Teori Perubahan Sosial teori perubahan

Teori Perubahan Sosial

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bila kita cermati lingkungan sekitar kita, maka kita mendapatkan perubahan yang terus
terjadi, mungki dalam waktu yang cepet, mungki juga dalam waktu yang lama. Yang jelas
perubahan itu pasti menimbulkan pengaruh kepada masyrakatnya. Bisa berpengaruh positif dan
bisa juga berpengaruh negatif.
Yang namanya perubahan berarti bersifat dinamis, artinya mengalami pergerakan dari
waktu ke waktu sampai akhirnya nantik mengalami kemajuan (positif) dalam bidang
kesejahteraan masyarakat. (negatif) bisa saja membawa peubahan pada masyarakatnya justru
keadaan masyarakat tidak sejahtera, terjadi karena bencana alam, kebakara dan lain sebagainya.
Maka kami penulis merasa tertarik untuk melakuka obserapasi pada Perumnas Bayu
Graha, RT 03/ RW 04, kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan, Panam – Pekanbaru.
Di daerah ini kami tertarik dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya dan bentuk pisik
bangunannya. Perumahan ini jika kita lihat sepeintas, kita menyangka kehidupannya seperti
masyarakat permapungan di suatu daerah. Karena perubahannya tidak melihatkan ciri-ciri
perumnas. Hal itu kami tanyakan dengan ketua RW 04 kelurahan simpang Baru, yaitu dengan
Bapak Agusman Rahim salah seorang mantan PNS di bidang pertanian, sambil makan kue dan
minum, diya menjelaskan kepada kami perubahan yang terjadi di Perumnas Bayu Graha.
2. Batasan Masalah

Dalam laporan ini, penulis membahas masalah perubahan yang terjadi di masyarakat
Perumahan Bayu Graha, RT 03/ RW 04, kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan, Panam –
Pekanbaru. Yang menceritakan bagian-bagian perubahannya.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Sosial
Sebelum kita membahas masalah perubahan yang terjadi di masyarakat khususnya
masayarakat di peumnas Bayu Graha, maka terlebih dahulu kita memahami masalah peruhan
sosial, yang berangkat dari sebuah pengertian. Jika pengertian atau konsep teori kita pahami
maka dalam mencari perubahan yang terjadi di masyarakat, kita dengan mudah mendapatkan dan
merumuskan perubahan itu.
Perubahan sosial adalah proses perubahan atau pergeseran yang terjadi dalam
masyarakat, baik struktur masyarakatnya, pola sosialnya dan proses sosialnya dalam jangka
waktu yang lama. Perubahan itu bisa terjadi kearah yang lebih baik, bisa juga ke arah yang buruk
yang sifatnya merugikan pada masyarakat. Menurut Selo Soemarjan perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh sistem
sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku yang ada dalam masyarakat.
Perubahan sosial ini, ada yang terjadi secara alami dan buatan, secara alami terjadi karena
aktivitas alam yang terus bergerak dan menimbulkan dampak kepada masyarakat yang

dinamakan bencana alam, dengan adanya bencana alam, masyarakat akan mengalami perubahan,
dari segi fisik masyarakatnya akan kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan harta
benda. Kehidupan mereka yang tadinya kaya

akan mengalami kemiskinan dengan adanya

bencana alam. Bukan itu saja tetapi struktur masyarakatnya akan berubah, proses sosialnya apa
lagi. Ada perubahan yang terjadi secara buatan yaitu melalui perencanaan. Misalnya habis
bencana dibangun rumah baru tempat pemukiman penduduk. Tentu dengan pola dan keadaan
masyarakat yang baru. Dapat juga dimisalkan pembuatan lahan perumahan, yang tadinya hutan,
dengan melihat keadaan penduduk yang makin berkembang dan mengalami kemajuan, akhirnya
dibangunlah yang namanya perumnas. Daerah yang tadinya semak belukar, hutan rimba akan
berubah menjadi perumahan yang dihuni oleh penduduk dengan kebutuhan mata pencaharian
yang tidak berapa jauh dari tempat itu.
Setiap perubahan sering diikuti oleh perubahan budaya, mengapa tidak masyarakat yang
tadinya berasal dari sekelompok kecil dengan budaya dan suku yang sama, maka dengan jangka
waktu yang

