BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar IPA

  Pengertian hasil belajar, siswa-belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Oemar hamalik (2002:21) menyatakan, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard (Nasution, 2004:35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

  Berdasarkan beberapa pengertian belajar menurut para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku, perubahan terjadi melalui latihan dan pengalaman, perubahan yang terjadi menyangkut beberapa aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Terkait dengan penelitian ini maka hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil belajar IPA atau suatu proses perubahan dalam tingkah laku, perubahan terjadi melalui latihan dan pengalaman, perubahan yang terjadi menyangkut beberapa aspek kepribadian baik fisik maupun psikis pada mata pelajaran IPA.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

  Oemar Hamalik (2002:155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Pengertian hasil belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (1999:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

  TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau r as yang berbeda” (Isjoni, 2012:83). TGT dimulai dari guru membagi kelompok dan kemudian guru menyampaikan materi, semua siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing. Tugas yang diberikan oleh guru menjadi tanggung jawab setiap kelompok, apabila ada siswa yang belum mengerti dengan tugas yang akan dikerjakan maka teman satu kelompoknya bertanggung jawab memberikan penjelasan yang sebelumnya dapat ditanyakan kepada guru terlebih dahulu. Sebagai tanda bahwa siswa telah mengerti dan memahami pembelajaran, maka seluruh siswa diberikan

  Slavin (2005:163) mengemukakan bahwa secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut.

  1. Presentasi di Kelas. (Sama seperti dalam STAD) 2.

   Tim. (Sama seperti dalam STAD) 3. Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

  relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing- masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

  4. Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.

  Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

   TEAM A A-1 A-2 A-3 A-4

  Tinggi Sedang Sedang Rendah

  

Meja Meja Meja Meja

Turnamen Turnamen Turnamen Turnamen

  1

  2

  3

  4 B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4

  Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah

   TEAM B TEAM C

Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen 5.

   Rekognisi Tim. (Sama seperti STAD)

  Nasikan (2006) mengungkapkan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah “Pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas” (Ridhaazza, 2012).

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan homogen dalam pembelajaran di kelas.

  Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa tahap dan pada awal kegiatan, siswa terlebih dahulu mendapat pemberitahuan bahwa pada akhir pembelajaran akan diadakan turnamen antar kelompok berupa kegiatan tanya jawab seputar materi. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin dan De Vries (Slavin, 2008:69), antara lain:

  1) Persiapan pembelajaran

  Untuk tipe TGT penyusunan materi dibuat sedemikian rupa dengan maksud agar dapat disajikan dalam presentasi kelas, belajar kelompok dan turnamen akademik. Bentuk persiapan tersebut dapat dikemas dalam satu perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran, bahan ajar, lembar kerja, persiapan turnamen akademik dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah selesai pembelajaran. 2)

  Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran TGT mempunyai beberapa komponen pendukung pelaksanaan yaitu: presentasi kelas, kelompok belajar, turnamen, penghargaan (Rahadi, 2002:16). Berikut ini dipaparkan masing-masing komponen: a.

  Presentasi kelas Pada kegiatan ini guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu dengan cara pengajaran langsung, diskusi atau dapat dengan metode lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi biasa, karena presntasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang digunakan.

  b.

  Kelompok belajar Sebuah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dibentuk kriteria heterogen (jenis kelamin, kemampuan akademik, suku dan latar belakang sosial). 3)

  Pelaksanaan belajar kelompok Perangkat pembelajaran yang diperlukan yaitu bahan ajar, kegiatan utama pada tahap ini adalah siswa mempelajari bahan ajar sesuai materi yang sedang dipelajari dan mengerjakan lembar kerja secara kelompok. Perlu ditekankan pada siswa bahwa ada aturan dasar dari belajar kelompok agar tercapai dengan baik, yaitu: a.

  Siswa mengatur bangku dan duduk sesuai kelompok.

  b.

  Siswa diberikan waktu untuk memilih nama kelompok.

  c.

  Siswa harus bekerja secara berkelompok.

  d.

  Siswa menghentikan belajarnya jika semua anggota kelompok telah memahami materi yang sedang dipelajari, atau telah menjawab semua soal yang ditugaskan atau waktu yag telah digunakan untuk mempelajari materi yang ditugaskan telah habis.

  e.

