BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 B
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Setting dan karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/ 2015. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 5 SD Negeri Sepakung 03
Banyubiru Semarang sebanyak 20 siswa., yang terdiri 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. 70% siswa berasal dari Desa Sepakung. 80% orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani. Kondisi fisik SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang yaitu memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 lapangan, 1 kamar mandi. Sedangkan kondisi fisik ruang kelas 5 yaitu memiliki 10 meja siswa, 20 kursi siswa, 1 meja guru, 1 kursi guru, 1 papan tulis (white board), 1 penghapus.
3.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian terdiri dari veriabel bebas berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi dan variabel terikat berupa hasil belajar IPA. Pembelajaran berbasis CTL refleksi adalah pembelajaran IPA dengan KD
6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya melalui langkah-langkah menulis 3 sumber cahaya, mengemukakan peristiwa positif tentang cahaya, mengemukakan peristiwa negatif tentang cahaya, menulis cerita peristiwa positif tentang cahaya, menulis cerita negatif tentang cahaya, menggarisbawahi istilah penting dari teks sifat- sifat cahaya, membuat tabulasi antara sumber, peristiwa, dan sifat cahaya, merumuskan definisi sumber dan sifat cahaya, dan merefleksi sumber cahaya, peristiwa yang berhubungan dengan cahaya, dan sifat-sifat cahaya.
Hasil belajar adalah total skor yang diperoleh dari skor tes, skor sikap dan skor keterampilan.
3.3.Prosedur Penelitian
PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral, yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc Taggart (1988), yang prosedur penelitiannya dengan 2 siklus, dan setiap siklus/ penelitiannya terdiri atas tiga langkah, yaitu perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Secara rinci ditunjukkan dalam gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1
Model Spiral menurut C. Kemmis dan Mc. Taggart Prosedur yang dilakukan dalam PTK terdiri dari 2 siklus, dengan catatan apabila dalam siklus 2 sudah mencapai tujuan. Namun jika pada siklus 2 masih belum mencapai tujuan penelitian, maka diteruskan ke siklus berikutnya sampai tujuan tercapai. Tahapan penelitian dari setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Siklus 1 a.
Tahap Perencanaan Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1)
Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran IPA semester I dan semester II (pada saat observasi) tahun pelajaran 2014/2015. 2)
Menganalisis permasalahan dalam pembelajaran IPA semester I dan semester II (pada saat observasi) tahun pelajaran 2014/2015. 3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPA dengan KD
4) Menyusun perangkat RPP yakni materi, media, instrumen tes dan non tes.
5) Membuat lembar observasi tindakan CTL refleksi (lampiran 10) untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis CTL refleksi.
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan dan observasi Pada tahap ini, guru mengimplementasikan tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi dengan KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang sesuai dengan RPP yang telah disiapkan yakni terdapat kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1.
Dalam implementasi tindakan dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL refleksi.
c.
Tahap Refleksi Pada tahap ini, yang dilakukan adalah merefleksi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis CTL refleksi dengan menunjukkan kelebihan dan kelemahan yang diperoleh dalam pembelajaran. Selanjutnya merefleksi hasil belajar melalui hasil pengukuran proses dan hasil belajar.
Berdasarkan hasil analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL dan pengukuran hasil belajar IPA diperoleh kesimpulan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dalam perencanaan pada siklus berikutnya, baik melalui perancangan RPP IPA dengan KD 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya maupun dalam pengukuran implementasi dan observasi.
2. Siklus 2 a.
Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam siklus 1.
2) Menganalisis permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1.
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPA dengan KD
6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. (lampiran 2)
4) Menyusun perangkat RPP yakni materi, instrumen tes dan non tes.
(lampiran 2) 5)
Membuat lembar observasi tindakan CTL refleksi (lampiran 10) untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis CTL refleksi.
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan dan observasi Pada tahap ini, guru mengimplementasikan tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi dengan KD KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya yang sesuai dengan RPP yang telah disiapkan yakni terdapat kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP secara rinci dapat dilihat pada lampiran 2. Dalam implementasi tindakan dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL refleksi.
c.
Tahap Refleksi Pada tahap refleksi dalam siklus 2 adalah sama seperti pada siklus 1.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah merefleksi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis CTL refleksi dengan menunjukkan kelebihan dan kelemahan yang diperoleh dalam pembelajaran. Selanjutnya merefleksi hasil belajar melalui hasil pengukuran proses dan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL refleksi dan pengukuran hasil belajar IPA diperoleh kesimpulan hal- hal apa saja yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dalam perencanaan pada siklus berikutnya, baik melalui perancangan RPP IPA dengan KD KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, maupun dalam pengukuran implementasi dan observasi.