lama, maka secara berangsur-angsur masyarakat baru akan bertambah dan


mendiami tempat atau perumnas itu. Dengan demikian, munculnya kelompok baru, kemudian
bergabung dengan kelompok yang sudah lama menetap, bisa kemungkinan kelompok baru ini

saling mempengaruhi, tergantung kelompok mana yang lebih dominan mendiami suatu wilayah
itu.
Ketika kita berbicara perubahan sosial dengan perubahan budaya, maka di satu sisi orang
banyak menyamakannya. Tetapi sesungguhnya berbeda. Perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi pada struktur sosial, pola sosial, proses sosial, lapisan sosial dan stratipikasi soail.
Sedangkan perubahan kebuyaan adalah perubahan yang terjadi pada pola fikir serta ide-ide
dalam masyarakat. Dari pengertian ini maka dapat di artikan bahwa perubahan sosial itu
perubahan yang terjadi pada masyarakat secara berkelompok dan interaksinya dalam kelompok,
namun perubahan itu bisa diikuti oleh perubahan budaya yang menyebabkan perubahan pola
fikir masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan.
Bila kita melihat pada masyarakat perumnas, perubahan dalam struktur dan pola interaksi
masyarakat serta kebudayaan bisa saja terjadi. Namun hal itu di pengaruhi oleh satu budaya
yang paling dominan yang berada di perumnas itu, misalnya dalam perumnas itu di huni oleh
masarakat yang mempunyai suku yang sama, misalnya jawa. Maka kebiasaan atau budaya yang
sering digunakan adalah kebiasaan jawa yang lebih cenderung hidup bersosialisasi dengan
tetangga dan cenderung rajin dalam bekerja. Interaksinya pun agak kejawaan dan punya nilai
budaya tersendiri yang mengikat mereka.

Untuk lebih lanjutnya, penelitian lapangan harus kita lakukan agar bentuk perubahan
seperti apa yang terjadi dalam masyaraka dapat diketahuit. Yang jelas perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat mempunyai dampak positif dan dampak negatif, dampak positif akan
membawa masyarakat kearah kemajuan, namun dengan kemajuan itu, tersisa juga dampak
negatif dari yang dilakukan dan yang dikerjakan masyarakat.
Untuk itu dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai perubahan sosial yang
terjadi di Perumnas Bayu Graha, RT 03/ RW 04, kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan,
Panam – Pekanbaru.
B. Sejarah Perumnas Bayu Graha
Perumnas Bayu Graha berdiri dan dibagun pada tahun 2000, lebih kurang 11 tahun
sampai sekarang. Perumahan ini dahulunya terletak di daerah yang panam ketika itu belum
mengalami perkembangan, tapi sudah ada rancangan perkembagan, banyak penduduk dari luar
daerah hijrah dan bermukim disana dengan membuat sebuah tempat tinggal yang boleh kami

katakan bebentuk gubuk. Pada masa itu panam masih lebat hutannya, sehingga masyarakat yang
tadinya bermukim disana, juga menjalankan kewajibannya sebagai manusia dalam mencari
nafkah dan terbuka lah lahan itu.
Dengan semakin bertambahnya penduduk, dan terdapatnya sumber pemenuhan
kebutuhan masyarakat disana, akhirnya menarik peminat para pengusaha untuk membuat
perumnas dengan tipe 3 x 6. Akhirnya penduduk tadi mulai mendiami suatu rumah hunian baru

disana. Awalnya masyarakatnya mulai tekan kontrak kredit rumah hanya beberapa KK, karena
kesulitan ekonomi juga yang membuat mereka tidak sanggup untuk menghuninya. Namun
dengan berjalannya waktu, tahun ke tahun akhirnya Perumnas Bayu Graha di padati penduduk.
Awalnya masuk 5 KK dari suku Minang, kemudian bertambah 2 KK melayu, Kemudian
bertambah 3 KK lagi dari suku batak, hal ini terus berlanjut sampai perumahan itu terisi semua,
sampe sekarang Perumnas bayu Graha mencapai 76 KK. 80% masyarakat perumnas ini ber
agama islam. 20% masyarakatnya beragama kristen. Penduduknya rata-rata 25% PNS,
selebihnya wiraswasta.
C. Perubahan Dibidang Ekonomi
Pada awal berdirinya perumnas ini, masyarakat dengan perekonomian miskin banyak
menjadi petani kecil-kecilan, dari hasil panenya, masyarakat menjualnya kepasar dan membeli
barang kebutuhan rumah tangganya. Pengahsilan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari saja, namun masyarakat dikatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan primer, atau memiliki
uang simpanan.
Pada masa itu panam belum mengalami kemajuan seperti sekarang ini, pada akhirnya
masayarakat yang tadinya lama menetap dan mencari pekerjaan ketempat lain, dari penghasilan
itu mereka tabung kemudian mereka mendirkan sebuah warung kecil kecilan yang menjual
barang kebutuhan pokok rumah tangga.
Bila di lahat data yang ada sekarang masyarakatnya sudah banyak menjadi wira usaha,
bukan saja bejualan di sekitar perumahan lagi, tettapi sudah menyewa ruko dan tempat berjualan
di pasar pagi panam. Di samping itu, masyarakatnya juga ada yang PNS dengan penghasilan

