Perkembangan Confucius Institute di Amer

PERKEMBANGAN CONFUCIUS INSTITUTE DI AMERIKA
SERIKAT

1

2

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi
S-1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga.

Disusun oleh:
FIKRI FENDI FERDIANSYAH
071211232014

Pembimbing:

Drs. Ajar Triharso,MS.

(NIP 19521202 198303 1 001)

3

4

5

6

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Mama,
yang telah membantuku mengajari arti dari Kehidupan.

7

HALAMAN INSPIRASIONAL

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang

berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS.
Al Furqan ayat 63)
“do the unexpected, attack the unprepared” Zhuge Liang
“by three methods we may learn wisdom; first, by reflection, which is noblest;
second, by imitation, which is easiest; and third, by experience, which is the
bitterest” Confucius
“Sembunyikan kemampuanmu, bertindaklah seakan-akan kau berada di bawah
mereka, jadikan mereka meremehkanmu, awasi terus pergerakannya sehingga kau
mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka. Dekatilah tanpa harus menjadi
teman dekatnya. jika waktunya tiba, seranglah mereka, dan ketika kau menang,
jadikan mereka temanmu. Jika tidak bisa, jangan jadikan mereka musuhmu
kembali” Zuo Ci
“ya kalau ga ada yang membimbing kamu, bimbinglah dirimu sendiri. bukankah
kamu Zhuge Liang” Ahmad Mubarok Abdullah
“skripsi itu gampang fik, pokoknya ngerjain, gak ngurus omongan dosbing atau
dosen penguji, kalau menurutmu mereka salah ya mereka lah yang salah. Karena
cuma kamu yang ahli di penelitianmu ini” Nikki Samuasa
“Kamu harus sembunyikan emosimu, you are far greater than them, cobalah
untuk bersimpati dengan tidak memperlihatkan kecemasanmu di depan mereka”

Agastya Wardhana
“Kalau gak ngerjain skripsi kerjain soal-soal tes CPNS!” Emak

8

UCAPAN TERIMA KASIH
Finally its done! Yeayy! Sebenarnya sudah selesai sejak semester kemarin, tapi
karena ada suatu hal jadinya baru bisa sidang semester ini deh, tapi gak papa,
masa-masa kuliah harus dinikmati sebelum menginjak ke dunia luar sana, hehe.
Kalau berbicara tentang siapa saja yang berjasa dalam menyelesaikan skripsi ini,
beuh banyak banget, baik secara langsung maupun tidak langsung, disini penulis
sebutin yang membekas banget di hati penulis aja ya :3
Pertama, tentu saja Tuhan, tanpa rahmatnya belum tentu penulis dapat
mengerjakan skripsi dengan benar. Kedua tentu saja orang tua karena mereka
telah berkontribusi secara finansial dan moral dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ketiga, kepada dosen pembimbing bapak ajar yang selalu memudahkan anak
bimbingannya di berbagai hal dan mengajari arti dari kemandirian, terima kasih
banyak ya pak *sungkem*
Keempat, kepada uke-uke ku tercintahh, Nikki Samuasa dan Ahmad Mubarok
Abdullah yang selalu kasih semangat dan dorongan untuk maju, teman debat

segala isu dan teman segala sandaran masalah, khususnya kepada mubarok yang
selalu aku minta tolong doa kayak “rokkk doain dong, kamu kan lebih deket
dengan Tuhan” hehehe. Btw kalian berdua juga ndang luluso pisan rek. Kelima
tentu saja kepada mbak Kadek Arthania yang mana skripsi ini terinspirasi dari
skripsinya mbak Kadek juga. Hehehehe....
Terima kasih juga kepada Henry, Erik, dan Dito atas bully-an kalian terhadap ku
yang teraniyaya ini, hiks.... mienya enak tapi kan gak etis kalau aku makan
sendirian mienya, otomatis ya tak ajak anak-anak makan lha. Hehe. Pinky juga,
sebagai teman wanita akrab penulis yang lagi berwirausaha sambil ngerjain
skripsi, teruskan perjuanganmu nak. Agas, yang setiap hari membully penulis
sampe dikatain sama salah satu dosen “kalau mbully kamu terus, berarti agas ada
rasa sama kamu zhug”. Sedesperate itukah kamu gas? Tapi overall membangun
kok bullyannya. Terus juga terima kasih kepada penyelia cakra, Sistya, Kiki dan
Aji yang sudah mengijinkan penulis untuk mengerjakan sebagian skripsi di cakra
karna leptop lagi error.
Dan yang paling berkontribusi secara substansif dalam penelitian ini adalah mr
Falk Hartig dan Amy Stambach yang sudah memberi saran dan bertukan pikirar
mengenai Confucius Institute, terima kasih banyak yaaa. meski kita sama-sama
sedang meneliti Confucius Institute,penulis cuma secuil atom dibandingkan
mereka. hiks.

Terima kasih juga kepada Dewan Penguji, Pak Basis, Mbak Citra dan Mas Safril
yang sudah memberi masukan lebih dalam lagi sehingga penulis bersemangat
untuk memperbaikinya.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari musik-musik yang
membangkitkan semangat penulis untuk mengerjakannya, oleh karena itu penulis
berterima kasih kepada segenap 48 family dan yasushi akimoto atas lagu nya yang
9

selalu membuat penulis semangat. Arti lirik yang begitu dalam, ditambah lagulagunya yang mengisyaratkan cinta searah itu gapapa asal kamu sendiri bahagia
selalu tersimpan di hati penulis ini :’)
Terima kasih kepada Chariesma Putra Vicaksana, orang paling imut, putih dan
baby face se SMA Negeri 13 surabaya, yang sudah mengajari penulis main dota
dengan benar. Gak ada hubungannya sama penelitian sih, cuma pengen aja
masukin namanya. Hehe
Atika Wardah dan Shinta Dwi Adinda yang karena kalianlah aku mengikuti
impian kalian untuk masuk ke fisip unair ini, tapi antara ilmu Politik dan
HIpenulis lebih milih HI sih. Hehe.
Terima kasih kepada segenap angkatan HI 2012 yang memberi pesan dan kesan
selama 4 tahun lebih ini, semoga kita sukses di luar sana. Amiiinnnnnn
Penulis menyadari, begitu banyak pihak yang berjasa dalam kehidupan penulis.

Begitu banyak cerita, pengalaman, dan inspirasi yang penulis dapatkan hingga
hari ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
kepada pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca skripsi ini.
Maaf jika penulis hanya bisa berucap romantis di sini.

