BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1.1 Pengertian Supervisi Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Supervisi Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Supervisi Pendidikan

  Prasojo (2011: 84) mengemukakan supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Fathurrohman (2011: 30) mengemukakan supervisi adalah usaha yang sistematis dan terus menerus dalam rangka memberikan dorongan dan pengarahan bagi perkembangan profesional guru. Perbedaan dari kedua pendapat dalam pengertian supervisi menurut Prasojo adalah adanya penekanan pengembangan kemampuan mengelola proses pembelajaran, sedangkan menurut Fathurrohman menekankan pada sistematika pengelolaan dalam dorongan supervisi. Namun dalam dua pendapat ahli tersebut mereka sama-sama menekankan bahwa supervisi tersebut dimaksudkan untuk sebagai pengarahan bagi para pendidik agar dapat mengembangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengertian dua pendapat tersebut dapat ditemukan pengertian baru bahwa supervisi akademik merupakan suatu tindakan/perlakuan yang bertujuan membantu guru, mengarahkan dan membimbing untuk meningkatkan kemampuan mengajar/profesionalitas guru dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran

  Muslim (2009: 41) menyatakan supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna peningkatan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Jadi sangat jelas bahwa kemampuan guru dalam mengajar di kelas juga ditentukan oleh adanya supervisi dari pengawas maupun kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya. Danurwati (2015) menyatakan bahwa supervisi akademik merupakan bagian dari supervisi pendidikan yang merupakan segala upaya yang dilakukan secara berkesinambungan untuk membantu guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan kemampuan serta kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Perbedaan yang ada pada pendapat ahli diatas adalah Muslim lebih menekankan pada bentuk pemberian bantuan kepada guru sebagai alat peningkatan mutu sedangkan Danurwati lebih menekankan pada upaya/usaha berkesinambungan untuk membantu guru sebagai pengembangan kinerja guru. Namun persamaan antara kedua pendapat ahli tersebut adalah bahwa supervisi merupakan usaha yang berkesinambungan yang diupayakan untuk membantu guru dalam menciptakan kinerja yang maksimal atau

  Mulyasa (2013: 249) mengemukakan supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui tahap perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya. Arikunto (2009: 12) mengemukakan supervisi bukan hanya bertujuan untuk membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga perlu membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran secara tepat) agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Adanya perbedaan pada masing-masing pendapat ahli tersebut adalah Mulyasa menekankan pada bantuan profesional kepada guru, sedangkan Arikunto menekankan pada membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Adanya pendapat dari beberapa ahli menimbulkan adanya persamaan pendapat yaitu bahwa supervisi dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kreatifitasnya dengan melalui pengamatan yang cermat dan tepat. Dari berbagai supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Namun menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang begitu jelas dan masih bersifat umum karena belum menunjukan langkah-langkah dari pelaksanaan supervisi akademik. berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas, terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah-langkah tindakan supervisi akademik. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan tindakan pembimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah/pengawas terhadap guru untuk meningkatkan kualias pembelajaran di kelas. Dengan adanya proses supervisi tersebut diharapkan para pendidik dapat melaksanakan dan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik karena telah mendapat pengarahan dan penjelasan dari supervisor.

2.1.1.2 Supervisi Pendidikan

  a. Supervisi akademik Supervisi akademik merupakan supervisi yang objeknya menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik ketika “sedang dalam proses belajar atau mempelajari sesuatu”. adalah aspek-aspek akademik, supervisi akademik dapat dilakukan oleh intern lembaga sendiri yaitu oleh teman sejawat, kepala sekolah dan guru senior. Supervisi akademik yang dimaksud adalah supervisi pembelajaran. Teknik supervisi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bersifat individual (individual devices) dan bersifat kelompok (group devices). Sahertian (2008) mengemukakan bahwa teknik supervisi kelompok berupa diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca terbimbing, demonstrasi mengajar, perpustakaan profesional, buletin supervisi, pertemuan atau rapat guru. Sedangkan menurut Fathurrohman (2011) supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat dan hati-hati, serta umpan balik yang objektif dan segera.

