Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PASCA SALIN YANG MENYUSUKAN DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI

DI KLINIK BERSALIN NIAR MEDAN TAHUN 2013

FEBRIANA SARI

125102129

KARYA TULIS ILMIAH

D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

ABSTRAK Febriana Sari

Latar belakang : Pengetahuan teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam pelaksanaan memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas. Analisis data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test.

Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden usia 21 – 35 tahun sebanyak 80,4%, Pendidikan Ibu mayoritas SMA sebanyak 46,4%, Pekerjaan responden mayoritas IRT sebanyak 78,6%, Jumlah anak mayoritas 3-5 sebanyak 46,4% san memperoleh sumber informasi mayoritas dari media elektronik sebanyak 41,1%.Pengetahuan Ibu mayoritas baik 76,8%, 51 responden pelaksanaan pemberikan ASI dengan baik. Hasil uji statistik diperoleh, p value =0,022 dengan

nilai α = 0,05 hal ini menunjukkan H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Disarankan bagi para ibu menyusui untuk menambah pengetahuan , wawasan dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang cara menyusui yang benar.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik dan sebagai dosen pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan serta masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada peneliti selama dalam proses belajar dan mengajar.

4. Juniarsih, Am.Keb, Pimpinan klinik yang telah memberikan izin tempat untuk dilakukannya penelitian dan membantu peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

5. Teristimewa buat Ayahanda Nuradi dan Ibunda Juriah serta Kakanda Junaidi, Gyati, Erdianto, Alm. Hermanto tercinta dan tersayang, yang telah membesarkan, membimbing, mendidik serta mengasuh saya dengan penuh


(5)

kasih sayang dari lahir hingga sampai saat ini dan telah memberikan semangat, doa, moral dan material dalam masa pendidikan.

6. Teristimewa juga buat Ramadani yang selalu memberi semangat, motivasi dan kasih sayang yang tulus kepada peneliti.

7. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi doa, semangat dan motivasi kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga kita selalu dalam rahmat dan lindungan-Nya. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan ... 6

1. Pengertian pengetahuan ... 6

2. Tingkat pengetahuan ... 7

3. Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan ... 8

B. Ibu Pasca Salin ... 10

1. Pengertian ibu pasca salin ... 10

C. Konsep Teknik Menyusui ... 11

1. Pengertian teknik menyusui ... 13

2. Macam-macam teknik posisi menyusui ... 15

3. Permulaan menyusui bayi ... 16

4. Cara menyusui ... 16

5. Langkah-langkah menyusui ... 17

6. Menyendawakan bayi ... 18

7. Lama menyusui ... 18

8. Frekuensi menyusui ... 18

9. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar ... 19

10.Manfaat cara menyusui yang baik ... 16

D. Pelaksanaan Pemberian ASI ... 19

1. Kolostrum ... 19

2. Air susu transisi ... 20

3. Air susu matur ... 20

4. Komposisi ASI ... 20

5. Proses terbentuknya ASI ... 22

6. Aspek-aspek keungguulan ASI ... 23


(7)

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Hipotesis ... 26

C. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Lokasi dan waktu penelitian ... 28

D. Pertimbangan etik penelitian ... 29

E. Instrumen penelitian ... 30

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

G. Prosedur pengumpulan data ... 33

H. Analisis Data ... 34

1. Analisa univariat ... 34

2. Analisa bivariat ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil penelitian ... 36

1. Karakteristik responden ... 36

2. Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui ... 37

3. Pelaksanaan pemberian ASI... 39

4. Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan... 40

B. Pembahasan ... 41

1. Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui ... 41

2. Pelaksanaan pemberian ASI ... 42

3. Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTARPUSTAKA ... 47


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

DAFTAR SKEMA

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ” Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Tentang Teknik Menyusui Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013” ... 26


(10)

DAFTAR TABEL

5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 37 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan kuesioner

tentang teknik menyusui di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 38 5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan

tentang teknik menyusui di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 39 5.4 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian ASI berdasarkan lembar

checlist di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 39 5.5 Distribusi frekuensi pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin

Niar Tahun 2013 ... 40 5.6 Hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang

teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 ... 41


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Kuesioner dan Daftar Checklist

Lampiran 4 Lembar Content Validity Index (CVI) Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Analisa Lampiran 9 Lembar Konsultasi


(12)

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013

ABSTRAK Febriana Sari

Latar belakang : Pengetahuan teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam pelaksanaan memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Niar Medan Amplas. Analisis data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test.

Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden usia 21 – 35 tahun sebanyak 80,4%, Pendidikan Ibu mayoritas SMA sebanyak 46,4%, Pekerjaan responden mayoritas IRT sebanyak 78,6%, Jumlah anak mayoritas 3-5 sebanyak 46,4% san memperoleh sumber informasi mayoritas dari media elektronik sebanyak 41,1%.Pengetahuan Ibu mayoritas baik 76,8%, 51 responden pelaksanaan pemberikan ASI dengan baik. Hasil uji statistik diperoleh, p value =0,022 dengan

nilai α = 0,05 hal ini menunjukkan H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Disarankan bagi para ibu menyusui untuk menambah pengetahuan , wawasan dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang cara menyusui yang benar.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keyakinan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Roesli, 2000).

Setiap wanita dilengkapi dengan kodrat yang dimulai dari masa akil balig yaitu menstruasi, beranjak dewasa dan menikah. Wanita juga dilengkapi dengan kemampuan untuk mengandung, melahirkan serta diberi kemampuan untuk dapat menyusui sampai mengalami menopause. Banyak hal yang membuat kita kagum terhadap-Nya, dikarenakan sebuah keunikan tiada tara mulai dari sifat, perilaku, bahkan siklus metabolisme (Aulia, 2009).