Surabaya, 19 Januari 2017

Fikri Fendi Ferdiansyah

10

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pencipta alam semesta, atas
kesempatan yang diberikan sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat bersyukur, karena Tuhan senantiasa memberikan begitu banyak
kemudahan dan kelancaran. Inilah yang menjadi sumber kekuatan bagi penulis
untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah hingga berhasil
mempersembahkan skripsi ini sebagai wujud nyata dari proses pembelajaran

selama 4,5 tahun di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Airlangga.
Inspirasi topik skripsi ini muncul ketika penulis tanpa sengaja membaca artikel di
Wikipedia mengenai sejarah Konfusianisme di China. Disebutkan bahwa China
kemudian pada era setelah Deng Xiaoping mulai merencanakan untuk
menginstitusionalisasikan nama Confucius kedalam kebijakan luar negerinya
sebagai agenda diplomasi budaya, salah satunya adalah dengan berdirinya
Confucius Institute. Berbekal rasa ingin tahu dan minat penulis terhadap sejarah
China, penulis kemudian mencari informasi lebih dalam mengenai fenomena
tersebut. Begitu banyak hal-hal menarik yang penulis temui, dimana salah satunya
adalah bahwa perkembangan Confucius Institute sangatlah pesat di negara-negara
bagian dunia barat, khususnya pada negara Amerika Serikat. Sebuah negara yang
sangat jauh dari China. Problematika masalah pun semakin terlihat ketika penulis
menemukan fakta-fakta yang menunjukkan adanya anomali dalam berbagai
bidangdi antara perkembangan Confucius Institute yang pesat di negara tersebut.
Pada awalnya penulis sedikit ragu untuk mengangkat judul “Perkembangan
Confucius Institute di Amerika Serikat” ke dalam studi Hubungan Internasional.
Hal ini karena penulis menemukan data-data yang lebih banyak bersinggungan
dengan studi ekonomi dan manajemen. Namun setelah adanya pembaharuan
analisis dan bimbingan dari banyak pihak, penulis kemudian menyimpulkan

bahwa topik ini dapat diangkat dalam studi Hubungan Internasional
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Namun penulis berharap
bahwa karya ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca mengenai
perkembangan agenda diplomasi budaya yang kemudian sangat diterima bahkan
berkembang di negara targetnya, serta menambah ilmu terkait teori dan konsep
yang telah digunakan. Akhir kata, penulis menyampaikan terimakasih atas
dukungan, saran, dan kritik semua yang membantu pengerjaan skripsi ini.

Surabaya, 19 Januari 2017

Fikri Fendi Ferdiansyah

11

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT.......................iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
HALAMAN INSPIRASIONAL.............................................................................vi

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................vii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
ABSTRAK.............................................................................................................xv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2 Pertanyaan Penelitian..................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................10
1.4 Tinjauan Pustaka..........................................................................................10
1.4 Kerangka Pemikiran.....................................................................................17
1. 5 Hipotesis.....................................................................................................27
1.6 Metodologi Penelitian..................................................................................28
1.6.1 Definisi dan Operasionalisasi Konsep..................................................28
1.6.1.1 Two-tier Modified Bargain Model.................................................28
I.6.1.2Marketing Mix 4P’s dan 4C’s..........................................................29
I.6.2Tipe Penelitian........................................................................................32
1.6.3 Ruang Lingkup Penilitian.....................................................................33
1.6.4Teknik Pengumpulan Data.....................................................................33
I.6.5 Teknik Analisis Data..............................................................................35

1.6.6Sistematika Penulisan............................................................................35
BAB II....................................................................................................................36
HUBUNGAN BARGAIN CHINA, AMERIKA SERIKAT, DAN CONFUCIUS
INSTITUTE...........................................................................................................36
II.I Hubungan Antara Home Country dan Host Country...................................36
II.1.1 Hubungan Amerika Serikat dengan China...........................................36
II.1.1.1 Kerjasama Bilateral.......................................................................36
II.1.1.1.1 U.S.-China Education Agreement for Cooperation in
Educational Exchange........................................................................37
II.1.1.1.2 U.S.-China Work Plan On Education Activities.................38

12

II.1.1.1.3 100.000 Strong Initiative....................................................39
II.2Hubungan antara Institusi/Perusahaan dengan Host Country......................41
II.2.1 Hubungan Confucius Institute dengan Amerika Serikat......................41
II.2.1.1 STARTALK!..................................................................................45
II.2.1.2NSLI-Youth....................................................................................47
II.2.1.3 Foreign Language Assistance Program.........................................48
II.2.1.4Confucius Classroom di Amerika Serikat......................................49

BAB III..................................................................................................................55
STRATEGI MARKETING MIX: ADAPTASI CONFUCIUS INSTITUTE DI
AMERIKA SERIKAT............................................................................................55
III.IProduct=Customer needs and wants............................................................57
III.2 Price = Customer Cost...............................................................................65
III.3 Place = Convenience..................................................................................67
IV.4 Promotion = Communication.....................................................................71
BAB IV..................................................................................................................79
KESIMPULAN......................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................83
LAMPIRAN..........................................................................................................xvi

13

DAFTAR BAGAN, DIAGRAM, GAMBAR, PETA, DAN TABEL
BAGAN
Bagan III.1 Marketing Mix 4P’s dan 4C’s

57

DIAGRAM
Diagram I.2 Peningkatan Unit Confucius Institute di Amerika Serikat

5

GAMBAR
Gambar III.2 Suasana program chinese business class di Confucius Insitute
Colorado State University
64
Gambar III.8 Bangunan Confucius Institute di Colorado State University 71
Gambar III.9 Confucius Classroom di Paint Branch Elementary School yang
dinaungi Confucius Institute University of Maryland
72
Gambar III.10 Acara Dragon Boat Festival dan Open House di Confucius Institute
Michigan State University
74
Gambar III.11 Unit Confucius Institute Mobile yang dibentuk Confucius Institute
West Kentucky University
75
Gambar III.12 Kompartemen-kompartemen yang ada di dalam Confucius Institute
Mobile
77
Gambar III.13 Prototype unit The Confucius Mobile Kitchen

78

GRAFIK
Grafik II.2 Peningkatan Pelajar dalam Pendidikan Bahasa China di Sekolah
Publik Florida
52
Grafik II.3 Penigkatan Sekolah yang Menawarkan Pendidikan Bahasa China di
Amerika Serikat
54
PETA
Peta I.1 Persebaran Confucius Institute di Tingkat Global

4

Peta I.4 Persebaran Penduduk Amerika Serikat beretnis China

7

Peta III.6 Persebaran Confucius Institute di Amerika Serikat

69

Peta III.7 Persebaran Pelajar China di Universitas Amerika Serikat

69

TABEL
Tabel 1.3 Jumlah Unit Lembaga Bahasa Internasional yang dibentuk Pemerintah
di Tingkat Global
6
14

Tabel 1.5 Bahasa-bahasa Asing yang Dipelajari Oleh Mahasiswa di Amerika
Serikat
8
Tabel 1.6 Jumlah Unit Lembaga Bahasa Internasional yang dibentuk Pemerintah
di Amerika Serikat
10
Tabel II.1 Program Spesifik Dalam Kebijakan NSLI

46

Tabel III.2 Program-Program Spesifik Confucius Institute di Amerika Serikat

60

Tabel III.4 Perbandingan Harga Institusi Bahasa non China di Amerika Serikat67
Tabel III.5 Perbandingan Harga Institusi Bahasa China di Amerika Serikat

67

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A

15

Teks Kerjasama Amerika Serikat-China dalam Cooperation in Educational
Exchange

xvi

LAMPIRAN B
Teks Kerjasama Amerika Serikat-China dalam ‘U.S.-China Work Plan on
Education Activities’

xxi

LAMPIRAN C
Surat Edaran dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat ‘100.000 Strong
Iniative’
xxiv
LAMPIRAN D
Konstitusi Dasar Confucius Institute

xxviii

LAMPIRAN E
Rata-rata Pendapatan Individu Amerika Serikat Dalam Satu Tahun

xxxv

PERKEMBANGAN CONFUCIUS INSTITUTE DI AMERIKA
SERIKAT

16

ABSTRAK
Confucius Institute merupakan institusi pendidikan bahasa China
yang terintegrasi dengan Kementrian Pendidikan Republik Rakyat
China yang hingga saat ini melakukan internasionalisasi pendidikan
secara global di negara-negara lain. Dari sekian negara tempat tujuan
internasionalisasinya, Amerika Serikat merupakan negara dengan
jumlah unit Confucius Institute terbesar di dunia. Tahun 2015 terdapat
109 Confucius Institute dan 347 Confucius Classroom yang tersebar di
Amerika Serikat, mengungguli institusi pendidikan bahasa lain
khususnya institusi yang dibentuk oleh pemerintah. Padahal di
Amerika Serikat, jumlah penduduk Asia terutama yang berkebangsaan
China tidak banyak, disertai dengan tantangan, kendala, serta anomali
lainnya yang seharusnya menyebabkan Confucius Institute tidak dapat
berkembang dengan pesat. Berangkat dari fenomena tersebut,
penelitian ini berusaha menjelaskan mengapa Confucius Institute
dapat berkembang dengan pesat hanya dalam kurun waktu 10 tahun.
Penelitian ini dilakukan berfokus pada dua hal, yaitu hubungan antara
institusi, home country dan host country melalui bargaining model;
serta penerapan strategi adaptasi dengan marketing mix. Dari proses
penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa keberhasilan
internasionalisasi Confucius Institute di Amerika Serikat terjadi karena
kedekatan hubungan antara home country dan host country dalam
bidang pendidikan bahasa sehingga tercipta berbagai kerjasama
bilateral yang mendukung eksistensi Confucius Institute; kedekatan
institusi dengan host country sehingga institusi memiliki posisi tawar
yang tinggi dalam melakukan kerjasama pada pemerintah maupun
institusi lainnya; serta penerapan strategi marketing mix yang
beradaptasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan selera masyarakat
Amerika Serikat.
Kata-Kata Kunci: internasionalisasi pendidikan, Confucius Institute,
bargaining model, home country, host country, marketing mix,

17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Confucius Institute1 sebagai sebuah lembaga pendidikan bahasa dan
budaya China telah mengalami peningkatan jumlah unit yang signifikan di
Amerika Serikat sejak pertama kali diresmikan pada tahun 2004 oleh Kementrian
Pendidikan Republik Rakyat China dengan kantor pusat Headquarter of
Confucius Institute (Hanban) di Beijing. Hingga saat ini terdapat setidaknya
terdapat 500 unit Confucius Institute dan 1000 Confucius Classroom yang
tersebar di seluruh dunia sejak pertama kali dibuka di Korea Selatan pada tahun
2004.2 Pendirian lembaga pendidikan dan budaya yang terintegrasi oleh
Kementrian Pendidikan China bukanlah tanpa alasan, terdapat beberapa motif
yang melatar belakangi pendirian institusi tersebut dalam skala global. Salah
satunya adalah motif Diplomasi Budaya oleh pemerintah China, hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Kementerian Pendidikan China tahun 2012 tentang
tujuannya didirikan lembaga Confucius Institute :
“.. to developing Chinese language and culture teaching
resources and making its services available worldwide, meeting
the demands of overseas Chinese learners to the utmost degree,
and contributing to global cultural diversity and harmony”. 3

Adapun China memilih Confucius Institute sebagai salah satu tools yang
penting pada diplomasi budayanya bertepatan dengan agenda pemerintah China
1 Nama Confucius dari Confucius Institute berasal dari nama filsuf China yang
terkenal pada era Dinasti Zhou periode musim semi dan musim gugur (551–
479 BC). Pemberian nama tersebut diharapkan memberikan kemakmuran dan
pengaruh yang besar ke seluruh dunia bagi bahasa dan budaya China
2Confucius Institute Headquarter. T,t. “Confucius Institute and Clasroom”.
[daring]. Tersedia di: http://english.hanban.org/node_10971.htm. Diakses pada
28 Mei 2016.
3Pan, Su Yan. 2013. “Confucius Institute Project: China’s Cultural Diplomacy
and
Soft
Power
Projection”.
[PDF].
Di
download
di:
https://www.ied.edu.hk/flass/fas_upload/userfiles/pdf/Confucius%20Institute
%20project.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2016. hal 24.

1

untuk memperkenalkan konsep Neo-confusianisme dalam skala global. Sejak
tahun 1980an telah dilakukan diskusi untuk mengangkat kembali konsep
konfusianisme sebagai ideologi alternatif China setelah sebelumnya ditinggalkan
akibat kebijakan revolusi budaya pada era Mao Zedong yang melarang segala
bentuk pembelajaran dogmatisme selain ideologi maoisme. Pertumbuhan ekonomi
yang sangat cepat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggi pada
negara China pada era pemerintahan Deng Xiaoping dianggap oleh pemerintahan
China sendiri merupakan implementasi dari budaya konfusianisme yang terpartri
dalam diri masyarakat China.4 Sejak saat itu konfusianisme menjadi sebuah studi
dalam menjelaskan fenomena East Asia Miracle,5 bahwa negara-negara Asia
Timur menjadi negara maju dikarenakan kontribusi implementasi budaya
konfusianisme yang menjadi nilai luhur masyarakat Asia Timur. Pada tahun 1994
pemerintah

Chinadalam

konferensi

International

Confucius

Association

menyatakan bahwa: “....while China had benefitted from confucianism, it was also
possible for the west”.6
Hal tersebut menjadi tonggak pertama kebijakan China untuk mencoba
menyebarkan konsep konfusianisme dalam skala global. Terdapat berbagai
pendapat mengenai keinginan China untuk memperkenalkan konfusianisme,
bahwa China mempropagandakan nilai luhur konfusianisme dalam hal pendidikan
sebagai antitesis dari ideologi demokrasi liberal barat bertepatan setelah Amerika

4Berger, Mark T. 2004. “The Battle for Asia: form decolonization to
globalization”. RouledgeCurzon Taylor&Francis Group: London. Pp 189
5Fenomena pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat di kawasan Asia Timur
sejak negara-negara di Asia Timur memberlakukan kebijakan ekonomi export
oriented. Pemerintah mendukung penuh dan membantu industri-industri yang
berfokus pada sektor ekspor.
6Pidato dari Gu Mu, salah satu pejabat tinggi pemerintah dari Partai Komunis
China

2

Serikat menjadi negara pemenang pada setelah Perang Dingin.7 Hingga pada
tahun 2004 dibentuklah Confucius Institute dibawah Menteri Pendidikan China
menjadikan semakin jelas terlihat bahwa China bersungguh-sungguh dalam
agendanya tersebut.Menteri Pendidikan China, Zhou (2003-2009) menegaskan
bahwa Confucius Institute merupakan salah satu instrumen dalam meningkatkan
soft powerChina:“.....it helps Chinese higher education gain international
recognition for its delivery of educational services in the global market and
expand Chinese influence worldwide”.8
Confucius Institute sebagai salah satu tool dalam diplomasi budaya China
kemudian menjadi salah satu indikator dalam meningkatkan soft powerChina.
Internasionalisasi pendidikan bahasa dan budaya China melalui Confucius
Institute kemudian mulai dilakukan secara masif. Tiap tahun selalu ada
peningkatan unit Confucius Institute dalam skala global, terutama pada negara
Amerika Serikat. Hingga tahun 2012 tercatat 655.000 murid yang teregistrasi
untuk mengikuti pembelajaran di Confusius Institute.

Peta 1.1. Persebaran Confucius Institute di Tingkat Global

7Berger, Op.cit.
8Pan, op.cit.

3

Sumber:http://usa.Chinadaily.com.cn/China/attachement/jpg/site1/20121203/0023ae
9885da1226292d19.jpg

Dalam tingkat global, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah
unit Confucius Institute terbanyak, pada tahun 2011 dari 465 unit terdapat kurang
lebih 75 Confucius Institute dengan 299 Confucius Classroom 9 berdiri dengan
tren peningkatan jumlah unit tiap tahunnya yang cukup signifikan. Seperti yang
ada dalam diagram dibawah, hingga pada tahun 2011 terdapat sekitar 70 unit lebih
Confucius Institute yang terdapat di Amerika Serikat dengan berafiliasi pada
Universitas-Universitas di beberapa negara bagian. Amerika Serikat juga
merupakan negara yang memiliki tingkat peningkatan unit Confucius Institute
yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara atau benua lainnya yang
bekerjasama dengannya. Selain itu unit Confucius Institue dalam melakukan
aktivitasnya

bukan

merupakan

lembaga

yang

sepenuhnya

independen

sebagaimana institut bahasa lainnya misalnya seperti the British Council, the
Goethe Institut, maupun Institute Francais, melainkan terlebih dahulu bekerjasama
dengan universitas pada negara yang ingin bekerjasama (Host Country
9Confucius Institute berfokus untuk mengajar dengan target kalangan pelajar
mahasiswa, sedangkan Confucius Classroom berfokus pada kalangan pelajar
yang duduk di sekolah-sekolah seperti Elementary, Junior dan Senior High
School.

4

University) sekaligus cenderung berlokasi di wilayah sekitar universitas tersebut
dengan persetujuan dan pengelolaan dari Confucius Institute Headquarter di
Beijing.10
Diagram 1.2 Peningkatan Unit Confucius Institute di Amerika Serikat

Sumber: https://blogs.nottingham.ac.uk/Chinapolicyinstitute/files/2012/05/CItrend.jpg

Perkembangan Confucius Institute secara global memang dapat dikatakan
sangat pesat. Meskipun terdapat beberapa negara yang secara resmimembentuk
lembaga bahasa asing yang didirikan oleh pemerintah dan tersebar di tingkat
global seperti Institute Francais, British Council, dan Goethe Institute, namun
Confucius Institute hingga saat ini menjadi lembaga bahasa asing resmi
pemerintah yang memiliki jumlah unit terbesar didunia. Seperti yang ada pada
tabel dibawah, hingga pada tahun 2015, jumlah Confucius Institute yang tersebar
secara global adalah 500 Confucius Institute dan 1000 unit Confucius Classroom
yang mendominasi lembaga-lembaga bahasa asing milik pemerintah lainnya.

10Zaharna, R.S. 2014. “Confucius Institute and The Globalization of China Soft
Power”. Figueroa Press. Los Angeles. Pp 15.

5

Tabel 1.3 Jumlah Unit Lembaga Bahasa Internasional yang dibentuk
Pemerintah di tingkat Global
Lembaga
Institute
The
Goethe
Confucius Cervantes
Bahasa

Francais

Internasional
Negara Asal

British

Prancis

Council
Inggris

Tahun

2010

Berdiri
Jumlah Unit

96

Institute

Institute &

Institute

Jerman

Classroom
China

Spanyol

1934

1951

2004

1991

200

159

500 CI dan 54
1000 CC

Sumber: data diolah dari situs resmi masing-masing institusi

Namun perkembangan Confucius Institute hingga menjadi lembaga bahasa
asing terbesar di Amerika Serikat saat ini pada dasarnya tidak terlepas dari
berbagai risiko. Dari sisi geografi, jarak antara China dan Amerika Serikat cukup
jauh sehingga tentunya operational cost nya juga besar.Pandangan masyarakat
Amerika Serikat mengenai China sebagai calon konsumen juga terbelah menjadi
dua. Pada tahun 2004, bertepatan dengan berdirinya Confucius Institute yang
pertama di Amerika Serikat, ketidaksukaan masyarakat terhadap negara China
secara keseluruhan berada pada persentase 54%, dengan tingkat ‘tidak suka’
sebesar 38% dan tingkat ‘sangat tidak suka’ mencapai angka 16%. 11 China juga
dinilai sebagai ancaman bagi Amerika Serikat oleh masyarakat Amerika Serikat
baik secara ekonomi dan militer dengan persentase sebesar 50-64% di tahun
2004-2005.12 Hal ini tentunya menjadi kendala di kondisi awal berdirinya
Confucius Institute ketika masyarakat Amerika Serikat sebagai calon konsumen
bagi Confucius Institute ternyata memiliki pandangan negatif terhadap China,
apalagi Confucius Institute berintegrasi langsung dengan pemerintah China.

11Gallup
Poll.
T,t.
“China”.
[daring].
Tersedia
di:
http://www.gallup.com/poll/1627/china.aspx. Diakses pada 2 Desember 2016.
12Ibid.

6

Penulis juga menemukan adanya anomali lainnya berdasarkan populasi dan
letak wilayah penduduk di Amerika Serikat yang menggunakan bahasa mandarin
pada masa awal Confucius Institute pertama kali berdiri. Tahun 2004, populasi
penduduk beretnis China (American-Asia) ditambah dengan imigran yang berasal
dari China tidak banyak jika dibandingkan dengan populasi berkebangsaan lain
seperti imigran yang berasal dari Mexico dan India.13 Ditambah lagi, tidak banyak
wilayah federasi di Amerika Serikat yang ditempati oleh penduduk berbahasa
China, peta dibawah menggambarkan negara bagian mana saja yang populasi
penduduk beretnis dan berbahasa China tersebar.
Peta 1.4Persebaran penduduk Amerika Serikat beretnis China

Sumber: http://nyzusa.com/chinese-population-in-the-united-states/

Dari seluruh wilayah federasi Amerika Serikat, hanya beberapa saja wilayah
yang tingkat penduduk-penduduk beretnis dan berbahasa China paling tinggi dari
wilayah lain, seperti di kawasan New York, Massachusetts, New Jersey,
13Jennewein, Chris. 2015. “More Immigrants Coming from China India Now
Than Mexico”. [Daring]. Tersedia di:
http://timesofsandiego.com/politics/2015/05/05/more-immigrants-comingfrom-china-india-now-than-mexico/. Diakses pada 10 Mei 2015

7

Washington, California dan Hawaii. Namun meskipun dikatakan paling tinggi,
populasi etnis China di wilayah tersebut masih terbilang minoritas, hanya lebih
dari satu persen dari total penduduk di masing-masing wilayah tersebut yang
beretnis China. Seperti pada wilayah California yang memiliki populasi etnis
China terbesar sekitar 1.514.535 dari total penduduk California yang berjumlah
38,8 juta. Ini berarti bahasa China yang digunakan pun masih minoritas di wilayah
yang memiliki persentase populasi etnis China paling tinggi sekalipun.
Tabel 1.5Bahasa-bahasa asing yang dipelajari oleh mahasiswa di Amerika
Serikat.

Sumber: http://www.utexas.edu/cola/tlc/news/article.php?id=2995

Penulis juga menemukan fakta anomali lainnya bahwa pada tahun 2006,
bahasa China masih menjadi bahasa yang kurang diminati untuk dipelajari bagi
kalangan mahasiswa atau pelajar di Amerika Serikat. Tabel diatas menunjukkan
bahasa China berada di tingkat posisi ke-7 dari 15 macam bahasa asing yang
dipelajari oleh kalangan Pendidikan Tinggi di Amerika Serikat atau hanya sekitar
3,3% yang mengikuti dan memiliki minat untuk belajar bahasa mandarin. Tentu
hal ini menjadi anomali bahwa pada awalnya kalangan pelajar Amerika Serikat
sendiri yang menjadi target utama dari Confucius Institute tidak memiliki minat
yang besar untuk belajar bahasa China, perkembangan Confucius Institute pun
yang berdiri sejak 2004 hingga tahun 2006 juga berjalan dengan lambat yaitu
8

hanya sekitar 10 unit Confucius Institute yang ada di Amerika Serikat, sangat
berbeda dengan pertumbuhan tahun-tahun setelahnya yang meningkat drastis
hingga pada tahun 2011 Confucius Institute di Amerika Serikat mencapai 75
unit.14 Hal ini juga yang menjadi latar belakang penulis untuk meneliti tingkat
pertumbuhan Confucius Institute yang dapat dikatakan sangat drastis tersebut.
Hubungan antara China dengan Amerika Serikat sendiri jugatidak dapat
dikatakan harmonis, tidak juga hostilebaik secara ekonomi, politik maupun
militer. Meskipun hubungan ekonomi berjalan cukup dinamis dengan melihat dari
banyaknya FDI (Foreign Direct Investment) yang keluar masuk dari kedua negara
tersebut, namun sering terjadi isu maupun fenomena-fenomena yang kerap
mengakibatkan hubungan antara Amerika Serikat dengan China menjadi tegang,
diantaranya seperti konflik Laut China Selatan dan Laut China Timur, klaim
ADIZ (Air Defence Identification Zone) oleh China, depresiasi nilai mata uang
Yuan/RMB, perbedaan pandangan mengenai status Taiwan dan ancaman nuklir
Korea Utara, serta tingginya kasus pembajakan IPR (Intellectual Property Rights)
yang dilakukan oleh China terhadap industri-industri yang berasal Amerika
Serikat.15 Dengan kata lain, hubungan antara kedua negara ini merupakan lovehate relationship, yang mana meskipun kedua negara dapat menjalankan
hubungan yang baik di sektor tertentu namun rentan akan terjadi kerenggangan
dan ketegangan ketika terdapat suatu permasalahan yang timbul.16 Hal ini yang
14Scotton, James F. 2015. “Confucius Institute and China’s Soft Power”.
[Daring].
Tersedia
di:
https://blogs.nottingham.ac.uk/chinapolicyinstitute/2015/07/01/confuciusinstitutes-and-chinas-soft-power/. Diakses pada 4 Mei 2016
15Task Force. 2007. “U.S.-China Relations: An Affirmative Agenda, A
responsible Course”. Council on Foreign Relations. New York. United States of
America.
16Topping, Seymour. 2011. “China vs the US: The Roots of Love Hate
Relationship”.
[Daring].
Tersedia
di:
http://www.worldpolicy.org/blog/2011/12/14/china-vs-us-roots-love-hate-

