Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Gunardi Pome,S.Ag,. M.Kes
Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
Gunardi Pome, S.Ag, M.Kes.
Poltekkes Palembang Prodi keperawatan Baturaja
Gunardi.pome@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan : penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Tanjung Agung Tahun 2015
Metode ; penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif analitik menggunakan
desain cross sectional untuk melihat Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Cross Sectional. Dikatakan penelitian survey karena data yang dipelajari diambil dari populasi untuk memperoleh kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan antar variable (Singarimbun. Masri, 1995). Suatu rancangan penelitian epidemiologic yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Karakter pokok dari rancagan ini adalah bahwa status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Pada rancangan ini peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit serta paparan factor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, oleh karena itu pendekatan Cross Sectional dinamakan juga survey prevalensi (Kleinbaum. Et. Al. 1982 dalam Bisma Murti, 1997). Dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran status gizi balita dan factor-faktor yang yang berhubungan dengan status gizi balita wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung Kecamatan Baturaja Barat tahun 2013.Setelah semua data dioleh kemudian data dianalisis denan mengunakan uji statistik chi square.
Hasil penelitian : Hasil analisis hubungan antara usia dengan status gizi balita diperoleh
bahwa ada 8 dari 34 (23,5%) ibu yang berusia muda mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berusia Tua ada 18 dari 52 (34,6%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,340 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi usia ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status gizi balita). Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 17 dari 47 (36,2%) ibu yang berpendidikan rendah mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berpendidikan tinggi ada 9 dari 39 (23,1%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,241 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi pendidikan ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita). Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 24 dari 71 (33,8%) ibu yang berpengetahuan kurang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berpengetahuan cukup ada 2 dari 13 (13,3%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,137 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi pengetahuan ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita). Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 3 dari 26 (11,5%) ibu yang bekerja mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang tidak bekerja ada 23 dari 60 (38,3%) ibu yang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,020 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja (ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,76, artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang bekerja. Hasil analisis hubungan antara Jumlah anak dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 12 dari 25 (48,0%) ibu yang jumlah anaknya banyak mempunyai balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang jumlah anaknya dengan kategori cukup ada 14 dari 61 (23,3%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,037 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang mempunyai banyak anak dengan ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup (ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 3,09, artinya ibu yang banyak anak mempunyai peluang 3,9 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup. Hasil analisis hubungan antara Lama Pemberian ASI dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 20 dari 47 (42,6%) ibu yang jmemberikan ASI pada balitanya kurang dari 2 tahun mempunyai balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang Lama Pemberian ASI dengan kategori lebih dari 2 tahun ada 6 dari 33 (15,4%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang lama pemberian asi kurang dari 2 tahun dengan ibu yang lama pemberian asi lebih dari 2 tahun (ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,07, artinya ibu yang banyak anak mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup. Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 22 dari 55 (40,0%) ibu yang berpenghasilan kurang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang berpenghasilan cukup ada 4 dari 31 (12,9%) ibu yang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,017 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan secara statistik ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang bepenghasilan kurang dengan ibu yang berpenghasilan cukup (ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,07, artinya ibu yang berpenghasilan kurang mempunyai peluang 4,07 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang berpenghasilan cukup.
Hasil analisis hubungan antara pernah mendapat penyuluhan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 6 dari 26 (19,2%) ibu yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang gizi balita mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang pernah mendapat penyuluhan ada 221 dari 60 (35,0%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,224 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi status pernah mendapat penyuluhan gizi balita dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara status pernah mendapat penyuluhan gizi balita dengan status gizi balita).
Simpulan : Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tanjung Agung dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Sebagian besar status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung tahun 2013 berberstatus gizi baik yaitu berjumlah 60 balita (69,8%), sedangkan yang di bawah Garis Merah berjumlah 26 (32,2%), Dari hasil uji statistic didapatkan factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita adalah variable status pekerjaan, jumlah anak, lama pemberian ASI dan penghasilan. Variabel usia, pengetahuan dan pernah mendapat penyuluhan gizi dari secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan status gizi balita.