  Perbedaan antara kedua pendapat ahli tersebut adalah Sahertian lebih mementingkan diskusi panel dan pengadaan kerja kelompok dalam perlakuan pelaksanaan buletin supervisi. Sedangkan Fathurrohman lebih mengedepankan perencanaan yang sistematis. Kesamaan antara kedua pendapat ahli adalah pelaksanaan supervisi harus menekankan kerjasama antara satu dengan yang lain sehingga tercipta keadaan yang kondusif. supervisi pembelajaran merupakan usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar.

  Dengan demikian jelas tujuan utama supervisi pembelajaran adalah membantu peserta didik dalam belajar. Upaya yang dilaksanakan adalah peningkatan kualitas dalam pelaksanaan pembelajaran, dengan mempertahankan pembelajaran yang telah baik bahkan berbagai organisasi profesi guru kelompok kerja, musyawarah kerja, forum bersama dan lain-lain. Dalam supervisi ini kepala sekolah kepada guru dan kinerja profesional dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta menindak lanjuti hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. b. Supervisi Administrasi Supervisi administrasi adalah supervisi yang objeknya menitikberatkan pengamatan pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai pembelajaran, dapat berupa kurikulum sekolah, penentuan guru mata pelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, laporan nilai peserta didik, presensi kehadiran guru dan peserta didik, tingkat pedidikan guru dan tenaga kependidikan, prestasi yang diperoleh mahasiswa. Supervisi administrasi dapat dilakukan oleh internal lembaga. Supervisi administrasi menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.

  Memang selama ini pengawasan atas sarana dan fasilitas sekolah merupakan objek sasaran inspeksi yang kurang dikaitkan kepada kepentingan pembelajaran. Sasaran pengawasan di lingkungan sistem persekolahan selama ini menunjukkan kesan seolah-olah dari segi fisik material yang tampak merupakan sasaran yang sangat penting. Kurang perhatian terhadap masalah pembelajaran yang bermutu merupakan suatu kendala bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah. Supervisi administratif adalah supervisi yang ditujukan kepada pembinaan dalam memanfaatkan setiap sarana bagi keperluan pembelajaran. Fasilitas belajar, media belajar, buku teks, perpustakaan, semua itu merupakan sarana kualitas proses belajar.

  c.

  Supervisi Lembaga Supervisi lembaga yang menebarkan atau menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada diseluruh sekolah. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Supervisi institusional adalah supervisi yang berorientasi pada pembinaan aspek organisasi dan manajemen sekolah sebagai lembaga yang meliputi semua aspek dalam bentuk pengaturan yang terkait dengan proses peningkatan mutu sekolah dalam rangka mensukseskan pembelajaran, seperti: penerimaan murid bau, rombongan belajar, pembagian tugas, pengembangan kurikulum dalam kegiatan ekstra dan intra, pengelolaan sarana dan fasilitas belajar, kalender akademik, hubungan kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Supervisi institusional atau supervisi kelembagaan berkaitan dengan usaha untuk menjadikan sekolah memiliki kinerja yang baik.

2.1.1.3 Teknik Supervisi Pendidikan

  Dalam usaha meningkatkan program sekolah, metode supervisi pendidikan. Pada hakikatnya, terdapat banyak sekali teknik supervisi pendidikan dalam menyelenggarakan program supervisi tersebut. Arikunto (2004) mengemukakan bahwa, dari sejumlah teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, ditinjau dari banyaknya guru dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok; 1.

   Teknik Individual

  Teknik individual ialah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini yang disupervisi mungkin juga perseorangan, tapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah memberikan bantuan perseorangan atau individu. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: a.

  Kunjungan kelas Kunjungan kelas dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah, pengawas atau pembina lainnya.

  Dengan cara masuk atau mengunjungi kelas- kelas tertentu untuk melihat guru yang sedang mengelola proses pembelajaran. Dalam hal ini supervisi kunjungan kelas dimaksudkan untuk dapat melihat dari dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan. Apabila dari atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang paling penting untuk diingat adalah bahwa dengan supervisi kunjungan kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata lain sebaiknya diadakan diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh kesepakatan yang selaras.

  b. Observasi kelas Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam suatu kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa apa saja yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan pada kelas dimana guru sedang mengajar. Berikut adalah beberapa tujuan dari observasi kelas, antara lain: 1.

  Memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan- kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki cara belajar mengajar.

  2. Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan yang lebih baik.

  3. Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.

