PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIFMAYOR SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKANTERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM DI RUANG RAFAEL RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN BANDUNG
PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIFMAYOR SEBELUM
DAN SESUDAH DIBERIKANTERAPI
RELAKSASI NAPAS DALAM DI RUANG RAFAEL
RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN
BANDUNG
Evangeline H, S.Kp., M.Kep Ibrahim Noch Bola, S.Kp., M.Kep
ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak pasti dan tidak jelas,biasanya di tandai dengan adanya perubahan fisiologis. Cemas dapat timbul oleh
beberapa faktor diantaranya karena akan menghadapi suatu tindakan
pembedahan. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk
mengatai kecemasan pasien sebelum menghadapi pembedahan (pra operatif)
salah satunya dengan mengajarkan dan membimbing pasien untuk melakukan
relaksasi nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata
(mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah
diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam di ruang Rafael rumah
sakit Cahya Kawaluyan Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
dengan menggunakan Quasi experiment dengan rancangan one group pretest-
postest. Sampel pada penelitian ini adalah pasien praoperatif mayor sebanyak 15
responden, yang dipilih dengen menggunakan tehnikpurposive sampling. Analisa
data yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan
nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum
diberikan relaksasi napas dalam adalah 48,67 (cemas ringan), sedangkan nilai
rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sesudah diberikan
komunikasi relaksasi napas dalam adalah 44,07 (tidak cemas). Dapat
disimpulkan bahwa relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan pasien praoperatif mayor dengan p value = 0,000 (p- value < α =0,05).Berdasarkan penelitian ini disarankanperawat dalam mempersiapkan
pasien praoperatif mayor untuk memperhatikan tingkat kecemasan pasien dan
menerapkan intervensi keperawatan mandiri seperti tehnik relaksasi nafas dalam
untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Kata kunci : Relaksasi napas dalam, kecemasan pra operasi mayor, uji t-test
Kepustakaan: 19, 2001-2012A. Pendahuluan
Salah satu pelayanan medik yang ada dirumah sakit adalah pelayanan pengobatan melalui tindakan operasi atau pembedahan. Operasi atau pembedahan berdasarkan besar kecilnya, dapat dibedakan menjadi bedah mayor dan bedah minor (Perry & Potter, 2006).
Bedah mayor adalah pembedahan yang melibatkan rekontruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh, menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan, sedangkan bedah minor adalah pembedahan melibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk memperbaiki deformitas, mengadung resiko lebih rendah bila di bandingkan dengan prosedur bedah mayor. (Perry & Potter,2006).
Segala bentuk tindakan operasi atau pembedahan akan selalu didahului dengan reaksi emosional tertentu oleh pasien, reaksi tersebut terkadang tampak jelas atau terkadang tersembunyi, normal atau tidak normal. Sebagai contoh kecemasan pada pasien praoperatif merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien suatu ancaman terhadap peranannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupan itu sendiri (Smeltzer, 2002).
Kecemasan yang terjadi pada pasien pra operatif bisa berupa ketakutan.Ketakutanterhadapanestesi, nyeri, kematian, ketidaktahuan atau takut tentang citra tubuh.Selain ketakutan-ketakutan di atas, pasien sering mengalami kecemasan antara lain seperti masalah finansial, tanggungjawab terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan probabilitas kecacatan di masadatang (Smeltzer, 2002).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, kondisi alami subjektif dan di komunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart, 1993 dalam Kapoh, 2012). Kecemasan yang dialami pada pasien yang akan menjalani operasi dapat terlihat dari adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi, pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, maka disini seorang perawat harus jeli dalam menghadapi pasien praoperatif, salah satu tindakan perawat melakukan pendekatan pada dengan menggunakan sentuhan seperlunya untuk menunjukan rasa empati dan kepedulian (Smeltzer, 2002).
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan pada pasien praoperatif tersebut antara lain adalah mengambil tindakan untuk memaksimalkan keamanan dan kenyamanan fisik serta emosional. Beberapa tindakan keperawatan dapat mengurangi kecemasan yang dialami pasien, salah satunya tindakan tersebut adalah relaksasi napas dalam . Relaksasi napas dalam merupakan salah satu tindakan yang dapat mengurangi beban emosional.
Adapun tujuan dari relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2009), di Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen, didapatkan data bahwa sebelum dilakukan relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan berat (74,49%), dan tingkat kecemasan ringan (25%) sedangkan hasil setelah dilakukan relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan sedang (66,67%), dan tingkat kecemasan ringan (33,33%). (Purwoko,2010,¶4, http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013).
Rumah Sakit Cahya Kawaluyan adalah rumah sakit swasta tipe C yang berdiri sejak tahun 2006, terdapat 72 tempat tidur yang terdiri dari ruang perawatan penyakit dalam, perawatan bedah, perawatan anak, perawatan maternitas dan ruang intensif care unit. Rumah sakit Cahya Kawaluyan terletak kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung. Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit Cahya Kawaluyan adalah pelayanan kamar operasi.