Kodrat yang diberikan kepada wanita ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimillikinya, yakni rahim dan semua bagiannya untuk tempat tumbuh kembang janin selama di dalam kandungan dan payudara untuk dapat menyusui bayinya ketika sudah dilahirkan. Artinya semua wanita berpotensi untuk menyusui bayinya, sama dengan potensinya untuk dapat mengandung dan melahirkan (Perinasia, 2004).

Menyusui merupakan kewajiban bagi setiap ibu yang telah melahirkan seorang bayi. Menyusui merupakan wujud kasih sayang yang diberikan seorang ibu kepada bayinya. Dengan menyusui, berarti ibu sudah memberikan hal yang sangat berharga kepada bayinya ( Prasetyono, 2010).


(14)

ASI adalah nutrisi sempurna untuk bayi dan mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan bayi. ASI juga memberikan perlindungan karena ASI bermanfaat memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus akan terlindungi dari serangan penyakit sistem pernapasan dan pencernaan. Hal ini zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung untuk melawan serangan penyakit (Novianti, 2009).

ASI memiliki khasiat yang besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau yang bersedia memberikan ASI selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia pada tahun 2007, diketahui bahwa angka pemberian ASI turun dari 40% mejadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat 3 kali lipat. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Antara lain karna pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah dalam hal teknik menyusui (Roesli, 2000).

Pemberian ASI serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Selain ibu akan mendapatkan proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupanya (Roesli, 2000).

Teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayinya. Teknik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi saat kehamilan


(15)

atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing (Perinasia, 2004).

Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemberian ASI di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini (Perinasia, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Sri M (2006), di Bidan praktek swasta Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dengan jumlah penelitian 45 responden. Sampel diambil dari total populasi dengan desain yang digunakan adalah

cross sectional survey. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu

tentang cara menyusui yang benar cukup baik, untuk sikap ibu tentang cara menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji tersebut 0,000 nilai ini < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.

Hasil penelitian Dhames Angsuko (2009), di BPS Yuda Yulia Klaten dengan jumlah responden 50 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan menyusui dalam pemberian ASI. Dari dasil

uji Spearman rank didapat hasil koefisien korelasi sebesar 0,544. Dimana nilai t


(16)

ada hubungan yang positif yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang cara menyusui semakin baik pula pelaksanaan pemberian ASI.

Apabila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan putting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang benar (Roesli, 2005).

Berdasarkan uraian diatas sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan lebih memahami tingkat pemberian ASI yang diberikan ibu pada bayinya. Maka peneliti mencoba membahasnya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian bagaimana hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:


(17)

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di Klinik bersalin Niar

c. Mengidentifikasi pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar

d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di Klinik bersalin Niar

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu

Untuk meningkatkan informasi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

2. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti dapat memperoleh pengetahuan teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI dan dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk memberikan informasi petugas kesehatan tentang hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI

4. Bagi Institusi

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah sumber bacaan atau pun pustaka bagi para mahasiswa.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Rogers (1974) bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu Awereness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. Interest (merasa tertarik), dimana orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus. Evaluation (menilai) dimana seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial (mencoba) dimana orang tersebut telah mencoba berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Adoption (mengadopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikapnya terhadap stimulus.


(19)

2 . Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu Tahu(know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. Memahami (comperehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi pada kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Sintesis (Synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek pengetahuan.


(20)

3. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan

3.1 Pendidikan

Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang yang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. Berdasarkan pendapat Ahmadi (2007), menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah laku dihasilkan dalam diri orang itu melalui kelompok. Proses pendidikan dimulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.

a.

(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

c. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

3.2 Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Pembagian umur menurut tingkat kedewasaan:

a. Ibu dewasa muda (≤ 20 tahun) b. Ibu dewasa madya (20-35 tahun) c. Ibu dewasa akhir (≥ 35 tahun)


(21)

3.3 Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama ataupun kewajiban yang dilakukan ole Indonesia, 2008). Pekerjaan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang tersebut berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Pada umumnya semakin baik pekerjaan seseorang akan semakin baik pemahaman dan pengetahuannya terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

3.4. Paritas

Menurut Sumarah (2009), paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas menyatakan jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, baik hidup maupun mati. Paritas dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Primipara adalah ibu dengan paritas 1 b. Multipara adalah dengan paritas 2-5

c. Grandemultipara adalah ibu dengan paritas > 5

3.5. Sumber Informasi

Menurut Notoadmojo (2007) media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karna alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga, yakni:


(22)

a. Media cetak

Media ini sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :

- Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

- Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang di lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.

- Flyer (Selebaran) Seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

- Flipchart (Lembar balik)merupakan media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk buku, dimana tiap lembar halaman berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

- Rubrik merupakan tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

- Poster merupakan bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di dinding, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.

b. Media elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda,antara lain

- Televisi merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara,sinetron,forum diskusi aatu


(23)

tanya jawab sekitar masalah kesehatan,pidato (ceramah),TV sport, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

- Radio merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam, antara lain, obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

- Video merupakan penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat melalui video.

- Slide juga dapat digunakan untuk menyampaiankan informasi kesehatan. - Film strip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi

kesehatan.

c. Petugas kesehatan

Merupakan orang yang dapat menyampaikan informasi. Petugas kesehatan yaitu dokter, bidan, perawat maupun tenaga ahli dalam bidang kesehatan.

B. Ibu Pasca Salin

Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan (IBI, 2006).

Ibu pasca salin merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Masa ini disebut juga masa postpartum. Pada masa ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan (Dita Andira, 2010).

Periode postpartum terbagi atas 3 masa yaitu Immediate Puerperium merupakan periode dimana keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan). Early Puerperium merupakan periode dimana keadaan yang terjadi pada permulaan nifas, waktu 1 hari setelah


(24)

melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama). Late Puerperium merupakan periode dimana periode 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

Pada postpartum ini banyak terjadi perubahan pada tubuh. Misalnya uterus (rahim) yang terjadinya membesar karena pertumbuhan janin, pada saat ini kembali ke ukurannya seperti sebelum hamil. Post partum ini bersamaan dengan masa menyusui saat seperti ini merupakan saat-saat penting bagi keberhasilan seorang ibu memberikan ASI kepada buah hatinya. (Dita Andira, 2010).

C. Konsep Teknik Menyusui 1. Pengertian Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang baik adalah salah satu cara atau metode yang diterapkan dalam proses pemberian ASI yang merupakan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan bayi dan ibu yang dilakukan dengan baik. Seorang ibu dan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting terasa nyeri dan masih banyak masalah lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam hal emosi. Untuk itu, seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Cadwell, 2008) yang terdiri dari:


(25)

1.1Postur timbangan atau madonna

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman

• Bayi berbaring miring, menghadap ibu

• Sisi kepala dan tubuh bayi berada ditengah lengan bawah ibu disebelah payudara yang dihisap.

1.2Postur timbangan menyilang

Posisi ini dianggap sangat berguna bagi ibu dan bayi baru lahir atau bayi prematur.

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman

• Bayi berbaring miring, menghadap ibu

• Sisi tubuh bayi berada dilengan bawah ibu pada sisi yang berlawanan dengan payudara yang digunakan untuk menyusui

• Tangan menyangga leher dan bahu bayi sedemikian rupa agar bayi dapat menegakkan kepalanya.

1.3Postur football atau mengepit

• Ibu duduk dengan posisi yang nyaman

• Bayi berbaring terlentang, meringkuk diantara sisi dada dan lengan ibu

• Tubuh bagian atas bayi disanggah oleh lengan bawah ibu

• Tangan ibu menyanggah leher dan bahu bayi

• Pinggul bayi fleksi pada belakang kursi atau permukaan lain tempat ibu bersandar

1.4postur semi-sandar

• Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman, postur semi-sandar

• Ibu condong kebelakang dan bayi berbaring berhadapan dengan tubuh ibu, biasanya berbaring miring


(26)

1.5postur berbaring miring • Ibu berbaring miring

• Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu

• Lengan ibu yang terdekat degan matras atau selimut gulung menyangga punggung bayi

1.6Postur Australia

• Ibu berbaring terlentang

• Bayi bersandar pada dada ibu

• Posisi ini berguna saat ibu memiliki produksi ASI yang banyak atau aliran ASI yang deras/cepat karena membuat bayi lebih mampu menggerakkan kepalanya.


(27)

(28)

2. Permulaan Menyusui Bayi

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya ibu mulai menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara disebut kolostrum, dan kolostrum konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam yang merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan lebih banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi.

3. Cara Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah karena tidak mengetahui cara menyusui yang benar. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.


(29)

disimpan dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan dalam lemari pendingin dapat bertahan 2 kali 24 jam. Jika disimpan dalam freezer dapat bertahan hingga 6 bulan. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam botol atau wadah yang direndamkan ke dalam air hangat (suhu kurang lebih 50ºC). Jika bekerja, upayakan ada waktu untuk mengeluarkan ASI secara teratur (minimal 2 jam sekali ASI dikeluarkan).

4. Langkah-langkah menyusui yang baik

- Cuci tangan yang bersih, jika perlu gunakan sabun

- Sebelum menyusui, putting susu dan areola mammae dibersihkan

- Kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit

- Bayi diletakkan menghadap dada ibu / payudara

- Pilihlah teknik menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi - Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

- Payudara dipegang dengan jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu

- Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi - Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan putting susu serta areola dimasukkan ke mulut bayi - Setelah bayi menghisap tak perlu dipegang atau disanggah, berikan ASI

dari payudara yang satu sampai kosong sebelum pindah ke payudara yang satunya lagi

- Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah.


(30)

5. Menyendawakan Bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan, bayi diletakkan dipaha ibu, kepala bayi disanggah atau ditopang dengan sebelah kanan ibu, tangan lainnya mengusap penggung bayi perlahan sampai bayi bersendawa atau bila bayi tidur setelah disusui, letakkan ditempat tidur dengan posisi miring ke kanan atau tengkurap, udara akan keluar dengan sendirinya.

6. Lama menyusui

Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 15 menit. Jadi lama menyusui adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu tahun pertama sekitar 400-700 ml/24 jam, tahun kedua sekitar 200-400 ml/24 jam, sesudah itu sekitar 200 ml/24 jam.

7. Frekuensi menyusui

Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bayi biasanya 1,5 – 2 jam sekali sehingga frekuensi menyusui kira-kira 8-12 kali/24 jam. Setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik.

8. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik menyusui yang benar, dapat dilihat bahwa bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi, bayi tampak menghisap kuat dengan irama


(31)

perlahan, ASI keluar dengan optimal, putting susu ibu tidak terasa nyeri dan tidak lecet, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus dan kepala tidak menengadah serta adanya ikatan cinta dan sayang ibu dengan bayinya.

E. Pelaksanaan Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara mulai dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan yang banyak mengandung protein, antibody (sangat membantu kondisi bayi yang sangat lemah), mineral dibandingkan dengan ASI yang matur, namun kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dari ASI matur. Hal ini karena disebabkan aktivitas bayi pada tiga hari petama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI).

2. Air Susu Transisi

Air susu masa peralihan diproduksi pada hari keempat sampai kesepuluh. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan


(32)

terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi dengan lingkungan.

3. Air Susu Matur

Air susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai enam bulan (Prasetyono, 2009).

4. Komposisi ASI

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI-RASIO jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil.

Hidrat Arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf atas, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Di dalam pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu “Whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan whey ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang whey PASI. Protein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi sembelit bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji


(33)

cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI.

c. Lemak

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzim pemerah lemak (II Pase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan sepuluh menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.

d. Mineral

ASI mengandung mineral lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur enam bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75 % dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bisa terserap dalam PASI yang hanya berjumlah sekitar 5 sampai 10 %.

e. Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio (Rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari (Prasetyono, 2009).


(34)

5. Proses Terbentuknya ASI

a. Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut offerent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memasuki hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.

b. Refleks Aliran

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi pada saat menyusui selain mempengaruhi oleh hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin. Dimana setelah oksitoksin dilepas kedalam darah akan mengacuh otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus sinus menuju puting susu. Refleks Let Down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi ataupun tanda-tanda lain dari Let

Down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini

dipengaruhi oleh kejiwaaan ibu (Prasetyono, 2009).

6. Aspek-Aspek Keunggulan ASI

a. Aspek Gizi

Kolostum mengandung protein, vitamin A yang tinggi mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum akan membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama bewarna hitam kehijauan.

Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matang atau matur. Tapi kandungan lemak dan laktosa (gula darah) lebih rendah dari ASI matur.


(35)

Selain itu kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D dan K dan mineral, terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk menguraikan karbohidrat). Ini membantu kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang memang belum sempurna (Prasetyono, 2009).

b. Aspek Psikologis

Pemberian ASI pada bayi memberikan rasa percaya diri ibu untuk menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui juga dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon, terutama oksitoksin yang pada akhirnya akan meningatkan produksi ASI. Pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada kesatuan ibu dan kasih sayang ibu pada bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena merasakan kehangatan tubuh dan mendengar denyut ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih berada dalam rahim.

c. Aspek kecerdasan

Interaksi ibu dan bayi juga kandungan nilai gizi dalam ASI. Sangat diperlukan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa Intelligent Questient (IQ) pada bayi yang diberi ASI adalah 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia tiga tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi usia 8,5 tahun dibanding bayi yang tidak diberi ASI.


(36)

d. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap, dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

e. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, maka ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur empat bulan. Ibu bisa menghemat pengeluaran rumah tangga karena tidak perlu membeli susu formula dan peralatannya.

f. Aspek Penundaan Kehamilan

Menyusui secara eksklusif bisa menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode amenorae laktasi (Prasetyono, 2009).

7. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup

Bayi akan terlihat puas setelah menyusu, bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu), puting dan payudara tidak luka atau nyeri, setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari, apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.


(37)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan, sedangkan variabel dependen adalah pelaksanaan pemberian ASI. Secara skematis, kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Karakteristik Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1: Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013.

-Pendidikan

-Umur

-Pekerjaan

- Paritas

Pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan

Pelaksanaan pemberian ASI


(38)

C. Defenisi Operasional

N

o. Variabel

Defenisi Operasional

Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Variabel

independen: pengetahuan

Segala sesuatu yang di ketahui ibu pasca salin yang menyusukan di klinik bersalin Niar tentang teknik menyusui • Posisi menyusui • Cara menyusui yang benar • Lama menyusui • Frekuensi menyusui • Manfaat menyusui Wawan cara

Kuesioner 1. Baik : bila benar 10-15 soal dari seluruh

pertanyaan yang diberikan

2. Cukup: bila benar 5-10 soal dari seluruh pertanyaan yang diberikan

3. Kurang : bila benar < 5 soal dari seluruh pertanyaan yang diberikan

Ordinal

5. Variabel dependen: Pelaksanaan pemberian ASI Melakukan tindakan pemberian ASI saat menyusui dengan posisi menyusui yang benar, cara menyusui , lama menyusui dan frekuensi menyusui di klinik bersalin Niar Wawan cara Lembar checlist 1. Baik: apabila menjawab ya dalam pelaksanakan pemberian ASI, yaitu 6- 10 pernyataan 2. Buruk: apabila menjawab ya dalam Pelaksanakan pemberian ASI, yaitu <5 pernyataan Ordinal


(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan

cross sectional bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu pasca

salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar Medan Amplas Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu pasca salin yang menyusukan yang berada di klinik bersalin Niar pada bulan Maret - Mei 2013 adalah 56 orang (Buku registrasi klinik bersalin Niar tahun 2013).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling yaitu berjumlah 56 orang.

C. Lokasi dan WaktuPenelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Patumbak, Medan Amplas di Klinik bersalin Niar. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Klinik bersalin Niar selalu melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini sehingga akan mempengaruhi pelaksanaan pemberian ASI. Pada saat melaksanakan IMD, ibu pasca salin juga bisa mengetahui bagaimana cara menyusui bayi yang benar dan hal itu akan diterapkannya dalam menyusui bayinya. Jumlah responden mencukupi untuk dijadikan sampel penelitian


(40)

dan di klinik bersalin Niar belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat izin dari program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan dan Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara serta persetujuan pimpinan Klinik bersalin Niar. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data, selanjutnya akan dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent) penelitian. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri.

Peneliti melindungi subjek dari nama baik, bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang mungkin timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner, tetapi dengan member kode pada masing-masing lembar tersebut. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

E. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar checklist. Bagian pertama kuesioner adalah data karakteristik responden yaitu: pendidikan, umur, pekerjaan, paritas dan sumber informasi. Jumlah kuesioner sebanyak 15 buah soal yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka dengan model


(41)

kuesioner multiple choice. Di mana jawaban yang benar diberi score 1 dan yang salah di beri score 0. Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut:

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil Nilai terbesar : 15

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang : nilai terbesar – nilai terkecil : 15 – 0

: 15

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) = rentang = 15 = 5 Banyak kelas 3

d. Menentukan kategori berdasarkan perolehan nilai

Baik : apabila responden mendapatkan skor 11 – 15 Cukup : apabila responden mendapat skor 5 - 10 Kurang : apabila responden mendapat skor < 5

Lembar checklist diisi oleh responden dengan memberikan tanda centang atau checklist (√) pada pernyataan yang dilakukan responden yaitu dengan ya atau tidak. Jumlah pernyataan dalam lembar checklist sebanyak 10 buah. Jika ya diberi score 1 dan tidak diberi score 0. Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut:

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil Nilai terbesar : 10


(42)

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R) Rentang : nilai terbesar – nilai terkecil : 10 – 0

: 10

c. Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang kelas (i) = rentang = 10 = 5 Banyak kelas 2

d. Menentukan kategori berdasarkan perolehan nilai

Baik : apabila responden mendapatkan skor 6 – 10 Buruk : apabila responden mendapat skor 0 - 5

F. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian dibuat langsung oleh peneliti, dikarenakan instrumen penelitian merupakan baru maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui berapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

1. Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner pengetahuan tentang teknik menyusui, peneliti melakukan teknik content validity yang membuktikan instrumen lebih sah yang akan dilakukan oleh salah seorang dosen dalam kebidanan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Juliani SST, MARS


(43)

dengan content validity index (CVI). Didapat nilai validitas 0,82, sehingga dinyatakan instrumen penelitian ini valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercayakan untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesahihan atau konsistensi jawaban yang diberikan responden atas pernyataan dari kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan kepada ibu pasca salin yang menyusukan di klinik bersalin Sumiariani, SST. Kemudian data diolah dengan sistem komputerisasi mencari koefisien reliabilitas dengan cronbach alpha. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai

“alpha”, ketentuannya bila r alpha > konstanta (0,6), maka pertanyaan tersebut

reliable. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner, maka hasilnya menunjukkan bahwa dari 15 pertanyaan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan diuji cobakan diperoleh nilai alpha 0,890> 0,6.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian melalui bagian pendidikan Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan dan Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat izin, peneliti menyampaikan surat ke Klinik bersalin Niar Medan Amplas. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan untuk mengadakan penelitian, maka peneliti melakukan pengumpulan data responden. Peneliti berjumpa langsung pada responden pada saat pasca salin di ruang nifas klinik bersalin Niar. Dalam melaksanakan penelitian ini tidak ada responden yang menolak.


(44)

Langkah berikutnya peneliti membagikan kuesioner pada responden, serta peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan efek dari penelitian ini. Calon responden yang bersedia ,diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Pada saat pengisian data dari responden diberikan waktu selama 5 menit untuk mengisi data. Setelah itu responden yang bersedia, diminta mengisi kuesioner selama 30 menit dengan memberikan tanda silang pada jawaban yang benar.

Kemudian memberikan tanda checklist pada bagian kuesioner pelaksanaan pada kolom ya atau tidak selama 10 menit. Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan dan mengumpulkan data untuk dianalisa. Apabila peneliti tidak berada di tempat penelitian pada saat ada responden, peneliti meminta tolong kepada pegawai klinik atas nama Siti Aisyah, AMKeb untuk membantu memberikan kuesioner kepada responden yang ada. Banyaknya responden yang dibantu berjumlah 18 orang.

H. Analisa Data

Analisa data yang terkumpul, maka peneliti mengolah dengan beberapa tahap, yang pertama Editing yaitu hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir. Kemudian

Coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau

bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data.

Tabulasi yaitu membut tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti.

Metode statistic untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(45)

1. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan karekteristik masing-masing variable yaitu, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan sumber informasi. Data bersifat kategorik digunakan untuk menganalisis univariat yaitu mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan umur, distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan, distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan, distribusi frekuensi berdasarkan paritas dan distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variable tersebut yaitu pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI. Dalam menganalisa data secara

bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact

Test dengan taraf signifikan α = 0,05. Pedoman dalam menerima hipotesa : apabila

nilai P> 0,05 maka Ho ditolak yang berarti tidak ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI. Apabila nilai P <0,05 maka Ho gagal ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 56 responden.

Setelah melakukan pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data dan analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

1. Karekteristik Responden

Hasil dari karakteristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang 21-35 tahun yaitu 80,4%, minoritas (10,7%) pa rentang usia < 20 tahun, dengan tingkat pendidikan mayoritas adalah SMA yaitu 46,4%, minoritas (7,1%) pada pendidikan Perguruan Tinggi. Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai IRT yaitu 78,6%, minoritas sebagai Pegawai sipil (5,4%).Mayoritas responden dengan memiliki 3-5 anak yaitu 46,4 %, minoritas memiliki 2 anak (19,6%) serta memperoleh sumber informasi mayoritas dari media elektronik yaitu 41,1% dan minoritas memperoleh sumber informasi dari petugas kesehatan (25%).


(47)

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan sumber informasi di Klinik

bersalin Niar Medan Tahhun 2013 (n = 56 )

No Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)

Umur

1 < 20 tahun 6 10,7

2 21 – 35 tahun 45 80,4

3 > 35 tahun 5 8,9

Pendidikan

1 SD 10 17,9

2 SMP 16 28,6

3 4 SMA PT 26 4 46,4 7,1 Pekerjaan

1 IRT 44 78,6

2 Wiraswasta 9 16

3 1 2 3 4 Pegawai Sipil Jumlah anak 1 anak 2 anak 3 – 5 anak >6 anak 3 19 11 26 0 5,4 33 19,6 46,4 0 1 2 3 Sumber Informasi Media cetak Media elektronik Petugas kesehatan 19 23 14 33,9 41,1 25

2. Pengetahuan Ibu Yang Menyusukan

Hasil frekwensi pengetahuan responden tentang teknik menyusui menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di klinik bersalin Niar dari 56 responden terdapat 43 responden pengetahuannya baik (76,8 %), 13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%) dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang.