9

kemudian juga menjadi anomali tersendiri menurut penulis dapat diangkat
menjadi latar belakang mengangkat penelitian ini.
Dari berbagai tantangan dan anomali diatas, perkembangan Confucius
Institute ternyata tetap berjalan lancar dan semakin meningkat. Hingga tahun 2015
Confucius Institute mendominasi lembaga bahasa asing internasional milik
pemerintah lainnya yang memiliki kuantitas unit terbesar seperti yang digambar
pada tabel dibawah. Sejak didirikan pada tahun 2004 oleh Kementrian Pendidikan
China, Confucius Institute telah memiliki 109 Unit dan 347 Unit Confucius
Classroom di Amerika Serikat. Dari sinilah kemudian yang menjadi latar belakang
penelitian penulis untuk menganalisis perkembangan Confucius Institute sebagai
lembaga bahasa asing di Amerika Serikat yang sangat pesat tersebut.
Tabel 1.6 Jumlah Unit Lembaga Bahasa Internasional yang dibentuk Pemerintah di
Amerika Serikat
Lembaga Bahasa

Institute Francais

Internasional

Instituto

Goethe

Confucius

Cervantes

Institute

Institute &
Confucius

Negara Asal
Tahun Berdiri
Jumlah Unit

Prancis
2011
2

Spanyol
1991
6

Jerman
1951
6

Classroom
China
2004
109 CI dan 347
CC

Sumber: Data diolah dari situs resmi masing-masing institusi

1.2 Pertanyaan Penelitian
Dari penjabaran kendala, tantangan, dan anomali diatas maka penulis
kemudian menyusun pertanyaan penelitian mengapa Confucius Institute dapat
berkembang dengan pesat dalam waktu singkat di Amerika Serikat?
relationship-part-1. Diakses pada 10 Mei 2016.

10

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan bargain antara
China, Confucius Institute dan Amerika Serikat yang mendukung perkembangan
Confucius Institute di Amerika Serikat; (2) mengetahui strategipemasaran
Confucius Institute di Amerika Serikat sehingga menarik minat konsumen.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menelaah beberapa literatur dan
penelitian-penelitian terkait Diplomasi publik China dan perkembangan
Confucius Institute baik dalam level global maupun pada level negara-negara
tertentu dalam kurun waktu 2007-2015.Dimulai dari Tulisan Kurlantzick “Charm
Offensive: How China’s Soft Power Is Treansfoming the World” yang secara
umum menjelaskan bahwa terjadi fenomena pergeseran kekuatan China yang
semula mengandalkan politik dan militer selama Perang Dunia II hingga Perang
Dingin yang kemudian China mulai menerapkan kebijakan-kebijakansoft power
dan mulai mengurangi segala bentuk kebijakan hard power terutama di daerah
regional Asia. Kebijakan soft powerChina dimulai dari kebijakan Peaceful Rise
pada tahun 2003 dari pidato Zheng Bijian pada saat menghadiri konferensi Bo’ao
Asia. Inti dari kebijakan tersebut adalah China tidak lagi mengandalkan kekuatan
militer sendiri untuk menjaga kepentingan China namun akan secara aktif
berkerjasama pada institusi multilateral dan membangun mutual trust dengan
negara-negara tetangga serta mengedepankan win-win solution dalam segala
konflik yang sedang dan akan terjadi kedepan.17 Pergeseran tersebut bukanlah
tanpa alasan, melainkan berhubungan dengan apa yang terjadi pada level
domestik dan internasional.
17Kurlantzick, Joshua. 2007. “Charm Offensive: How China Soft Power Is
Transforming The World”. Yale University Press. New Haven and London.

11

Dalam level domestik, pada tahun 1980an hingga Perang Dingin berakhir
China mengalami peningkatan secara masif dalam sektor ekonomi dan militer.
Dari segi ekonomi China mengalami pertumbuhan yang setiap tahunnya selalu
berkisar pada angka dua digit serta berkembangnya bisnis industri yang didorong
oleh kebijakan orientasi ekspor. Ditambah pada krisis Asia 1997 hanya China
yang kemudian berhasil mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di tengahtengah negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara lain yang terjadi krisis
ekonomi. Sedangkan dari segi militer pada tahun 1990an jumlah militer China
menempati posisi ke dua terbanyak setelah Amerika Serikat. 18 Kondisi ini
kemudian menyebabkan China seakan-akan terlihat mengimbangi kekuatan
hegemon Amerika Serikat setelah menjadi pemenang dari Perang Dingin. Hal
tersebut berimplikasi pada kecurigaan akan ancaman keamanan di negara-negara
sekitar China seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, ditambah dengan
agresifitas China untuk meletakkan armada angkatan laut di daerah Laut China
Selatan dan Laut China Timur yang hingga saat ini masih terlibat isu-isu teritorial.
Dari situlah kemudian China merasa perlu untuk menggeser paradigma
internasional tentang China. Hal tersebut kemudian menjadi dasar China untuk
melakukan berbagai macam diplomasi publik sebagai upaya meningkatkan soft
powernya, salah satunya adalah dengan mendirikan Confucius Institute.
Sejalan dengan itu, Falk Hartig melalui tulisannya “Chinese Public
Diplomacy:

The

Rise

of

Confucius

Institute”

menjelaskan

mengenai

perkembangan Confucius Institute yang berkembang dengan pesat dalam skala
global, khususnya pada negara-negara di benua Amerika, Eropa dan Australia.
Negara Australia sendiri memiliki 13 Confucius Institute dan 35 Confucius
18Ibid.