  Ketika semua siswa sedang belajar bersama kelompok, sebaiknya guru berkeliling dalam kelas memperhatikan cara keja mereka dan memberikan bimbingan belajar jika memang diperlukan. 4)

  Turnamen akademik Turnamen akademik dilakukan setiap akhir sesi pembelajaran, bertujuan untuk menguji pemahaman siswa setelah belajar kelompok. Siswa dalam satu kelas dibagi dalam meja-meja akademik. Setiap meja akademik terdiri dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademik relatif sama, tetapi mewakili kelompok-kelompok yang berbeda. Setiap meja akademik memiliki tingkatan masing-masing dan diurutkan oleh guru mulai dari meja akademik yang terdiri dari siswa-siswa pandai sampai dengan meja akademik yag terdiri dari siswa-siswa berkemampuan akademik kurang, hal ini dilakukan karena setiap akhir turnamen akan ada siswa yag pindah meja akademiknya ke meja yang paling tinggi atau ke meja yang

  Pada awal periode permainan, umumkan penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu nama meja “atas” dan yang “bawah”. Mintalah salah satu siswa yang akan dipilih untuk membagikan satu lembar permainan atau lembar jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.

  Pembaca pertama membaca kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan soal dengan keras yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu termasuk pilihan jawabannya, jika soalnya pilihan ganda. Misalnya seorang siswa mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut siapa siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yag ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau apabila penantang kedua punya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantaang. Akan tetapi, penantang harus berhati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban mereka salah. Apabila semua peserta mempunyai jawaban, ditantang atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban benar menyimpan kartunya, jika kedua penantang memberikan jawaban yang salah, dia harus mengembalikan kartu yang dimenangkan ke dalam kotak.

  Pemain 1 1.

  Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

  2. Bacalah pertanyaan dengan keras.

  3. Cobalah untuk menjawab soal.

  Pemain 2 Menantang jika dia mau (dan memberikan jawaban yang berbeda) atau boleh melewatinya.

  Pemain 3 Boleh menantang jika pemain 2 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua pemain sudah menantang atau melewati pemain 3 memeriksa jawaban. Siapapun yang menjawab benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua pemain 2 dan 3 salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke dalam kotak (jika ada).

Gambar 2.2. Aturan Permainan Slavin (2005:173)

  Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuragannya masing-masing, demikian juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Menurut Slavin (2008:175), kelebihannya adalah sebagai berikut: 1.

  Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dari hasil diskusi dengan anggota kelompoknya.

  2. Pengelompokan siswa secara heterogen dalam tingkat kemampuan, jenis kelamin, maupun ras diharapkan dapat membentuk rasa hormat dan saling menghargai diantara siswa.

3. Dengan belajar kooperatif siswa mendapat keterampilan yang tidak dimiliki dalam pembelajaran lain.

  4. Dengan diadakannya turnamen, diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi diri sendiri maupun

  5. Dengan turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan bersaing sportif dan selanjutnya menumbuhkan keberanian dalam berkompetisi, akibatnya siswa selalu dalam posisi unggul.

  6. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dapat menanamkan pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok.

  7. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa, sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Adapun kelemahannya antara lain: 1.

  Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar.

  2. Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau sarana pembelajaran tidak cukup tersedia, maka pembelajaran kooperatif tipe TGT sulit dilaksanakan.

  3. Apabila sportifitas siswa kurang, maka ketrampilan berkompetisi siswa yang terbentuk bukanlah yang diharapkan.

2.1.3 Hakikat IPA

  Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran

  IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu (Powler dalam Khalimah, 2010).

  Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Di tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip- prinsip saja tetapi juga proses penemuan.

  Menurut Trianto (2010:136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis, melalui metode ilmiah untuk sebuah penemuan.

2.1.4 Sumber Daya Alam

  Materi IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang hubungan sumber daya alam dengan lingkungan dan teknologi. Materi hubungan sumber daya alam dengan lingkungan dan teknologi dalam penelitian ini diambil dari buku SD kelas 4, berdasar pada Buku Ajar IPA yang disusun oleh

  Budi Wahyono dengan judul buku “Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV” (Depdiknas, 2008).