perbulannya menetap, dari segi ekonomi masayarakat yang dulu dikatakan miskin, sekrang
sudang menjadi tahab perkembangan yang tidak saja lagi mampu mencukupi kebutuhan
primernya, tetapi kebutuhan sekundernya juga sudah terpenuhi.

D. Perubahan Dalam Bidang pendidikan
Pada tahun 2000, yaitu awanya masyarakat mulai menempati perumnas Bayu Graha,
pendidikan masyarakatnya masih menim, banyak diantara mereka yang tamat SD, meskipun ada
juga yang tamat SMP atau sederajat. Namun, dengan makin bertambahnya warga baru di
pemukiman ini menambah volume tingkat pendidikan, sekrang sudah ada warga baru masukyang
lulus S1 (PNS), mereka menetap bersama istri dan anaknya.
Walaupun demikian, orang tua yang tadinya hanya tamat SD atau SMP, mereka dapat
memajuka pendidikan anak-anak mereka yang sekarang banyak duduk di bangku sekolah tingkat
SMP atau sederajat. Hal itu dapat dilihat dengan berdirinya sekaolah-sekolah di sekitar
perumahan dari berbagai tingkatan, mereka dengan mudah dapat menyekolahkan anaknya, tida
perlu lagi membayar ongkos mahal, tetapi cukup dengan berjalan kaki anak-anak mereka sampai
kesekolah. Kemungkinan beberapa tahun mendatang masyarakat nya disi bukan mnim lagi
pendidikannya, tetapi berubah menjadi perubahan yang diisi oleh orang-orang yang beragam
tingkat pendidikannya, dan hal itu akan memepengaruhi tingkat hubungan sosialnya atara
masyarakat yang satu dengan amsyarakat yang lain.
E. Perubahan Dari Segi Budaya

Salah satu suku yang pertama masuk perubahan ini adalah suku minang dari Sumatra
Barat, yaitu suku pariaman. Mereka hijrah dari kampung halaman mereka dengan maksut
mencari kehidupan baru. Awalnya mereka Cuma beberapa KK, tetapi lama kelamaan, orang yang
sekampung dengan mereka mulai mengikut dan bertangan. Sebagaimana yang kita ketahuim
suku ini suka sekali merantau dan suka bekerja. Dengan waktu yang lama akhirnya mereka
mendomisili peru. mnas ini, walaipun ada beberapa orang melayau, orang batak (Batak islam)
dan orang Bankinang, tetapi itu menjadi kelompok yang minoritas. Akhirnya, krana segala
aktifitas wira usaha banyak dilakukan oleh orang minang,maka kebudayaan yang cenderung
digunakan kebudayaan minang. Seperti dari segi bahasa yang mencolok adalah bahasa minang,
adat bertetangga yang rukun dan bertegur sapa, adat sakit saling melihat dan membantu.
Yang mengalami perubahan, dahulunya mereka yang berasal dari minang ketanl dengan
adat mereka, tetapi dengan waktu yang lama, akhirnya mereka meninggalkan kebiasaan mereka,
seperti memakai baju yang sopan, tetapi sekarang tidak lagi ibu-ibu dan remajanya sudah

meninggalkan budaya aslinya dari segi pakaian, mereka cenderung mengikuti perkembangan
zaman, artinya disini terjadi perubahan sosial, yang dipengaruhi oleh kebudayaan asing yang
datang dari luar.
F. Perubahan Pada Kesehatan
Perubahan dalam bidang ini, mungkin tidak pada kesehatannya langsung, karna
kesehatan pada masa awal perumnas ini sulit di dekripsikan secara jelas dan pasti, tapi dapat kita

lihat dari pasilitas kesehatan yang ada.
Di Perumnas ini telah berdiri banyak sekali klinik dokter 24 jam dan puskesmas. Dulu
masyarakatnya kalau dalam keadaan sakit, mereka harus pergi kerumah sakit Umum Daerah,
proses melahirkan pun pergi kesana. Mungkin ini dikatakan susah dalam bidang kesehatan,
mereka harus menahan sakit dahulu baru sampai kerumah sakit. Tapi sekarang dengan hadirnya
klinik 24 jam dan puskesmas, mereka merasa terbantu dan di mudahkan dalam kesehatan ketika
mereka mengalami sakit.
G. Perubahan Pada Pisik Perumnas
Perumbanas Bayu Graha ini memiliki tipe rumah dengan ukuran 3 x 6, dengan di
pasilitasi dua kamar dan satu ruang tengah. Halaman rumah yang tidak begitu lauas. Sebelah
barat berbatasan dengan jalan Garuda Ssakti, sebelah timur dengan salah satu PT.Sabun Atau
SPBU. Utara dengan jalan HR.Subrantas dan sebelah selatan dengan hutan.
Ketika lahan ini dubuka masyarakat, masyarakat menebangi hutan yang begitu besar dan
rawa. Disitulah masayarakat berdiam dan mencari kebutuhan makanan. Setelah lahan ini menjadi
proyek perumahan oleh para punya modal, maka lahan ini disulap menjadi

perumbahan

sederhana yang layak huni, kita bisa melihat bangunan baru itu masih kelihatan gersang dan
belum ada pepohonan yang hidup. Dengan munculnya ide dari masyarakat, akhirnya masyarakat

mulailah menanam pohon di pekarangan rumahnya masing-masing sehingga kelihatan hijau.
Sumur resapan dibangun disetiap rumah dan mengalir di sepanjang perumahan. Jika keadaan
sekarang, maka sumur resapan itu sudah ada yang mengalami kedangkalan akibat tidak di
bersihkan, ada juga yang tertimbun oleh material pasir bagunan.
Perubahan pada bentuk bangunan rumah, kalau sekarang hanay tinggal 20% yang masih
bangunan asli, kebanyakan warga memperbaharui dari bentuk bangunan itu, ada yang di tambah

pariasinya, ada yang di tambah ukuran lebarnya, ada yang rubah warna dan bentuk halannya,
tergantung dari pada kehendah si pemilik rumah. Ada yang beru pindah 2 hari langsung
melakukan prubahan terhadap struktur bangunan rumah. Sehingga sekarang tidak ada kesamaan
antara rumah yang satu dengan yang lain, dan bila kita melihatnya tidak seperti peruhan lagi,
sudah seperti pemukiman masyarakat desa, karna ciri-ciri dari perumahan tadi sudah hilang.
http://m-haritsyah.blogspot.com/2012/07/teori-perubahan-sosial.html

Kota Pekanbaru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kota Pekanbaru
— Sumatera


Riau —

Dari atas, kiri ke kanan: Fakultas Kedokteran Universitas Riau;
Anjung Seni Idrus Tintin; Masjid Agung An-Nur; lampion pada
saat perayaan Tahun Baru Cina di jalanan; Jalan Tuanku
Tambusai; Masjid ar-Rahman.

Lambang

Slogan: BERTUAH (Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan
Harmonis)

Lokasi Kota Pekanbaru di Pulau Sumatera

Kota Pekanbaru
Letak Kota Pekanbaru di Indonesia

Koordinat:
Negara


0°28′53,5″LU 101°28′7,23″BT
Indonesia

Pemerintahan
• Walikota

H. Firdaus, ST, MT

Populasi (2013)[1]
• Total

950,571 jiwa

Zona waktu
Kode telepon

WIB (UTC+7)
+62 761

Kecamatan

12

Desa/kelurahan

63

Situs web

www.pekanbaru.go.id

Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini
merupakan kota perdagangan dan jasa,[2] termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan,
migrasi dan urbanisasi yang tinggi.[3]
Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim
II,dan terminal bus terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua
pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.
Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik,
keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.[4]