12

Classrooms yang berlokasi di Universitas dan sekolah-sekolah yang ada di
Australia.19 Kehadiran Confucius Institute di Australia menjadi anomali tersendiri
jika melihat hubungan antara China dengan Australia yang cenderung labil sejak
Australia membuka hubungan diplomatik dengan China tahun 1972. Dalam segi
ekonomi, hubungan diantara keduanya berjalan dengan mulus. Pada tahun 2007
China menjadi partner dagang terbesar bagi Australia sekaligus menjadi pasar
ekspor terbesar. Namun, dari segi politik hubungan kedua negara tersebut kurang
kondusif. Pemerintah Australia melalui Defence White Paper 2009 menilai bahwa
kebangkitan China akan berpotensi mengancam keamanan dan pertahanan
Australia. Pihak China sendiri juga mengkritik keputusan Australia pada tahun
2011 yang mengijinkan pasukan tentara Amerika Serikat untuk menjaga wilayah
perbatasan Australia yang menurut China hal itu sebagai langkah mengalienasi
partner dagang Australia.20 Survey dari Lowy Poll tahun 2010 juga menunjukkan
bahwa masyarakat Australia juga menyadari akan kebangkitan China, warga
Australia menanggapi positif akan perkembangan ekonomi China juga hubungan
ekonomi antara Australia dengan China namun tetap memandang negatif tentang
sistem politik yang menurut mereka otoriter dan menilai bahwa China memiliki
motif-motif strategis dalam hubungan bilateral China-Australia.21
Strategi yang dilakukan Confucius Institute di Australia dapat dilihat dari
beberapa hal; Pertama yaitu Funding, Hanban memberikan bantuan dana kepada
Host University yang mendirikan Confucius Institute sebagai dana pendirian,
operasional dan event tahunan dengan porsi 1:1. Dengan kata lain, Host

19Hartig, Falk. 2015. “Chinese Public Diplomacy: The Rise of Confucius
Institute”. Routledge: Taylor and Francis Group. London and New York.
20Ibid, 119
21Ibid, 120

13

University hanya perlu meanggarkan dana 50% dari total anggaran untuk
Confucius Institute.22 Hanban juga mengurus segala keperluan operasional seperti
buku-buku materi dan pengajar native China. Tidak sedikit universitas-universitas
Australia yang terlihat tertarik akan sistem tersebut, seperti Universitas Newcastle
yang mengalihkan mata kuliah Chinese studies ke Confucius Institute Newcastle;
Kedua yaitu arranged marriage, Confucius Institute di Australia berkembang
berdasarkan hubungan dekat antara Universitas host country dengan Universitas
home country. Confucius Institute pada dasarnya merupakan bentuk kerjasama
antara dua universitas home dan host country yang dipimpin oleh Hanban.
Berdasarkan penelitian yang ada, sebelum adanya Confucius Institute di suatu
universitas di Australia, pihak universitas China yang bekerjasama dengan
universitas Australia mempromosikan mengenai program Confucius Institute
kepada pihak Australia dan atas hubungan yang dekat itu pihak universitas
Australia menyetujui pendirian Confucius Institute di Universitasnya.23 Ketiga
yaitu unique charateristic, yang mana Confucius Institute di Australia mengajar
bahasa mandarin dengan program-program yang spesifik seperti Confucius
Institute Universitas Melbourne yang memiliki program bahasa mandarin yang
berfokus pada bidang bisnis, atau Confucius Institute Universitas Queensland
yang menawarkan program bahasa mandarin yang berfokus pada bidang translasi
dan interpretasi untuk sains, teknik, dan teknologi.
Lain halnya dengan yang ada di Jerman, Confucius Institute Jerman tidak
memiliki tantangan politis dari pihak pemerintah maupun masyarakat Jerman itu
sendiri. Hubungan antara China dengan Jerman relatif stabil bahkan lebih dekat
22Ibid, 126
23Ibid, 125

14

dari hubungan China-Australia baik di segi ekonomi maupun politik.24 Hingga
tahun 2015, terdapat 17 Confucius Institute, 2 Confucius Classroom dan 1
Konfuzius-Klassenzimmer.25 Kronologis perkembangan Confucius Institute juga
hampir sama dengan yang terjadi di Australia yaitu melalui funding, arranged
marriage dan unique characteristic. Namun, Confucius Institute di Jerman
bukanlah tanpa kritik, terdapat beberapa kritik mainstream dari para ahli Sinologis
yang mengkritik mengenai self-sencorhipyang dilakukan oleh Confucius Institute
baik secara global maupun yang ada di Jerman, propaganda-propaganda yang
dilakukan China melalui Confucius Institute, serta perdebatan mengenai
pelarangan topik-topik diskusi mengenai Taiwan, Tibet, Falun Gong dan
Tiananmen di Confucius Institute.
Terdapat beberapa kritik non-mainstream juga yang cukup menonjol dalam
perkembangan Confucius Institute di Jerman, yaitu tentang permasalahan dana. 26
Confucius Institute di Jerman seringkali mengalami masalah keuangan ketika
uang yang diterima dari Hanban tidaklah cukup untuk menutupi pengeluaran yang
ada, hal ini terutama dikarenakan masyarakat di Jerman lebih menyukai kegiatankegiatan kebudayaan yang diselanggarakan oleh Confucius Institute daripada
mengikuti kursus bahasa di sana. Sistem pendidikan Jerman yang terbiasa
menggratiskan pendidikannya di level pendidikan formal juga mempersulit
eksistensi Confucius Institute Jerman.27 Tidak sedikit masyarakat yang keberatan
atau berpikir dua kali sebelum mengikuti kelas bahasa yang ada di Confucius
24Ibid, 140
25Konfuzius-Klassenzimmer adalah unit baru yang berfokus pada pendidikan
bahasa mandarin untuk anak-anak balita atau yang anak-anak yang masih di
bangku Taman Kanak Kanak yang didirikan oleh institusi lembaga bahasa
China lokal yang ada di Jerman atas ijin dari Hanban.
26Hartig. Op.cit, 148.
27Ibid, 157.

15

Institute Jerman. Oleh karena itu Confucius Institute di Jerman sangat bergantung
pada kerjasama sponsor yang mana pada akhirnya institusi lokal Jerman lebih
berperan dalam bidang finansial daripada institusi China atau bahkan dari Hanban
sendiri.28Hal tersebut berdampak pada Universitas Media Stuttgart Jerman yang
sebelumnya

berencana

untuk

mendirikan

Confucius

Institute

akhirnya

membatalkan rencananya akibat isu-isu finansial tersebut.29
Terdapat juga asumsi dalam tesis Shryll Whittaker yang menjelaskan
perspektif Amerika Serikat dalam perkembangan Confucius Institute di Amerika
Serikat. Asumsinya berfokus kepada bagaimana Amerika Serikat, baik di level
pemerintah dan masyarakat merespon keberadaan pengaruh China dan Confucius
Institute di Amerika Serikat yang memiliki berbagai macam pandangan.
Menurutnya hal ini penting untuk mengukur seberapa besar suatu kebijakan luar
negeri sukses diterima pada sasaran negara. Pandangan publik terkait suatu
kebijakan luar negeri asing juga sejalan dengan pandangan dan kebijakan
pemerintah dalam menyikapi kebijakan asing tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh McCormick:“foreign policy attitudes of the American public are
not irrelevant to policy making”.30
Dalam beberapa survei dan wawancara, Whittaker menyimpulkan bahwa
masyarakat Amerika Serikat terbagi menjadi dua pihak, yaitu pihak yang
mendukung dan pihak yang mencurigai bahkan menolak keberadaan Confucius
28Ibid, 149.
29Inside Higher Ed. 2015. “German University Abandons Plans Confucius
Institute”.
[Daring].
Tersedia
di:
https://www.insidehighered.com/quicktakes/2015/06/08/german-universityabandons-plans-confucius-institute. Diakses pada 19 Mei 2016.
30Whittaker, Sheryll. 2013. “Chine Rise and The Confucius Institute: Chinese
and American Perspective”. Seton Hall University Dissertations and Theses
(ETDs). Paper 1922. Hal 87

