BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Rogers (1974) bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu Awereness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. Interest (merasa tertarik), dimana orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus. Evaluation (menilai) dimana seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial (mencoba) dimana orang tersebut telah mencoba berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Adoption (mengadopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikapnya terhadap stimulus.

  2 . Tingkat pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. Memahami (comperehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.

  Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi pada kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Sintesis (Synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek pengetahuan.

3. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan

  3.1 Pendidikan Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang yang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. Berdasarkan pendapat Ahmadi (2007), menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah laku dihasilkan dalam diri orang itu melalui kelompok. Proses pendidikan dimulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.

  a.

  merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

  b.

  Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

  c.

  Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup programan

3.2 Umur

  Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Pembagian umur menurut tingkat kedewasaan: a.

  Ibu dewasa muda (≤ 20 tahun) b.

  Ibu dewasa madya (20-35 tahun) c. Ibu dewasa akhir (≥ 35 tahun)

3.3 Pekerjaan

  Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama ataupun kewajiban yang dilakukan oledalam kehidupan sehari-hari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Pekerjaan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang tersebut berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Pada umumnya semakin baik pekerjaan seseorang akan semakin baik pemahaman dan pengetahuannya terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

3.4. Paritas

  Menurut Sumarah (2009), paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas menyatakan jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, baik hidup maupun mati. Paritas dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : a.

  Primipara adalah ibu dengan paritas 1 b.

  Multipara adalah dengan paritas 2-5 c. Grandemultipara adalah ibu dengan paritas > 5

3.5. Sumber Informasi

  Menurut Notoadmojo (2007) media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karna alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga, yakni: a. Media cetak Media ini sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :

  • dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

  Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

  • kesehatan melalui lembaran yang di lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.

  Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

  Flyer (Selebaran) Seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

  • Flipchart (Lembar balik)merupakan media penyampaian pesan atau
  • informasi kesehatan dalam bentuk buku, dimana tiap lembar halaman berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
  • bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

  Rubrik merupakan tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai

  • kesehatan yang biasanya ditempel di dinding, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.

  Poster merupakan bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

b. Media elektronik

  Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda,antara lain Televisi merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui - media televisi dapat dalam bentuk sandiwara,sinetron,forum diskusi aatu tanya jawab sekitar masalah kesehatan,pidato (ceramah),TV sport, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

  • Radio merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam, antara lain, obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.
  • Video merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat melalui video.
  • Slide juga dapat digunakan untuk menyampaiankan informasi kesehatan.
  • Film strip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan.

c. Petugas kesehatan

  Merupakan orang yang dapat menyampaikan informasi. Petugas kesehatan yaitu dokter, bidan, perawat maupun tenaga ahli dalam bidang kesehatan.

B. Ibu Pasca Salin

  Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan (IBI, 2006).

  Ibu pasca salin merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Masa ini disebut juga masa postpartum. Pada masa ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan (Dita Andira, 2010).

  Periode postpartum terbagi atas 3 masa yaitu Immediate Puerperium merupakan periode dimana keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan). Early Puerperium merupakan periode dimana keadaan yang terjadi pada permulaan nifas, waktu 1 hari setelah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama). Late Puerperium merupakan periode dimana periode 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

  Pada postpartum ini banyak terjadi perubahan pada tubuh. Misalnya uterus (rahim) yang terjadinya membesar karena pertumbuhan janin, pada saat ini kembali ke ukurannya seperti sebelum hamil. Post partum ini bersamaan dengan masa menyusui saat seperti ini merupakan saat-saat penting bagi keberhasilan seorang ibu memberikan ASI kepada buah hatinya. (Dita Andira, 2010).

C. Konsep Teknik Menyusui

1. Pengertian Teknik Menyusui

  Teknik menyusui yang baik adalah salah satu cara atau metode yang diterapkan dalam proses pemberian ASI yang merupakan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan bayi dan ibu yang dilakukan dengan baik. Seorang ibu dan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting terasa nyeri dan masih banyak masalah lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam hal emosi. Untuk itu, seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

  Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Cadwell, 2008) yang terdiri dari:

  1.1 Postur timbangan atau madonna

  • Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman
  • Bayi berbaring miring, menghadap ibu
  • Sisi kepala dan tubuh bayi berada ditengah lengan bawah ibu disebelah payudara yang dihisap.

  1.2 Postur timbangan menyilang

  Posisi ini dianggap sangat berguna bagi ibu dan bayi baru lahir atau bayi prematur.

  • Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman
  • Bayi berbaring miring, menghadap ibu
  • Sisi tubuh bayi berada dilengan bawah ibu pada sisi yang berlawanan dengan payudara yang digunakan untuk menyusui
  • Tangan menyangga leher dan bahu bayi sedemikian rupa agar bayi dapat menegakkan kepalanya.

  1.3 Postur football atau mengepit

  • Ibu duduk dengan posisi yang nyaman
  • Bayi berbaring terlentang, meringkuk diantara sisi dada dan lengan ibu
  • Tubuh bagian atas bayi disanggah oleh lengan bawah ibu
  • Tangan ibu menyanggah leher dan bahu bayi
  • Pinggul bayi fleksi pada belakang kursi atau permukaan lain tempat ibu bersandar

  1.4 postur semi-sandar

  • Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman, postur semi-sandar
  • Ibu condong kebelakang dan bayi berbaring berhadapan dengan tubuh ibu, biasanya berbaring miring

  1.5 postur berbaring miring

  • Ibu berbaring miring
  • Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu
  • Lengan ibu yang terdekat degan matras atau selimut gulung menyangga punggung bayi

1.6 Postur Australia

  • Ibu berbaring terlentang
  • Bayi bersandar pada dada ibu
  • Posisi ini berguna saat ibu memiliki produksi ASI yang banyak atau aliran ASI yang deras/cepat karena membuat bayi lebih mampu menggerakkan kepalanya.

  Gambar 1. Teknik Menyusui

  2. Permulaan Menyusui Bayi

  Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya ibu mulai menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus.

  Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara disebut kolostrum, dan kolostrum konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam yang merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan lebih banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi.

  3. Cara Menyusui

  Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah karena tidak mengetahui cara menyusui yang benar. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui.

  Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

  Setelah selesai menyusui, payudara harus dikosongkan dan ASI dapat disimpan dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan dalam lemari pendingin dapat bertahan 2 kali 24 jam. Jika disimpan dalam freezer dapat bertahan hingga 6 bulan. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam botol atau wadah yang direndamkan ke dalam air hangat (suhu kurang lebih 50ºC). Jika bekerja, upayakan ada waktu untuk mengeluarkan ASI secara teratur (minimal 2 jam sekali ASI dikeluarkan).

4. Langkah-langkah menyusui yang baik

  • Cuci tangan yang bersih, jika perlu gunakan sabun
  • Sebelum menyusui, putting susu dan areola mammae dibersihkan
  • Kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit
  • Bayi diletakkan menghadap dada ibu / payudara
  • Pilihlah teknik menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi
  • Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
  • Payudara dipegang dengan jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu
  • Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
  • Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting susu serta areola dimasukkan ke mulut bayi
  • Setelah bayi menghisap tak perlu dipegang atau disanggah, berikan ASI dari payudara yang satu sampai kosong sebelum pindah ke payudara yang satunya lagi
  • Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah.

  5. Menyendawakan Bayi

  Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan, bayi diletakkan dipaha ibu, kepala bayi disanggah atau ditopang dengan sebelah kanan ibu, tangan lainnya mengusap penggung bayi perlahan sampai bayi bersendawa atau bila bayi tidur setelah disusui, letakkan ditempat tidur dengan posisi miring ke kanan atau tengkurap, udara akan keluar dengan sendirinya.

  6. Lama menyusui

  Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 15 menit. Jadi lama menyusui adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu tahun pertama sekitar 400-700 ml/24 jam, tahun kedua sekitar 200-400 ml/24 jam, sesudah itu sekitar 200 ml/24 jam.

  7. Frekuensi menyusui

  Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bayi biasanya 1,5 – 2 jam sekali sehingga frekuensi menyusui kira-kira 8-12 kali/24 jam.

  Setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik.

8. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

  Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik menyusui yang benar, dapat dilihat bahwa bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi, bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan, ASI keluar dengan optimal, putting susu ibu tidak terasa nyeri dan tidak lecet, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus dan kepala tidak menengadah serta adanya ikatan cinta dan sayang ibu dengan bayinya.

E. Pelaksanaan Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

  Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

  1. Kolostrum

  Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara mulai dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan yang banyak mengandung protein, antibody (sangat membantu kondisi bayi yang sangat lemah), mineral dibandingkan dengan ASI yang matur, namun kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dari ASI matur. Hal ini karena disebabkan aktivitas bayi pada tiga hari petama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI).

  2. Air Susu Transisi Air susu masa peralihan diproduksi pada hari keempat sampai kesepuluh.

  Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi dengan lingkungan.

  3. Air Susu Matur

  Air susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai enam bulan (Prasetyono, 2009).

  4. Komposisi ASI a.

  Karbohidrat Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI-

  RASIO jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil.

  Hidrat Arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf atas, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Di dalam pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.

  b.

  Protein Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu “Whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan whey ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang whey PASI. Protein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi sembelit bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI.

  c.

  Lemak Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzim pemerah lemak (II Pase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda- beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan sepuluh menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.

  d.

  Mineral ASI mengandung mineral lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur enam bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75 % dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bisa terserap dalam PASI yang hanya berjumlah sekitar 5 sampai 10 %.

  e.

  Vitamin Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari

  ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio (Rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari (Prasetyono, 2009).

  5. Proses Terbentuknya ASI a.

  Refleks Prolaktin Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut offerent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memasuki hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.

  b.

  Refleks Aliran Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi pada saat menyusui selain mempengaruhi oleh hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin. Dimana setelah oksitoksin dilepas kedalam darah akan mengacuh otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus sinus menuju puting susu. Refleks Let Down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi ataupun tanda-tanda lain dari Let

  

Down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini

dipengaruhi oleh kejiwaaan ibu (Prasetyono, 2009).

  6. Aspek-Aspek Keunggulan ASI a.

  Aspek Gizi Kolostum mengandung protein, vitamin A yang tinggi mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum akan membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama bewarna hitam kehijauan.

  Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matang atau matur. Tapi kandungan lemak dan laktosa (gula darah) lebih rendah dari ASI matur. Selain itu kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D dan K dan mineral, terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk menguraikan karbohidrat). Ini membantu kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang memang belum sempurna (Prasetyono, 2009).

  b.

  Aspek Psikologis Pemberian ASI pada bayi memberikan rasa percaya diri ibu untuk menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui juga dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon, terutama oksitoksin yang pada akhirnya akan meningatkan produksi ASI.

  Pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada kesatuan ibu dan kasih sayang ibu pada bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena merasakan kehangatan tubuh dan mendengar denyut ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih berada dalam rahim.

  c. Aspek kecerdasan Interaksi ibu dan bayi juga kandungan nilai gizi dalam ASI. Sangat diperlukan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

  Penelitian menunjukkan bahwa Intelligent Questient (IQ) pada bayi yang diberi ASI adalah 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia tiga tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi usia 8,5 tahun dibanding bayi yang tidak diberi ASI. d. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap, dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

  e. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, maka ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur empat bulan. Ibu bisa menghemat pengeluaran rumah tangga karena tidak perlu membeli susu formula dan peralatannya.

  f. Aspek Penundaan Kehamilan Menyusui secara eksklusif bisa menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode amenorae laktasi (Prasetyono, 2009).

7. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup

  Bayi akan terlihat puas setelah menyusu, bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu), puting dan payudara tidak luka atau nyeri, setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari, apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.