Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU NIFAS

DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN NIAR

KECAMATAN MEDAN PATUMBAK

OLEH :

EVA SARTIKA SIMBOLON

NIM : 105102045

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Eva Sartika Simbolon

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 28 Agustus 1988

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Industri Gg. Mesjid No.80, Tanjung Morawa Kec. Tanjung Morawa

Riwayat Pendidikan :

• Tahun 1994 – 2000 : Tamat SD Negeri 101877 Tanjung Morawa • Tahun 2000 – 2003 : Tamat SMP Negeri I Tanjung Morawa • Tahun 2003 – 2006 : Tamat SMA Methodist Tanjung Morawa

• Tahun 2006 – 2009 : D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan

• Tahun 2010 – 2011 : D-IV Bidan Pendidik USU Pengalaman Bekerja :

• Bulan Agustus – Desember 2009 : Klinik Bersalin Rizky Tembung • Bulan Januari 2010 – Sekarang : Akademi Kebidanan Mitra Husada


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku pembimbing sekaligus penguji III dalam sidang hasil Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama melakukan penelitian serta penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


(5)

4. dr. Juliandi Hrp, MA, selaku dosen penguji I dalam sidang hasil Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam perbaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG, selaku dosen penguji II dalam sidang hasil Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam perbaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Juniarsih, A.M.Keb, selaku pimpinan Klinik Bersalin Niar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam melakukan penelitian di klinik yang beliau pimpin.

8. Kedua orang tuaku yang terkasih “E. Simbolon dan P. Br. Silalahi”, yang telah banyak membantu baik moril maupun material, memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini.

9. Kepada kakakku Melda Adelina Simbolon, AM.Kom dan adek-adekku (Satrio Simbolon, Winda Rohani Simbolon, dan Friska Anggraini Simbolon) tersayang yang telah banyak memberi motivasi dan do’a kepada penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah penelitian ini.

10.Kepada seseorang yang tersayang saudara C. V. Bakara, yang telah banyak memberikan banyak perhatian serta dukungan dalam bentuk motivasi akan kepercayaan diri, kasih sayang dan pengertian sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(6)

11.Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2010 yang telah memberi dukungan dan masukan kepada penulis.

12.Teman-teman sekerja dan staf dosen di Akbid Mitra Husada Medan, yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta bimbingan dalam proses penyusunan proposal penelitian ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Peneliti


(7)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Eva Sartika Simbolon

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

x + 63 hal + 11 tabel + 1 skema + 9 lampiran

ABSTRAK

Perawatan pada bayi dilakukan selama 1 tahun usia bayi. Kematian bayi merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain kesehatan ibu, mutu akses ke layanan medis, kondisi sosioekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Kematian bayi (mortalitas bayi) merupakan kematian anak usia kurang dari satu tahun. Angka kematian bayi didefenisikan sebagai jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Diakhir abad 20, angka kematian bayi diperkirakan mencapai 7,0 kematian per 1.000 kelahiran hidup yang secara bermakna lebih rendah dari tahun 1940 yakni mencapai 47,0 / 1.000 kelahiran hidup. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 50 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Niar dengan cara membagikan instrument penelitian (kuesioner) kepada setiap ibu-ibu nifas yang datang berkunjung untuk memeriksakan dirinya selama masa nifas ke klinik tersebut. Analisa data dengan chi square. Dari 50 responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 34 orang (68%), dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (32%). Responden dengan pengetahuan baik, sebagian besar mengalami kecemasan ringan sebanyak 20 orang (40%), dan sebagian kecil mengalami kecemasan berat sebanyak 4 orang (8%). Dari 16 responden dengan pengetahuan kurang, sebagian besar mengalami kecemasan berat sebanyak 7 orang (14%) dan sebagian kecil mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (8%) dalam perawatan bayi baru lahir.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir (nilai ρ=0.003<0.05). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir ringan, hal ini dikarenakan ibu-ibu nifas sudah memahami cara perawatan yang baik untuk bayinya. Seiring dengan baiknya pengetahuan seseorang mempengaruhi kecemasan seseorang dalam menghadapi sesuatu hal.

Daftar pustaka :20 (2003-2010)


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 8

B. Masa Nifas ... 14

C. Pengetahuan ... 17

D. Kecemasan ... 24


(9)

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, dan DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ... 31

B. Hipotesis ... 31

C. Defenisi Operasinal ... 32

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D. Etika Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 37

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 38

H. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 53

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 32

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011 ... 44

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan ... 46

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan ... 47

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Umur Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011 ... 48

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011 ... 49

Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Paritas Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011 ... 49

Tabel 5.7 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Sumber Informasi Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011 ... 50


(12)

Tabel 5.8 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan ... 51

Tabel 5.9 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan ... 52

Tabel 5.10 : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Pernyataan Content Validity

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 : Master Data Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Output Data Penelitian (SPSS)

Lampiran 8 : Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 9 : Balasan Surat Izin Penelitian


(14)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Eva Sartika Simbolon

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

x + 63 hal + 11 tabel + 1 skema + 9 lampiran

ABSTRAK

Perawatan pada bayi dilakukan selama 1 tahun usia bayi. Kematian bayi merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain kesehatan ibu, mutu akses ke layanan medis, kondisi sosioekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Kematian bayi (mortalitas bayi) merupakan kematian anak usia kurang dari satu tahun. Angka kematian bayi didefenisikan sebagai jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Diakhir abad 20, angka kematian bayi diperkirakan mencapai 7,0 kematian per 1.000 kelahiran hidup yang secara bermakna lebih rendah dari tahun 1940 yakni mencapai 47,0 / 1.000 kelahiran hidup. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 50 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Niar dengan cara membagikan instrument penelitian (kuesioner) kepada setiap ibu-ibu nifas yang datang berkunjung untuk memeriksakan dirinya selama masa nifas ke klinik tersebut. Analisa data dengan chi square. Dari 50 responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 34 orang (68%), dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (32%). Responden dengan pengetahuan baik, sebagian besar mengalami kecemasan ringan sebanyak 20 orang (40%), dan sebagian kecil mengalami kecemasan berat sebanyak 4 orang (8%). Dari 16 responden dengan pengetahuan kurang, sebagian besar mengalami kecemasan berat sebanyak 7 orang (14%) dan sebagian kecil mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (8%) dalam perawatan bayi baru lahir.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir (nilai ρ=0.003<0.05). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir ringan, hal ini dikarenakan ibu-ibu nifas sudah memahami cara perawatan yang baik untuk bayinya. Seiring dengan baiknya pengetahuan seseorang mempengaruhi kecemasan seseorang dalam menghadapi sesuatu hal.

