal tersebut. Lembaga pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan beberapa faktor motivasi, bahan ajar, alat bantu belajar, dan metode dalam belajar. Salah satu faktornya adalah pengajar yang cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat proses belajar mengajar sangat membosankan. Kegiatan belajar mengajar terletak disalah satu pihak saja (guru/dosen) dan kurang menyebabkan interaksi sosial mahasiswa dengan kata lain hanya mengejar tujuan kurikulum semata.

Dalam melaksanaan kurikulum yang sesuai dengan pedoman penyusunan silabus pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di FKIP Universitas HKBP Nommensen; salah satu indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai mahasiswa adalah mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi dengan baik. Namun dalam kenyataanya tidak jarang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan argumentasi sehingga kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi kurang. Kurangnya motivasi mahasiswa dalam menulis Dalam melaksanaan kurikulum yang sesuai dengan pedoman penyusunan silabus pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di FKIP Universitas HKBP Nommensen; salah satu indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai mahasiswa adalah mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi dengan baik. Namun dalam kenyataanya tidak jarang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan argumentasi sehingga kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi kurang. Kurangnya motivasi mahasiswa dalam menulis

Dalam hal ini untuk mempermudah pengajaran keterampilan menulis yang dianggap mahasiswa suatu mata pelajaran yang sulit dan membosankan, khususnya dalam hal menulis karangan argumentasi. Disamping karangan yang beragam jenisnya dan perlu ekstra hati-hati untuk membedakannya seperti yang sering terjadi dalam ujian akhir, mahasiswa diharapkan untuk memahami bahkan dapat menulis berbagai jenis karangan dengan baik. Namun kenyataanya mahasiswa sering sekali tidak mampu memahami dan menulis karangan argumentasi. Hal inilah yang menjadi fenomena dalam setiap mahasiswa.

Keadaaan ini akan menjadi mudah bagi mahasiswa jika didukung oleh model pembelajaran yang menarik; seperti model pembelajaran ROPES yang peneliti pilih. Setelah peneliti mempelajari model ini, maka peneliti memperkirakan bahwa model ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Model Pembelajaran ROPES ini juga membuat suasana pembelajaran di ruangan kelas menjadi lebih hidup dan tentunya situasi ini menyenangkan bagi mahasiswa karena motivasi mereka agar aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut peneliti mencoba mengangkat judul ”Efektivitas model pembelajaran Ropes terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh Keadaaan ini akan menjadi mudah bagi mahasiswa jika didukung oleh model pembelajaran yang menarik; seperti model pembelajaran ROPES yang peneliti pilih. Setelah peneliti mempelajari model ini, maka peneliti memperkirakan bahwa model ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Model Pembelajaran ROPES ini juga membuat suasana pembelajaran di ruangan kelas menjadi lebih hidup dan tentunya situasi ini menyenangkan bagi mahasiswa karena motivasi mereka agar aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut peneliti mencoba mengangkat judul ”Efektivitas model pembelajaran Ropes terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran dosen di kelas?

2. Bagaimanakah minat mahasiswa terhadap pembelajaran menulis karangan argumentasi?

3. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi?

4. Apakah model pembelajaran ROPES lebih efektif dibanding model pembelajaran peningkatan berpikir terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yang ada serta terbatasnya daya dan waktu yang dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas permasalahan pada efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan masalah yang telah dibatasi pada bagian pembatasan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan. Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran ROPES Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Agumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti ini adalah:

1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran ROPES dalam kelas.

2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.

3. Mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi.

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun orang lain. Besar kecilnya manfaat itu tergolong keberhasilan peneliti itu sendiri dalam memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat kini dan masa yang akan datang.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. sebagai bahan masukan bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen dalam menulis karangan argumentasi

2. sebagai bahan masukan bagi dosen bahasa dan sastra Indonesia.

3. sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran ROPES

1.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha pihak lain yang dapat menghidupkan, merangsang, menggerakkan, dan mempercepat proses perilaku belajar. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan tujuan belajar kognitif (pengetahuan), apektif (sikap), dan phsikomotor (keterampilan). Apabila para pendidik (guru) telah berbuat paling baik dalam proses pembelajaran, maka akan terlihat sejauh-mana proses pembelajaran itu telah dicapai. Howart (dalam Tanjung, 2007:21) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu aktifitas untuk mencoba, mendorong, membimbing seorang untuk mendapatkan, mengubah atau meningkatkan skill, aktivitas, ideas, appresiasi (penghargaan)”.