3.4. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil belajar pada semester I tahun pelajaran 2015/2015 dan data primer yang diperoleh dari skor tes, skor sikap, dan skor keterampilan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknis tes dan nontes. Teknik tes yang digunakan dalam penenlitian ini adalah tes formatif yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Teknik nontes yang digunakan dalam penelitan ini berupa unjuk kerja sikap dan keterampilan siswa.
Instrumen penelitian berupa butir-butir soal tes, rubrik penilaian sikap, dan rubrik penilaian keterampilan. 1)
Butir-butir tes Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes formatif yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda dan uraian, yang dapat dilihat di lampiran 1 dan 2 (RPP siklus 1 dan 2). Sebelum dibuat instrumennya maka sebelumnya disusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan disajikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah utnuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam penulisan soal. Untuk kisi-kisi soal lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 1 dan 2 (RPP siklus 1 dan 2).
2) Rubrik penilaian sikap dan keterampilan
Alat yang digunakan untuk mengukur sikap dan keterampilan dalam penelitian ini adalah dengan rubrik penilaian sikap dan keterampilan, yang dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2 (RPP siklus 1 dan 2).
3.5 Uji Instrumen Penilaian Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2011:348). Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan Pearson (Arikunto, 2006:170). Rumus korelasi product moment dengan angka kasar adalah sebagai berikut: Keterangan: rxy = Koefisien korelasi pearson x = Variabel bebas y = Variabel terikat n = Jumlah data
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 22,0. Ada berbagai pendapat tentang kriteria tinggi rendahnya validitas setiap butir instrumen. Kriteria validitas intrumen menurut Sugiyono (2011:373) menyatakan bahwa suatu item instrumen dianggap valid jika memiliki koefissien corrected
item to total correlation
≥ 0,374 apabila jumlah siswa sebanyak 28. Sebelum instrumen tes formatif pada siklus 1 dan siklus 2 diberikan, maka sebelumnya perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba instrumen butir soal formatif untuk siklus 1 dan siklus 2 dilakukan pada 28 siswa di SDN Kauman Kidul Kota Salatiga. Butir soal terdiri dari 25 butir dan berbentuk soal pilihan ganda. Hasil uji validitas siklus 1 dengan bantuan SPSS 22,0 disajikan melalui tabel 3.1 di halaman berikut:
No Urut No Butir Soal
corrected item to
total correlation
16 16 -,018 Tidak Valid
Tabel 3.1
Distribusi hasil uji validitas butir soal pada siklus 2,secara rinci dapat
validitas, apabila corrected item to total correlation ≤ 0,374, artinya butir soal tidak valid, maka 5 butir soal nomor 1, 2, 3, 16, dan 21 dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian.
corrected item to total correlation di bawah 0,374. Berdasarkan klasifikasi
Berdasarkan tabel 3.1 nampak bahwa butir soal nomor 1, 2, 3, 16, dan 21
25 25 ,453 Valid Sumber: Olahan SPSS
24 24 ,518 Valid
23 23 ,564 Valid
22 22 ,490 Valid
21 21 -,187 Tidak Valid
20 20 ,453 Valid
19 19 ,532 Valid
18 18 ,564 Valid
17 17 ,418 Valid
15 15 ,420 Valid
Kriteria
14 14 ,573 Valid
13 13 ,504 Valid
12 12 ,518 Valid
11 11 ,587 Valid
10 10 ,564 Valid
9 9 ,508 Valid
8 8 ,475 Valid
7 7 ,453 Valid
6 6 ,587 Valid
5 5 ,573 Valid
4 4 ,559 Valid
3 3 ,020 Tidak Valid
2 2 -,078 Tidak Valid
1 1 -,350 Tidak Valid
Distribusi Uji Validitas Instrumen Butir Soal Siklus 1
Sumber: Olahan SPSS
12 12 ,705 Valid
25 25 ,419 Valid Tabel 3.2
24 24 ,411 Valid
23 23 ,751 Valid
22 22 ,381 Valid
21 21 ,517 Valid
20 20 -,296 Tidak Valid
19 19 -,409 Tidak Valid
18 18 ,771 Valid
17 17 ,174 Tidak Valid
16 16 -,024 Tidak Valid
15 15 ,419 Valid
14 14 ,381 Valid
13 13 ,503 Valid
11 11 ,409 Valid
Berdasarkan tabel 3.2 nampak bahwa butir soal nomor 16, 17, 19 dan 20
10 10 ,357 Valid
9 9 ,381 Valid
8 8 ,705 Valid
7 7 ,489 Valid
6 6 ,357 Valid
5 5 ,405 Valid
4 4 ,503 Valid
3 3 ,648 Valid
2 2 ,751 Valid
1 1 ,689 Valid
Kriteria
No Urut No Butir Soal Koefisien corrected item to total correlation
validitas, apabila corrected item to total correlation ≤ 0,374, artinya butir soal tidak valid, maka 4 butir soal nomor 16, 17, 19 dan 20 dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian. Oleh karena penelitian membutuhkan 20 butir soal, maka butir soal nomor 10 tidak dipergunakan dalam penelitian, meski soal
corrected item to total correlation di bawah 0,374. Berdasarkan klasifikasi
Distribusi Uji Validitas Instrumen Butir Soal Siklus 2 perhitungan uji validitas tes formatif pilihan ganda siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat di lampiran 6 dan lampiran 7.
Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011:348).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi soal pilihan ganda untuk tes formatif siklus 1 dan siklus 2. Untuk menentukan koefisien reliabilitas dengan KR20 (Sugiyon, 2011: 359) adalah:
Keterangan: k = jumlah item dalam instrumen
p = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 i q i = 1-p i
2 s t = varians total
Uji reliabilitas tes dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 22,0 dan intrepetasi terhadap koefisien reliabilitas yang dinyatakan dalam
Cronbach’s Alpha. Seperti yang terdapat dalam buku Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar yang ditulis oleh Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:92) yang tersaji melalui tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Indeks Reliabilitas
No Indeks Interpretasi 1 0,80 – 1,00 sangat reliabilitas 2 0,60 - 0,80 reliabilitas 3 0,40 - 0,60 cukup reliabel 4 0,20 agak reliabel
- – 0,40 5 < 0,20 Kurang reliabel
Cronbach’s Alpha
sehingga instrumen butir soal siklus 1 digunakan dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas instrumen butir soal siklus 2 diperoleh sebesar 0,865,
Cronbach’s Alpha
artinya reliabilitas butir soal siklus 2 sangat reliabilitas, sehingga butir soal dapat digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya distribusi reliabilitas instrumen butir soal siklus 1 dan siklus 2, secara rinci disajikan melalui tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Distribusi Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal Siklus 1 dan Siklus 2
No Jumlah Interpretasi Cronbach’s
Siklus Urut Butir Soal Alpha
1
1 25 ,848 Sangat reliabilitas
2
2 25 ,865 Sangat reliabilitas Sumber: Olahan SPSS
Berdasarkan tabel 3.4 nampak bahwa besarnya
Cronbach’s Alpha butir
soal untuk siklus 1 sebesar 0,848; dan pada siklus 2 sebesar 0,865. Besarnya
Cronbach’s Alpha yang diperoleh, berada diantara indeks 0,80-1,00, maka butir
soal yang di uji cobakan termasuk sangat reliabel. Dengan demikian, instrumen butir soal untuk siklus 1 dan siklus 2, dapat digunakan dalam penelitian. Lebih jelasnya perhitungan uji reliabilitas tes formatif pilihan ganda siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat di lampiran 6 dan lampiran 7
Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Slameto dalam Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:82), tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu butir soal. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran (P) dapat dihitung
Keterangan B = Jumlah peserta didik yang menjawab betul N = Jumlah peserta didik P = Proporsi peserta didik yang menjawab dengan benar
Menurut Aiken dalam Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:83), tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarrnya berkisar 0,00-1,00. Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan tingkat kesukaran yang dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5.
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran 0,01 – 0,25 Sukar
0,26 Sedang
- – 0,75 0,76 – 1,00 Mudah
Sumber: Aiken dalam Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:83)
Tingkat kesukaran butir soal siklus 1 dan siklus 2 dilakukan dengan analisis butir soal. Hasil analisis butir sooal siklus 1 terdiri dari 25 soal, terdapat 23 butir soal tingkat kesukaran sedang, dan terdapat 2 butir soal tingkat kesukaran mudah. Secara rinci, besarnya tingkat kesukaran butir soal siklus 1 disajikan melalui tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Distribusi Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus 1
Nomor Butir Soal Interpretasi 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, Sedang
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 1, 2 Mudah Hasil analisis butir soal siklus 2 terdiri dari 25 butir soal, terdapat 23 butir soal tingkat kesukaran soal sedang, dan terdapat 2 butir soal tingkat kesukaran mudah. Secara rinci, besarnya tingkat kesukaran butir soal siklus 2 disajikan melalui tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Distribusi Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus 2
Nomor Butir Soal Interpretasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, Sedang
17, 18, 21, 22, 23, 24, 25 19, 20 Mudah Sumber: Olah data primer
Lebih jelasnya penghitungan tingkat kesukaran butir soal siklus 1 dan siklus 2 dapat di lihat di lampiran 6 dan 7.
3.6 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan yang akan dicapai dalam penelitian ini, apabila hasil belajar IPA siswa dikatakan tuntas dengan KKM ≥ 80, mencapai minimal
75% dari seluruh siswa pada siklus 1, dan pada siklus 2, seluruh siswa (100%) mencapai hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik diskriptif komparatif, yaitu teknik analisis data yang dipergunakan untuk membandingkan hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan hasil belajar dengan KKM ≥ 80, skor rata-rata, skor minimum, dan skor maksimum pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.