  Sedangkan dalam observasi juga terdapat aspek-aspek yang diobservasi. Hal-hal yang akan dilakukan ketika ingin melakukan observasi adalah sebagai berikut:

  1. Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.

  2. Usaha dan kegiatan guru-siswa dalam hubungan penggunaan bahan dan alat/media pembelajaran.

  3. Usaha dan kegiatan guru-siswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.

  c. Wawancara perseorangan Wawancara perseorangan dapat dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini dapat dilakukan, pertama apabila ada masalah khusus pada individu guru yang penyelesaiannya tidak boleh didengar oleh orang lain. Kedua, apabila supervisor ingin mengecek kebenaran data yang sudah teknik perseorangan adalah hal yang tepat agar orang yang diwawancarai tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain.

  d.

  Wawancara kelompok Segala sesuatu biasanya mengandung adanya kelebihan dan kekurangan, seperti wawancara perseorangan, teknik tersebut memiliki banyak keuntungan karena apa yang diperoleh supervisi adalah pendapat murni pribadi yang diwawancarai. Namun dibalik semua itu, terutama yang kurang mempunyai kepercayaan diri pada dirinya, akan lebih tepat digali pendapatnya apabila ada pendamping. Bisa saja pada waktu itu orang yang bersangkutan sedang sendirian, merasa kurang berani dalam mengemukakan pendapat, tetapi ketika ada orang lain bersamanya, dia menjadi berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat. Sebagai alasan yang paling utama, bahwa ketika orang beramai-ramai mengemukakan pendapat, dia berharap pewawancara tidak terlalu ingat siapa yang berkata seperti apa yang dia katakan.

  Teknik wawancara ini biasa dikenal dengan round

  table (meja bundar). Dikatakan demikian karena round table menghendaki adanya persyaratan

  yang harus dipenuhi, yaitu situasi dan peraturan posisi lingkaran yang bundar, dimana masing- masing anggota kelompok memiliki kedudukan dan hak yang sama. Demikian juga pewawancara hendaknya duduk juga dalam lingkaran, berada dalam anggota kelompok yang lain.

2. Teknik kelompok

  Teknik kelompok merupakan suatu teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu kelompok. Sahertian (2000) mengemukakan bahwa, beberapa orang yang diduga memiliki masalah dikelompokkan secara bersama kemudian diberi pelayanan supervisi sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi. Banyak bentuk-bentuk dalam teknik yang bersifat kelompok ini, namun di antaranya yang lebih umum adalah sebagai berikut: a.

  Pertemuan Orientasi Sekolah bagi Guru Baru

  (Orientation Meeting for New Teacher), yaitu

  pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Beberapa hal yang disajikan adalah: 1) Sistem kerja sekolah tersebut. 2) Proses dan mekanisme administrasi organisasi sekolah.

  b.

  Rapat guru Rapat ini diadakan untuk membahas adanya belajar mengajar berlangsung. Yang bertujuan untuk: 1) Menyatukan pandangan-pandangan dan pendapat guru tentang konsep umum maupun metode metodeuntuk mencapai tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. 2) Mendorong guru untuk melaksanakan tugasnya dan mendorong kemajuan mereka.

  c.

   Lokakarya (Workshop)

  Workshop pendidikan merupakan suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas- petugas pendidikan yang dapat memecahkan problema yang dihadapi melalui berbagai percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan. Ciri-ciri workshop pendidikan meliputi: 1) Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari peserta sendiri.

  2) Cara pemecahan masalahnya dengan metode pemecahan “musyawarah dan penyelidikan”.

  d. Diskusi panel

  Adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau pendengar untuk memecahkan suatu problema dan para panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap dari diskusi panel tersebut adalah sebagai berikut: 1) Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai maslah yang dihadapi dari berbagai sudut pandang. 2)Untuk menstimulir para partisipan agar mengarahkan perhatian terhadap masalah yang dibahas melalui dimanika kelompok sebagai hasil interaksi dari para panelis.

  e. Simposium Simposium merupakan suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek suatu pokok masalah tertentu untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang mengenai suatu masalah. Tujuaanya adalah untuk mengumpulkan dan membandingkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang suatu problema.

  f. Penataran (In service training) Teknik ini dapat dilaksanakan disekolah sendiri dengan mengundang narasumber, namun juga dapat diselenggarakan bersama antar beberapa sekolah, jika diinginkan biaya yang lebih irit. Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran ini sudah banyak dilakukan hampir di seluruh sekolah. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan/dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah masing-masing.

  g. Seminar Seminar merupakan suatu bentuk mengajar belajar kelompok dimana sejumlah kecil orang melakukan pendalaman atau penyelidikan tersendiri bersama-sama terhadap pelbagai masalah dengan dibimbing secara cermat oleh seorang atau lebih pengajar pada waktu tertentu.