1.2. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (MP IK)

Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan, dalam perkembangan selanjutnya diperluas oleh Sharan dan Kawan-kawannya di Univeristas Tel Aviv.

b. Model Pembelajaran Jigsaw Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di universitas Jhon Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, mahasiswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 kelompok belajar heterogen.

c. Model Pembelajaran STAD Model STAD ini dikembangkan oleh Robert Salvin dan temannya di Universitas Jhon Hopkins dan merupakan kooperatif yang paling sederhana. Dosen yang mengunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok mahasiswa, menyajikan informasi akademik baru pada mahasiswa setiap minggu dengan mengunakan presentasi verbal atau teks.

d. Model Pembelajaran ROPES Model Pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Keempat dari singkatan ROPES ini akan menjadi prosedur atau tahapan pada proses pembelajaran. Pembelajaran ROPES dirancang agar mahasiswa dapat mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukan.

Namun untuk mendukung kepentingan serta terarahnya penelitian ini, model yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ROPES.

1.3 Model Pembelajaran ROPES

Model pembelajaran ROPES dikemukakan oleh Hunst. ROPES merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Menurut Hunts (dalam Rosyada, 2004:145) jika prosedur pembelajaran dikembangkan dengan model ini maka porses pembelajaran dalam lima menit pertama dimulai dengan Review. Dalam hal ini Review adalah peninjauan kembali pengalaman dari pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki. Dalam Review ini dosen mencoba mengukur kesiapan mahasiswa untuk mempelajari bahan-bahan ajar yang akan diajarkan. Dosen bisa menyampaikan beberapa pertanyaan pokok mengenai basis pengetahuan mahasiswa tersebut yang bisa mengukur kesiapan kelas untuk memasuki materi baru.

Tahap peninjauan ini diperlukan karena tiga argumentasi, yaitu:

a. dosen bisa memulai pelajaran jika perhatian dan motivasi mahasiswa untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh

b. dosen juga bisa memulai pelajaran jika interaksi antara dosen dengan mahasiswa sudah terbentuk

c. dosen bisa memulai pelajaran jika mahasiswa sudah memahami bahan ajar sebelumnya yang menjadi dasar bahan ajar baru. Jika mahasiswa tersebut belum memahami pelajaran sebelumnya, maka

doen dituntut untuk mengulas kembali pelajaran tersebut secara singkat. Setelah itu baru dosen dapat masuk ke materi selanjutnya. Tahap peninjauan kembali ini doen dituntut untuk mengulas kembali pelajaran tersebut secara singkat. Setelah itu baru dosen dapat masuk ke materi selanjutnya. Tahap peninjauan kembali ini

Demikian jugalah yang dilakukan dosen untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Dosen harus mendiagnosis bagian mana dari pelajaran itu yang telah dipahami oleh mahasiswa. Mungkin saja ada mahasiswa yang lebih paham tentang pelajaran yang akan diberikan dosen tersebut, karena dosen itu mungkin telah membaca buku-buku lain yang dianggap relevan dengan buku yang menjadi rujukan dosen.

Tahap kedua adalah Overview, yang artinya gambaran ikhtisar. Pada tahap ini dosen menjelaskan tujuan dan sasaran pembelajaran, termasuk manfaat dan kegunaan dari mempelajari materi yang akan diajarkan oleh dosen. Dalam hal ini dosen menyampaikan content (isi) secara singkat beserta outlinenya dan strategi- strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran selama 40 atau 80 menit ke depan.

Pada tahap ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menyampaikan pandangan dan usul mereka dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga mereka melaksanakan tahap-tahap kegiatan yang mereka setujui. Karena apa yang telah mereka setujui harus mereka pertanggungjawabkan juga. Selain merasa dihargai, mereka juga akan merasa tidak tertekan dalam proses pembelajaran yang dikembangkannya itu. Proses ini meyebabkan terjadinya Pada tahap ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menyampaikan pandangan dan usul mereka dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga mereka melaksanakan tahap-tahap kegiatan yang mereka setujui. Karena apa yang telah mereka setujui harus mereka pertanggungjawabkan juga. Selain merasa dihargai, mereka juga akan merasa tidak tertekan dalam proses pembelajaran yang dikembangkannya itu. Proses ini meyebabkan terjadinya