Daftar isi


1 Sejarah



2 Geograf



3 Kependudukan
o



3.1 Agama

4 Pemerintahan
o

4.1 Pasca PRRI

o

4.2 Orde baru

o

4.3 Otonomi daerah

o

4.4 Pemilihan langsung

o

4.5 Perwakilan



5 Perekonomian



6 Kesehatan



7 Pendidikan



8 Pelayanan umum



9 Perhubungan



10 Pariwisata



11 Olahraga



12 Pers dan Media



13 Galeri



14 Rujukan



15 Pranala luar

Sejarah
Sultan Siak beserta Dewan Menteri serta Kadi Siak tahun 1888

Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana
transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau
ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak,
menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.[5] Seiring dengan
berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal
23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari
datuk empat suku Minangkabau (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini
dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.[6][7]
Berdasarkan Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919,
Pekanbaru menjadi bagian distrik dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru
dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang
berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940. Kemudian menjadi
ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942.[8] Setelah pendudukan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut gokung.
Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal
17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau
Kotapraja.[7] Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8

Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil
dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.[9] Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957
berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru
masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.[10] Kota Pekanbaru resmi menjadi
ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember
52/I/44-25[7] sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang[11] (kini menjadi ibu kota
Provinsi Kepulauan Riau).

Geografi
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur
Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah
administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat
dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian
berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan
suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara
20.2 °C hingga 23.0 °C.[12]
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah
menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh.
Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan
luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan
sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[13]
Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.
[12]

[tampilkan]Data iklim Kota Pekanbaru dan sekitarnya

Kependudukan

Suasana perayaan tahun baru Imlek di kota Pekanbaru

Komposisi etnis di Kota Pekanbaru
Etnis

Jumlah (%)

Minangkabau

37,96

Melayu

26,10

Jawa

15,70

Batak

11,06

Tionghoa

2,5

Lain-lain

6,7

Sumber: Sensus 2000 [15]

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau
Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup
pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total
penduduk kota.[15] Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Jumlah mereka
yang cukup besar, telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang
digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru[16] selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan
Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun
1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi
pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan
berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara
Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel
kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di
Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan
perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar
kota, namun banyak juga yang beralih okupansi.
Berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, membuka banyak
peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong berdatangannya masyarakat Batak. Kelompok
etnik ini umumnya bekerja sebagai karyawan, dan memiliki ikatan emosional yang kuat terutama
jika semarga dibandingkan kelompok etnis lain yang ada di Kota Pekanbaru. Pasca PRRI
eksistensi kelompok etnis ini menguat setelah beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jabatan

penting di pemerintahan, terutama pada masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang
Riau Daratan".
Tahun 1930 1954 1961 1971
Jumlah
2.9
pendudu
90
k

1990

2000

2005

2006

2007

2008

28.3 70.8 145.0 398.6 587.8 720.1 754.4 779.8 799.2
14
21
30
94
42
97
67
99
13

2010
897.7
67

Sejarah kependudukan kota Pekanbaru
Sumber:[17][18][19]

Agama
Komposisi agama di Kota Pekanbaru
Agama

Jumlah (%)

Islam

84,8

Kristen

9,6

Buddha

3,46

Katolik

1,25

Lain-lain

0,89

Sumber: Sensus 2010

Agama Islam merupakan salah satu agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota
Pekanbaru, sementara pemeluk agama Kristen, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga
terdapat di kota ini.
Sebagai bagian dalam pembangunan kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk
untuk pertama kalinya menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional
yang ke-17. Pada perlombaan membaca Al-quran ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang
utusan, untuk setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang
utusan.[20]

Pemerintahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Wali Kota Pekanbaru

Pasca PRRI
Kota Pekanbaru secara administratif dipimpin oleh seorang wali kota. Efektifitas pemerintahan
kota di Pekanbaru adalah setelah berakhirnya peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia, walau pada 14 Mei 1958 OKM Jamil telah ditunjuk menjadi Walikota Pekanbaru,

namun pengaruh perang saudara membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada 9
November 1959, kembali ditunjuk Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang
sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962, digantikan oleh
Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.

Orde baru
Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada
sistem pemerintahan dalam Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai
mengambil peran dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu
kekuatan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968,
diangkat Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember 1970, dan digantikan
oleh Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10 tahun.
Kemudian pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan
pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs. Farouq
Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H. Oesman Effendi Apan, S.H., memerintah selama
dua periode.