16

Institute Amerika Serikat, namun secara umum mereka tidak terlalu berfokus pada
asumsi propaganda maupun upaya diplomasi publik China melalui Confucius
Institute, kritik yang jelas-jelas menonjol berasal dari pakar akademisi dan
politikus-politikus Amerika Serikat yang menaruh kecurigaan besar dan resikoresiko yang sedang dan akan dihadapi oleh Amerika Serikat terhadap
perkembangan Confucius Institute di Amerika Serikat yang sangat pesat tersebut.
Dengan kata lain, konteks politik menjadi sumber utama munculnya kritik-kritik
tersebut, sejalan dengan meningkatnya kompetisitas hubungan antara China
dengan Amerika Serikat dalam berbagai hal. Whittaker juga memprediksi bahwa
kedepannya Confucius Institute di Amerika Serikat juga akan memengaruhi sikap
dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap China.31
Berdasarkan ulasan-ulasan literatur diatas tentang strategi yang dilakukan
dalam menganalisa perkembangan Confucius Institute di beberapa negara, dapat
disimpulkan bahwa dalam setiap negara pola perkembangan Confucius Institute
memiliki perbedaan pada konteks operasional dan dualisme respon dalam
masyarakat host country tersebut. Dengan kata lain, terdapat upaya-upaya untuk
mempertahankan eksistensi Confucius Institute di berbagai macam negara meski
terdapat kritik yang menilai tentang asumsi propaganda China melalui Confucius
Institute. Terdapat tantangan yang berbeda pula dalam aktifitas Confucius Institut
di setiap negara bahkan meskipun hubungan antara China dan host country stabil
atau cenderung intens.
Apabila literatur-literatur diatas sebelumnya berfokus pada respon masyarakat
dan dinamika aktifitas operasionalisasi Confucius Institute di berbagai negara.
Tulisan ini akan berfokus pada penjelasan mengapa Confucius Institute dapat
31Ibid, 105.

17

berkembang dengan pesat di tengah-tengah tantangan dan resiko yang ada dengan
fokus di negara Amerika Serikat sebagai negara dengan institusi Confucius
Institute terbesar di dunia. Dari situ dapat ditemukan pula mengenai cara yang
dilakukan China dan Confucius Institute menciptakan iklim yang kondusif di
negara kompetitor terbesarnya sehingga dapat berkembang dengan pesat.
1.4 Kerangka Pemikiran
Pada latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, penulis menjelaskan
bahwa Confucius Institute merupakan salah satu bentuk dari diplomasi budaya
china yang ditujukan secara global yang mana hampir semua negara di dunia
menjadi target dari Confucius Institute itu sendiri. Aktivitas internasionalisasi
pendidikan bahasa dan budaya China dijalankan oleh Confucius Institut dalam
proses diplomasi budaya tersebut. Definisi dari diplomasi budaya adalah
seperangkat aksi yang dilakukan oleh aktor tertentu ke satu atau lebih aktor lain
dengan berdasarkan dan memanfaatkan pertukaran ide, nilai, tradisi dan aspek
identitas atau budaya lain yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar
aktor, memperkuat kooperasi sosial ekonomi, dan menjalankan kepentingan aktor
tertentu.32 Dalam aplikasi nya, konsep internasionalisasi termasuk ke dalam
dimensi diplomasi budaya kemudian menjadi salah satu cara yang digunakan oleh
aktor untuk menyebarkan suatu hal yang sudah ada dalam negaranya ke satu atau
lebih negara lain pada level global.33

32Institute For Cultural Diplomacy. T.t. “What Is Cultural Diplomacy? What is
Soft
Power?”.
[daring].
Tersedia
di:
http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy.
Diakses
pada 15 januari 2017.
33Okabe, Maki et al. 2013. “”Germany in Europe”, “Japan and Asia”: National
Commitments to Cultural Relations Within Regional Frameworks”. Searching
for Cultural Diplomacy. Berghahn Books Publisher. New York – Oxford. Pp 215.

18

Terdapat

berbagai

definisi

dari

apa

yang

dimaksud

dengan

internasionalisasi. Internasionalisasi cenderung dekat dengan aktifitas bisnis
internasional yang mana sebuah perusahaan berupaya mendapatkan keuntungan
yang lebih besar dengan menanamkan Foreign Direct Investment ke luar negeri.
Konsep internasionalisasi tidak hanya menjelaskan tentang aktifitas bisnis
maupun ekonomi saja, namun juga segala hal yang berhubungan dengan interaksi
interdependensi antar negara.34 Aktifitas internasionalisasi berkembang dan mulai
populer pada akhir Perang Dingin bersamaan dengan munculnya tren diplomasi
publik dan budaya, pergeseran dari kontestasi politik militeristik ke sosial budaya
dan ekonomi menjadikan negara-negara mulai tidak terlalu fokus pada hard
power dan mulai beralih ke soft power yang mengandalkan interaksi yang koeksis
dan relatif stabil. Muncul tren internasionalisasi yang dilakukan oleh banyak
negara yang berfokus pada penyebaran pendidikan bahasa dan budaya. Hal ini
dibuktikan oleh perkembangan institusi budaya dan bahasa yang dibentuk dan
disponsori

oleh

negara-negara.35

Penulis

kemudian

mengambil

konsep

internasionalisasi pendidikan tinggi untuk menjelaskan strategi yang dijalankan
Confucius Institute di Amerika Serikat. Definisi dari internasionalisasi pendidikan
tinggi sendiri adalah seperti yang dituliskan oleh Knight & de Wit yaitu: “The
process of integrating an international/intercultural dimension