Tahap ketiga adalah Presentation yakni penyajian materi. Pada tahap ini dosen bertugas menyampaikan penjelasan-penjelasan penting dari dosen tentang isi penjelasan hari itu. Pada tahap penyajian ini kegiatan bervariasi yang terdiri dari tiga hal, yaitu telling, showing, dan doing yang artinya menceritakan, menunjukkan, dan mengerjakan. Dosen menceritakan dan menjelaskan tentang pelajaran hari itu kemudian dosen menunjukkan penjelasannya melalui slide, overhead atau lainnya, lalu mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Dosen yang baik harus mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, agar mudah diterima oleh mahasiswa. Keterampilan melakukan penyajian yang baik merupakan lanjutan dari keterampilan berkomunikasi yang baik. Suatu penyajian itu dikatakan baik apabila:

a. Penyaji energik dan penuh semangat

b. Adanya kontak mata dengan mahasiswa sebagai audiens

c. Penyaji berbicara dengan jelas dan cukup keras

d. Sesekali bergerak saat berbicara. Seorang dosen yang berperan menjadi penyaji harus mampu menyampaikan pelajaran yang menarik dan juga mampu menghubungkan pelajaran tersebut ke kehidupan nyata. Sehingga mahasiswa merasa bahwa pelajaran itu penting karena pelajaran itu nyata dan bukan khayal semata. Kegiatan yang bervariasi sangat berguna untuk meningkatkan daya ingat dan daya d. Sesekali bergerak saat berbicara. Seorang dosen yang berperan menjadi penyaji harus mampu menyampaikan pelajaran yang menarik dan juga mampu menghubungkan pelajaran tersebut ke kehidupan nyata. Sehingga mahasiswa merasa bahwa pelajaran itu penting karena pelajaran itu nyata dan bukan khayal semata. Kegiatan yang bervariasi sangat berguna untuk meningkatkan daya ingat dan daya

karena penerimaan tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis sudah berjalan dalam proses mereka memperoleh berbagai kompetensi sebagaimana yang diharapkan.

Tahap berikutnya adalah Exercise yang artinya latihan. Latihan dapat terdiri atas pembahasan teori yang dapat berupa tanya jawab, tugas-tugas berupa soal dan praktikum. Pelatihan berupa praktikum untuk sains sangat baik untuk dilaksanakan, karena hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Untuk ilmu sains bisa dilakukan praktik di laboratorium, untuk bahasa bisa berlatih di kelas. Latihan ini perlu direncanakan skenarionya jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di perkuliahan. Oleh sebab itulah dosen mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Pada tahap ini terjadi komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tersebut belajar bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu praktikum itu dalam waktu yang cukup lama karena pelajaran itu langsung dapat diamati. Tetapi jika latihan itu berupa soal-soal, maka ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan otak mahasiswa tersebut dalam memecahkan suatu masalah. Di sini dosen berperan sebagai pembimbing dan pemantau agar mahasiswa aktif bekerja.

Tahap akhir adalah summary, yakni ringkasan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dipelajari saat itu. Sebelum menyampaikan kesimpulan ini, Tahap akhir adalah summary, yakni ringkasan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dipelajari saat itu. Sebelum menyampaikan kesimpulan ini,

Agar waktu tersedia dapat digunakan seefesian mungkin, maka seorang dosen harus membuat suatu perencanaan pembelajaran beserta pembagian waktunya di mana penentuan alokasi waktu tergantung pada keluasan dan kedalaman materi serta tingkat kepentingannya. Sehingga dengan demikian dosen dapat berpedoman pada perencanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga pembelajaran terlakasana dengan efektif.

1.4. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran ROPES

Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahan model pembelajaran ROPES ini adalah:

KEUNGGULAN KELEMAHAN

1. Memberi kesempatan yang optimal 1.Semua peserta didik tidak sama Kepada peserta didik untuk

kepentingannya terhadap pandangan menyampaikan pandangan dan usul

dan usul yang diajukan mereka dalam langkah-langkah

2. Mungkin kegiatan belajar pembelajaran

membutuhkan waktu yang lebih

2. Belajar tidak hanya mendengarkan lama dari waktu yang telah 2. Belajar tidak hanya mendengarkan lama dari waktu yang telah

pendidik dalam menyusun bahan doing).

belajar dan alat bantu untuk

3. Dapat digunakan bersama model penyajiannya dan alat bantu untuk lain sehingga penggunaan model ini

penyajiannya

bervariasi

4. Hanya efektif bagi peserta didik

4. Peserta didik diberi kesempatan yang telah paham atas pembelajaran mempraktikan apa yang telah

yang telah diajarkan dipahaminya

5. Cenderung mengarahkan pikiran

5. Kegiatan belajar dilakukan dalam peserta didik kepada pola yang suasana gembira dan partisipatif, tidak dilakukan pendidik. menjemukan.

2. Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thingking)

adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending) (dalam Sanjaya, 2006:230). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif dari pada melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta keterkaitan antar-aspek dalam memori.

Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,

Berdasarkan penjelasan di atas, maka MP PKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk kemampuan berpikir mahasiswa dalam mengahadapi dan memecahkan suatu persoalan.

2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB)

Menurut (Sanjaya, 2002:226) Sebagai model pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, MP PKB memiliki karakteristik utama, yaitu:

1. Proses pembelajaran melalui MP PKB menekankan kepada proses mental mahasiswa secara maksimal. MP PKB bukan model pembelajaran yang 1. Proses pembelajaran melalui MP PKB menekankan kepada proses mental mahasiswa secara maksimal. MP PKB bukan model pembelajaran yang

2. MP PKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, yang gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

3. MP PKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Porses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstrusi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

2.2. Tahapan-tahapan Pembelajaran MP PKB

MP PKB menekankan kepada keterlibatan mahasiswa secara penuh dalm belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat MP PKB yang tidak mengharapkan mahasiswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan dosen kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah motivasi belajar mahasiswa (George W.Maxim, 1987)

Ada 6 cara dalam Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Yaitu:

a. Tahap Orientasi

Pada tahap ini dosen mengondisikan mahasiswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan pertama, penjelasan tujuan harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

Pemahaman mahasiswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan MP PKB. Pemahaman yang baik akan membuat mahasiswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasinya proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan dosen pada tahapan ini harus mampu mengugah dan menumbuhkan minat belajar mahasiswa.

b. Tahap Pelacakan

Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar mahasiswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah dosen mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkapkan pengalaman apa saja yang telah dimiliki mahasiswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya dosen menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

c. Tahap Konfrontasi

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mahasiswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan mahasiswa pada tahapan ini dosen memnberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukakan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman mahasiswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini dosen harus dapat mengembangkan dialog agar dosen benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini disebabkan pemahaman terhadap masalah akan mendorong mahasiswa untuk berpikir.

d. Tahap Inkuiri

Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MP PKB. Pada tahap inilah mahasiswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, mahasiswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, tahapan ini dosen harus memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya dosen harus menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai dengan pengalamanya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya.

e. Tahap Akomodasi

Tahap akomodasi adalah tahapan pembentuk pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan kata- kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap ini melalui dialog, dosen membimbing agar mahasiswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang permasalahkan. Tahap akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentuk pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan kata- kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap ini melalui dialog, dosen membimbing agar mahasiswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang permasalahkan. Tahap akomodasi

f. Tahap Transfer

Tahap transfer adalah tahapan penajian masalah baru sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar mahasiswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap mahasiswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini dosen dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

3. Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi

3.1. Pengertian Kemampuan

Poerwadarminta (1987:628) menyatakan, “Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.” Menurut Asmah (1987:7), mengatakan :

Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki tingkat kecerdasan serta perhatian yang lebih tinggi. Kemampuan terus menerus menghendaki adanya tingkat perhatian. Dan untuk mempertahankan tingkat kemampuan yang tinggi perlu perhatian yang terus menerus pula.

3.2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses belajar yang dialami siswa mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menulis merupakan proses bernalar. Saat menulis, penulis harus berfikir menghubung-hubungkan berbagai fakta-fakta membandingkan dan sebagainya. Proses bernalar (penalaran) merupakan proses berfikir sistematis untuk Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses belajar yang dialami siswa mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menulis merupakan proses bernalar. Saat menulis, penulis harus berfikir menghubung-hubungkan berbagai fakta-fakta membandingkan dan sebagainya. Proses bernalar (penalaran) merupakan proses berfikir sistematis untuk

Seperti yang dikatakan Suriamiharja (1996:2) mengatakan, “ Menulis adalah jelmaan bahwa lisan, menyalin atau melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, “Menulis merupakan proses bernalar dalam menyalin atau melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.

3.3. Pengertian Argumentasi

Menurut Keraf (1992:3), “Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.”. Melalui Argumentasi penulis ataupun pembicara merangkai fakta- fakta sedemikian rupa, Sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Dalam menulis teknik karangan argumentasi dibagi menjadi tiga yaitu: pendahuluan, tubuh (isi), penutup (kesimpulan). Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi.

a Pendahuluan: bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik, ruang lingkup, batasan pengertian topic, permasalahan dan tujuan penulisan kerangka acuan uang digunakan, tertentu saja untuk tulisan popular. Pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang dikemukakan di atas.

b Tubuh dan Isi: Berdasarkan pandangan sebuah organisasi atau kerangka keterangan, penulis sehingga menyatakan uraian mengenai tiap bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan yang diinformasikan pada b Tubuh dan Isi: Berdasarkan pandangan sebuah organisasi atau kerangka keterangan, penulis sehingga menyatakan uraian mengenai tiap bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan yang diinformasikan pada

c Penutup (Kesimpulan): Penulis akhirnya menyampaikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi argumentasi, sesuai dengan sifat argumentasi. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. Yang penting sudah menyajikan informasi mengenai topic tadi untuk memperluas wawasan atau pandangan pembaca.

3.4. Pengertian Karangan

Widyamartaya (1990:9) menyatakan bahwa, “Karangan adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis yang dibaca dan diemngerti oleh masyarakat pembaca.” Gie (2002:3) mengatakan, “Karangan adalah perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh masyarakat.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca dalam satu kesatuan tema yang utuh.

3.5. Langkah-langkah Menulis Karangan

Proses menulis atau mengarang pada dasarnya diawali dengan mencari judul, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menetapkan bahan, menetapkan Proses menulis atau mengarang pada dasarnya diawali dengan mencari judul, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menetapkan bahan, menetapkan

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis karangan argumentasi adalah:

1. Menentukan Tema

Sebelum mulai mengarang, penulis harus mengetahui terlebih dahulu apa tema dari karangan yang ingin ditulisnya. Tema ini sangat penting ditentukan agar karangan yang ditulis tidak menyimpang.

2. Menentukan Topik Karangan

Sebelum memulai mengarangn sebuah tulisan, penulis harus terlabih dahulu menentukan topik atau pokok pembicaraan. Dalam menulis, penulis lebih baik memilih suatu topik yang benar-benar dikuasai dan menarik perhatian. Topik dikemukakan dengan rincian data atau bukti dari pada uraian yang bersifat dugaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1988:109) yang mengatakan “Sebuah topik pertama-tama harus menarik perhatian penulis sendiri.Topik yang menarik perhatian penulis yang memungkinkan penulisannya berusaha secara teru-menerus, mencari data-data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.” Sehingga penulis akan didorong terus untuk dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya.

3. Menetapkan Tujuan

Menetapkan tujuan ulasan adalah penting sebelum menulis, karena ini sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara menyajikan tulisan. Tujuan ini sebenarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis, disaat pemilihan dan penetapan topik dilakukan, namun tujuan itu mulai Menetapkan tujuan ulasan adalah penting sebelum menulis, karena ini sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara menyajikan tulisan. Tujuan ini sebenarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis, disaat pemilihan dan penetapan topik dilakukan, namun tujuan itu mulai

4. Membuat kerangka Karangan

Kerangka karangan sebaiknya disusun terlebih dahulu sebelum kegiatan menulis karangan argumentasi dimulai karena kerangka karangan sangat membantu penulis dalam mengahasilkan sebuah karangan yang baik sehingga nanti karangan argumentasi yang dibuat akan tersusun dengan baik pula dan mudah dipahami serta dimengerti oleh pembaca.

5. Mengembangkan Kerangka Karangan

Setelah penyusunan kerangka karangan maka langkah selanjutnya mengembangkan kerangka karangan yang telah disiapkan mulai dikembangkan satu per satu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan perlu dipilih sistem penyajian yang tepat sehingga akan tersusun sebuah karangan argumentasi yang baik.

3.6. Unsur – unsur karangan argumentasi

Unsur-unsur yang membangun sebuah karangan argumentasi, yaitu:

1. Alur

Menurut (Semi 1990:24) Alur atau plot merupakan rangkaian dari argumentasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran), dan Menurut (Semi 1990:24) Alur atau plot merupakan rangkaian dari argumentasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran), dan

2. Isi gagasan

Isi adalah pesan-pesan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Isi tersebut biasa menceritakan kisah seorang tokoh (tokoh utama dan tokoh pembantu), keadaan suatu tempat atau peristiwa. Isi cerita harus jelas sehingga pembaca benar-benar memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis. Dalam mengarang penyampaian yang dimaksud, pikiran, pesan atau gagasan haruslah jelas tertuang dalam kalimat-kalimat yang logis sehingga mudah dipahami si pembaca. Sebuah kalimat yang baik selalu meguraikan satu gagasan saja. Di dalam satu kalimat tidak mungkin diadakan pembahasan dari satu gagasan lain atau menghubungkan gagasan yang tidak mempunyai korelasi.

3. Penggunaan kalimat

Kalimat adalah bagian terkecil dari ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan yang utuh ketatabahasaan. Komunikasi secara tertulis perlu dengan mengunakan kalimat yang baik. Keraf (1991:35), mengemukakan beberapa ciri kalimat yang baik yaitu secara tepat dapat mewakili Kalimat adalah bagian terkecil dari ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan yang utuh ketatabahasaan. Komunikasi secara tertulis perlu dengan mengunakan kalimat yang baik. Keraf (1991:35), mengemukakan beberapa ciri kalimat yang baik yaitu secara tepat dapat mewakili

Agar kalimat mudah dipahami pembaca, diperlukan kemampuan penulis untuk menyusun kalimat secara tepat, sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda baca. Kesalahan dalam penggunaan tanda baca akan berdampak negative terhadap pemahaman pembaca terhadap pesan-pesan yang disampaikan penulis.Penggunaan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini mengarah kepada dua hal, yakni penggunaan ejaan dan tanda baca (mekanisme penulisan).

4. Koherensi

Koherensi adalah keselarasan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita, Namun hubungan tersebut tidak dilihat dari bentuk kalimat, melainkan dari isi cerita yang menghubungkan yang proposisi satu dengan proposisi lainnya.

B. Kerangka Konseptual

Dalam pembelajaran, banyak model yang dapat digunakan diantaranya model pembelajaran ROPES dan model pembandingnya adalah Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Model pembelajaran ROPES merupakan salah satu model pembelajaran yang dikemukakn oleh Hunst yang berupa singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Singkatan ROPES ini sekaligus menjadi tahapan atau langkah yang disusun secara sistematik untuk menerapkan suatu proses pembelajaran.

Model pembelajaran ROPES ini memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukakan oleh dosen dan mahasiswa secara berurutan untuk mencapai target kompetensi yang harus dicapai. Pembelajaran ini dirancang agar prosesnya berorientasi pada mahasiswa. Artinya, dalam hal ini dosen menempatkan mahasiswa sebagai subjek belajar yang dapat mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukannya argumentasi adalah skor yang diperoleh mahasiswa dalam menyelesaikan tes yang berkaitan dengan karangan setelah mahasiswa menerima perlakuan dengan pembelajaran ROPES.

Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal adalah menerapkan model pembelajaran ROPES dianggap lebih logis dan sistematis dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan juga dalam berpikir.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis. Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal, berarti hipotesisnya Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis. Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal, berarti hipotesisnya

pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dalam kemampuan menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2000:22) menyatakan, “Metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, demikian rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan penelitian”. Untuk mendukung keberhasilan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen uji t design two group post-test.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitan Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia, semester enam TA 2014/2015 FKIP-Universitas HKBP Nommensen- Medan.

2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Menurut Arikunto (2002:108), “Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP-Universitas HKBP Nommensen- penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP-Universitas HKBP Nommensen-

TABEL I POPULASI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN

BAHASA INDONESIA

NO

Grup

Jumlah mahasiswa

1 A 40 Orang

2 B 40 Orang

3 C 46 Orang

Jumlah

126 Orang

2. Sampel Sampel diperoleh melalui teknik sampel kuota atau quota sample. Teknik ini didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan, dengan menghubungkan subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi. Hal yang terpenting adalah terpenuhinya jumlah (quotum) data yang telah ditetapkan. (Arikunto, 2006:141).

Penelitian ini bersifat eksperimen sehingga sampel penelitian dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 40 orang (Grup A) sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran ROPES dan kelompok kedua 40 orang (Grup B) sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran MP PKB.

D. Desain Eksperimen

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang memberikan perlakuan terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok tersebut yang kemampuan awalnya sama dapat dicari dengan perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut diberi pengajaran menulis karangan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang memberikan perlakuan terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok tersebut yang kemampuan awalnya sama dapat dicari dengan perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut diberi pengajaran menulis karangan

TABEL II DESAIN EKSPERIMEN

Kelas

Pos-Test Eksperimen

X1 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran ROPES. X2 : Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran MP PKB.

TI : Tes Kemampuan menulis Karangan argumentasi. T2

: Tes akhir kemampuan menulis Karangan argumentasi.

TABEL III JALANNYA EKSPERIMEN TWO-GROUP PERLAKUAN POST-TEST DESIGN MODEL PEMBELAJARAN ROPES TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI.

Pertemuan Dosen

Mahasiswa

Waktu

1. Melaksanakan Mendengarkan dan 2X45 pembelajaran menulis

memperhatikan penjelasan karangan argumentasi

dosen sesuai dengan dengan model

prosedur/tahapan dalam prosedur/tahapan dalam

pembelajaran

dengan tahapan yang telah ROPES seperti: ditetapkan sebagai

1. Memberikan ulasan berikut:

tentang pertanyaan dosen

1. Riview: peninjauan seputar pelajaran kembali pengalaman dari sebelumnya pengetahuan sebelumnya

2. Pada tahap Overview, 2X45

2. yang sudah mahasiswa memberikan usul tentang dimiliki.

langkah-langkah

2. Overiew: gambaran pembelajaran dalam ikhtisar (langkah-langkah) menulis karangan dan menjelaskannya.

argumentasi.

3. Pada presentation, materi dengan kegiatan

3. Presentation: Penyajian

mengajukan pertanyaan yang bervariasi yang

dan argumentasi tentang terdiri dari telling,

penjelasan dosen mengenai showing, dan doing.

unsur-unsur karangan

4. Exercise: mengadakan

argumentasi

latihan.

4. Mengadakan latihan 5.Summary: ringkasan

mengenai menulis kesimpulan tentang

karangan argumentasi pelajaran yang telah

5. Memberikan pendapat dipelajari saat itu.

tentang kesimpulan apa 6.Mengontrol mahasiswa yang telah dibuat dosen tentang kesimpulan apa 6.Mengontrol mahasiswa yang telah dibuat dosen

3. .Post-test Mahaiswa kembali menulis 2X 45 sebuah karangan argumentasi dengan materi yang telah disediakan oleh peneliti.

TABEL IV LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS CONTROL

Pertemuan 1

Kegiatan Dosen

Kegiatan Mahasiswa

Alokasi Waktu

2x 45 Menit Tahap orientasi

1. Pendahuluan:

1. Pendahuluan:

Menjawab pertanyaan

Mengucapkan salam, dosen. dan

memotivasi Menyimak penjelasan dan mahasiswa

menjawab pertanyaan

Pemberian gambaran dosen tentang tujuan yang hendak dicapai dari materi dan proses pembelajaran

Pertemuan 2

Kegiatan Dosen

Kegiatan Mahasiswa

Alokasi Waktu

II. Kegiatan Inti

Kegiatan Inti

Tahap Pelacakan

1. Mengungkapkan

Penjajakan untuk pengalaman sesuai memahami pengalaman

dengan pertanyaan dosen dan kemampuan mahasiswa dalam memahami karangan

2. Salah satu mahasiswa argumentasi

membacakan contoh Tahap Konfrontasi

karangan argumentasi dan membagikan contoh

mahasiswa lainnya karangan argumentasi

menyimak. kepada mahasiswa kemudian meminta salah seorang mahasiswa

3. Menjelaskan, untuk membacakannya.

mengungkapkan fakta Tahap Inkuiri

sesuai dengan Bertanya kepada

pengalamannya, mahasiswa tentang cara- memberikan argumentasi cara memahami sebuah

yang meyakinkan. karangan argumentasi

4. Menyimak penjelasan, Tahap Akomodasi

memberikan tanggapan, Mendorong mahasiswa

dan membuat kesimpulan agar dapat menentukan

dari hasil memahami kesimpulan dari

karangan tersebut karangan tersebut. Penutup:

1.Melaksanakan tugas

Tahap Transfer

dari dosen yaitu menulis

1. Pemberian tugas

karangan argumentasi

TABEL V ASPEK-ASPEK PENILAIAN SERTA BOBOT PENILAIAN TIAP INDIKATOR N ASPEK PENILAIAN SKOR BOBOT O

1. Kesesuaian Isi

2. Ketepatan Alur

3. Kesatuan Gagasan Kalimat

4. Mekanisme Penulisan

5. Koherensi Kalimat

Dengan peringkat nilai sebagai berikut: Skor 85-100

Sangat Baik

(A)

Skor 75-84

Baik

(B)

Skor 65-74

Cukup

(C)

Skor 55-64

Kurang

(D)

Skor 00-54

Sangat Kurang

(E)

F. Organisasi Pengolahan data

Organisasi pengolahan data merupakan langkah-langkah yang memegang peranan penting dalam kegiatan penelitian.Pengolahan data yang terorganisasi akan memudahkan penelitian dalam mengolah data-data yang telah terkumpul.

Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mentabulasi skor kelas eksperimen

2. Mentabulasi skor kelas control

3. Mencari mean kelompok eksperimen

4. Mencari mean kelompok control

5. Mencari standar deviasi eksperimen

6. Mencari standar deviasi control

7. Mencari standar error eksperimen

8. Mencari stanadar error control

9. Mencari standar error perbedaan mean kelas eksperimen dan kelas control

10. Mencari harga To

11. Menguji persyaratan data dengan uji normalitas dan uji homogenitas

G. Teknik Analisa Data

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu hasil belajar mahasiswa yang mengunakan Model Pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran MP PKB Untuk itu rumus digunakan adalah:

M 1  M 2 T o  SE MI  M 2

Keterangan: TO

: Uji “t” M1

:Mean variabel X1 M2

:Mean variabel X2 SEM1-M2

: Standard error perbedaan mean X1 dan X2 Setelah diketahui jumlah To maka dilanjutakan dengan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika to< ttabel maka hipotesis nihil diterima

H. Jadwal Penelitian

TABEL V JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITAN NO JENIS BULAN/MINGGU KEGIATAN

Juni Juli

(Proposal dan Perizinan)

3 Analisis Data

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka diperoleh data masing-masing kelompok. Kelompok eksperimen (X) Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka diperoleh data masing-masing kelompok. Kelompok eksperimen (X)

Penelitian ini berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (X) dengan model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi dan kelompok kontrol (Y) dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB).

Setelah data penelitian ini terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dapat dilihat di bawah ini.

1. Mentabulasi Skor Kelompok Eksperimen (X)

TABEL VI SKOR KELOMPOK EKSPERIMEN (X)

1 Henny Indriawati Hulu

2 Endang Prasetya Purba

3 Intan Silaban

4 Vina Merina br. Sianipar

70 85 Lidia Theresia Siringo-

6 ringo

65 85 Gloria Rivael

Br.

7 Sembiring

9 Lela Novida Simbolon

10 Ikawidiati Sinaga

11 Rita Marsaulina Pasaribu

50 65 Meri Christina Natalia

14 Fainto Girsang

15 Amrin Jafetman Sinaga

16 Masni Silaban

17 Edo Salomo Sormin

70 90 Bintoro Pandapotan

18 Simanullang

19 Virgina Rosti Situmorang

20 Ernesta Br.Ginting

21 Marissan Simamora

22 Rapiana Gultom

23 Eva Friska Tarigan

60 75 Milta Febriansi Br.

24 Sembiring

25 Devika Diniati Hasibuan

26 Listari Manurung

27 Rayona Tampubolon

28 Wilda Mei Santi Irene S

29 Epin Donta Ginting

60 70 Chrisma Dumasari br.

30 Siahaan

31 Nelly Agustina Manik

32 Ceria Kisti Br. Tarigan

33 Juwita Siregar

34 Jane Andriani Ginting

35 Agus Sanro Siregar

36 Ruth Helena Nainggolan

50 75 Deswin Rio Pranata

37 Tarigan

38 Dameria Sijabat

39 Lilis DDebora Gultom

40 Isa Bella Br. Sembiring

Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas diperoleh penyebaran nilai 65 sampai 95. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES yaitu total nilai dibagi jumlah siswa (sampel), yaitu 3135 : 40 = 78,38. Dengan demikian hasil menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 78,38.

Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini.

DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK EKSPERIMEN (X)

40  FX 

3135 2  FX  3019 , 20

Dari tabel di atas dapart dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error variabel yaitu:

a. Rata- rata (Mean) variabel X

M X  fX

SD =

 2 fx

c. Standar Error Variabel X

SE= SD X

TABEL VIII DATA HASIL PEMBELAJARAN KARANGAN ARGUMENTASI PADA

KELOMPOK KONTROL (VARIABEL Y)

1 Reni Nelli Tania Manalu

3 Nova Yanti Manurung

4 Marita Butarbutar

5 Ria Silitonga

6 Mey Susanti Gultom

8 Naomisari Sitanggang

9 Lentina Sitinjak

10 Answar Jili Tinambunan

11 Imrawinati Tinambunan

12 Minarti Manalu

13 Elitawati Simanihuruk

14 Betaria Fronika Silalahi

80 80 Jeni Sartika Agnes Br.

15 Sihotang

16 Friska Yanti Ginting

17 Eka Juita Situmorang

Irma Erviana Br.

18 Perangin-angin

19 Wira marventi Neria. S

55 65 Anna Sari Natalia

20 Tarigan

21 Sri Sudewi Manalu