Berdasarkan studipendahuluandidapatkan data dari rekam medik Rumah Sakit Cahya Kawaluyan periode Januari sampai Desember 2012 bahwa jumlah operasi mayor sebanyak 321 pasien. Dan berdasarkan hasil wawancara da nobservasi secara langsung pada tanggal 21 Maret 2013 dengan15 pasien praoperatif yang akan menjalani bedah mayor, 6 pasien mengatakan takut operasinya gagal, 5 pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat masuk kamar operasi, 2 pasien mengatakan takut dibius, 2 mengatakan takut sakit setelah operasi. Berdasarkan fenomena diatas dan mengingat sangat penting bagi pasien untuk memiliki tingkat cemas minimal dalam menghadapi prosedur operasi yang akan , peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif Mayor sebelum dan sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik tentang Relaksasi Napas Dalam di Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
B. Metodologi penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi
exsperiment dengan rancangan one group pretest-posttest designyaitu suatu
model penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2012). Dengan rancangan design seperti bagan berikut ini
Pre test Perlakuan Post test 01 x
02 Kecemasan Kecemasan sebelum Relaksasi setelah relaksasi nafas nafas dalam relaksasi nafas dalam dalam
Gambar Rancangan Penelitian Quasi experiment dengan rancangan one grup pretest-posttest design (Sugiono, 2012).
Keterangan : 01:Pengukuran sebelum dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam(pre-test) 02:Pengukuran sesudah dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam (post-test) X: Perlakuan Komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam
1. Hipotesis Penelitian
Menurut La Biondo Wood & Haber (1994 dalam Nursalam, 2011), adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian. Hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam di ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam di ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
2. Variabel Penelitian
Variabelpenelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Independen (variabel bebas) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah relaksasi napas dalam.
b. Variabel Dependen (variabel efek, hasil, outcome, atau event) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor.
3. Definisi Operasional Tabel Definisi Operasional Definisi Alat Hasil Variabel Definisi Konseptual Skala Operasional Ukur Ukur relaksasi
- Kemampuan Metode - atau SOP napas ketrampilan perawat relaksasi yang Relaksasi dalam untuk membantu dilakukan napas
pasien beradaptasi perawat kepada dalam terhadap stres, pasien mengatasi dan praoperatif bagaimana mayor di ruang berhubungan dengan rawat inap orang lain dan (Rafael) bagaimana napas dalam dan napas lambat dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan (Smeltzer 2002)
Suatu keadaan dimana responden menunjukkan gejala tanda adanya kecemasan dalam menghadapi operasi mayor d
Zung Self- Rating Anxiety Scale (ZSAS) Rasio Nilai kece masa n 25- 100
4. Populasi, sampel dan instrumen Penelitian
Populasipasien yang menjalani operasi mayor pada periode tahun 2012 sebanyak 321 orang. Untuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan menjalani bedah mayor di Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik nonprobability sampling dengan rancangan
purposive sample . Karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
rancangan penelitian quasi experiment maka jumlah sampel yang diambil adalah 15 responden (Sugiyono, 2012). Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inklusi 1) Pasien yang bersedia menjadirespoden 2) Bisa membaca dan menulis 3) Pasien yang akan dilakukan operasi mayor
b. Kriteria Eksklusi 1) Pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk variabel kecemasan adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Adapun nilai skore untuk tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
A = Tidak pernah sama sekali (Nilai 1) B = Kadang-kadang saja mengalami demikian (Nilai 2) C = Sering mengalami demikian (Nilai 3) D = Selalu mengalami demikian (Nilai 4)
Sedangkan klasifikasi tingkat kecemasan ZSAS (anxiety index)adalah sebagai berikut : 1) Tidak Cemas, jika nilai < 45 2) Cemas Ringan, jika nilai 45-59 3) Cemas Sedang, jika nilai 60-74 4)
Cemas Berat, jika nilai ≥ 75
5. Analisa data
Data tingkat kecemasan responden dianalisa menggunakan metode analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menentukan rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian relaksasi nafas dalam. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji t dependen setelah melakukan uji normalitas data dan didapatkan bahwa data berdistribusi normal.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitiantelah dilakukan diruang Rafael di RumahSakitCahyaKawaluyan Bandung pada tanggal 08 sampai dengan 26 Juni 2013.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum diberikankomunikasi terapeutik relaksasi napas dalam
Tabel Nilai Rata-Rata (Mean) Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan
Relaksasi Napas Dalam Nilai Rata-Rata Minimal- Std. 95%Variabel (Mean)/Tingkat Maksimal Deviation Confidence Kecemasan Interval (CI)
Kecemasan Sebelum 48,67 43-54 3,754 46,59-50,75
Komunikasi Terapeutik
Relaksasi Napas Dalam
(Pre-Test)
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan sebelum diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam adalah 48,67, hal ini termasuk tingkat kecemasan ringan.
b. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik Relaksasi Napas Dalam
Tabel Nilai Rata-Rata (Mean)/ TingkatKecemasanSesudah
Dilakukan Relaksasi Napas Dalam
Nilai Rata-Rata Minimal- Std. 95%Variabel (Mean)/Tingkat Maksimal Deviation Confidence Kecemasan Interval (CI)
Kecemasan Sebelum 44,07 39-50 3,173 39-50
Komunikasi Terapeutik
Relaksasi Napas Dalam
(Post-Test)
Berdasarkan dari tabel diatas didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam adalah 44,07, hal ini termasuk tidak cemas.