  Cara yang baik dalam mengikuti seminar adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius dan cermat mengikuti presentasi dan acara tanya jawab.

2.1.1.4 Teknik Supervisi Kunjungan Kelas

A. Pengertian Supervisi Kunjungan Kelas

  Syaiful Sagala (2012: 187) mengemukakan bahwa kunjungan kelas adalah suatu kunjungan saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan mengatasi masalah/kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Purwanto (2005) menyatakan bahwa teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar dengan cara berkunjung sewaktu-waktu di kelas yang disupervisi. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik.

  Menurut Arikunto (2009: 54) kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar.

  Berdasarkan berbagai beberapa pendapat ahli diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas merupakan kunjungan yang dilakukan oleh supervisor untuk memantau seberapa jauh capaian yang didapat oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. sekolah maupun pengawas sekolah dapat mengetahui dan mengukur seberapa jauh tingkat kompetensi guru dalam aspek pedagogik maupun aspek keseluruhan yang dimiliki oleh guru tersebut. Karena dengan hanya teknik kunjungan kelas kita dapat memperoleh data tentang kemempuan guru dalam mengelola dan melaksanakan pembelajaran di kelas, diantaranya penguasaan materi, kemampuan dan keterampilan menggunakan alat peraga, dan media pembelajaran lainnya, seperti perangkat komputer dan lain-lain, kemampuan memilih metode pembelajaran serta keterampilan dalam memilih alat evaluasi yang tepat.

  Supervisi kunjungan kelas, yang dilakukan oleh supervisor hendaknya mampu mengubah cara pandang seorang guru tenatang supervisi. Oleh karena itu supervisor harus memiliki atau menemukan cara yang lebih tepat dalam melaksanakan supervisi kepada guru. Sehingga, kehadiran supervisor di dalam kelas menjadi sesuatu yang dinantikan oleh guru, dengan kata lain kunjungabn kelas oleh supervisor bukan menjadi hal yang menakutkan dan dihindari oleh para guru.

B. Tujuan Supervisi Kunjungan Kelas

  Sahertian (2010: 53) mengemukakan tujuan dari supervisi kunjungan kelas adalah untuk meperoleh data mengenai keadaan sebenar- benarnya selama guru mengajar dan dapat berbincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sedangkan menurut Supardi (2014: 109) supervisi kunjungan kelas adalah untuk bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Purwanto (2009: 120) mengemukakan bahwa tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai atau untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki. Beberapa persamaan tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan oleh supervisor. Misalnya, data tentang guru mengajar, data tentang menanamkan pengertian perkalian, data mengenai guru menanamkan sila-sila pancasila dan sebagainya. supervisor membutuhkan sampel data bukan data utuh karena supervisor ingin mengetahui atau memeriksa data tersebut. Data tersebut dibutuhkan karena beberapa sebab antara lain:

  1. Menurut hasil supervisi sebelumnya guru bersangkutan memiliki kelemahan pada kegiatan

  2. Menurut kesepakatan para guru dengan supervisor pada pertemuan balikan.

  3. Guru sendiri membutuhkan perbaikan pada bidang itu, sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.

  4. Supervisor mendapat informasi bahwa guru tersebut lemah dalam hal tertentu, misalnya guru tidak berani menatap siswa-siswa yang sudah remaja. Sehingga supervisor pelu melihat hal itu saja.

  5. Inovasi atau kreatifitas dalam pembelajaran, misalnya dengan menghitung sempoa. Dalam hal ini supervisor hanya butuh mengamati sampel guru membimbing siswa belajar memanfaatkan sempoa dalam berhitung.

  Dengan demikian tujuan teknik supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan data sampel tertentu, berdasarkan informasi sebelumnya. Data ini mencangkup keadaan guru dan situasi kelas. Sama halnya dengan tujuan teknik supervisi lain, tujuan supervisi kunjungan kelas ini pun sebagai rangkain memperbaiki profesi guru.

  Syaiful Sagala (2012: 187) mengemukakan bahwa tujuan dari adanya supervisi kunjungan berpengalaman untuk mengatasi kesulitan dalam mengajar. Kemudian membantu guru yang telah berpengalaman untuk mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara, (1) kunjungan kelas tanpa diberitahu (unannounced visitation), dimana supervisor tiba-tiba datang ke kelas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan guru sedang mengajar. (2) kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu (announced

  

visitation), sebelum mengadakan supervisor

  memberitahukan guru bahwa dia akan mengunjungi kelas pada waktu yang telah ditetapkan. (3) mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas (visit upon inviation), artinya gurulah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ia ingin dibantu untuk meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar.

  Sesuai dengan adanya pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari supervisi kunjungan kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pengajaran bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas, dan ada beberapa cara dalam melaksanakan supervisi kunjungan kelas, seperti kunjungan keals tanpa dan yang terakhir guru mengundang supervisor untuk datang ke kelas ketika guru mengajar.

C. Langkah-langkah Supervisi Kunjungan Kelas

  Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas: a.

  Persiapan Supervisi Menurut Pidarta (2009: 104) persiapan yang dilakukan ketika akan melakukan supervisi kunjungan kelas adalah: (1) Memeriksa catatan hasil supervisi yang lampau (2) Memeriksa kelemahan-kelemahan bersama guru yang bersangkutan (3) Memeriksa informasi tetang kelemahan pada guru.(4) Mencatat kasus-kasus tersebut bersama guru yang bersangkutan. (5) Memilih kelemahan untuk diperbaiki. (6) Menentukan waktu untuk disupervisi.

  b.

  Proses supervisi Dalam tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Kemudian, supervisor melakukan observasi berdasarkan instrumen atau pedoman observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas adalah sebagai berikut; (1) supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran akan berlangsung, maksud kedatangan supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegi-atan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007).

  c.

  Mengadakan Pertemuan balikan Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi terhadap guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru.

  Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari praduga yang kurang baik, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43). kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi, dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor dalam pengadaan pertemuan balikan (Pidarta, 2009). Berdasar pengertian di atas dapat disimpulkan, pertemuan balikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan evaluasi terhadap hasil supervisi. Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki selama proses supervisi berlangsung, supervisor dan guru mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan supervisi.

D. Ciri Khas Supervisi Kunjungan Kelas

  Dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah peneliti perlu memahami ciri-ciri teknik supervisi kunjungan kelas. Ada beberapa ciri teknik 100-103), diantaranya sebagai berikut: a.

  Menentukan waktu untuk mengadakan supervisi, untuk menentukan kapan akan mengadakan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahu kedatangan supervisor, tetapi bila ada guru yang merasa lemah dan memutuskan untuk memperbaiki kelemahan dengan melibatkan serta dibenarkan supervisor maka mengundang supervisor. Dalam hal ini penentuan waktu mengadakan supervisi disepakati bersama, dan ditentukan sebelum supervisi diadakan.

  b.

  Bersifat individual artinya tidak dapat dilakukan untuk mengobservasi guru lebih dari satu orang dalam waktu yang sama.

  c.

  Tidak ada pertemuan awal artinya teknik kunjungan kelas ini tidak didahului oleh pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi.

  d.

  Waktu supervisi cukup singkat artinya supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit. Supervisor tidak selalu duduk di belakang kelas, bisa melihat dari kejauhan atau mondar mandir di serambi kelas.

  e.

  Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas singkat sehingga memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama.

  f.

  Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas artinya supervisor boleh melakukan intervensi baik terhadap guru dalam mengajar maupun siswa yang sedang belajar.

  g. disupervisi adalah kasus-kasus, Yang supervisor telah mengantongi sejumlah kasus guru ialah suatu perilaku guru dalam proses pembelajaran yang belum benar.

  h.

  Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai pembelajaran, di samping mengunjungi guru yang sedang mengajar, kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan sesudah guru mengajar. i.

  Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan, pertemuan balikan diadakan manakala supervisor maupun guru yang disupervisi merasa perlu mengadakan pertemuan balikan. j.

  Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada.

2.1.2 Kinerja Guru Pengertian Kinerja Guru

  Kirom (2010: 51) mengemukakan bahwa kinerja merupakan bentuk penilaian tersendiri untuk mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang atau perusahaan dalam menjalankan program-program kerjanya. Fahmi (2010: 2) mengemukakan, kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non-oriented yang dihasilkan dalam periode tertentu. Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan secara kontekstual kinerja adalah penekanan pada hasil atau sebuah prestasi yang diperoleh dari sebuah usaha dalam periode tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.

  Suharsaputra (2010: 145) menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Usman (2007: 74) menjelaskan bahwa kinerja merupakan unjuk kerja sesorang dalam melakukan tugas-tugas yang telah dipercayakan kepadanya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Dari beberapa pengertian kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi kinerja tersebut dapat dilaksanakan.

  Ilyas dalam Indrawaty (2006) menjelaskan, kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakanpenampilan individu maupun kelompok kerja personil. Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yaitu : (1) Tujuan: Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi yang digunakan untuk meningkatkan kerja.; (2) Ukuran: Dibutuhkan ukuran apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting; (3) Penilaian: Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional, dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel.

2.1.2.2 Faktor Kinerja

  Suharsaputra (2010) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang atau kelompok terdiri dari faktor intern dan karyawan atau kelompok terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi, peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja, dan sebagainya. Sedangkan pengaruh eksternal antara lain berupa peraturan ketenagaan kerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi pasar. Sependapat dengan Suharsaputra, Kirom (2010) mengemukakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah nilai kerja (Work values), semangat kerja (Work Spirit), keterampilan berkomunikasi dengan konsumen, penguasaan teknologi informasi, dan supervisi (Supervision Activity). Sedarmayanti dalam Supardi (2013: 19) menyatakan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Kinerja guru mempengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (a) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), (b) pendidikan, (c) keterampilan, (d) manajemen kepemimpinan, (e) tingkat penghasilan, (f) gaji dan kesehatan, (g) jaminan sosial, (h) iklim kerja,

  (i) sarana dan prasarana, (j) teknologi, dan (k) kesempatan berprestasi. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa suatu kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maupun ekstern. Menilai suatu kinerja apakah sudah berjalan dengan yang direncanakan perlu diadakan suatu evaluasi kinerja.

  Memang dalam penerapan supervisi oleh kepala sekolah atau oleh pengawas sekolah dapat menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dapat dikatakan bahwa di Sekolah Dasar Negeri 2 Greges ini masih terdapat guru yang belum sesuai dengan standar pengajaran dan pembelajaran ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Adanya administrasi guru yang kurang lengkap dan tidak linearnya jurnal pembelajaran menjadi salah satu bukti masih kurangna supervisi pada guru oleh kepala sekolah. Kurangnya guru dalam memahami pembelajaran ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar sering berdampak pada hasil yang diperoleh peserta didik yang kurang maksimal. Ada guru juga yang masih belum lengkap dalam membuat RPP dan tidak konsisten dalam penulisan format. Sebagai contoh ketika adanya lomba LCC dengan mengirimkan siswa ke dalam lomba kadang masih belum bisa mendapatkan juara, kurangnya pelatihan intensif pada peserta didik untuk memahami soal Ujian Nasional.

   Pengukuran Kinerja Guru

  Dalam melaksanakan tugas profesional yang dilakukannya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut dapat dicapai. Evaluasi kinerja guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru tersebut mengajar. Ada memang dalam program kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh guru. Namun tidak jarang terjadi guru tersebut berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.

  Menurut S. Danim (2002) mengemukakan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Isjoni (2007) mengemukakan bahwa ukuran kinerja guru dapat terlihat dari rasa tanggung diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi. Selanjutnya dinyatakan bahwa kinerja guru dapat menjadi optimal, apabila digabungkan dengan komponen-komponen sekolah, antara kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

  Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan.

2.1.2.4 Indikator Kinerja Guru

  Penelitian ini adalah bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran sedangkan sasarannya adalah guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI di SD Negeri 2 Greges. Yang akan dikembangkan dalam kinerja guru adalah yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru tersebut, yaitu meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

  Dalam proses untuk mengetahui tingkat perubahan kinerja guru tersebut digunakam instrumen dengan menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru.

2.1.2.5 Langkah Peningkatan Kinerja Guru

  Adanya peningkatan kinerja, paling tidak telah mengemukakan tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui adanya kekurangan keseriusan. (c) Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan baik yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri. (e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f) Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu, (Anwar, 2006: 22). Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil dalam peningkatan karena semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut.

  Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya.

  Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik.

  Menurut Isjoni (2004: 19), ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran.

   Hubungan Supervisi Kunjungan Kelas dengan Kinerja Guru

  Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka perlu adanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, sehingga guru akan mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukannya. Di bawah ini disajikan beberapa pengertian supervisi oleh beberapa ahli antara lain: Arikunto (2012) mengemukakan bahwa supervisi adalah aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga. supervisi adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang pemimpin, dalam usaha mengkoordinasikan dan membimbing secara kontinyu, agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan adanya gagasan bahwa supervisi bertujuan untuk membimbing bawahannya (anggotanya), peneliti mengaitkan dalam bidang pendidikan, dengan sasaran guru. Guru dengan adanya supervisi diharapkan dapat meningkatkan segala kegiatan yang ada dalam proses belajar mengajar. Peneliti merancang kaitan antara supervisi dengan sebuah kinerja guru. Kinerja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran seringkali luput dari

  Kinerja merupakan sebuah penekanan pada hasil atau sebuah prestasi yang diperoleh dari sebuah usaha dalam periode tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Komponen pendidikan pertama yang sangat penting keberadaannya disekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang baik adalah guru, karena guru merupakan tenaga pendidik yang akan mendidik peserta didik. Berkaitan dengan tugas guru dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator proses pembelajaran yang mengharuskan guru menguasai kemampuan dasar dalam mengajar. Sebagai tenaga professional, guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pembelajaran disekolah. Guru bertanggung jawab atas ketercapian tujuan pengajaran disekolah. Guru merupakan pembimbing dan contoh bagi siswa dalam pembentukan kepribadian siswa dan karena itu guru perlu mempunyai kinerja yang baik.

  Adapun kinerja guru yang akan diukur adalah dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG) yang sudah ada pada administrasi masing-masing guru. Dengan adanya instrumen tersebut peneliti mengaitkan serta menghubungkan adanya keterkaitan supervisi kunjungan kelas dengan kinerja guru, berdasarkan instrumen yang tertera Penilaian kinerja guru dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan menggunakan langkah penelitian yang terstruktur dan sistematis yang telah dibuat sebelumnya. Dengan adanya beberapa alat instrumen yang telah dilakukan tersebut maka hubungan supervisi kunjungan kelas dengan kinerja guru diharapkan dapat berhasil, sehingga proses belajar mengajar dalam suatu kelas dapat meningkat (kinerja guru) sehingga penelitian yang dilakukan dapat berhasil.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian supervisi akademik kunjungan kelas juga didasari pada penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada hasil penelitian yang relevan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

  Edi Wahjanto, UNNES (2007) tentang pengaruh supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap kinerja guru dan prestasi belajar siswa SMA Negeri se Kota Magelang. Dari tiga variabel yang dikaji (supervisi kunjungan kelas, kompetensi gurudan kinerja guru) mempunyai pengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar siswa. Kinerja guru secara langsung mempunyai pengaruh paling besar terhadap prestasi belajar, sedangkan supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah mempunyai pengaruh paling kecil terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan dua variabel lainnya.

  Brotosedjati (2012) Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Oleh Kepala Sekolah Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Guru SD Negeri Di Kecamatan Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja guru. Pengumpulan data menggunakan angket. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh yang signifikan terhadap adanya supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru; 2) ada pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja guru; dan 3) secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja guru.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Organisasi dan Kaidah Timbal Balik terhadap Knowledge Sharing serta Dampaknya terhadap Perilaku Inovatif: Studi Kasus pada Perusahaan Finance di Kota Salatiga

0 0 30

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Kesiswaaan 2.1.1 Pengertian Manajemen Kesiswaan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan Berdasarkan Model Discrepancy di SDN 1 Reco Wonosobo

0 0 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan Berdasarkan Model Discrepancy di SDN 1 Reco Wonosobo

0 0 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan Berdasarkan Model Discrepancy di SDN 1 Reco Wonosobo

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan Berdasarkan Model Discrepancy di SDN 1 Reco Wonosobo

0 0 56

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

1 1 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Sertifikasi Guru - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

1 4 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

0 1 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

0 0 59