Otonomi daerah
Memasuki era pemerintahan otonomi daerah yang lebih luas, telah menimbulkan euforia yang
berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama
berkaitan dengan politik dan ekonomi, mendorong masyarakatnya berlaku diskriminasi. Klaim
beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya,
dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menimbulkan disintegrasi pada
masyarakat Kota Pekanbaru.[21]
Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, memerintah selama
dua periode, ia termasuk salah satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi
pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya.[22]
Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh
Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama
dengan Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia)
2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru
mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.

Pemilihan langsung
Pada tanggal 21 Juni 2006 dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara
langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu Erwandy Saleh - Ayat Cahyadi yang
diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Herman Abdullah - Erizal Muluk yang diusung oleh
Golkar.[23]
Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan
wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan

suara terbanyak,[24] namun berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil
tersebut dibatalkan dan mesti diadakan pemungutan suara ulang (PSU).[25] Untuk mengisi
kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal mengangkat Dr. H.
Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.[26]
Kemudian berdasarkan PSU tanggal 21 Desember 2011,[27] Firdaus kembali memenangi
pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru, walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232
masyarakat atau 49% saja yang menggunakan hak pilihnya.[28]

Perwakilan
Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45
orang[29][30] yang tersusun atas perwakilan 12 partai.[31] Kemudian untuk struktur pimpinan DPRD
Kota Pekanbaru disusun atas ketua (Fraksi Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG,
Fraksi PKS dan Fraksi PAN).[32]
DPRD kota Pekanbaru
2009-2014
Partai

Kursi

Partai Demokrat

9

Partai Golkar

9

PKS
PAN

5
5

PPP

4

PDS

4

PDI-P

2

PKB

2

Partai Hanura

2

PBB

1

Partai Gerindra
PDK

1
1

Total
Sumber:

45
[31]

Perekonomian

Mal SKA

Saat ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansekawan,
(Pekanbaru, Siak, & Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi
oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta
pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi
sebesar 0,79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,30%. Berdasarkan
kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok
sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masingmasing sebesar 0,88% dan 0,02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010
tercatat sebesar 2,26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2,07% pada
bulan Januari 2010 dan 2,14% pada bulan Februari 2010.[33]
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada
tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari kawasan lain.
Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan
menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa
pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal
Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya,[34] Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The
Central, Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini,
pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang ada dapat
bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki infrastruktur dan fasilitas
pendukungnya.[35] Beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar
Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik
Puan.[36]
Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan
dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada
sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul industri pertanian dan
kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini sebagian besar digunakan

untuk penambahan bahan baku, penambahan peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil
lainnya digunakan untuk industri baru.[37]

Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba
melengkapi sarana dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung baru
untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk
rawat inap. Dengan selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad,
akan bertambah menjadi 400 kamar.[38] Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh
pihak swasta di kota ini cukup signifikan antara lain Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya
bernama Balai Pengobatan Santa Maria,[39] Rumah Sakit Ibnu Sina yang didirikan oleh YARSI
Riau kemudian dikelola oleh PT. Syifa Utama,[40] Rumah Sakit Awal Bros,[41] Rumah Sakit Bina
Kasih, Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan Eka Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata
terhadap masyarakatnya yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk
memanfaatkan puskesmas baru sekitar 19%. Hal ini dimungkinkan karena telah banyaknya
rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.[42]

Pendidikan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perguruan Tinggi di Pekanbaru

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Gedung Perpustakaan Soeman HS milik Provinsi Riau, di pusat kota Pekanbaru.

Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah Politeknik Caltex Riau,
Universitas Riau, UIN Suska, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Riau, dan
Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87%
masyarakatnya dengan pendidikan tamatan perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan
SLTA sekitar 37,32%. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12,94% dari
penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.[43]
Perpustakaan Soeman Hs merupakan perpustakaan pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk
penunjang pendidikan masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini
terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia",
dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buku sampai tahun 2008.[44]
Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman
Hasibuan.[45]
SD atau SMP atau
SMA
MA
SMK
MI
MTs
Pendidikan
negeri negeri negeri Perguruan
negeri
negeri
formal
dan
dan
dan
tinggi
dan
dan
swasta swasta swasta
swasta swasta
Jumlah
satuan

456

300

90

34

Data sekolah di kota Pekanbaru
Sumber:[46][47]

Pelayanan umum

Anjung Seni Idrus Tintin di Kompleks MTQ

56

70

Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru
telah mengusahakan pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.
[48]

Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah kota melalui PDAM
memanfaatkan air permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik
sebagai sumber air baku bagi Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380
liter/detik. Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi
air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada, telah terdistribusi
dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata
digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum
mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat
masih memanfaatkan secara langsung air permukaan dari sungai Siak tersebut.[49]
Saat ini pemerintah kota telah menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi
dengan metode open dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan
pemukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain
itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total gerobak
yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan
individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah
pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Saat ini
kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang ada. Untuk
armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah
pengangkutan yang dilakukan adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan
baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga
jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau
sekitar 60 %.[49]
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan
dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di
kota ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran drainase yang ada
maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase yang ada saat ini baru mencakup
13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase besar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil
sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.[49]
Pemerintah kota saat menetapkan pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke
selatan, timur dan barat kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit
Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan
Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan
perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan
(town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan
sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai
Siak.

Perhubungan

Jalan Tuanku Tambusai, salah satu jalan utama di Pekanbaru

Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat,
Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki
merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan
pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan
akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan
dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau Sumatera. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Angkasa Pura II pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini
mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.[50]
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai,
menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini

juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan Riau, seperti Tanjungpinang dan
Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota
Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota
ini.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang
menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melalui Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah
direncanakan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945,[51][52]
walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.

Pariwisata

Perayaan Tabuik di Jalan Tuanku Tambusai

Hotel Arya Duta

Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya
bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari
dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua
Belas karya Raja Ali Haji sastrawan keturunan Bugis.[53] Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk
ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan pasal 5–12 terdapat di bagian dinding sebelah
dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau,

gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu
Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat
Museum Sang Nila Utama, merupakan museum daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi
benda bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam
Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon
budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan
nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi
tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan
nama Masjid Alam,[54] dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan
merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru.[55] Sementara Tradisi Petang Megang disaat
memasuki bulan Ramadan telah dilakukan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap
diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk pertama kalinya mengadakan pesta budaya Tabuik
di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan Muharram,
untuk memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini
menunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata.
[56]
Sementara setiap tahunnya, komunitas Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan
perayaan Tahun Baru Imlek, kemudian ditutup dengan perayaan Cap Go Meh. Pesta ini
umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara di antaranya Vihara
Dharma Loka atau Vihara Tridharma Dewi Sakti.

Olahraga
PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota ini, dan bermarkas di
Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena
stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012
Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang
menggunakan Stadion Agus Salim[57] dan Stadion Kuansing.[58]
Sejak tahun 2009 kota ini mulai membenahi berbagai fasilitas olahraga setelah provinsi Riau
terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala
Asia U-22 tahun 2012. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru membangun
Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.[59]
Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota ini, antara lain
Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks
AURI, Rumbai Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di
Kompleks Labersa.

Pers dan Media
Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI Riau sejak tahun 1997, sementara Pekanbaru TV
merupakan stasiun televisi swasta pertama di kota ini, walau sempat mengudara pada tahun

2000, namun beberapa tahun kemudian ditutup karena masalah keuangan. Riau TV yang berada
dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun 2001, beberapa tahun kemudian
berafiliasi dengan RTM-1 milik Malaysia.
RRI Pekanbaru merupakan stasiun radio penyiaran milik pemerintah yang didirikan tahun 1959,
dan memainkan peranan penting selepas berakhirnya PRRI. Sementara beberapa stasiun radio
swasta juga terdapat di kota ini yang tergabung dalam PRSSNI Riau.
Genta merupakan surat kabar lokal pertama yang terbit di Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini
beroplah 2 ribuan dan disponsori oleh pemerintah provinsi Riau waktu itu.[60] Saat ini beberapa
media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak dikenal masyarakat Kota Pekanbaru antara
lain: Haluan Riau, Riau Pos, Tribun Pekanbaru, Pekanbaru Pos, Pekanbaru MX dan Koran Riau.
Selain itu di Pekanbaru juga banyak hadir media-media online salah satunya adalah :
Gotoriau.com yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau
pada umumnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaru