BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. a. Dyer dan McHugh (1975) Meneliti profil ketepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

  a. Dyer dan McHugh (1975)

  Meneliti profil ketepatan waktu pelaporan keuangan dan normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120 perusahaan di Australia periode 1965- 1971 dan dengan menggunakan faktor ukuran perusahaan, tanggal berakhimya tahun buku, dan profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ukuran perusahaan, tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.

  b. Davis dan Whittred (1980)

  Meneliti secara empiris efek dari pelaporan audit terhadap ketepatan waktu laporan tahunan keuangan Australia. Populasi dari penelitian ini perusahaan Australia yang terdaftar di Sydney Stock Exchange Library untuk tahun 1972 - 1977 yaitu sebanyak 245 perusahaan sampel. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan tahunan masing-masing perusahaan sample. Tiga reporting lag

  

(Prelimenary lag, signature lag, dan total lag) merupakan salah satu faktor

  penelitian ini, faktor lain adalah opini auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata total lag adalah 117 hari, dengan minimal 28 hari dan maksimal

  141 hari. Hasil ini menunjukkan 50% perusahaan melaporkan laporan tahunannya 12 hari lebih cepat dari tahun sebelumnya.Pada variabel opini auditor perusahaan yang mendapatkan opini qualified cenderung memiliki total lag yang lebih lama, fenomena ini terjadi karena proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien.

  c. Carslaw dan Kaplan (1991)

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa keterlambatan pelaporan keuangan berhubungan positif dengan opini audit yang diberikan oleh akuntan publik dan perusahaan yang tidak menerima unqualified opinion memiliki audit delay yang lebih lama. Berarti, perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion dari auditor untuk laporan keuangannya cenderung akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena unqualified opinion merupakan good news dari auditor dan cenderung tidak akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini selain unqualified opinion karena hal tersebut dianggap bad news .

  d. Na’im (1999)

  Melakukan penelitian mengenai “Nilai informasi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan analisis empirik regulasi informasi di Indonesia”.

  Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor opini audit, ukuran perusahaan,

  

financial distress yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) tidak secara

  signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan, sedangkan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

  e. Made Gede (2004)

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Gede (2004) yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit Pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, yang menggunakan variabel rentang waktu penyelesaian proses audit, ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, internal audit, reputasi auditor, jenis pendapat akuntan, dan opini audit menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan positif terhadap rentang waktu penyelesaian laporan keuangan auditan. Dengan kata lain profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.

  f. Rachmat Saleh (2004)

  Hasil penelitian oleh Rachmat Saleh (2004) yang diberi judul “Studi Empiris Waktu Pelporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” yang menggunakan variabel penelitian ketepatan waktu, rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan Struktur Kepemilikan menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hal ini tidak sesuai dengan logika teori yang diajukan oleh Rachmaf Saleh. Penelitian ini mengacu pada logika teori penelitian Rachmat Saleh.

g. Hilmi dan Ali (2008)

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilmi dan Ali (2008) yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006) yang menggunakan variabel Ketepatan Waktu, Profitabilitas, Leverage Keuangan, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan publik, Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), dan Opini Akuntan Publik menunjukan bahwa kualitas auditor yang berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan bertentangan dengan hasil penelitian dari Anissa (2004) yang menyatakan bahwa kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Tabel 1.1 Matriks Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Dyer and McHugh Variabel Dependen: Ukuran perusahaan,

  (1975 ) Ketepatan Waktu tanggal terakhir tahun buku

  Variabel Independen: berpengaruh dengan

  Ukuran Perusahaan, ketepatan waktu Tanggal Berakhimya penyampaian Tahun buku, dan laporan keuangan, Profitabilitas sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan.

  

2 Davis dan Whitterd Variabel Dependen: Opini auditor

  (1980) Reporting lag perusahaan yang mendapatkan

  Variabel Independen: qualified opinion

  Opini auditor cenderung memiliki total lag yang lebih lama

  3 Carslaw and Kaplan Variabel Dependen: Keterlambatan

  (1991) Audit Delay pelaporan keuangan berhubungan positif

  Variabel Independen: dengan opini audit

  Ukuran Perusahaan, yang diberikan oleh Opini Audit, Item pos- akuntan publik dan pos Luar biasa, perusahaan yang Kepemilikan Perusahaan tidak menerima unqualified opinion memiliki audit delay yang lebih lama. Na’im (1999) Variabel Dependen: Opini audit, ukuran

  4 Ketepatan Waktu perusahaan, Variabel Independen: financial distress

  Profitabilitas, Opini yang diukur dengan Audit, Ukuran Debt to Equity Ratio Perusahaan, dan (DER) tidak Financial Distress secara signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan, sedangkan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

  Variabel Dependen:

  5 Made Gede (2004) Profitabilitas tidak

  Rentang Waktu memiliki pengaruh Penyelesaian Proses yang signifikan, dan Audit memiliki hubungan positif terhadap

  

Variabel Independen:

  rentang waktu Ukuran Perusahaan, penyelesaian laporan Jenis keuangan auditan. Industri, Profitabilitas, Dengan kata lain Internal Audit, Reputasi profitabilitas Auditor, Jenis Pendapat memiliki hubungan Akuntan, dan Opini positif terhadap Audit. keterlambatan Profitabilitas penyelesaian penyajian laporan keuangan.

6 Rachmat Saleh Variabel Dependen: Profitabilitas tidak

  (2004) Ketepatan Waktu memiliki pengaruh yang signifikan,

  Variabel Independen: tetapi memiliki

  Rasio Gearing, hubungan negatif Profitabilitas, terhadap ketepatan Ukuran Perusahaan, waktu penyajian Umur Perusahaan, Item laporan keuangan, Luar biasa, dan Struktur dengan kata lain, Kepemilikan. profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.

7 Hilmi dan Ali (2008) Variabel Dependen: Kualitas auditor

  Ketepatan Waktu berpengaruh pada ketepatan waktu

  Variabel Independen: pelaporan keuangan

  Profitabilitas, Leverage keuangan Keuangan, Likuiditas, bertentangan dengan Ukuran Perusahaan, hasil penelitian dari Kepemilikan publik, Anissa (2004) yang Reputasi Kantor menyatakan bahwa Akuntan Publik (KAP), kualitas auditor dan Opini Akuntan tidak berpengaruh Publik terhadap ketepatan waktu pelaporan keungan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian laporan keuangan

  Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara mendalam mengenai membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai definisi akuntansi laporan keuangan. Sebab sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus akuntansi. Laporan keuangan terdiri dari: a.

  Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercemin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.

  b.

  Perhitungan Laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  c.

  Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan.

  d.

  Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.

  e.

  Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode.

  Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

  Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya : keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

  Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

  Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Menurut IAI ( 2009 : 07 ) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

  Menurut Baridwan ( 2004 : 17 ), “laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”.

2.2.2 Tujuan laporan keuangan

  Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2009:12) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keungan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

  Berdasarkan APB No. 4 tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:

  a. Tujuan khusus

  Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP ( Generally Accepted Accounting Principle ).

  b. Tujuan umum 1.

  Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukan pendanaan dan investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen, dan menunjukan basis sumber daya untuk pertumbuhan.

  2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas–aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit.

  3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan.

  4. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber.

  5. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

2.2.3 Karakteristik kualitatif laporan keuangan

  Menurut IAI (2009:24), “Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang yang membuat informasi dalam laporan keungan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan”.

  a. Dapat dipahami

  Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untukmempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

  b. Relevan

  Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

  c. Keandalan

  Agar bermanfaat, informasi juga harus andal ( reliable ). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur ( faithful representation ) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

  d. Dapat Diperbandingkan

  Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.2.4 Ketepatan waktu pelaporan keuangan

  Menurut IAI (2009:12) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu. Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan.

  Dyer dan McHugh ( 1975 : 204 ) dalam Bandi ( 2000 ) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relefan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru.

  Owusu Dan Ansah ( 2000 ) dalam Hilmi dan Ali ( 2008 ), secara konsepsual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersedian informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu.

  Chamber dan Penman mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara yaitu : “(1) ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, (2) ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan”.

  Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali (2008) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: (1) preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa (2)

  

auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

  sampai tanggal laporan auditor ditandatangani, (3) total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

  2.2.5 Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008).

  Menurut Houston ( 2009:107 ) Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat, asset dan modal saham tertentu ( Mamduh, 2003:83 dalam Almilia dan Setiady, 2006 )

  2.2.6 Ukuran perusahan

  Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Anomaly ukuran perusahaan lebih disebabkan operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran perusahaan.

  Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik , maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak–pihak yang berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bisa bertahan lama. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total assets.

2.2.7 Kualitas auditor

  Menurut Belkaoiu (2006:85) Kulitas auditor didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material.Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil.

  De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audior sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.

  Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

  Pada umumnya KAP dibagi menjadi 2, yaitu KAP The Big Four dan KAP non The Big Four. KAP yang tergolong Empat besar (The Big Four), yaitu: Ernst & Young (E&Y), Price Water House Coopers (PwC), Klynveld

  

Peat Marwick Goerdeler (KPMG), dan Deloitte Touche Tohmatsu. Kantor

  akuntan publik di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four adalah:

  1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – Ernst & Young (E&Y)

  2. KAP Osman Bing Satrio - Deloitte Touche Tohmatsu

  3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja - Klynveld Peat Marwick Goerdeler

  (KPMG)

  4. KAP Haryanto Sahari - Price Water House Coopers (PwC) Keempat KAP tersebut diatas merupakan KAP terbesar di dunia.

  Sehingga bagi KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan salah satu dari the

big four tersebut, maka KAP tersebut juga termasuk dalam KAP besar.

  Pengklasifikasian besaran KAP tersebut dilihat dari banyaknya klien yang telah ditangani oleh the big four tersebut. Sehingga kepercayaan publik akan lebih tinggi, karena KAP the big four memiliki standar kompetensi yang lebih baik dari KAP non the big four.

  2.3 Kerangka Penelitian

  Penelitian ini didasarkan pada hubungan pengaruh antara faktor dependen ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan faktor–faktor independen seperti profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan kualitas auditor hubungan tersebut digambarkan dengan skema berikut ini

  Gambar 1.1

Skema Hubungan Antara Variabel Independen Dan Variabel Dependen

  Profitabilitas H 1 Ketepatan Waktu ( 1)

  X Pelaporan

  Keuangan Perusahaan

  Ukuran Perusahaan H 2 Food & Beverage Yang ( 2)

  X Terdaftar di

  BEI

  Kualitas Auditor H 3 ( Y )

  ( 3)

  X

  2.4 Hipotesis

  Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai masalah yang sedang dipelajari, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaporan keuangan yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kualitas auditor (KAP).

1. Hubungan profitabilitas dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan

  Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Dengan semakin besar rasio profitabilitas maka semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan.

  Sehingga dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik (good news) bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki berita baik tidak akan menunda penyampaian informasi. Seperti yang dikemukakan Owusu dan Ansah (2000) bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian (Oktarina dan Suharli, 2005). Hal ini didukung oleh penelitian Na'im (1999) yang menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

  

2. Ukuran Perusahaan dan Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan

Keuangan

  Salah satu atribut yang dapat dihubungkan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.

  Perusahaan besar sering berargumen untuk lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangan karena beberapa alasan. Pertama, perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih dan memiliki sistem pengendalian intern yang kuat. Kedua, perusahaan besar mendapat pengawasan yang lebih dari investor dan regulator serta lebih menjadi sorotan publik. Secara rinci, perusahaan besar seringkali diikuti oleh sejumlah besar analis yang selalu mengharapkan informasi yang tepat waktu untuk memperkuat maupun meninjau kembali harapan-harapan mereka. Perusahaan besar berada di bawah tekanan untuk mengumumkan laporan keuangannya tepat waktu untuk menghindari adanya spekulasi dalam perdagangan saham perusahaannya (Owusu-Ansah, 2000). H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

3. Hubungan kualitas auditor (KAP) dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan

  De Angelo (1981) dalam Anissa (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. Beliau menyimpulkan bahwa Kantor

  Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Kualitas auditor yang mengaudit perusahaan sangat penting, auditor yang berkualitas merupakan informasi baik sehingga manajemen akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang memiliki reputasi baik. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik akan melaporkan laporan keuangan perusahaan lebih tepat waktu dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas. Seperti hasil penelitian Oktarina dan Suharli (2005) yang menyatakan bahwa penggunaan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan KAP besar mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai secara tepat waktu.

  H3 : Kualitas auditor ( KAP ) berpengaruhi positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu - BAB II

0 2 18

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul

0 0 19

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Loyalitas Pelanggan KFC Pada KFC Cabang Ring Road Medan

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

0 1 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Menurut von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan

0 1 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Penilaian Kinerja RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penduduk Usia Produktif Desa untuk Berpartisipasi di Kegiatan Ekonomi Non-Pertanian, Studi Kasus Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Simanindo

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan erat dan mendasari adanya penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah seperti yang terlihat dalam Tabel 2.1. berikut ini. - Penga

0 0 47