Kata kunci : Status gizi balita.
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak azazi manusia dan dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan beksinambungan , dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di tahun 1995 diperkirakan bahwa lebih dari 200 juta anak balita didunia berkutat dengan malnutrisi. Malnutrisi masih saja melatar belakangi penyakit dan kematian anak. Meskipun sering luput dari perhatian pada tahun 1990 lebih dari 30% anak balita di dunia memiliki berat badan rendah yaitu lebih kurang 11%, sekitar 6,4 juta anak di Amerika Latin, 27% (31,6 juta anak) di Afrika dan 41% (154,8 juta) di Asia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT 2001) mengungkapkan angka kematian balita mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup dan diharapkan dapat turun menjadi 39 pada tahun 2010 kemudian terus menurun menjadi 30 di tahun 2015. Ironisnya lagi menurut WHO angka kematian anak 54 % berhubungan dengan malnutrisi (anhari achadi, 2007). Di Puskesmas Tanjung Agung tahun 2007 ditemukan 29 balita yang hasil penimbangannya di Bawah Garis Merah, namun di tahun 2013 ada 52 balita yang hasil penimbangannya dibawah gari Merah/mengalami peningkatan.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Cross
Sectional. Dikatakan penelitian survey
karena data yang dipelajari diambil dari populasi untuk memperoleh kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan antar variable (Singarimbun. Masri, 1995). Suatu rancangan penelitian epidemiologic yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Karakter pokok dari rancagan ini adalah bahwa status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Pada rancangan ini peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit serta paparan factor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, oleh karena itu pendekatan Cross Sectional dinamakan juga survey prevalensi (Kleinbaum. Et. Al. 1982 dalam Bisma Murti, 1997). Dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran status gizi balita dan factor- faktor yang yang berhubungan dengan status gizi balita wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung Kecamatan Baturaja Barat tahun 2013
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
4. Pengetahuan Tabel 5.4
Distribusi frekuensi jumlah anak ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
6. Jumlah Anak Tabel 5.6
PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE Tidak Bekerja 60 69,8 Bekerja 26 30,2 Total 86 100
Distribusi frekuensi Status pekerjaan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
5. Status Pekerjaan Tabel 5.5
PENGETAHUAN JUMLAH PERSENTASE Kurang 71 82,6 Cukup 15 17,4 Total 86 100
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
B. ANALISIS UNIVARIAT 1. Status Gizi.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi status gizi balita di wilayah kerja
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
3. Pendidikan Tabel 5.3
USIA JUMLAH PERSENTASE Muda 34 39,5 Tua 52 60,5 Total 86 100
Distribusi frekuensi usia ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
2. Usia Tabel 5.2
STATUS GIZI JUMLAH PERSENTASE
BGM 26 30,2 BAIK 60 69, 8 Total 86 100UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE Rendah 47 54,7 Tinggi 39 45,3 Total 86 100 JUMLAH ANAK JUMLAH PERSENTASE Banyak 25 29,1 Cukup 61 70,9 Total 86 100
7. Lama Pemberian ASI Tabel 5.7
Distribusi frekuensi lama pemberian ASI pada ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
LAMA PEMBERIAN JUMLAH PERSENTASE ASI < 2 Tahun 47 54,7 > 2 Tahun
39 45,3 Total 178 100
8. Penghasilan Tabel 5.8
Distribusi frekuensi penghasilan keluarga ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
PENGHASILAN JUMLAH PERSENTASE Kurang 55 64,0 Cukup 31 36,0 Total 178 100
9. Mendapat penyuluhan Tabel 5.9
Distribusi frekuensi pernah mendapat penyuluhan bagi ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
PERNAH MENDAPAT JUMLAH PERSENTASE PENYULUHAN Tidak 26 30,2 Pernah
60 69,8 Total 178 100
Dari hasil analisa didapatkan pengalaman mendapat penyuluhan bagi ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung tahun 2013 yang tidak pernah berjumlah 26 (30,2%), pernah mendapat penyuluhan berjumlah 60 (69,8%).