Daftar pustaka :20 (2003-2010)


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Strategi pemerintah untuk mengurangi kesenjangan dalam kesehatan dan pemberian asuhan kesehatan direfleksikan kesehatan dalam 3 tahun kedepan. Program kerja tersebut juga bertujuan membangun landasan guna mencapai target nasional di tahun 2010, yaitu mengurangi kesenjangan kasus mortalitas bayi diantara kelompok sosial dan meningkatkan harapan hidup sebagian besar area yang tidak beruntung. Untuk mengatasi kesenjangan dalam mortalitas bayi, kunci intervensi jangka pendek terletak pada peningkatan kualitas dan aksesbilitas pelayanan antenatal dan pemberian dukungan sejak dini didaerah yang tidak beruntung (Luanaigh & Carlson, 2009).

Kesehatan bayi tergantung pada beberapa faktor, yang mencakup kesehatan ibu dan perilaku kesehatannya sebelum kehamilan, tingkat keikusertaannya dalam pelayanan pranatal, mutu persalinannya dan lingkungan bayi setelah lahir. Lingkungan bayi mencakup bukan saja rumah dan lingkungan keluarga, tetapi juga ketersediaan layanan medis yang esensial, misalnya pemeriksaan fisik pascanatal oleh seorang neonatalogi (dokter ahli perawatan bayi baru lahir sampai usia 2 bulan) kunjungan ke dokter dan imunisasi yang tepat. Kesehatan bayi juga bergantung pada gizi yang benar dan bentuk pengasuhan dilingkungan rumah. Kekurangan hal tersebut dapat menyebabkan kesakitan, masalah perkembangan dan bahkan kematian


(16)

Kematian bayi merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain kesehatan ibu, mutu akses ke layanan medis, kondisi sosioekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Kematian bayi (mortalitas bayi) merupakan kematian anak usia kurang dari satu tahun. Angka kematian bayi didefenisikan sebagai jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Diakhir abad 20, angka kematian bayi diperkirakan mencapai 7,0 kematian per 1.000 kelahiran hidup yang secara bermakna lebih rendah dari tahun 1940 yakni mencapai 47,0 / 1.000 kelahiran hidup. Penurunan selama akhir abad itu disebabkan oleh perbaikan dalam status sosioekonomi, perumahan, gizi, cakupan imunisasi dan ketersediaan air bersih, susu terpasteurisasi dan antibiotik. Penurunan angka kematian bayi akhir – akhir ini lebih disebabkan oleh peningkatan dalam ketersediaan layanan kesehatan pranatal dan pascanatal serta teknologi modern untuk membantu perawatan persalinan yang mengalami komplikasi (McKenzie, 2007).

Menurut data WHO (World Health Organization) mengemukakan bahwa penurunan AKB dan angka kematian balita (AKBA) pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKBA 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. Jumlah kasus diare di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 yang tercatat melalui data Profil Kesehatan dari 45


(17)

Puskesmas sebanyak 29.419 kasus, balita terkena diare yang ditangani sebanyak 13.830 dari 13.830 kasus balita yang terkena diare (Depkes RI, 2007)

Proses persalinan merupakan suatu proses yang alamiah namun membutuhkan banyak tenaga, daya dan upaya dalam setiap tahap. Persalinan dimulai ketika leher rahim (serviks) mulai membuka atau melebar. Uterus berkontraksi dalam jarak waktu teratur, dan perut menjadi keras. Disela-sela kontraksi uterus melemas dan perut melunak. Waktu kelahiran yang tepat cukup sulit untuk diprediksi. Masa pra-kelahiran disebut “pembukaan”, yaitu saat dimana posisi bayi turun menuju leher rahim. Dalam periode ini, kandung kemih tertekan sehingga frekuensi buang air kecil semakin meningkat. Masa pra-kelahiran ini berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Pada masa inilah awal ibu merasakan kecemasan, yang dapat berlanjut hingga pada masa nifas yang sering disebut Depresi Pascapartum (Ratih Putri Pratiwi, 2010).

Di negara Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadian kecemasan pascapersalinan lebih rendah dari negara-negara lain, mengingat salah satu kepribadian bangsa Indonesia yang lebih sabar. Namun dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, pada tahun 1998-2001 antara lain di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan 11-30% ibu yang mengalami depresi atau kecemasan. Di Medan khususnya di klinik bersalin Niar jumlah ibu nifas yang terdapat periode Januari – Oktober 2010 sebanyak 718 orang hampir 60% merasa cemas untuk merawat bayinya sendiri sampai tali pusat bayi putus / lepas.

Saat ini belum ditemukan yang pasti tentang penyebab kecemasan ibu pascapersalinan yang cukup berpengaruh terhadap hubungan ibu dan bayi secara intim.


(18)

Begitu juga terhadap perawatan rutin yang dilakukan ibu pada bayinya. Sensitifitas terhadap perubahan hormonal dianggap hanya sebagai faktor pencetus, sedangkan faktor lainnya hanya karena ibu harus bisa menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu yang bahagia dan percaya diri dalam mengasuh bayinya (Nolan, 2003).

Beberapa dampak negatif pada ibu yang terkena kecemasan pascapersalinan, yaitu minat dam ketertarikan ibu pada bayi berkurang dan tidak menunjukan respon yang positif terhadap kehadiran bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini, ibu tidak mampu merawat bayinya secara optimal karena ibu merasa tidak berdaya dan kurang percaya diri, sehingga ibu lari dari tanggung jawabnya sendiri. Sedangkan dampak negatif yang dapat terjadi pada bayi, yaitu tumbuh menjadi anak yang sensitif, mudah menangis, rewel, dan mudah sakit karena kurangnya perawatan dari sang ibu (Elvira, 2006).

Dalam hal perawatan bayi terutama pada bayi baru lahir, pada awalnya sangat dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya perawatan bayi yang benar. Merawat bayi memang akan segera menjadi sifat yang alami. Perawatan bayi juga merupakan cara mencari apa sebenarnya yang paling cocok untuk ibu dan bayi itu sendiri. Dalam merawat bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk merawat bayinya. Perawatan bayi menyangkut banyak hal, dimulai dari ketika ibu mengangkat kepala bayi, saat memberi ASI sebagai makan dan minum bayi selama 6 bulan pertama, dan sebagainya. Hal tersebut diharapkan, ibu mampu mengajak bayinya berbicara secara perlahan dan lembut, sambil, melakukan kontak mata dengan bayinya. Ini akan berlaku positif terhadap hubungan ibu dan bayi (Linda, 2009).


(19)

Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan bayi. Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar ibu pasca bersalin. Hal ini ditunjukkan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif terhadap tuntutan lingkungan. Pengalaman ibu yang baru pertama sekali dalam perawatan bayi baru lahir, sudahlah pasti memiliki tingkat kecemasan yang berat dibandingkan ibu yang telah beberapa kali melahirkan serta telah beberapa kali merawat bayinya dengan sendiri (Ratih Putri Pratiwi, 2010).