2. Analisis Bivariat
Tabel Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif
Mayor Sebelum dan Sesudah Relaksasi Napas DalamNilai Rata- 95% Confidence Variabel Rata Perbedaan Std. Interval P-
Tingkat (Mean) Rata-Rata Deviation Value N
Lower Upper Kecemasan /Tingkat (Mean) Kecemasan
Kecemasan 48,67 Sebelum 3,754 46,59 50,75
Relaksasi
15 Napas Dalam
(Pre-Test) 4,6 0,000
Kecemasan Sesudah 44,07
Relaksasi 3,173
39
50
15 Napas Dalam
(Post-Test)
Dari hasil penelitian secara statisik didapatkan rata-rata penurunan kecemasan sebesar 4,6 yaitu dari 48,67 menjadi 44,07, dengan kata lain dapat disimpulkan perubahan tingkat kecemasan responden mengalai perubahan yaitu dari kategori cemas ringan menjadi tidak cemas. Sedangkan berdasarkan hasil uji kemaknaan didapatkan nilai p-value 0,000, p-value ,α (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam pada pasien praoperatif mayor .
3. Pembahasan
Menurut Smeltzer & Barre (2009) kecemasan pada pasien praoperatif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pasien mengalami ketakutan terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Perawat dapat membantu pasien melewati fase ini dengan lebih baik dengan memberikan intervensi keperawatan mandiri salah satunya dengan mengajarkan serta membimbing pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.
Tehnik relaksasi napas dalam adalah kemampuan atau ketrampilan perawat dalam membantu pasien beradaptasi terhadap stres. Tujuan dari relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin, 2008).
Tehnik relaksasi napas dalam dapat mengurangi kecemasan, beberapa bukti telah menunjukan bahwa seseorang dengan tingkat kecemasan berat dapat menunjukan efek fisiologis melalui relaksasi napas dalam. (dalam Purwoko, 2009, ¶ 4, http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013), didapatkan data sebelum diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak (79,49%), dan tingkat kecemasan ringan (25%), sedangkan hasil setelah diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan tingkat kecemasan sedang (66,67%), dan tingkat kecemasan ringan (33,33%).
Dari hasil penelitian pada pasien praoperatif mayor sebelum diberikan relaksasi napas dalam, pasien yang mengalami tanda dan gejala kecemasan paling banyak adalah :gugup, takut, mudah marah, jantung berdebar-debar, tangan dingin keluar keringat dan perasaan gelisah. Sedangkan setelah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam, tanda dan gejala kecemasan yang dirasakan pasien berkurang.
D. Kesimpulandan saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif Mayor sebelum dan sesudah pemberian relaksai nafas dalam Di Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor sebelum diberikan relaksasi napas dalam (pre-test) adalah 48,67 (tingkat kecemasan ringan).
2. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor setelah diberikan relaksasi nafas dalam adalah 44,07 (tidak cemas).
3. Ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien bedah mayor di ruang Rafael, Rumah Sakit Cahaya Kawaluyaan, Bandung dengan nilaip = 0,000 (p-value < α, α = 0,05).
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian beberapa saran dapat diberikan sebagai berikut bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan hendaknya senantiasa mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta dibuat standar prosedur operasional terkait tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien pre operasi pada umumnya. Sedangkan bagi perawat diharapkan perawat lebih peka untuk mengkaji tingkat kecemasan pasien pre operasi pada umumnya serta menerapkan intervensi kepewaratan mandiri seperti relaksasi nafas dalam untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien. Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti ini mempunyai kelemahan dan keterbatasan pada sumber data sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan kelompok kontrol, responden lebih banyak dan intervensi dilakukan lebih dari satu kali saat pre-test dan post-test yaitu satu hari sebelum dilakukan pembedahan dan saat akan dilakukan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto.(2003). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
_______.(2010). Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta.
Damaiyanti.(2010). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Refika Aditama. Dalami.(2009). Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info media. Hawari.(2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Hidayat.(2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin.(2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemPernapasan. Jakarta: Salemba Medika Nasir.(2009). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S.(2012). MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta.
Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.Purwoko. (2010).http://library.upnvj.ac.id.diperoleh tanggal 09 Mei 2013
Riyadi & Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Riyanto, A. (2011). Pengolahan Data danAnalisa Data Kesehatan.Yogyakarta
:NuhaMedika.Smeltzer, S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 1 Edisi 8. Jakarta : EGC.
__________. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Stuart. (2012). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: EGC. Tamsuri. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.