gambaran tingkat kecemasan pada pasien p
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang bisa
menimbulkan kecemasan. Pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan
gejela mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur
tidak nyenyak. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum di alami oleh
pasien yang dirawat dirumah sakit, kecemasan yang sering terjadi adalah apabila
pasien yang dirawat di rumah sakit harus mengalami proses pembedahan.
Pembahasan tentang reaksi - reaksi pasien terhadap pembedahan sebagian besar
berfokus pada persiapan pembedahan dan proses penyembuhan. ( Dewi
wijayanti, 2006 ).
Kecemasan pada pasien preoperative biasanya disebabkan karena takut
terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidak tahuan atau takut tentang
deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Selain itu pasien juga sering
mengalami kecemasan lain seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap
keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan
probabilitas kecacatan di masa datang (Smeltzer 2002 ). Kecemasan pada pasien
preoperasi harus diatasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan
fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi (Rothrock,
1999).
Efek kecemasan pada pasien pre operasi berdampak pada jalannya
operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan
darahnya akan tinggi sehingga operasi dapat dibatalkan. Pada wanita efek
kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih banyak, itu juga
memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani
operasi.
Suatu penelitian di Civil Hospital, Karachi, Pakistan, yang dilakukan
oleh Masood Jawaid, et.al (2006) tentang kecemasan pre operasi di dapatkan
bahwa rata-rata responden dalam keadaan cemas dengan nilai mean sebesar
57,65 dan standar deviasi sebesar 25,1. Dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan karena takut
dengan pembiusan atau anastesi.
Penelitian Sawitri (2004) yang meneliti pengaruh pemberian informasi
pra bedah terhadap kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Islam
Kustati Surakarta, dari hasil peneitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah
pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 22,4%, dan sisanya
mengalami kecemasan sebesar 77,6%.
Pada tahun 2005, Setiawan et.al melakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian informasi (komunikasi terapeutik) terhadap tingkat kecemasan pasien
pre operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setiawan menyimpulkan
bahwa kecemasan pasien pre operasi dipengaruhi oleh pemberian informasi
(komunikasi terapeutik) itu terlihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 84,6% responden mengalami kecemasan ringan, dan 15,4% responden
mengalami kecemasan sedang. Namun setelah diberikan informasi (komunikasi
terapeutik) sebanyak 92,3% responden mengalami cemas ringan dan hanya 7,7%
responden yang mengalami kecemasan sedang.
Penelitian Kiyohara et.al (2004) menyatakan bahwa kecemasan pasien
pre operasi tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, pasien pre operasi
yang baru pertama kali akan menjalani operasi memiliki kecemasan yang lebih
tinggi dibanding dengan pasien yang datang untuk kedua kalinya atau lebih
menjalani operasi.
Rumah sakit adalah sebuah fasilitas, sebuah institusi dan sebuah
organisasi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien
diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan.
Pelayanan yang ada di Rumah Sakit adalah pelayanan pengobatan baik yang
bersifat bedah maupun non bedah. Pembedahan merupakan tindakan pengobatan
yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang
merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya misalnya : harga diri,
gambaran diri, dan identitas diri. ( Tjandra, 2003 ).
Cemas ( ancietas ) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya. ( Depkes RI, 2000 ).
Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran,
yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan ( Maramis,1995).
Dalam kenyataannya sehari - hari, banyak pasien yang akan menjalani
operasi dengan pengetahuan yang kurang benar tersebut, padahal pengetahuan
tersebut dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien saat akan menjalani
operasi. Reaksi cemas terhadap proses yang akan dijalani adalah respon
psikologis pasien yang akan menjalani tindakan operasi. ( Jubaidi, 2008 ).
Kecemasan pre operasi dapat dipengaruhi dari beberapa faktor antara lain
adalah faktor biologis yang terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang
berlebihan dengan naiknya system tonus saraf simpatis, dan faktor psikologis
yang dapat terjadi akibat implus - implus bawah sadar yang masuk kealam sadar
seperti tidak didampingi oleh orang tua, suami, anak ataupun keluarga yang lain,
Selain itu faktor pendidikan pasien juga dapat mempengaruhi kecemasan yaitu
tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya dukungan dari perawat.
( Sadock dan Kaplan, 1998 ).
Respon psikologis pada pasien dan keluarga tergantung pada pengalaman
masa lalu, strategi koping yang biasa digunakan, signifikasi pembedahan serta
system pendukung. Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
di Amerika Serikat adalah dari 1.000 orang, 5 orang meninggal dan lumpuh 100
orang, sedangkan di Indonesia dari 1.000 pasien yang meninggal 6 orang dan
yang lumpuh 90 orang. Setelah dipresentasikan di dunia internasional, standart
Indonesia tidak beda jauh dari Amerika Serikat Negara maju. ( Budiman, 2008 ).