  

2.1.5 Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan

Hasil Belajar IPA

  Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimana hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar IPA siswa? Berdasarkan hakikatnya, model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang saling mendorong terjadinya interaksi belajar antara sesama siswa. Siswa dikondisikan dalam kelompok yang heterogen, dimana dengan cara ini siswa dapat saling berbagi pengetahuan dengan rekan-rekan lainnya. Sementara itu, varian dari pembelajaran kooperatif yaitu Teams

  Games Tournament

  (TGT), merupakan model pembelajaran kooperatif yang turnamen. Dengan cara ini, siswa dilatih untuk menguasai materi pelajaran. Sebab siswa yang mengikuti turnamen akademik, merupakan perwakilan dari kelompoknya. Sehingga ketika perwakilan kelompok tidak menguasai materi yang diajarkan, konsekuensinya adalah kelompoknya tidak mendapatkan nilai dalam turnamen itu. Artinya bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT mengkondisikan siswa harus menguasai materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dengan cara ini, siswa terkondisi harus belajar. Akibatnya dengan cara ini, siswa mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan hasil belajarnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tri Wahyuni. 2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Dalam

  Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan baik oleh observer atau oleh peneliti, proses pembelajaran

  IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80% dari seluruh kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi ini mengamati jalannya pembelajaran. Sebelum diadakan tindakan, pada saat pembelajaran siswa hanya mendengarkan guru berceramah tanpa ada tanya jawab atau siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku pembelajaran sebagai media saja. Pada saat peneliti telah menggunakan model kooperatif tipe TGT, hampir seluruh siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran semakin menarik.

  Agustinus Turus Nakia. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebelum tindakan adalah 17 siswa (45.9%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, meningkat menjadi 25 siswa (67.6%). Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 37 siswa (100%). Siswa yang belum tuntas sebelum tindakan, berjumlah 20 siswa (54.1%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, menurun menjadi 12 siswa (32.4%). Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II menurun menjadi tidak ada lagi siswa yang belum tuntas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya peningkatan ketuntasan belajar IPA siswa kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, berhasil.

2.3 Kerangka Berpikir

  Penelitian ini adalah penelitian tindakan, dengan maksud untuk mengubah suasana pembelajaran di kelas dimana siswa yang pasif menjadi aktif dalam belajar. Namun demikian, disadari bahwa hasil belajar siswa yang menjadi subyek penelitian ini masih rendah sebab guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu didominasi metode ceramah. Karena itu peneliti mengajukan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dengan mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya dimana model pembelajaran ini ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Penelitian ini dilakukan dalam harapan dengan demikian. Agar terjadi pembelajaran yang diharapkan maka penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus, dengan pertimbangan bahwa hasil pada siklus pertama akan menjadi pertimbangan untuk dilanjutkan pada penelitian berikutnya. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah 95% siswa berhasil lulus kriteria KKM pada hasil belajar IPA.

  Adapun kerangka berpikir penelitian ini dirumuskan dalam bagan berikut ini:

  Pembelajaran

  IPA SD Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional, yaitu

dengan

menggunakan metode ceramah.

  Siswa:

  • Kurang aktif,
  • Mudah jenuh dan bosan,
  • Tidak terlibat dalam diskusi.

  Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

  Hasil belajar siswa rendah Hasil belajar siswa meningkat

  • Siswa lebih aktif.
  • Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menarik.
  • Siswa terlibat langsung dalam diskusi.

  Siklus I: Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu presentasi kelas, tim, permainan dan turnamen akademik, yang diuji adalah pemahaman siswa, dimana masing-masing tim mengutus salah satu anggota untuk turnamen. Turnamen yaang dilaksanakan menggunakan media kartu, dimana dalam kartu tersebut berisi pertanyaan. Setiap kelompok dapat menjawab ataupun mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain melalui kartu pertanyaan.

  Siklus II: Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan perbaikan hasil refleksi, dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu presentasi kelas, tim, permainan dan turnamen akademik, yang diuji adalah pemahaman siswa, dimana masing-masing tim mengutus salah satu anggota untuk turnamen. Turnamen yang dilaksanakan menggunakan media kartu, dimana dalam kartu tersebut berisi pertanyaan. Setiap kelompok dapat menjawab ataupun mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain Sebelum tindakan Setelah tindakan

  Hasil belajar siswa sangat meningkat dan 100% tuntas

2.4 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis/tindakan sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran

  IPA diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam siswa kelas IV semester 2 SDN Blotongan 01 tahun 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 109

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubir

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 B

0 1 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD N

0 0 32

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS CTL REFLEKSI SISWA KELAS 5 SD NEGERI SEPAKUNG 03 BANYUBIRU SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 96