C. ANALISIS BIVARIAT
1. Usia ibu dan Status Gizi Balita Tabel 5.10
Hubungan usia ibu dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS TOTAL
USIA IBU GIZI BALITA P.VALUE BGM Baik N % N % N % 0,340Muda 8 23,5 26 76,5 34 100 Tua 18 34,6 34 65,4 52 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara usia dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 8 dari 34 (23,5%) ibu yang berusia muda mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berusia Tua ada 18 dari 52 (34,6%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,340 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi usia ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status gizi balita).
2. Pendidikan dan status gizi balita Tabel 5.11
Hubungan pendidikan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS TOTAL
PENDIDIKAN GIZI BALITA P.VALUE BGM Baik N % N % N % 0,340Rendah 17 36,2 30 63,8 47 100 Tinggi 9 23,1 30 76,9 39 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 17 dari 47 (36,2%) ibu yang berpendidikan rendah mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berpendidikan tinggi ada 9 dari 39 (23,1%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,241 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi pendidikan ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita).
3. Pengetahuan ibu dan status gizi balita Tabel 5.12
Hubungan pengetahuan dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS TOTAL PENGETAHUAN GIZI BALITA P.VALUE BGM Baik N % N % N %
Kurang 24 33,8 47 66,2 71 100 0,137 Cukup 2 13,3 13 86,7 15 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 24 dari 71 (33,8%) ibu yang berpengetahuan kurang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang berpengetahuan cukup ada 2 dari 13 (13,3%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,137 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi pengetahuan ibu dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita).
4. Pekerjaan ibu dan Status Gizi Balita Tabel 5.13
Hubungan pekerjaan dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS GIZI TOTAL OR
PEKERJAAN BALITA P.VALUE 95%CI
BGM BAIK N % N % N % 0,020 4,761,28-17,67 Tidak Bekerja 23 38,3 37 61,7 60 100 Bekerja
3 11,5 23 88,5 26 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 3 dari 26 (11,5%) ibu yang bekerja mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang tidak bekerja ada 23 dari 60 (38,3%) ibu yang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,020 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja (ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,76, artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang bekerja.
5. Jumlah anak dan Status gizi balita Tabel 5.14
Hubungan jumlah anak dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS GIZI TOTAL OR JUMLAH ANAK BALITA P.VALUE 95%CI BGM BAIK N % N % N % 0,037 3,099
Banyak 12 48,0 13 52,0 25 100 1,156-8,305 Cukup 14 23,0 47 77,0 61 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara Jumlah anak dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 12 dari 25 (48,0%) ibu yang jumlah anaknya banyak mempunyai balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang jumlah anaknya dengan kategori cukup ada 14 dari 61 (23,3%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,037 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang mempunyai banyak anak dengan ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup (ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 3,09, artinya ibu yang banyak anak mempunyai peluang 3,9 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup.
6. Lama Pemberian ASI anak dan Status gizi balita Tabel 5.15
Hubungan Lama Pemberian ASI dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS GIZI TOTAL OR LAMA
BALITA P.VALUE 95%CI
PEMBERIAN ASI BGM BAIK N % N % N % 0,009 4,074 < 2 Tahun 20 42,6 27 57,4 47 100 1,43-11,579 > t Tahun 6 15,4 33 84,6 39 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara Lama Pemberian ASI dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 20 dari 47 (42,6%) ibu yang jmemberikan ASI pada balitanya kurang dari 2 tahun mempunyai balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang Lama Pemberian ASI dengan kategori lebih dari 2 tahun ada 6 dari 33 (15,4%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang lama pemberian asi kurang dari 2 tahun dengan ibu yang lama pemberian asi lebih dari 2 tahun (ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,07, artinya ibu yang banyak anak mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang mempunyai anak dengan kategori cukup.
7. Penghasilan dan status gizi balita Tabel 5.16
Hubungan penghasilan dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
STATUS GIZI TOTAL OR
PENGHASILAN BALITA P.VALUE 95%CI
BGM BAIK N % N % N % 0,017 < 4,074Kurang 22 40,0 33 60,0 55 100 0.05 1,434-11,57 bermakna Cukup 4 12,9 27 87,1 31 100 TOTAL
26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada sebanyak 22 dari 55 (40,0%) ibu yang berpenghasilan kurang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah . Sedangkan diantara ibu yang berpenghasilan cukup ada 4 dari 31 (12,9%) ibu yang mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,017 (lebih kecil dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan secara statistik ada perbedaan proporsi status gizi balita pada ibu yang bepenghasilan kurang dengan ibu yang berpenghasilan cukup (ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan status gizi balita). Dari hasil analisis diperolah nilai OR = 4,07, artinya ibu yang berpenghasilan kurang mempunyai peluang 4,07 kali lebih besar mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah dibanding ibu yang berpenghasilan cukup.
8. Mendapat penyuluhan dan Status Gizi Balita Tabel 5.17
Hubungan status pernah mendapat penyuluhan dan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Tahun 2013
MENDAPAT STATUS TOTAL PENYULUHAN GIZI BALITA P.VALUE BGM Baik N % N % N % 0,224
Tidak 6 19,2 21 80,8 26 100 Pernah 21 35,0 39 65,0 60 100 TOTAL 26 30,2 60 69,8 86 100
Hasil analisis hubungan antara pernah mendapat penyuluhan dengan status gizi balita diperoleh bahwa ada 6 dari 26 (19,2%) ibu yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang gizi balita mempunyai anak balita yang timbangannya di Bawah Garis Merah. Sedangkan diantara ibu yang pernah mendapat penyuluhan ada 221 dari 60 (35,0%) ibu yang mempunyai anak balita timbangannya di Bawah Garis Merah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,224 (lebih besar dari alpha 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi status pernah mendapat penyuluhan gizi balita dengan status gizi balita (tidak ada hubungan yang signifikan antara status pernah mendapat penyuluhan gizi balita dengan status gizi balita).
PEMBAHASAN Hasil analsisi bivariat di dapatkan secara
Dari hasil analisis univariat di dapatkan statistik tidak ada hubungan yang bermakna pada mata kuliah asuhan keprawatan antara prestasi belajar mata kuliah teori gerontik yang teori nilai yang baik ada 44 keperawatan Gerontik dengan prestasi responden atau 57 % sedangkan nilai belajar praktek pembelajaran klinik (PPK) praktek dengan kategori baik ada 46 keperawatan gerontik mahasiswa Poltekkes mahasiswa atau 60 % ini menunjukkan kemenkes Palembang Prodi keperawatan bahwa kompetensi atau kemampuan Baturaja Tahun 2015, angka statistik ini mahasiswa politeknik adalah lebih menunjukkan tidak bermakna namun secar menonjol pada aspek praktek atau skill substansi hal ini dapat saja berhubungan sedangkan pada sarjana strata 1 yang lebih secara linier jika dilihat mereka yang nilai menonjol nilai teori atau konsep oleh teorinya besar ada keenderungan karena itu tujuan dari kurikulum bahwa D mendapatkan nilai pada saat melkukan
III merupakan tenaga vokasional dan praktek pembelajaran klinik mendapatkan praktisi merupakan sesuatu yang memang nilai yang besar juga. dapat dipercaya dilapangan.