Sebagian
besar
pasien
beranggapan
bahwa
operasi
merupakan
pengalaman yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila pasien tidak
pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit dan
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Setiap pasien pernah mengalami
periode cemas, apalagi yang akan menjalani operasi. Kecemasan merupakan
gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan penatalaksanaan medis. Bila
kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu
proses penyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi
pendidikan kesehatan untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan.
( Carbonel, 2002 ).
Kecemasan pada pasien pre operasi harus diatasi karena dapat
menimbulkan perubahan - perubahan fisiologis yang akan menghambat
dilakukannya tindakan operasi. Untuk mengatasi kecemasan pasien maka
diperlukan informasi yang komprehensif mengenai segala sesuatu tentang proses
pembedahan ( Sisca, 2008 ). Oleh karena itu, perlu di lakukan penelitian untuk
mengukur sejauh mana tingkat kecemasan pasien terhadap tindakan operasi.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di
Ruang Bedah RSUD. Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. R. Soedjono Selong tahun 2014.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
di Ruang Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan ringan di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
b. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan sedang di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
c. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan berat di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian yang di lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1 Manfaat Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi
perpustakaan. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa/i dan
masyarakat mengenai gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi.
1.4.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitaan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para
tenaga kesehatan khususnya pada perawat di ruang bedah dan ruangan
yang lain. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang
kesehatan.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi
bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel variabel yang lain.
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik terutama yang
mengalami ketakutan, kecemasan, atau depresi dalam menghadapi
pembedahan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I adalah Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika.
BAB II adalah Tinjauan Teori, berisi tentang konsep kecemasan meliputi :
Pengertian, Faktor - Faktor Penyebab Kecemasan, Gejala - Gejala Kecemasan,
Tingkat Kecemasan, Alat Ukur Kecemasan, Mekanisme Koping. Konsep pre
operasi meliputi : Pengertian, Tujuan Prosedur Pembedahan, Jenis - Jenis
Operasi, Kecemasan pada Pasien Pre Operasi, Persiapan Psikologis Pasien Pre
Operasi, Serta Kerangka Konsep.
BAB III adalah Metodologi Penelitian, berisi tentang Subyek Penelitian,
Populasi dan Sampel, Desain Penelitian, Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan
Data serta Definisi Operasional.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang bisa
menimbulkan kecemasan. Pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan
gejela mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur
tidak nyenyak. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum di alami oleh
pasien yang dirawat dirumah sakit, kecemasan yang sering terjadi adalah apabila
pasien yang dirawat di rumah sakit harus mengalami proses pembedahan.
Pembahasan tentang reaksi - reaksi pasien terhadap pembedahan sebagian besar
berfokus pada persiapan pembedahan dan proses penyembuhan. ( Dewi
wijayanti, 2006 ).
Kecemasan pada pasien preoperative biasanya disebabkan karena takut
terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidak tahuan atau takut tentang
deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Selain itu pasien juga sering
mengalami kecemasan lain seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap
keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan
probabilitas kecacatan di masa datang (Smeltzer 2002 ). Kecemasan pada pasien
preoperasi harus diatasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan
fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi (Rothrock,
1999).
Efek kecemasan pada pasien pre operasi berdampak pada jalannya
operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan
darahnya akan tinggi sehingga operasi dapat dibatalkan. Pada wanita efek
kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih banyak, itu juga
memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani
operasi.
Suatu penelitian di Civil Hospital, Karachi, Pakistan, yang dilakukan
oleh Masood Jawaid, et.al (2006) tentang kecemasan pre operasi di dapatkan
bahwa rata-rata responden dalam keadaan cemas dengan nilai mean sebesar
57,65 dan standar deviasi sebesar 25,1. Dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan karena takut
dengan pembiusan atau anastesi.
Penelitian Sawitri (2004) yang meneliti pengaruh pemberian informasi
pra bedah terhadap kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Islam
Kustati Surakarta, dari hasil peneitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah
pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 22,4%, dan sisanya
mengalami kecemasan sebesar 77,6%.
Pada tahun 2005, Setiawan et.al melakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian informasi (komunikasi terapeutik) terhadap tingkat kecemasan pasien
pre operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setiawan menyimpulkan
bahwa kecemasan pasien pre operasi dipengaruhi oleh pemberian informasi
(komunikasi terapeutik) itu terlihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 84,6% responden mengalami kecemasan ringan, dan 15,4% responden
mengalami kecemasan sedang. Namun setelah diberikan informasi (komunikasi
terapeutik) sebanyak 92,3% responden mengalami cemas ringan dan hanya 7,7%
responden yang mengalami kecemasan sedang.
Penelitian Kiyohara et.al (2004) menyatakan bahwa kecemasan pasien
pre operasi tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, pasien pre operasi
yang baru pertama kali akan menjalani operasi memiliki kecemasan yang lebih
tinggi dibanding dengan pasien yang datang untuk kedua kalinya atau lebih
menjalani operasi.
Rumah sakit adalah sebuah fasilitas, sebuah institusi dan sebuah
organisasi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien
diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan.
Pelayanan yang ada di Rumah Sakit adalah pelayanan pengobatan baik yang
bersifat bedah maupun non bedah. Pembedahan merupakan tindakan pengobatan
yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang
merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya misalnya : harga diri,
gambaran diri, dan identitas diri. ( Tjandra, 2003 ).
Cemas ( ancietas ) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya. ( Depkes RI, 2000 ).
Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran,
yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan ( Maramis,1995).
Dalam kenyataannya sehari - hari, banyak pasien yang akan menjalani
operasi dengan pengetahuan yang kurang benar tersebut, padahal pengetahuan
tersebut dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien saat akan menjalani
operasi. Reaksi cemas terhadap proses yang akan dijalani adalah respon
psikologis pasien yang akan menjalani tindakan operasi. ( Jubaidi, 2008 ).
Kecemasan pre operasi dapat dipengaruhi dari beberapa faktor antara lain
adalah faktor biologis yang terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang
berlebihan dengan naiknya system tonus saraf simpatis, dan faktor psikologis
yang dapat terjadi akibat implus - implus bawah sadar yang masuk kealam sadar
seperti tidak didampingi oleh orang tua, suami, anak ataupun keluarga yang lain,
Selain itu faktor pendidikan pasien juga dapat mempengaruhi kecemasan yaitu
tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya dukungan dari perawat.
( Sadock dan Kaplan, 1998 ).
Respon psikologis pada pasien dan keluarga tergantung pada pengalaman
masa lalu, strategi koping yang biasa digunakan, signifikasi pembedahan serta
system pendukung. Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
di Amerika Serikat adalah dari 1.000 orang, 5 orang meninggal dan lumpuh 100
orang, sedangkan di Indonesia dari 1.000 pasien yang meninggal 6 orang dan
yang lumpuh 90 orang. Setelah dipresentasikan di dunia internasional, standart
Indonesia tidak beda jauh dari Amerika Serikat Negara maju. ( Budiman, 2008 ).
Sebagian
besar
pasien
beranggapan
bahwa
operasi
merupakan
pengalaman yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila pasien tidak
pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit dan
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Setiap pasien pernah mengalami
periode cemas, apalagi yang akan menjalani operasi. Kecemasan merupakan
gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan penatalaksanaan medis. Bila
kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu
proses penyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi
pendidikan kesehatan untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan.
( Carbonel, 2002 ).
Kecemasan pada pasien pre operasi harus diatasi karena dapat
menimbulkan perubahan - perubahan fisiologis yang akan menghambat
dilakukannya tindakan operasi. Untuk mengatasi kecemasan pasien maka
diperlukan informasi yang komprehensif mengenai segala sesuatu tentang proses
pembedahan ( Sisca, 2008 ). Oleh karena itu, perlu di lakukan penelitian untuk
mengukur sejauh mana tingkat kecemasan pasien terhadap tindakan operasi.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di
Ruang Bedah RSUD. Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. R. Soedjono Selong tahun 2014.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
di Ruang Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan ringan di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
b. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan sedang di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
c. Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien dengan kategori
tingkat kecemasan berat di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian yang di lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1 Manfaat Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi
perpustakaan. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa/i dan
masyarakat mengenai gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi.
1.4.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitaan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para
tenaga kesehatan khususnya pada perawat di ruang bedah dan ruangan
yang lain. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang
kesehatan.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi
bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel variabel yang lain.
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik terutama yang
mengalami ketakutan, kecemasan, atau depresi dalam menghadapi
pembedahan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I adalah Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika.
BAB II adalah Tinjauan Teori, berisi tentang konsep kecemasan meliputi :
Pengertian, Faktor - Faktor Penyebab Kecemasan, Gejala - Gejala Kecemasan,
Tingkat Kecemasan, Alat Ukur Kecemasan, Mekanisme Koping. Konsep pre
operasi meliputi : Pengertian, Tujuan Prosedur Pembedahan, Jenis - Jenis
Operasi, Kecemasan pada Pasien Pre Operasi, Persiapan Psikologis Pasien Pre
Operasi, Serta Kerangka Konsep.
BAB III adalah Metodologi Penelitian, berisi tentang Subyek Penelitian,
Populasi dan Sampel, Desain Penelitian, Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan
Data serta Definisi Operasional.