(48)

Tabel 5.2

Distribusi frekwensi pengetahuan responden berdasarkan kuesioner tentang teknik menyusui Di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No

. Pertanyaan

Pilihan Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Apa yang dimaksud dengan cara menyusui 45 80,4 11 19.6 2 Salah satu posisi menyusui yang baik dan

dianggap sangat berguna untuk bayi kurang bulan

31 55,4 25 44,6 3 Menurut ibu, bagaimana cara menyusui yang baik 43 76,8 13 23,2 4 Menurut ibu, apa yang menjadi masalah pada saat

menyusui

55 98,2 1 1,8

5 Jika bayi menyusu tidak benar, apa yang akan terjadi?

46 82.1 10 17.9 6 Sebaiknya berapa lama bayi menyusu 42 75 14 25 7 Sebaiknya jarak bayi menyusu berapa jam sekali 27 48,2 29 51,8 8 Menurut ibu, apakah manfaat Isapan bayi 53 94,6 3 5,4 9 Menurut ibu, cara melepas isapan bayi pada

putting susu adalah

33 58,9 23 41,1 10 Air susu ibu yang pertama kali keluar sampai hari

ke-3 disebut

42 75 14 25 11 Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 4 sampai

hari ke- 10 disebut

33 58,9 23 41,1 12 Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 11 sampai

seterus nya di sebut

26 46,4 30 53,6 13 Menurut ibu, apakah manfaat bayi disendawakan

setelah menyusu

48 85,7 8 14,3 14

15

Menurut ibu, bagaimana cara menyendawakan bayi setelah menyusu?

Menurut ibu, apakah manfaat cara menyusui yang baik pada ibu

54 56 96,4 100 2 0 3,6 0 Dari jawaban responden menunjukkan bahwa pertanyaan yang mayoritas dijawab benar adalah pertanyaan nomor 15 sebanyak 100%. Pertanyaan yang mayoritas dijawab salah adalah pertanyaan nomor 12 sebanyak 53,6%.Maka tingkat pengetahuan responden tentang teknik menyusui dapat dikategorikan baik, cukup dan kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(49)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No Pengetahuan Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

1 2 Baik Cukup 43 13 76,8 23,2

Total 56 100

3. Pelaksanaan Pemberian ASI

Berdasarkan hasil pernyataan dalam lembar checklist diketahui bahwa mayoritas responden menjawab ya terdapat pada pernyataan nomor 1 sebanyak 98,2%, minoritas pada pernyataan nomor 5 sebanyak 41,1% dan mayoritas responden menjawab tidak pada pernyataan nomor 5 sebanyak 58,9% dan minoritas menjawab tidak pada pernyataan nomor 1 sebesar 1,8%.

Tabel 5.4

Distribusi frekwensi pelaksanaan pemberian ASI berdasarkan lembar checlist di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No

. Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Ya Tidak

f % F %

1 Memilih posisi yang nyaman untuk menyusui 55 98,2 1 1,8 2

Payudara di pegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu

44 78,6 12 21,4

3 Areola mammae masuk keseluruhan ke dalam mulut bayi

44 78,6 12 21,4 4 Menyusui dengan menggunakan kedua payudara

secara berganti-gantian

54 96,4 2 3,6 5 Jarak menyusui sekitar 1,5 jam – 2 jam sekali 23 41,1 33 58,9 6 Lama menyusui sekitar 10 – 15 menit 39 69,6 17 30,4 7 Melepas isapan dengan menekan dagu ke bawah

atau menggunakan jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi

37 66,1 19 33,9

8 Isapan bayi tidak mengakibatkan putting susu lecet selama menyusui dan produksi ASI lancar

54 96,4 2 3,6 9 Menyendawakan bayi dengan menepuk perlahan

punggung bayi sampai bayi bersendawa

54 96,4 2 3,6 10 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis

lurus serta kepala tidak menengadah


(50)

Hasil Tabel menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar dari 56 responden terdapat 51 responden dengan pelaksanaan pemberian ASI baik (91,1%), 5 responden dengan perilaku menyusui buruk (8,9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik bersalin Niar Tahun 2013 (n = 56)

No Pelaksanaan pemberian ASI Frekuensi (f) Persentase (%) 1 2 Baik Buruk 50 6 89,3 10,7

Total 56 100

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin yang Menyusukan tentang Teknik Menyusui dengan Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar Tahun 2013

Pada analisa bivariat, peneliti akan melihat hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian asi di klinik bersalin Niar tahun 2013 dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test diperoleh dari 56 responden 41 responden (95,3%) dengan pengetahuan baik dan pelaksanaan baik. 2 responden (4,7%) dengan pengetauan baik dan pelaksanaan buruk, 9 responden (69,2%) dengan berpengetahuan cukup dan pelaksanaan baik, 4 responden (30,8%) dengan berpengetahuan dukup dan pelaksanaan buruk.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test, diperoleh hasil P value 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan pemberian ASI. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan


(51)

pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik.

Tabel 5.6

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI di Klinik Bersalin Niar

Tahun 2013 (n = 56)

No Pengetahuan

Pelaksanaan Pemberian

ASI Total P

value OR

Baik Buruk

F % F % f %

1 2 Baik Cukup 41 9 95,3 69,2 2 4 4,7 30,8 43 13 100

100 0,022 9,11

Total 51 91,1 5 8,9 56 100

B. Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan, pelaksanaan pemberian ASI serta hubungan antara pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI.

1. Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang teknik menyusui pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 56 responden terdapat 43 responden pengetahuannya baik (76,8 %), 13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%) dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Terdistribusi pada usia antara 20 – 35 tahun sebanyak 45 orang (80,4%).

Menurut Notoatmodjo (2006) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah atau kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang.


(52)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dhames Vidia Angsuko (2009) dalam hasil penelitian dengan uji korelasi spearman rank dari 50 responden yaitu ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku menyusui dalam pelaksanaan pemberian ASI. Karena nilai koefisien bertanda positif, berarti ada hubungan positif antara pengetahuan dengan perilaku menyusui yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang cara menyusui maka semakin baik perilaku menyusui bayinya.

B. Pelaksanaan Pemberian ASI

Hasil penelitian tentang pelaksanaan menyusui pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 56 responden terdapat 50 responden dengan pelaksanaan pemberian ASI baik (89,3%), 6 responden dengan perilaku menyusui buruk (8,9%).

Menurut Notoatmodjo (2006) Terbentuknya perilaku dalam melaksanakan sesutu tidak terjadi begitu saja, melainkan proses kontinu antara individu – individu disekitarnya. Dapat disebutkan manusia berperilaku karena dituntut oleh dorongan dari dalam sedangkan dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan. Jadi perilaku timbul karena dorongan dalam rangka memenuhi kebutuhan (Purwanto, 1999).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Kamelia, 2011) bahwa sebagian besar ibu – ibu berpengetahuan baik mempunyai perilaku pemberian ASI yang baik. Ibu menyusui mempunyai kebutuhan untuk menjaga kesehatan diri dan bayinya, yang dipersiapkan agar dapat memberikan ASI dengan sempurna kepada bayinya.

Klinik bersalin Niar merupakan sarana kesehatan yang menerapkan program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada semua pasien bersalin. IMD akan mempengaruhi perilaku ibu menyusui karena pada saat melaksanakan IMD ibu bisa tau bagaimana cara menyusui bayi yang benar dan itu akan diterapkannya dalam menyusui bayinya.


(53)

Hal ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (1997) bahwa penanganan di ruang bersalin, rawat gabung dan nasehat pada saat akan pulang yang berkesinambungan maka akan membantu keberhasilan menyusui.

C. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan statistik untuk mencari hubungan antara pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test, diperoleh hasil P value 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik.

Dari teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2006) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dari sini dapat kita ketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengetahuan dengan perilaku manusia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan perilaku dalam pelaksanaan pemberian ASI. Disini berarti ada kesesuaian antara teori dengan fakta yang ada.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan “ Hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan tentang cara menyusui dari

56 responden terdapat terdapat 43 responden pengetahuannya baik (76,8 %), 13 responden dengan pengetahuan cukup (23,2%) dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang.

2. Pelaksanaan Pemberian ASI dari 56 responden terdapat 50 responden dengan pelaksanaan pemberian ASI baik (89,3%), 6 responden dengan perilaku menyusui buruk (8,9%), terdistribusi pada usia antara 21– 35 tahun.

3. Dari 56 responden responden berpengetahuan baik dengan pelaksanaan baik sebesar 95,3%, berpengetahuan baik dengan pelaksanaan buruk sebesar 4,7% dan berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik sebesar 69,2% , berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan buruk 30,8%.

4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact test pada tingkat kepercayaan 95%, alpha 0,5 diperoleh hasil Pvalue 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa H0 gagal ditolak yang artinya terdapat beda proporsi yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI di klinik bersalin Niar tahun 2013. Diperoleh nilai OR = 9,11, artinya ibu yang memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui dengan kategori baik mempunyai


(55)

peluang 9,11 kali melakukan pelaksanaan baik dalam pemberian ASI dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup dengan pelaksanaan baik.

B. Saran

1. Responden

Diharapkan para ibu menyusui menambah pengetahuan, wawasan dan mencari informasi yang sebanyak- banyaknya tentang cara menyusui yang benar serta meningkatkan hubungan antar individu yang nantinya bisa berbagi informasi, pengalaman serta saling mendukung dalam memberikan ASI kepada bayinya.

2. Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan khususnya Bidan lebih meningkatkan pengetahuan sebagai upaya memberikan informasi yang benar dan lebih banyak memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI serta cara menyusui yang benar.

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang khususnya tentang masalah ASI dan menyusui.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Andira, D. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Angsuko, D. (2009).Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI dan Prilaku Menyusui Usia

0-6 bulan di Bidan Yuda. Klaten. Diambil tanggal 28 Oktober 2012

dari

Arikunto, S. (2005). Proses Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

www.ebsco.com

Aulia. I. (2009). Memahami Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Nuha Medika Cadwell, Karin. (2008). Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC

Hidayat A. Azis (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data, . Jakarta : Salemba Medika.

Hartati, Diah. (2010). Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Jakarta : Citra Medika

Muliani. S (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Cara

Menyusui Yang Benar Bidan Praktek Swasta Desa Ampeldento

Kecamatan Pakis.Malang. Diambil tanggal 28 Oktober 2012 dari

Notoadmojo. (2006).Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

www.ebsco.com

. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC

Novianti, Ratih. (2009). Menyusui Itu Indah. Yogyakarta : OCTOPUS Anggota IKAPI

Perinasia. (2004). Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2. Jakarta : Perinasia Prasetyono, D. Sunar (2009). Buku Pintar Asi Eksklusif. Yogyakarta : DIVA Roesli,Utami. (2005). Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Pustaka Bunda

Sitohang, N.A & Farida L.S.S. (2012). Panduan Penyusunan Karya Tulis

Ilmiah D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Medan :


(57)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Dengan Hormat,

Nama Saya Febriana Sari, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Pasca Salin Yang Menyusukan Dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Di Klinik bersalin Niar Medan Tahun 2013”.

Menyusui merupakan kewajiban bagi setiap ibu yang telah melahirkan seorang bayi. Menyusui merupakan wujud kasih sayang yang diberikan seorang ibu kepada bayinya. Dengan menyusui, berarti ibu sudah memberikan hal yang sangat berharga kepada bayinya, karena air susu ibu (ASI) adalah salah satu makanan yang terbaik bagi bayi ( Priyono, 2010).

Teknik menyusui merupakan cara dimana ibu memberikan ASI kepada bayi nya. Tekhnik menyusui ini berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI. Keberhasilan menyusui di dukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing (Perinasia, 2004).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI.

Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada ibu tentang:

a. Data demografi seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Wawancara akan di lakukan selama 5 menit.


(58)

b. Memberikan kuesioner dengan 15 soal multiple choice dan di beri waktu 30 menit. Setelah itu akan di nilai keberhasilan ibu menyusui dengan daftar checklist selama 10 menit.

Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Febriana Sari

Alamat : Jl. Pintu Air IV. Pasar VIII Kec. Kuala Bekala. Medan Johor No. HP : 0813 6211 1084

Terima kasih Saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2013 Peneliti,


(59)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( PSP ) ( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp / Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan pengetahuan ibu pasca salin yang menyusukan dengan pelaksanaan pemberian ASI”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013


(60)

(61)

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PASCA SALIN YANG MENYUSUKAN DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI

DI KLINIK BERSALIN NIAR TAHUN 2013

Petunjuk pengisian!

Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang sesuai di bawah ini.

No Responden : (diisi peneliti) 1. Umur : : < 20 tahun

: 20 – 35 tahun : > 35 tahun 2. Pendidikan : : SD

: SMP : SMA

: PT 3. Pekerjaan : : IRT

: Wiraswasta : Pegawai Sipil 4. Paritas : : 1 anak

: 2 anak : 3-5 anak : >6 anak 5. Sumber : : Media cetak Informasi : Media elektronik


(62)

Petunjuk pengisian!

Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar.

1. Apa yang dimaksud dengan cara menyusui?

a. Cara yang diterapkan dalam proses pemberian makanan pada bayi b. Cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi

ibu dan bayi dengan benar

c. Cara untuk menambah mengatasi masalah menyusui yang di alami ibu menyusui

2. Salah satu posisi menyusui yang baik dan dianggap sangat berguna untuk bayi kurang bulan adalah :

a. Posisi duduk b. Posisi mengepit c. Posisi menyilang

3. Menurut ibu, bagaimana cara menyusui yang baik?

a. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu

b. Putting susu masuk ke dalam mulut bayi

c. Memberikan ASI hanya pada payudara sebelah saja 4. Menurut ibu, apa yang menjadi masalah pada saat menyusui?

a. Pengeluaran ASI banyak b. Payudara bengkak c. Putting susu menonjol

5. Jika bayi menyusu tidak benar, apa yang akan terjadi? a. Bayi akan selalu menyusu

b. Putting susu menjadi lecet c. ASI keluar secara terus-menerus 6. Sebaiknya berapa lama bayi menyusu?

a. 5 – 10 menit b. 10 – 15 menit c. 30 – 60 menit

7. Sebaiknya jarak bayi menyusu berapa jam sekali? a. Setiap 1 jam sekali

b. Setiap 2 jam sekali c. Setiap 3 jam sekali


(63)

8. Menurut ibu, apakah manfaat Isapan bayi? a. Ibu akan menjadi gemuk

b. Merangsang seksual ibu c. Membantu kontraksi rahim

9. Menurut ibu, cara melepas isapan bayi pada putting susu adalah a. Selesai menyusui payudara langsung ditarik keluar dari mulut bayi b. Menekan kedua pipi kebawah dan menekan dagu bayi

c. Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu ditekan ke bawah secara perlahan

10.Air susu ibu yang pertama kali keluar sampai hari ke-3 disebut: a. Air susu jolong

b. Air susu eksklusif c. Air susu matur

11.Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 4 sampai hari ke- 10 disebut: a. Air susu eksklusif

b. Air susu matur c. Air susu peralihan

12.Air susu ibu yang keluar pada hari ke- 11 sampai seterus nya di sebut:

a. Air susu matur b. Air susu eksklusif c. Air susu basi

13.Menurut ibu, apakah manfaat bayi disendawakan setelah menyusu? a. Mengeluarkan udara dari paru-paru dan merangsang bayi batuk b. Mengetahui bayi sudah kenyang atau belum

c. Mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah

14.Menurut ibu, bagaimana cara menyendawakan bayi setelah menyusu? a. Bayi digendong tegak bersandar pada bahu ibu kemudian punggung

bayi ditepuk perlahan

b. Bayi dimiringkan ke kanan lalu punggung bayi ditepuk perlahan kemudian bergantian miring ke kiri lalu punggung bayi ditepuk

c. Bayi diletakkan di paha ibu tanpa kepala bayi disanggah dengan posisi telungkup kemudian memijit punggung bayi

15.Menurut ibu, apakah manfaat cara menyusui yang baik pada ibu? a. Ibu akan bosan melihat bayinya


(64)

LEMBAR CHECKLIST

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PASCA SALIN YANG MENYUSUKAN DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI

DI KLINIK BERSALIN NIAR TAHUN 2013 Petunjuk pengisian!

Berilah tanda cekhlist ( ) pada kolom pernyataan yang sesuai di bawah ini. No Responden :

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Memilih posisi yang nyaman untuk menyusui

2. Payudara di pegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu

3. Areola mammae masuk keseluruhan ke dalam mulut bayi 4. Menyusui dengan menggunakan kedua payudara secara

berganti-gantian

5. Jarak menyusui sekitar 1,5 jam – 2 jam sekali 6. Lama menyusui sekitar 10 – 15 menit

7.

Melepas isapan dengan menekan dagu ke bawah atau menggunakan jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi

8. Isapan bayi tidak mengakibatkan putting susu lecet selama menyusui dan produksi ASI lancer

9. Menyendawakan bayi dengan menepuk perlahan punggung bayi sampai bayi bersendawa

10. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus serta kepala tidak menengadah


(65)

(66)

(67)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Febriana Sari

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandar Hataran, 03 Februari 1990

Agama : Islam

Alamat : Pasar 1 A Perdagangan No. 31 Persil, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1995 - 2001 : SD INPRES UNIT 1 BAHLIAS

Tahun 2001 - 2004 : SLTP Negeri 1 Bandar

Tahun 2004 - 2007 : SMA Negeri 2 Bandar

Tahun 2007 - 2010 : Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)