KESIMPULAN
University Press, Yogyakarta Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Panduan Bidan di Tingkat Desa,
Selatan, 2006
Cara penilaian Status Gizi balita,
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan , Palembang
2007
Laporan hasil penimbangan ingkat Kabupaten Oran Kemering Ulu tahun 2007, Dinas Kesehatan Ogan
Komering Ulu, Baturaja Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1989
Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan WHO, Jakarta
- ,
- ,
- Ogan Komering Ulu,
Prinsip dan Metode RISET EPIDEMIOLOGI, Gajah Mada
2003
Pedoman Kerja Puskesmas Jilid ke 2, Departemen kesehatan Republik
Indonesia, diperbanyak oleh Proyek Peningkatan Upaya Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan tahun 2003, jakarta
2004
Sistem Kesehatan Nasional,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Efriza, 2007 Deteminan kematian neonatal dini di RSUD dr Achmad MoechtarBukittinggi,
Bisma Murti, 1997
Berdasarkan hasil penelitian hubungan prestasi belajar mata kuliah teori keperawatan Gerontik dengan prestasi belajar praktek pembelajaran klinik (PPK) keperawatan gerontik mahasiswa Poltekkes kemenkes Palembang Prodi keperawatan Baturaja Tahun 2015 di dapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara prestasi belajar teori di kelas dan prestasi belajar praktek klinik di lapangan (puskesmas). . Saran : pembekalan teori dalam pembelajaran akan membantu mahasiswa melaksanakan kelancaran tugasnya dalam praktek klinik.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Biosatistik dan Kependudukan Universitas Indonesia, Depok
REFERENSI
Amidhan, 1992
Hidup sehat suatu tantangan komunikasi untuk menyampaikan informasi yang diperlukan semua keluarga tentang kesehatan ibu, anak dan masyarkat pada umumnya (menurutajaran islam), Proyek Kelangsungan Hidup Anak Melalui LSM Agama Program Kerja Sama antara Pemerintah RI dan UNICEP, Jakarta
Ariesman, 2007
Gizi dalam daur kehidupan, EGC,
Jakarta Ariawan. Iwan, 1997
Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Program Pascasarjana
Ascobat Gani, 2007
fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Tantangan dan strategi mencapai target Melenium Develomment Goals, di Indonesia, disampaikan
pada kongres nasional IAKMI X, Palembang 23 Agustus 2007
Anhari Achadi, 2007
Health Service Program Program kesehatan Ibu, bayibaru lahir dan anak, disampaikan pada kongres
nasional IAKMI X, Palembang 22 Agustus 2007
Bachtiar. Adang, 2002
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Journal Kesehatan masyarakat Nasional, Volume 2 nomor 3 desember 2007, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Laporan Data BGM tahun 2013,
Marwan Baits, 2013
Pedoman Penyusunan Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Ma’arif Baturaja Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Tahun Akademik 2007-2013,
Baturaja Mansjoer. Arief. , 2001
Kapita selekta kedokteran, media
euskulapius, Jakarta Moehji. Sjahmin, 2003
Ilmu gizi, penanggulangan gizi buruk, Bhrata, Niaga Media, Jakarta
Puskesmas Tanjung Agung, 2013
Tanjung Agung Baturaja Barat Notoatmodjo, Soekidjo, 2007
Adequacy of sample size in health study, Translated by Dibyo
Pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Suharyati, 2007
Cost effectiveness upaya penanggulangan gizimetode positif deviance dan pemberian makanan tambahan dipuskesmas gekbrong Kabupaten Cianjur 2006 , Journal
Kesehatan masyarakat Nasional, Volume 1 nomor 6 Juni 2007, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Singarimbun. Masri, 1995
Metode Penelitian Survey, LP3ES,
Jakarta Suhardjo, Kusharto, 1992
Prinsip-prinsip ilmu gizi, Kanisius,
Pramono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Lemeshow. Stanley. Et.al, 1997
Hastono. Sutanto Priyo, 2001
Kartasapoetra, 2005
Modul Analisis Data, fakultas
kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Hartriyanti. Yayuk, 2002
Gizi Kesehatan Masyarakat, penentuan status gizi, modul kuliah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 19.30
Hamzah. Asiah, sukri, Hariani jompa, 2003
Prilaku menyeusui bayi pada etnik Bugis di Pekkae, Journal Kesehatan
masyarakat Nasional, Volume 1 nomor 5 april 2007, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Ilmu Gizi, korelasi gizi, kesehatan, dan produktivitas kerja, Rineka
Raja Grafindo Persada, Jakarta
cipta, Jakarta. Kusharisupeni, 2007
Gizi dalam daur kehidupan, Journal
Kesehatan masyarakat Nasional, Volume 2 nomor 3 desember 2007, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Kodim. Nasrin, 2007
Derita Genarasi Yang Paling dikasihi, Journal Kesehatan
masyarakat Nasional, Volume 1 nomor 5 april 2007, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono, 2006
Statistik Kesehatan,
Yogyakarta