Dari latar belakang diatas, penulis berminat meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di klinik Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011.

B.RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah untuk mengetahui bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di klinik bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011.

C.TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di klinik Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011.


(20)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di klinik Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011 berdasarkan karakteristik umur, pendidikan, dan paritas ibu.

b. Mengetahui kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di klinik Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Secara Teoritis

a. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan informasi bagi kepentingan dan tambahan kepustakaan dalam mengembangkan ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Program D IV Bidan Pendidik dalam hal mencari hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

b. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu tahapan proses belajar dalam merencanakan dan melaksanakan penulisan dalam bentuk KTI. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dalam penelitian serta menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para penelitian selanjutnya, terlebih mengenai hubungan tingkat kecemasan ibu nifas terhadap perawatan bayi baru lahir.


(21)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi dan Tenaga Kesehatan Lainnya

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

b. Bagi Ibu Nifas

Sebagai bahan masukan bagi para ibu, khususnya yang sudah pernah melahirkan untuk dapat menambah pengetahuan tentang cara mengatasi atau mencegah meningkatnya tingkat kecemasan pada ibu terhadap perawatan bayi baru lahir terutama bila dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu nifas tersebut.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR 1. Defenisi

Pada awalnya, perawatan bayi baru lahir sangat dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang bagaimana cara merawat bayi dengan benar. Dalam merawat bayi butuh perhatian yang khusus dan penuh kasih sayang. Untuk itu diperlukan penerimaan yang baik dan benar-benar diinginkan dari ibunya. Perawatan bayi menyangkut banyak hal, mulai dari mengangkat kepala bayi, saat memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bagi bayi dan lain sebagainya. Kurangnya perawatan pada bayi baru lahir membuat perhatian kepada bayi pun minimal. Sehingga yang menjadi indikator terhadap angka kematian bayi difokuskan kepada bayi yang masih berumur kurang dari satu tahun. Sehingga bayi dalam usia kurang dari satu tahun perlu perawatan dan perhatian khususnya (McKenzie, 2007)

Dan yang paling penting adalah perawatan segera pada bayi baru lahir merupakan perawatan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah melahirkan. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari perawatan segera bayi


(23)

baru lahir adalah jagalah agar bayi tetap kering dan hangat dan usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin.

2. Asuhan Yang Diberikan Kepada Bayi

Dalam waktu 24 jam, bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan sebagai berikut :

a. Pertahankan Suhu Tubuh Bayi

1. Hindarkan memandikan bayi setelah lahir, tunggu minimal 6 jam setelah bayi dilahirkan. Dan pastikan tidak terdapat masalah medis serta suhu tubuhnya tetap normal.

2. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tetap tertutup.

b. Pemeriksaan Bayi

Bayi baru lahir akan menjalani prosedur pemeriksaan. Beberapa diantarnya dilakukan segera setelah lahir, dan yang lainnya ditunda sampai sesaat sebelum pulang dari klinik bersalin ataupun rumah sakit.

Bayi yang diperiksa dengan karakteristik bayi baru lahir sebagai berikut : 1. Kepala

Kepala bayi mungkin tampak tidak seimbang dan berbentuk lonjong seperti buah melon akibat tekanan dijalan lahir. Besar kepala tampak tidak proporsional dengan tubuhnya. Leher pendek dan berlipat-lipat. Membran liat menutupi dua titik bukan kepala yang disebut Fontanel, yakni tulang tengkorak yang belum menyatu. Fontanel anterior, merupakan fontanel yang lebih besar diatas agak kedepan, menutup setelah usia 18-24 bulan.


(24)

Sedangkan fontanel posterior, terletak lebih kebelakang, menutup pada usia 6 bulan.

Seberapa lebat rambut bayi baru lahir sulit untuk diperkirakan. Beberapa bayi tidak memiliki rambut atau hanya sejumput rambut yang akan rontok dan tumbuh kembali setelah 6 minggu. Sedangkan bayi yang lain mungkin akan lahir dengan lebat dan tidak mungkin tidak mudah rontok.

2. Wajah

Mata bayi baru lahir mungkin tampak merah dan bengkak akibat tekanan pada saat lahir dan akibat obat tetes atau salep mata yang digunakan. Bayi berkulit terang biasanya memiliki mata biru keabu-abuan, dan bayi berkulit gelap biasanya memiliki mata berwarna cokelat. Warna permanen belum terbentuk sampai usia sekitar 6 bulan. Air mata sudah ada sejak lahir, tetapi tidak akan keluar sampai usia 6 minggu atau lebih.

Hidung bayi baru lahir, yang seluruhnya tersusun dari jaringan kartilago, tampak datar dan lebar. Pipi biasanya berlemak dan wajah kadang-kadang tampak tanpa bentuk dagu yang jelas.

3. Kulit

Kulit bayi baru lahir keriput dan longgar, dan mungkin mulai tampak kering dan mengelupas setelah beberapa hari. Tubuh bayi baru lahir mungkin dilapisi verniks kaseosa, lapisan putih dan berminyak yang berfungsi mempermudah gerakan bayi saat dijalan lahir. Tubuh bayi juga memiliki lanugo, rambut halus dibahu, punggung, dan pipi. Lanugo akan menghilang dalam beberapa hari.


(25)

4. Badan

Perut bayi baru lahir lebar, dengan pinggul kecil dan badan melengkung kedepan. Punting tali pusat masih ada yang merupakan potongan tali pusat. Puntung tali pusat akan mongering dan terlepas sendiri, kebanyakan dalam 10-14 hari.

Payudara dan genital bayi baru lahir mungkin tampak membengkak baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormone ibu dan bayi lahir mungkin mengeluarkan sedikit darah dari vagina. Umumnya pembengkakan ini akan menghilang dalam 3-5 hari. Urine dan feses pertama biasanya akan keluar dalam 24 jam pertama.

5. Lengan

Lengan bayi baru lahir dalam posisi fleksi atau menekuk. Tangan biasanya teraba dingin dan melegkung hingga pergelangan tangan, mungkin tampak kebiruan karena sistem sirkulasi yang belum sempurna. Pergelangan tangan tampak gemuk dan berlipat-lipat, sedangkan kuku jari tampak panjang dan tajam.

6. Kaki

Lutut bayi baru lahir menekuk dan kaki melengkung. Seperti ditangan, sistem sirkulasi bayi yang belum sempurna menyebabkan kaki tampak kebiruan. Kaki pada bayi baru lahir mungkin terdapat bercak-bercak dan tampak datar karena bantalan lemak ditelapak kaki.

c. Memandikan Bayi

Mandi pada bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh, tetapi merupakan hal yang sangat menyenangkan bayi. Bagi orang tua mandi merupakan alat


(26)

komunikasi antara orang tua dengan bayinya, karena pada saat mandi orang tua bisa melakukan sentuhan, usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti arti ucapan tersebut.

Memandikan bayi bagi pasangan muda merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan. Bukan berat dalam arti yang sebenarnya tetapi karena sulit untuk melakukannya. Memandikan bayi bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi jika mengetahui pedoman memandikan bayi sebelum mempunyai anak, hal ini akan menjadi pekerjaan yang ringan.

Pada kenyataanya, bayi akan merasa lebih hangat dan tenang jika direndam dalam air hangat. Bayi baru lahir tidak perlu sering-sering dimandikan, sebaiknya mandikan sekali atau dua kali seminggu (Penny Simkin, P.T, dkk, 2007).

Sebelum memandikan bayi lebih dahulu harus diperhatikan hal-hal berikut : 1. Mandikanlah bayi pada waktu yang sama setiap hari

2. Saat memandikan harus memperhatikan : a) Tidak ada gangguan dan harus tenang b) Tidak sibuk

c) Percaya diri

3. Memandikan bayi sebaiknya dilakukan sebelum bayi diberi makan, tetapi harus ingat bayi tidak boleh lapar.

4. Dilarang memandikan bila bayi baru diberi makan, karena bayi akan mudah muntah. Bayi yang diberi makan sebelum mandi sebaiknya ditunggu hingga 15 sampai 20 menit baru dimandikan.

5. Ruangan harus dijaga tetap hangat, karena bayi sangat mudah untuk kehilangan panas.


(27)

d. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan tindakan kebidanan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.

Alat dan bahan :

1. Kasa steril

2. Air bersih dan sabun

Prosedur :

1. Cuci tangan

2. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kassa steril

3. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih dan longgar

4. Lipat popok di bawah sisa tali pusat

5. Jika tali pusat terkena kotoran (feses), cuci dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan

6. Cuci tangan

e. Perawatan Kulit Bayi

Banyak orang menginginkan agar kulitnya sama dengan kulit bayi, sebab kulit bayi halus dan menarik. Bayi dalam kandungan kulitnya masih dilindungi lapisan berwarna keputihan (vernik).

Perbedaan kulit bayi dengan orang dewasa, yaitu :

Kulit Bayi Kulit Orang Dewasa

Tidak mampu melawan infeksi Mampu

Sedikit memproduksi melanin Banyak memproduksi melanin


(28)

Lebih tipis Lebih tebal

Perlu perawatan khusus Tidak perlu perawatan khusus

Masalah yang sering timbul pada kulit bayi antara lain : 1. Kulit kering

2. Lecet

3. Dermatitis Seboroik 4. Ruam Susu

5. Ruam Popok 6. Ruam Panas 7. Biang Keringat

B. MASA NIFAS 1. Pengertian

Masa nifas atau biasa disebut dengan masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal sebelum hamil. Di masyarakat Indonesia masa nifas merupakan periode sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari pascapersalinan.

2. Perubahan Masa Nifas

A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

Proses involusi atau pengerutan uterus ke keadaan sebelum hamil, dengan berat uterus 60 gram sesudah akhir 6 minggu. Kontraksi uterus terus meningkat setelah bayi lahir, sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar.


(29)

2. Serviks Uteri

Serviks akan menjadi lemah setelah melahirkan. Sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks memendek dan konsistensi padat.

3. Vagina

Vagina akan mengecil dan timbul rugae kembali pada minggu ke-3 dan akan kembali seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8. 4. Perineum

Setelah melahirkan, perineum biasanya agak bengkak dan mungkin ada luka jahitan.

B. Perubahan Saluran Kemih C. Perubahan Berat Badan

D. Perubahan Sistem Gastro Intestinal E. Perubahan Sistem Neurologi

F. Perubahan Tanda Vital

2. Adaptasi Psikologi dalam Masa Nifas a. Ikatan antara Ibu dan Bayi (Bounding)

Menurut Mercer (1982), lima kondisi yang dapat mempengaruhi ikatan adalah : 1. Kesehatan emosional orang tua termasuk kemampuan untuk mempercayai

orang lain

2. Dukungan social dari pasangan, teman, dan keluarga

3. Tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan memberi asuhan 4. Kedekatan orang tua dengan bayinya


(30)

b. Adaptasi Psikologi Normal

Perubahan psikologi pada masa nifas terjadi karena pengalaman melahirkan, tanggung jawab peran sebagai ibu. Adanya anggota keluarga baru, peran baru sebagai ibu bagi bayi. Dalam adaptasi psikologi setelah melahirkan terjadi 3 penyesuaian :

1. Penyesuaian Ibu

Menurut Reva Rubin (1963), ada 3 fase penyesuaian ibu :

Taking In, yaitu periode ketergantungan hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

Taking Hold, yaitu periode yang berlangsung setelah melahirkan.

Letting Go, yaitu periode yang menerima tanggung jawab akan peran barunya, berlangsung sepululuh hari setelah melahirkan.

2. Penyesuaian Ayah

3. Penyesuaian Orangtua-Bayi (Infant-Parent Adjustment)

1. Ritme (irama kehidupan) orang tua – bayi mampu berinteraksi dengan baik

2. Perilaku Repertuires, orang tua menggunakan perilaku ini tergantung pada kontak akan pemberian perawatan kepada bayi. Repertuires pada bayi merupakan cara memandang, bersuara dan lain sebagainya.

4. Adaptasi Psikologi yang Memerlukan Rujukan 1. Baby Blues


(31)

C. PENGETAHUAN 1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, rasa, dan peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 2007)

Rogers mengungkapkan (1974) bahwa orang menghadapi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Kesadaran (Awarenss), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (Interest), dimana stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba-coba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Mengadopsi (Adoption), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(32)

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comperehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengguanakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi (riil) sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(33)

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Metode Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara Tradisional (Non Ilmiah)

1. Cara coba-salah

Cara coba-salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan yang kedua ini gagal, maka dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan yang ketiga gagal dicoba kemungkinan yang keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji dan membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran


(34)

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan dan pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

4. Melalui jalan pikiran

Manusia mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

b. Metode Ilmiah

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Almarck (1939) membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah cara menetapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian maka penelitian pada dasarnya adalah proses penerapan metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu (kebenaran). Kriteria metode ilmiah terdiri dari :


(35)

1) Berdasarkan Fakta

Informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang akan diperoleh penelitian, baik yang akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan bukan berdasarkan pemikiran-pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan.

2) Bebas Dari Prasangka

Penggunaan fakta atau metode ilmiah hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari pertimbangan-pertimbangan subjektif. Oleh karena itu metode ilmiah ini harus bersifat bebas dari prasangka-prasangka. 3) Menggunakan Prinsip Analisis

Fakta atau data yang diperoleh melalui penggunaan metode ilmiah tidak hanya apa adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya atau alasan-alasan dengan menggunakan prinsip analisis.

4) Menggunakan Hipotesis

Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memadu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai. Dengan hipotesis penelitian akan dipandu jalan pikirannya kearah mana hasil penelitiannya akan dianalisis. 5) Menggunakan Ukuran Objektif

Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data harus menggunakan ukuran-ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dinyatakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan subjektif (pribadi) (Notoadmodjo, 2005).


(36)

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

a. Umur

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya penyesuaian diri menuju usia tua, selain itu usia madya akan lebih banyak waktu untuk membaca, kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan jenjang pendidikan tertinggi responden yang terdiri dari ; tidak sekolah atau tidak tamat SD, SLTP, SLTA, AK/PT (Zaluchu, 2005). Pendidikan juga merupakan upaya persuasif atau pembelajaran kepada ibu agar mau melakukan tindakan-tindakan (prakik) untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari oranglain maupun dari media massa.


(37)

c. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dan telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup, Scundipara adalah wanita yang pernah hamil dua kali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup, sedangkan Multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari dua kali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2007).

d. Sumber Informasi

Informasi yang sesuai diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate impact ) sehingga menghasilkan perubahan atau penglihatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal tersebut (Hendra, 2008)

Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (chanel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.


(38)

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 yakni :

a. Media cetak b. Media elektronik

c. Media papan (bill board) D. KECEMASAN

1. Pengertian

Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya “Anxiety” berasal dari bahasa Latinnya “Angustus” yang berarti Kaku, dan “Ango, Anci” yang berarti Mencekik. Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga dengan aktifnya Sistem Syaraf Pusat, Freud (dalam Arndt, 1974).

Kondisi cemas dikatakan wajar apabila dapat ditoleransi oleh individu yang mengalami, dalam arti cemas itu akan hilang dengan sendirinya bila peristiwa atau kondisi yang menjadi pencetusnya telah berlalu atau dapat diselesaikan. Kondisi cemas itu dikatakan tidak wajar dan biasanya disebut sebagai gangguan ansietas (Anxiety Disorder) (Sylvira D. Elvira, 2008).

Dalam hal ini, rasa cemas dapat menimbulkan berbagai masalah, termasuk depresi pascapersalinan pada ibu, dimana keadaan psikosis ibu terganggu. Adapun psikosis pascapersalinan merupakan suatu keadaan psikosis mendadak, yang lebih kurang sama dengan psikosis yang terjadi bukan setelah seorang perempuan melahirkan bayinya.


(39)

Psikosis adalah suatu kondisi gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan membedakan antara realita (kenyataan) dan khayalan. Pada psikosis pascapersalinan, biasanya berkaitan dengan kelahiran bayi, misalnya merasa yakin bahwa anaknya itu bukan merupakan anaknya sendiri atau merasa bahwa ibu harus membunuh anaknya karena anak tersebut akan mencelakakan dirinya, atau merasa bahwa anaknya itu merupakan titisan neneknya yang sudah meninggal, dll. Gangguan ini jarang dijumpai angka kejadiannya 2 dari 1000 perempuan yang melahirkan (Sylvia D. Elvira, 2006).

Jadi, pengetian kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).

2. Gejala Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :

a. Fase 1

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.

Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari


(40)

kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).

Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ditolerir,


(41)

gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

3. Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend,1996) :

a) Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

b) Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

c) Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang


(42)

lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

d) Panik; Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

4. Respon Terhadap Kecemasan

a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

1. Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

2. Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. 3. Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh

tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

4. Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

5. Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.


(43)

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1. Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

2. Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

3. Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

E. KERANGKA BERFIKIR

Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap sesuatu hal, yang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, sumber informasi. Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Psikosis adalah suatu kondisi gangguan jiwa ditandai dengan adanya ketidakmampuan membedakan antara realita dan khayalan. Pada psikosis pascapersalinan, biasanya berkaitan dengan kelahiran bayi dan perawatan bayi baru lahir.

Menurut Potter (2005) jika orang dewasa menuruti pendidikan kesehatan karena takut akan akibat yang akan ditimbulkannya. Jadi semakin baik pendidikan yang diberikan semakin baik pula pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran sehingga ketakutan (kecemasan) akan masalah kesehatan tersebut akan berkurang.


(44)

Sebaliknya jika pengetahuan orang dewasa berkurang semakin tinggilah tingkat kecemasan seseorang terhadap masalah kesehatan tersebut.

Dari penjelasan diatas maka akan dicari adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Klinik Bersalin Niar.


(45)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI

OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Tingkat pengetahuan ibu di identifikasikan berdasarkan umur, pendidikan, sumber informasi serta paritas ibu tersebut yang akan dicari apakah ada hubungan pengetahuan ibu terhadap kecemasan yang dimiliki ibu yang melahirkan normal (variabel dependen) dalam perawatan bayi baru lahir yang dimiliki mereka.

Variabel Independen Variabel Dependen

B. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenaranya secara teori. Hipotesa alternatif (Ha) pada penelitian ini menggambarkan adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

Kecemasan Ibu Nifas Pengetahuan Dalam


(46)

C. DEFENISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

No. Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Skala

1 Pengetahuan Hasil tahu seseorang tentang sesuatu hal yang dapat diperoleh dari informasi ataupun pendidikan formal maupun nonformal.

Angket Kuesioner a. Baik (60– 100%) b. Kurang (0– 50%)

Ordinal

2 Kecemasan Kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, serta kekhawatiran

Angket Kuesioner a. Cemas Ringan (skor 1-18) b. Cemas Sedang

(skor 19-37) c. Cemas Berat

(skor 38-56)


(47)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dimana rancangan penelitian ini mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian ini mengobservasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam,2008).

B. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 50 orang. Populasi diambil dari data yang diperoleh dari data kunjungan ibu yang bersalin selama 3 bulan di klinik tersebut.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel pada penelitian diambil dari seluruh populasi yang sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik total sampling (Sampling Jenuh), yakni seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 50 orang.


(48)

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak. Adapun alasan pemilihan tempat karena mudah bagi peneliti untuk

menjangkau tempat penelitian, sampel untuk penelitian mencukupi, dan keterbatasan waktu penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2011.

D. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari pimpinan Klinik Bersalin Niar. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.


(49)

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial nama. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner / angket tertutup. Pengumpulan data didapat dari data primer yakni data yang didapat dari penyebaran kuesioner berbentuk pertanyaan Multiple Choice. Selain data primer peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu diperoleh dari daftar laporan pasien bersalin normal di klinik bersalin Niar. Dalam kuesioner sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tepat dan dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Pada bagian awal instrumen penelitian berisi data demografi responden.

Kuesioner juga digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu mengenai perawatan bayi baru lahir. Pengetahuan yang di ukur hanya sampai tingkat pengetahuan yang paling rendah yaitu tahap “tahu” (know). Dimana tingkat pengetahuan ibu diklasifikasikan menjadi 3 yakni pengetahuan baik, cukup, kurang berdasarkan karakteristik umur, pendidikan, sumber informasi dan paritas ibu. Pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Penilaian dengan menggunakan skala Guttman yang menyediakan 2 alternatif jawaban, yaitu : a) Bila jawaban benar = skor 1


(50)

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut : 1. Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 10 Skor terkecil : 0

2. Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor terkecil = 10-0

= 10

3. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) = = 10 / 2 = 5 4. Menentukan skor kategori

Pengetahuan Baik = Jika skor 6 - 10 Pengetahuan Kurang = Jika skor 1 - 5 (Arikunto, 2006; hal: 241)

Selain itu kuesioner juga digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang menggunakan alat ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang terdiri dari 14 pernyataan untuk menilai kecemasan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir dengan mengisi dengan memberikan tanda checklist (√)

pada pernyataan sesuai yang dialami dan dirasakan oleh ibu terhadap kecemasannya. Setelah itu dilakukan penilaian akan kecemasan ibu tersebut dengan klasifikasi melalui 2 tahap yaitu sebagai berikut :


(51)

0 : Tidak Ada (Tidak ada gejala sama sekali yang diisi) 1 : Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada) 2 : Sedang (Setengah dari gejala yang ada)

3 : Berat (Lebih dari setengah dari gejala yang ada) 4 : Sangat Berat (Semua gejala ada)

b) Setelah diperoleh jawaban dari pernyataan responden, kemudian dijumlahkan nilai dari masing-masing point. Hasil skor dari penilaian masing-masing pernyataan diperolehlah tingkat kecemasan ibu nifas dengan klasifikasi sebagai berikut :

Skor 1-18 : Cemas Ringan Skor 19-37 : Cemas Sedang Skor 38-56 : Cemas Berat

F. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS 1. Uji Validitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standart adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan uji realibilitas data. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahian sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sesuatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.

Uji validity telah dilakukan dengan content validity oleh dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG sebelum penelitian dilakukan. Uji validitas instrumen diberikan kepada 20 sampel untuk penelitian. Kemudian data diolah dengan


(52)

menggunakan SPSS. Jika hasil analisis setiap pertanyaan mendapatkan P value < 0,05 dinyatakan instrumen valid / sahih (Alimul, 2007).

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrumen dengan penggunaan rumus Spearman Brown.

rhitung = rtabel = n – 2 (Dengan α = 0,05)

Jika diperoleh analisis keputusan, apabila rhitung > rtabel berarti reliabel, dan apabila rhitung < rtabel berarti tidak reliabel (Alimul, 2007).

G. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam merawat bayinya. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah pertama dengan melakukan survey pendahuluan untuk mengidentifikasi banyaknya proporsi populasi dan sampel yang akan diambil. Kemudian, mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi pendidikan


(53)

program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik bersalin Niar. Setelah mendapat izin kemudian peneliti akan melakukan penelitian kepada ibu-ibu nifas dengan memberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan 14 pernyataan untuk mengukur tingkat kecemasan. Pada saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

H. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA 1) Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan memberi kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.


(54)

c. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensia.

d. Saving

Merupakan penyimpanan data untuk siap dianalisis.

2) Analisis Data

a. Univariat

Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel pengetahuan yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya.

Untuk mencari tingkat pengetahuan ibu menopause terlebih dahulu dibagi berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:

Berdasarkan Umur Dikategorikan menjadi :

1) Umur <24 Tahun 2) Umur 24-30 Tahun 3) Umur 31-35 Tahun 4) Umur >35


(55)

Berdasarkan Pendidikan Ibu Dikategorikan menjadi :

1) SD 2) SMP 3) SMA

4) Perguruan Tinggi • Berdasarkan Paritas Ibu Dikategorikan menjadi :

1) Primipara 2) Skundipara 3) Multipara

4) Grande Multipara

Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir 1) Petugas Kesehatan

2) Petugas Non Kesehatan 3) Media Elektronik 4) Media Cetak b. Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel independen dan dependen, degan uji statistik chi square menggunakan


(56)

hitungan statistik yang sesuai, dimana derajat kemaknaan α = 5%. Apabila nilai hitung > tabel, maka ho ditolak (ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir) dan apabila nilai hitung < tabel maka ho gagal ditolak (tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir).

Chi Square digunakan bila :

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis nol benar.

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5. 3. Menggunakan table 2x2


(57)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan dan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir terhadap 50 ibu nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011.

A. HASIL PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi responden yang terdiri dari umur, pendidikan, sumber informasi, paritas, pengetahuan dan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011


(58)

1. Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

< 24 10 20

24-30 32 64

31-35 6 12

> 35 2 4

Pendidikan

SD 6 12

SMP 17 34

SMA 27 54

PT 0 0

Sumber Informasi

Petugas Kesehatan 44 88

P. Non Kesehatan 1 2

Media Elektronik 2 4

Media Cetak 3 6

Paritas

Primipara 20 40

Skundipara 17 34

Multipara 8 16


(59)

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik responden berdasarkan umur adalah berumur < 24 tahun sebanyak 10 orang (20%), berumur antara 24-30 tahun sebanyak 32 orang (64%), berumur antara 31-35 tahun sebanyak 6 orang (12%) dan berumur > 35 tahun sebanyak 2 orang (4%).

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik responden berdasarkan pendidikan adalah berpendidikan SD sebanyak 6 orang (12%), berpendidikan SMP sebanyak 17 orang (34%), dan berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (54%).

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik responden berdasarkan sumber informasi yang berasal dari petugas kesehatan sebanyak 44 orang (88%), informasi yang berasal dari petugas non-kesehatan sebanyak 1 orang (2%), informasi yang berasal dari media elektronik sebanyak 2 orang (4%),dan yang berasal dari media cetak sebanyak 3 orang (6%) tentang perawatan bayi baru lahir.

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik responden berdasarkan paritas. Primipara sebanyak 20 orang (40%), skundipara sebanyak 17 orang (34%), multipara sebanyak 8 orang (16%) dan grande multipara sebanyak 5 orang (10%).

b. Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan terhadap perawatan bayi baru lahir sebagian besar menjawab ‘benar’ adalah pertanyaan nomor enam tentang perawatan tali pusat, yaitu 48 orang (96%), sedangkan sebagian besar menjawab ‘salah’ adalah pertanyaan nomor dua dan tujuh tentang pengertian perawatan pada bayi dan frekuensi memandikan bayi hanya 2 kali seminggu yaitu 47 orang (94%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(60)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban

Jumlah

Benar Salah

f % f % Σf %

1 Masa nifas merupakan masa setelah 37 74 13 26 50 100 persalinan berlangsung selama 6 minggu/42

hari.

2 Perawatan segera pada bayi baru lahir adalah 3 6 47 94 50 100 perawatan yang diberikan pada bayi

selama 1 tahun setelah melahirkan.

3 Perawatan yang diberikan pada bayi adalah 43 86 7 14 50 100 sebagai berikut, kecuali pemberian pembantu

ASI.

4 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, 39 78 11 22 50 100 antara lain kepala,wajah, kulit, badan,

lengan, kaki, pernafasan, genetalia, pergerakan dan tangisan.

5 Aspek yang paling penting dalam tindakan 39 78 11 22 50 100 segera pada bayi baru lahir adalah sebagai

berikut, kecuali bayi langsung dimandikan.

6 Perawatan tali pusat dilakukan oleh petugas 48 96 2 4 50 100 kesehatan sampai puntung tali pusat lepas.

7 Bayi dimandikan sebaiknya 2 kali seminggu. 3 6 47 94 50 100 8 Masalah yang paling sering timbul pada 35 70 15 30 50 100


(61)

9 Perubahan fisiologis (alami) pada ibu setelah 36 72 14 28 50 100 khususnya sistem reproduksi antara lain,

kecuali perkemihan.

10 Ikatan antara ibu dan bayi (bounding) 38 76 12 24 50 100 dipengaruhi oleh kesehatan emosional.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tentang perawatan bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan

Pengetahuan F Persentase (%)

Baik 34 68 Kurang 16 32

Total 50 100%

Dari hasil tabel diatas dapat digambarkan bahwa pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 34 orang (68%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (32%).


(62)

c. Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Umur Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Umur

Pengetahuan

Jumlah

Baik Kurang

F % F % F %

<24 Tahun 7 14 3 6 10 20

24-30 Tahun 21 42 11 22 32 64

30-35 Tahun 5 10 1 2 6 12

>35 Tahun 1 2 1 2 2 4

Total 34 68 16 32 50 100

Berdasarkan tabel 5.2, dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir berdasarkan umur didapat bahwa ibu nifas sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dengan umur 24-30 tahun sebanyak 21 orang (42%), dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang dengan umur >35 tahun sebanyak 1 orang (2%).


(63)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Pendidikan

Pengetahuan

Jumlah

Baik Kurang

F % F % F %

SD 5 10 1 2 7 12

SMP 14 28 3 6 17 34

SMA 15 30 12 24 27 54

PT 0 0 0 0 0 0

Total 34 68 16 32 50 100

Berdasarkan tabel 5.5, dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir berdasarkan jenjang pendidikan didapat bahwa ibu nifas sebagian besar memiliki pengetahuan baik dengan jenjang pendidikan tamatan SMA yaitu sebanyak 15 orang (30%), serta sebagian kecil ibu nifas memiliki pengetahuan kurang dengan jenjang pendidikan tamatan SD sebanyak 1 orang (2%).

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Paritas Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Paritas

Pengetahuan

Jumlah

Baik Kurang

F % F % F %

Primipara 13 36 7 14 20 40

Skundipara 12 24 5 10 17 34

Multipara 4 8 4 8 2 4

Grande Multipara 5 10 0 0 3 6


(64)

Berdasarkan tabel 5.6, dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir berdasarkan paritas didapat bahwa ibu nifas sebagian besar memiliki pengetahuan baik pada primipara sebanyak 13 orang (26%), serta sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang pada multipara sebanyak 4 orang (8%).

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Berdasarkan Sumber Informasi Ibu Nifas di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Sumber Informasi

Pengetahuan

Jumlah

Baik Kurang

F % F % F %

P. Kesehatan 31 62 13 26 44 88

P. Non Kesehatan 0 0 1 2 1 2

Media Elektronik 2 4 0 0 2 4

Media Cetak 1 2 2 4 3 6

Total 34 68 16 32 50 100

Berdasarkan tabel 5.7, dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir berdasarkan sumber informasi didapat bahwa ibu nifas sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%) memperoleh sumber informasi dari petugas kesehatan, serta sebagian kecil ibu nifas memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (2%) memperoleh sumber informasi dari petugas non-kesehatan.


(65)

d. Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner kecemasan terhadap perawatan bayi baru lahir dari 50 responden sebagian besar responden yang mengalami ‘gejala sangat berat’ terdapat pada pernyataan nomor satu yakni perasaan cemas dalam perawatan bayi baru lahir yaitu sebanyak 8 orang (16%), yang mengalami ‘gejala berat’ terdapat pada pernyataan nomor sebelas yakni perasaan perubahan pada gastrointestinal yaitu sebanyak 13 orang (26%), yang mengalami ‘gejala sedang’ terdapat pada pernyataan kedua yakni perasaan tegang dalam perawatan bayi baru lahir yaitu sebanyak 36 orang (72%), yang mengalami ‘gejala ringan’ terdapat pada pernyataan kelima yakni mengenai gangguan pada kecerdasan yaitu sebanyak 35 orang (70%).

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan

No Pernyataan

Tidak

Ada Ringan Sedang Berat

Sangat

Berat Jumlah

F % F % F % F % F % ΣF %

1 Perasaan Cemas 3 6 8 16 19 38 12 24 8 16 50 100 2 Ketegangan 1 2 8 16 36 72 4 8 1 2 50 100 3 Ketakutan 0 0 9 18 29 58 9 18 3 6 50 100 4 Gangguan Tidur 0 0 18 36 19 38 12 24 1 2 50 100 5 Gangguan Kecerdasan 3 6 35 70 2 4 8 16 2 4 50 100 6 Perasaan depresi 2 4 15 30 24 48 9 18 0 0 50 100 7 Gejala somatik / otot 4 8 17 34 23 46 6 12 0 0 50 100 8 Gejala sensorik 5 10 19 38 15 30 11 22 0 0 50 100


(66)

9 Gejala Kardiovaskuler 2 4 13 26 33 66 2 4 0 0 50 100 10 Gejala pernafasan 4 8 21 42 21 42 4 8 0 0 50 100 11 Gejala gastrointestinal 1 2 6 12 30 60 13 26 0 0 50 100 12 Gejala urogenitalia 1 2 21 42 25 50 2 4 1 2 50 100 13 Gejala otonom 2 4 18 36 21 42 9 18 0 0 50 100

14 Ibu merasakan gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi,

1 2 15 30 32 64 1 2 1 2 50 100

ketegangan otot, nafas cepat

dan muka merah.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kecemasan responden dalam perawatan bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Kecemasan

Kecemasan F Persentase%

Cemas Ringan 25 50

Cemas Sedang 14 28

Cemas Berat 11 22

Total 50 100

Dari hasil tabel diatas dapat diperoleh bahwa sebagian besar ibu nifas mengalami kecemasan ringan dalam perawatan bayi baru lahir yaitu sebanyak 25 orang (50%) dan sebagian kecil ibu nifas mengalami kecemasan berat dalam perawatan bayi baru lahir yaitu sebanyak 11 orang (22%)


(1)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya yang benama Eva Sartika Simbolon sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak Tahun 2011”.

Adapun tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Menurut teori, bayi sangat rentan terhadap penyakit dan infeksi, hal ini karena organ-organ tubuh bayi masih baru dapat beradaptasi sendiri dengan cara bekerja sendiri dan terdapat perbedaan dengan saat bayi didalam kandungan. Adapun hasil penelitian ini tidak akan memberikan dampak negative bagi saudara. Saudara tidak dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai informasi yang telah diberikan oleh saudara akan terjamin. Keikutsertaan saudara dalam penelitian ini adalah dengan sukarela. Bila saudara tidak bersedia, saudara berhak menolak diikutsertakan dalam penelitian ini dan tidak aka nada konsekuensi, perlakuan yang tidak layak maupun membeda-bedakan dengan yang lainnya.

Apabila saudara bersedia dan menyetujui menjadi responden, harap menandatangani persetujuan. Atas partisipasi saudara saya ucapkan banyak terimakasih.


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Alamat :

Telah mendapat penjelasan dan memahami mengenai segala yang akan dilakukan untuk penelitian. Dengan ini saya menyatakan setuju untuk diikutsertakan sebagai responden dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini dibuat dalam keadaan baik dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Terimakasih.

Medan, Maret 2011 Responden


(3)

Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN NIAR

KECAMATAN MEDAN PATUMBAK TAHUN 2011 A. Kuesioner Data Demografi

No. Responden :

Umur : Tahun

• Pendidikan Terakhir ibu ? A. SD

B. SMP C. SMA

D. Perguruan Tinggi

• Dari manakah ibu mengetahui nformasi tentang perawatan bayi baru lahir ? A. Petugas Kesehatan

B. Non Kesehatan (Keluarga) C. Media Elektronik

D. Media Cetak

• Paritas ibu ? A. Primipara B. Skundipara C. Multipara

D. Grandemultipara

B. Kuesioner Mengenai Pengetahuan Responden

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X), sesuai yang ibu ketahui.

1. Masa nifas merupakan masa setelah persalinan berlangsung selama? a. 6 minggu / 42 hari

b. 5 minggu / 35 hari c. 4 minggu / 28 hari

2. Perawatan segera pada bayi baru lahir adalah perawatan yang diberikan pada bayi selama? a. 1 minggu setelah melahirkan

b. 1 bulan setelah melahirkan c. 1 tahun setelah melahirkan

3. Perawatan yang diberikan pada bayi adalah sebagai berikut, kecuali: a. Memandikan bayi

b. Perawatan tali pusat


(4)

4. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, antara lain …. a. Kepala, wajah, kulit, badan, lengan, dan kaki b. Pernafasan, genetalia, pergerakan dan tangisan c. Semua diatas benar.

5. Aspek yang paling penting dalam tindakan segera pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut, kecuali …..

a. Menjaga agar bayi tetap dalam keadaan kering dan hangat b. Adanya kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin c. Bayi langsung dimandikan.

6. Perawatan tali pusat dilakukan selama …. a. 3 Minggu

b. Sampai puntung tali pusat putus c. Seumur hidup anak

7. Berapa kali sebaiknya bayi dimandikan ? a. Setiap hari

b. 2kali seminggu c. seminggu sekali

8. Masalah yang paling sering timbul pada kulit bayi, kecuali? a. Lecet

b. Ruam popok c. Panu

9. Perubahan fisiologis (alami) pada ibu setelah melahirkan khususnya sistem reproduksi antara lain, kecuali …

a. Rahim

b. Kemaluan (Vagina) c. Perkemihan

10.Ikatan antara ibu dan bayi (bounding) dipengaruhi oleh : a. Kesehatan emosional

b. Status ekonomi c. Motivasi

C. Kuesioner Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan. Jawablah sesuai yang dirasakan dan dialami ibu terhadap perawatan bayi baru lahir.

1. Perasaan cemas Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung


(5)

2. Ketegangan

Merasa tegang Mudah menangis Gelisah

Lesu Gemetar

Mudah terkejut Tidak dapat istirahat dengan nyenyak 3. Ketakutan

Saat mengendong bayi Saat merawat tali pusat bayi Saat memberi ASI Saat mengangkat kepala bayi Saat memandikan bayi Merawat kulit sensitif bayi 4. Gangguan Tidur

Sukar memulai Tidur tidak pulas Mimpi yang

menakutkan

Terbangun malam hari Mimpi buruk 5. Gangguan Kecerdasan

Daya ingat buruk Sulit berkonsentrasi Sering bingung 6. Perasaan Depresi

Kehilangan minat Bangun dini hari \

Sedih Berkurangnya kesukaan pada hobi

Perasaan berubah-ubah sepanjang hai 7. Gejala Somatik / otot

Nyeri pada otot Kedutan Suara tak stabil

Kaku otot Gigi gemeretak

8. Gejala Sensorik

Telinga berdengung Merasa lemah

Penglihatan kabur Perasaan ditusuk-tusuk Muka merah dan pucat

9. Gejala Kardiovaskuler (Jantung dan Pembuluh Darah)

Denyut nadi cepat Denyut nadi mengeras

Berdebar-debar Rasa lemah seperti mau pingsan Nyeri dada Detak jantung hilang sekejap 10.Gejala Pernafasan

Rasa tertekan didada Merasa nafas pendek / sesak Perasaan tercekik Sering menarik nafas panjang 11.Gejala Gastrointestinal (Pencernaan)

Sulit menelan Konstipasi / kesulitan buang air besar Mual muntah Nyeri lambung sebelum / sesudah makan Berat badan menurun Perut terasa penuh / kembung

Perut melilit Rasa panas diperut Gangguan pencernaan

12.Gejala Urogenetalia (Perkemihan dan Kelamin)


(6)

Tidak dapat menahan kencing Frigiditas (Hilangnya gairah seks wanita) 13.Gejala Otonom

Mulut kering Mudah berkeringat

Muka kering Bulu kuduk berdiri

Pusing / sakit kepala 14.Apakah Ibu Merasakan

Gelisah Tonus / ketegangan otot meningkat

Tidak terang Nafas pendek dan cepat

Mengerutkan dahi muka tegang Muka merah

Jumlah skor :

Kesimpulan : Tidak cemas Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali