Hak Asasi Manusia sebagai Bentuk Adanya
Hak Asasi Manusia sebagai Bentuk Adanya Negara Hukum
Oleh :
Dede Suryanti
Hak Asasi Manusia (Human Right) adalah sebuah bentuk dasar penghormatan akan eksistensi
kehidupan seorang manusia, menjadi sebuah patokan dimana setiap individu memiliki hak
istimewa untuk melindungi diri dari segala paksaan dan dorongan yang melampaui hak-hak
yang melekat secara alamiah (inherent). HAM tidaklah muncul dengan begitu saja, namun
melalui sejarah panjang dan proses yang alot, dimana HAM terlahir dari generasi ke generasi
yang berkembang menurut tuntutan zaman. Ditandai dengan perumusan hak asasi manusia
secara internasional pada 10 Desember 1948 dengan diterimanya Universal Declaration of
Human Right, seluruh dunia yang menjadi bagian PBB harus menjadikan HAM sebagai
bagian dari identitas bangsanya.
HAM internasional memang tidak selalu sejalan dengan sudut pandang tiap Negara, terutama
bagi Negara- Negara yang mayoritas penduduknya beragama Muslim dan Mayoritas yang
nonMuslim, namun seiring topic pembicaraan mengenai keabsahan HAM dalam blok tiap
Negara, pada dasarnya adalah untuk mengangkat hak setiap individu secara universal. Arus
Globalisasi yang begitu berpengaruh, menjadikan topic HAM terutama di Indonesia lambat
laun dari era tahun 2000an sudah menjadi bahan pembicaraan yang lumrah, ditambah
beberapa topic pembicaraan mengenai eksistensi Indonesia sebagai Negara Hukum, dimana
ada sebuah keterkaitan antara Negara Hukum dan HAM.
Radbruch mengatakan bahwa keadilan adalah nilai-nilai dasar dari hukum, di samping nilainilai lain yaitu kegunaan dan kepastian hukum. Hal ini sesuai dengan keterkaitan sebuah
Negara hukum bahwa konteks nya adalah mengacu pada keadilan, dimana HAM sebagai
bentuk materil dalam penegakan keadilan, sesuai dengan UUD 1945 pasca Amandemen
bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan hakikat dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia ( Human Right ) adalah sebuah praktek untuk mengatur keadilan, oleh
sebab itu HAM membutuhkan sebuah kerangka yang mampu membuatnya berdiri tegak. Hal
itulah yang sebenarnya merupakan tugas dari Negara, dimana Negara memiliki struktur yaitu
berupa pemerintahan, terdiri dari seluruh kerangka yang bertugas dalam bidang Yudikatif,
Legislatif dan Eksekutif. HAM diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan ideology dasar dan
atas nama universalitas.
Mengacu pada fungsi hukum sebagai penegak didalam seluruh aspek kehidupan, maka
Negara Hukum sebagai kerangka adalah faktor terpenting dari adanya HAM, jikalau merujuk
pada definisi Negara Hukum itu sendiri, maka Negara Hukum sebagai penegak HAM
merupakan aspek tertinggi yang harus terdapat paksaan didalamnya. Sebab adanya paksaan
membuktikan bahwa sebuah Negara layak untuk disebut Negara Hukum. S.M. Amin, S.H.
mengatakan bahwa hukum dirumuskan sebagai kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi, yang kemudian disebut hukum dan tujuan hukum
itu ialah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.
Jelaslah, bahwa Hak Asasi Manusia ( Human Right ) merupakan bukti bahwa sebuah Negara
layak disebut sebagai Negara Hukum. Contohnya, Negara Indonesia adalah Negara yang
mencantumkan HAM sebagai bagian dari topic yang diatur dalam perundang-undangan di
Indonesia, tertuang dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Selain itu, diatur pula prosedur
ketentuan HAM yang tercantum dalam pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J.
Keterkaitan inilah yang menunjukan bahwa tidak mungkin sebuah topic internasional
semacam HAM dapat bertahan di Negara yang didalamnya tidak terdapat aspek hukum,
sebab hanya Negara hukum yang bisa menerapkan keadilan dalam topic pembahasan
semacam HAM. Jika mengacu pada bukti, maka sejarah Afrika Selatan lah yang dapat
dijadikan rujukan, yaitu Afrika Selatan baru terbebas dari politik Apartheid pada tahun 90 an.
Hal itu disebabkan bukan hanya karena aspek social, budaya dan politik, melainkan karena
hukum di kuasai oleh pihak yang salah, sehingga tidak layak disebut hukum. Sebab hukum
pada intinya adalah untuk menegakkan keadilan bukan ketimpangan. Namun, buktinya saat
Nelson Mandela merubah semua tatanan itu dan menjadikan Afrika Selatan sebagai Negara
Demokrasi yang menganut Hukum dan juga menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, maka
Afrika Selatan berubah 360 derajat, yaitu menjelma menjadi Negara yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Oleh :
Dede Suryanti
Hak Asasi Manusia (Human Right) adalah sebuah bentuk dasar penghormatan akan eksistensi
kehidupan seorang manusia, menjadi sebuah patokan dimana setiap individu memiliki hak
istimewa untuk melindungi diri dari segala paksaan dan dorongan yang melampaui hak-hak
yang melekat secara alamiah (inherent). HAM tidaklah muncul dengan begitu saja, namun
melalui sejarah panjang dan proses yang alot, dimana HAM terlahir dari generasi ke generasi
yang berkembang menurut tuntutan zaman. Ditandai dengan perumusan hak asasi manusia
secara internasional pada 10 Desember 1948 dengan diterimanya Universal Declaration of
Human Right, seluruh dunia yang menjadi bagian PBB harus menjadikan HAM sebagai
bagian dari identitas bangsanya.
HAM internasional memang tidak selalu sejalan dengan sudut pandang tiap Negara, terutama
bagi Negara- Negara yang mayoritas penduduknya beragama Muslim dan Mayoritas yang
nonMuslim, namun seiring topic pembicaraan mengenai keabsahan HAM dalam blok tiap
Negara, pada dasarnya adalah untuk mengangkat hak setiap individu secara universal. Arus
Globalisasi yang begitu berpengaruh, menjadikan topic HAM terutama di Indonesia lambat
laun dari era tahun 2000an sudah menjadi bahan pembicaraan yang lumrah, ditambah
beberapa topic pembicaraan mengenai eksistensi Indonesia sebagai Negara Hukum, dimana
ada sebuah keterkaitan antara Negara Hukum dan HAM.
Radbruch mengatakan bahwa keadilan adalah nilai-nilai dasar dari hukum, di samping nilainilai lain yaitu kegunaan dan kepastian hukum. Hal ini sesuai dengan keterkaitan sebuah
Negara hukum bahwa konteks nya adalah mengacu pada keadilan, dimana HAM sebagai
bentuk materil dalam penegakan keadilan, sesuai dengan UUD 1945 pasca Amandemen
bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan hakikat dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia ( Human Right ) adalah sebuah praktek untuk mengatur keadilan, oleh
sebab itu HAM membutuhkan sebuah kerangka yang mampu membuatnya berdiri tegak. Hal
itulah yang sebenarnya merupakan tugas dari Negara, dimana Negara memiliki struktur yaitu
berupa pemerintahan, terdiri dari seluruh kerangka yang bertugas dalam bidang Yudikatif,
Legislatif dan Eksekutif. HAM diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan ideology dasar dan
atas nama universalitas.
Mengacu pada fungsi hukum sebagai penegak didalam seluruh aspek kehidupan, maka
Negara Hukum sebagai kerangka adalah faktor terpenting dari adanya HAM, jikalau merujuk
pada definisi Negara Hukum itu sendiri, maka Negara Hukum sebagai penegak HAM
merupakan aspek tertinggi yang harus terdapat paksaan didalamnya. Sebab adanya paksaan
membuktikan bahwa sebuah Negara layak untuk disebut Negara Hukum. S.M. Amin, S.H.
mengatakan bahwa hukum dirumuskan sebagai kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi, yang kemudian disebut hukum dan tujuan hukum
itu ialah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.
Jelaslah, bahwa Hak Asasi Manusia ( Human Right ) merupakan bukti bahwa sebuah Negara
layak disebut sebagai Negara Hukum. Contohnya, Negara Indonesia adalah Negara yang
mencantumkan HAM sebagai bagian dari topic yang diatur dalam perundang-undangan di
Indonesia, tertuang dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Selain itu, diatur pula prosedur
ketentuan HAM yang tercantum dalam pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J.
Keterkaitan inilah yang menunjukan bahwa tidak mungkin sebuah topic internasional
semacam HAM dapat bertahan di Negara yang didalamnya tidak terdapat aspek hukum,
sebab hanya Negara hukum yang bisa menerapkan keadilan dalam topic pembahasan
semacam HAM. Jika mengacu pada bukti, maka sejarah Afrika Selatan lah yang dapat
dijadikan rujukan, yaitu Afrika Selatan baru terbebas dari politik Apartheid pada tahun 90 an.
Hal itu disebabkan bukan hanya karena aspek social, budaya dan politik, melainkan karena
hukum di kuasai oleh pihak yang salah, sehingga tidak layak disebut hukum. Sebab hukum
pada intinya adalah untuk menegakkan keadilan bukan ketimpangan. Namun, buktinya saat
Nelson Mandela merubah semua tatanan itu dan menjadikan Afrika Selatan sebagai Negara
Demokrasi yang menganut Hukum dan juga menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, maka
Afrika Selatan berubah 360 derajat, yaitu menjelma menjadi Negara yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.