MAKALAH TENTANG KONSELING DAN PSIKOTERAP (1)

MAKALAH
TENTANG KONSELING DAN PSIKOTERAPI
Dosen pengampu: Muhammad Ripli,M.Pd.I

OLEH
KELOMPOK 12
1. SESI DAMAYANTI
2. NURHASANAH

PROGRAM STUDI EKONOMI
UNIVERSITAS HAMZANWADI SELONG
2017
1

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taupik, dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul” Konseling dan Psikoterapi” .Dan kedua kalinya takpula kita selawat dan salam kami
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam gelap
gulita menuju alam yang terang menerang seerti yang kita rasakan pada hari ini.
Dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Dosen pengampu dan pihak yang

telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun penulis merasa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dari itu penulis sangat
mengharapkan saran dan keritik dari bapak dosen pengampu dan rekan-rekan mahasiswa
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Dengan demikian penulis dapat mengebangkan
makalah ini agar lebih sempurna, lagi kami ucapkan terimakasi kepada semua pihak atas
dukungan dan dorongan sehingga terselesaikanya makalah ini,dan semoga dapat bermampaat
bagi kita semua. Amin...

Pancor, 08 mei 2017

Penulis:

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSELING
A. Definisi Konseling...................................................................................................3
B. Ciri-ciri pokok konseling.........................................................................................4
C. Tujuan Konseling.....................................................................................................4
D. Tahap-Tahap konseling............................................................................................6
2.2 PSIKOTERAPI
A. Defnisi Psikoterapi.................................................................................................10
B. Ciri-ciri pokok psikoterapi.....................................................................................11
C. Tujuan Psikoterapi..................................................................................................12
D. Tahap-tahap psikoterapi..........................................................................................14
2.3 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KOSELING DENGAN PSIKOTERAPI
A. Persamaan Konseling dengan Psikoterapi..............................................................16
B. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi...............................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21
3.2 Saran......................................................................................................................21

DAFTAR PUTAKA...........................................................................................................22

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering dihadapkan kepada individu dengan
persoalan-persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses
perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa
melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh
karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem
tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa
pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut.
Dalam dunia psikologi, dikenal istilah "konseling" dan "psikoterapi" sebagai bentuk
aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang individu yang memerlukannya. Dalam
prakteknya, istilah "konseling" sendiri tidak bisa dilepaskan dengan istilah "psikoterapi". Jika
dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profesional yang sejajar dengan,
misalnya, psikiatris, psikoterapi, kedokteran, dan penyuluhan sosial.

Terdapat banyak persamaan dan perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Sehingga,
konseling dan psikoterapi tidak dapat dibedakan secara jelas. Konselor sering kali mempraktikan
sesuatu yang dipandang sebagai psikoterapi oleh psikoterapis. Demikian juga, psikoterapis sering
sekali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai konseling oleh konselor. Meskipun
demikian, kedua bidang ini tetap berbeda.
Dengan demikian, walaupun pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi tentunya
memiliki karakteristik, intensitas dan teknik yang berbeda dalam menangani problem-problem
individu tetapi antara konseling dan psikoterapi memiliki kesamaan dan keterkaitan yang sangat
erat sebagai bagian dari aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang klien (individu).

4

1.2RUMUSAN MASALAH
1.

Apa yang dimaksud konseling dan psikoterapi?

2.

Bagaimana persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi?


1.3 TUJUAN PENULISAN
1.

Untuk mengetahui yang dimaksud konseling dan psikoterapi.

2.

Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi.

1.4 MANFAAT PENULISAN
1.

Untuk memberikan informasi mengenai konseling dan psikoterapi.

2.

Untuk memberikan informasi mengenai persamaan dan perbedaan antara konseling
dengan psikoterapi.


5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSELING
A. Definisi Konseling
Konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consilium (dengan
atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo
saxon,

istilah

konseling

berasal

dari sellan,

yang


berarti

menyerahkan

atau

menyampaikan.
Selain itu, Konseling memiliki banyak definisi yang dijumpai dalam berbagai
literatur, antara lain :
1.

Tolbert, (dalam Prayitno 2004 : 101) : Konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu
dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih
lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.


2.

Edwin C. Lewis (1970) (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:9) : Konseling adalah
suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa
dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak
terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien
untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara
lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.

3.

Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004) : Konseling bukan
hanya proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan aktifitas sosial yang
memiliki makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa konseling ketika berada di
titik transisi, seperti dari anak menjadi orang dewasa, menikah ke perceraian, keinginan
untuk berobat dan lain-lain. Konseling juga merupakan persetujuan kultural dalam artian
cara untuk menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan institusi sosial.
6

4.


Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) : Konseling
merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional
untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah dari hati ke hati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.

B. Ciri-ciri Pokok Konseling
a.

Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang profesional, kompeten
dalam menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasanatau masalah yang berkaitan
dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta ciri-ciri pribadi
yang akan memungkinkannya memahani proses-proses psikologi dan dinamika perilaku
pada diri klien dan konselor, maupun hubungan antar keduanya.

b.

Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan jalan
mengadakan


komunikasi

langsung

maupun

tidak

langsung

mengemukakan

dan

memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata
dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman kedua belah pihak
yang terlibat dalam interaksi itu.
c.

Model interaksi dalam konseling tidak terbatas dalam dimensi verbal saja tetapi juga telah

dikembangkan model interaksi konseling non verbal.

d.

Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah
pada pencapaian tujuan.

e.

Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.

f.

Konseling merupakan proses yang dinamis.

g.

Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.
C. Tujuan Konseling
Selain tujuan konseling yang tercantum dalam prinsip konseling diatas, ada beberapa
ahli yang mengemukakan tujuan konseling, antara lain :

1.

Menurut Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang
terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar
berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Menurutnya, dalam era global
7

dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat klinis-psikologis, tapi harus lebih
menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung didalam dirinya, baik
intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius; menjadikannya sebagai individu yang
akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat.
Dengan demikian, ada perubahan konsepsional antara pengertian konseling lama dengan
konseling baru, dimana konseling bukan saja bersifat klinis, tapi juga bersifat preventif dan
pengembangan individu.
2.

Menurut Prof. Rosjidan, ada tiga kategori yang bisa dicatat dalam hubungannya dengan
tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus ini meliputi :

·

Merubah tingkah laku yang terganggu

·

Mempelajari tingkah laku yang terganggu,

·

Mencegah problem-problem.

3.

Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling
menjadi :

·

Reorganisasi kepribadian

·

Menemukan makna dalam hidup

·

Penyembuhan ganguan emosional

·

Penyesuaian terhadap masyarakat

·

Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri

·

Peredaan kecemasan

·

Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)

·

Belajar pola-pola perilaku adaptif

4.

Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat pengelompokan yang
lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :

·

Perubahan Perilaku

·

Kesehatan mental yang positif

·

Pemecahan masalah

·

Keefektifan pribadi

·

Pengambilan keputusan

8

D. Tahap-Tahap Konseling
Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam
menggunakan berbagai teknik. Dalam pelaksanaannya, secara umum, teknik konseling
meliputi :
 Penggunaan hubungan intim (rapport);
 Memperbaiki pemahaman diri;
 Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan;
 Menunjukkan kepada petugas lain atau referal bila dirasa tidak mampu menangani
masalah klien .
Sedangkan menurut Willis, teknik konseling meliputi :
 Perilaku attending : mencakup kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.
 Empati : merasakan apa yang dirasakan klien.
 Refleksi : memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan.
 Eksplorasi : menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
 Menangkap pesan utama tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran klien dan
disampaikan kembali kepada klien.
 Bertanya untuk membuka percakapan
 Bertanya tertutup melalui sebuah pernyataan yang membutuhkan tanggapan.
 Dorongan minimal : upaya konselor secara halus agar klien tetap terlibat dalam hubungan
yang komunikatif.
 Interpretasi perasaan, pengalaman, atau pikiran klien berdasarkan teori-teori yang ada.
 Mengarahkan agar klien tetap dalam situasi dan hubungan komunikasi yang ideal.
 Menyimpulkan sementara secara periodik agar tahapan-tahapan bisa berkesinambungan.
 Memimpin arah pembicaraan.
 Fokus pada permasalahan.
 Konfrontasi : kemampuan konselor untuk bisa mengungkapkan adanya inkonsistensi
dalam diri klien.
 Menjernihkan ucapan klien yang samar-samar.
 Memudahkan berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dengan baik.
9

 Diam sebagai variasi komunikasi guna menumbuhkan pemusatan perhatian dan
penekanan.
 Mengambil inisiatif untuk bisa membuka, mencairkan, mendorong terciptanya
komunikasi yang mandeg.
 Memberi nasehat dengan mempertimbangkan aspek kemandirian klien.
 Pemberian informasi kemandirian klien untuk mencari informasi sendiri.
 Merencanakan dengan cara membantu klien menyusun program untuk action.
 Membantu klien menyimpulkan hasil sebuah pertemuan.
Hubungan antara konselor dan klien merupakan inti proses konseling oleh karena itu
para konselor hendaknya menguasai berbagai teknik dalam menciptakan hubungan. Untuk
melakukan konseling, tentunya ada serangkaian tahap-tahap yang harus dilakuakan, hal ini akan
mempermudah konselor dalam menggali permasalahan klien guna terselesaikannya masalah
klien. Tahap-tahap tersebut antara lain :
1.

Teknik Pembukaan (Pengantaran/ introdaktion)
Yaitu usaha konselor untuk mengantarkan klien dalam memasuki proses konseling.
Dalam teknik pembukaan ini konselor memberikan penjelasan kepada klien tentang
konseling, tujuan, asas-asas, manfaat serta hal lain yang berhubungan dengan proses
konseling.

2.

Teknik hubungan Refleksi
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk
kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik
penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan
sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang
diekspresikan dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu yang positif, negative, dan
ambivalen. Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan jika :
 Stereotip dari konselor
 Konselor tidak dapat mengatur waktu
 Konselor tidak tepat memilih perasaan
 Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan
 Konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan
10

 Konselor menambah arti perasaan
Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling antara lain :
 Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam
 Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku
 Memusatkan evaluasi pada klien
 Member kekuatan untuk memilih
 Memperjelas cara berfikir klien
 Menguji kedalaman motif-motif klien
3.

Teknik Penerimaan dan Penstrukturan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar
klien merasa diterima dalam proses konseling. Dalam teknik penerimaan, ada tiga unsur
yaitu : 1) ekspresi air muka, 2) tekanan suara, 3) jarak dan perawakan.
Teknik penstrukturan (structuring) adalah proses menetapkan batasan oleh konselor
tentang hakekat, batasan-batasan dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan
tertentu pada khususnya. Struktur konseling mempunyai dua unsur yaitu, 1. unsur implisit,
dimana peranan konselor yang secara umum diketahui klien, dan 2. struktur yng formal
berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
Dengan demikian structuring merupakan teknik merumuskan batasan dan
potensialitas konseling. Berdasarkan pembatasan dan potensi proses konseling ada lima
macam struktur, yaitu :
a. Batas-batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses konseling
b. Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien
c. Batas-batas peranan konselor
d. Batas-batas proses atau prosedur
e. Structuring dalam nilai proses

4.

Teknik Mendengarkan
Mendengarkan secara aktif dan tepat sangat penting dan merupakan dasar bagi
selama wawancara berlangsung, lebih-lebih pada saat permulaan ketika konselor biasanya
mengambil bagian secara verbal. Kegiatan ini menghendaki agar konselor lebih banyak
diam dan menggunakan semua indranya untuk menangkap semua pesan. Dengan telinganya
konselor mendengarkan kata-kata yang diucapkan dan tekanan suara dari klien. Dengan
11

pikirannnya konselor menanghkap isi pesan yang disampaikan, dan dengan matanya
konselor mengamati bahasa badani dalam sikap duduk, gerak gerik, isyarat dan sebaginya
yang ditampilkan oleh klien. Konselor berusaha secara benar-benar tepat penyesuaian
dirinya dengan diri orang lain, memusatkan diri pada orang lain, dan menjadikan pesanpesan yang datang dari orang lain itu sebagai suatau yang sangat penting.
5.

Teknik Mengarahkan
Di sini konselor lebih berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan,
secara tidak langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian
pengarahan hanya dilakukan bila mana konselor benar-benar telah memahami keadaan dan
kebutuhan klien. Nilai dari upaya pemberian pengarahan tidaklah mudah, konselor harus
menentukan kapan cara ini tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya dipakai.
Penggunaan pengarahan yang terlalu cepat atau terlalu sering terhadap klien yang
enggan malah dapat mengakibatkan timbulnya suasana tidak tenang atau menjengkelkan
pada diri klien karena konselor tampak kurang peka terhadap suasana kejiwaan klien.

6.

Teknik mengakhiri proses konseling
Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara :
o Mengatakan bahwa waktu sudah habis
o Merangkum isi pembicaraan
o Merangkum adalah proses menyatukan semua yang dikomunikasikan selama
proses konseling dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
klien.
o Menunjukan pada pertemuan yang akan datang dengan menanyakan “apa yang
akan anda lakukan?”.
o Membuat catatan singkat.
o Membuat catatan merupakan usaha sederhana tetapi sangat penting karena
kegiatan ini mempunyai andil yang sangat besar dalam rencana pengubahan
tingkah laku yang perlu dirubah.
o Memberikan tugas-tugas tertentu
o Mendoakan klien semoga tetap bahagia
o Berdiri
o Perpisahan dengan berjabatan tangan.
12

2.2 PSIKOTERAPI
A. Definisi Psikoterapi
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya
jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau
perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran.
Sedangkan definisi umum psikoterapi yaitu serangkaian metode berdasarkan
ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental
seseorang. Psikoterapi merupakan suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis
yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan
dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi
tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang
sebagai seorang individu.
Selain definisi diatas, ada berbagai definisi psikoterapi yang dikemukakan oleh para
ahli, diantaranya :
1.

Hariyanto (2010) : Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda
menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani
masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang
mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai
karier baru atau akan mengalami perceraian.

2.

Wolberg (1954) : psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap
masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama
membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan,
mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan
pola-pola perilaku yang terhambat.

3.

Whitaker dan Malone (1953) : psikoterapi adalah semua upaya untuk mempercepat
pertumbuhan manusia sebagai pribadi

4.

Oxford English Dictionary : perkataan psychotherapy tidak tercantum, tetapi ada
perkataan "psychotherapeutic" yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu
penyakit dengan mempergunakan teknis psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
13

Dengan demikian perawatan menggunakan teknik psikoterapi adalah perawatan yang
secara umum menggunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap
pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.
B. Ciri-ciri Pokok Psikoterapi
Ada tiga ciri utama psikoterapi, antara lain:
1.

Dari segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan
menganut kode etik psikoterapi.

2.

Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah
psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada (afektif, kognitif,
perilaku/kebiasaan).

3.

Dari segi tindakan : seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu
psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya (data yang diperoleh melalui proses
assessment-wawancara, observasi, tes, dsb).
Selain itu, dari beberapa definisi yang ada dapat dikemukakan ciri-ciri psikoterapi, antara
lain:

1.

Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan
terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu
rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.

2.

Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi teraupetik.

3.

Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahanperubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani
kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu
atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.

4.

Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok
pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang
14

abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan
kecemasan atau skizofrenia. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan
untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalahmasalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau
bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang
mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh
petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan
peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh
sebagai manusia.
5.

Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi
adalah bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Terapis
mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan
oleh psikoterapis. Psikoterapi juga melibatkan komunikasi-komunikasi nonverbal.
Seorang terapis yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari
pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan
atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui
kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan
bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan
klien.
C. Tujuan Psikoterapi

a.

Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar.
Tujuan ini biasanya dilakukan melalui terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan
suportif (memberikan dukungan dan semangat). Persuasi (ajakan) dengan cara diberi
nasehat sederhana sampai pada hypnosis (keadaan seperti tidur karena sugesti) digunakan
untuk menolong orang bertindak dengan cara yang tepat.

b.

Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang
mendalam.
Fokus disini adalah adanya katarsis (penyucian diri yang membawa pembaruan rohani
dan pelepasan dari ketegangan).

c.

Membantu klien mengembangkan potensinya.
15

Klien diharapkan dpt. Mengembangkan potensinya. Ia akan mampu melepaskan diri dari
fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu secara berlebihan) yang dialaminya.
Klien akan menemukan bahwa dirinya mampu untuk berkembang ke arah yang lebih
positif.
d.

Mengubah kebiasaan.
Tugas terapis adalah menyiapkan situasi belajar baru yang dapat digunakan untuk
mengganti kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaptif.

e.

Mengubah struktur kognitif individu. Menggambarkan tentang dirinya sendiri maupun
dunia sekitarnya. Masalah muncul biasanya terjadi kesenjangan antara struktur kognitif
individu dengan kenyataan yang dihadapinya. Jadi, Struktur kognisi (kegiatan atau
proses untuk memperoleh pengetahuan) perlu diubah untuk menyesuaikan dengan
kondisi yang ada.

f.

Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat.

g.

Meningkatkan pengetahuan diri atau insight (pencerahan).

h.

Meningkatkan hubungan antar pribadi.
Terapi kelompok merupakan dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk
meningkatkan hubungan antar pribadi ini.

i.

Mengubah lingkungan social individu. Terutama terapi yang diperuntukan untuk anakanak.

j.

Mengubah proses somatic (fisik) supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
kesadaran tubuh.
Latihan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran individu. Seperti : Relaksasi
untuk mengurangi kecemasan, yoga, senam, menari dll.

k.

Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, control, dan kreativitas
diri.
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara
berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah
dengan pendekatan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan psikoterapi
antara lain :

a.

Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.

b.

Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
16

c.

Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.

d.

Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.

e.

Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.

f.

Mengembangkan potensi klien.

g.

Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

h.

Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).

i.

Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.

j.

Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.

k.

Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.

l.

Membantu penyembuhan penyakit fisik.

m. Meningkatkan kesadaran diri.
n.

Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.

o.

Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
D. Tahap-Tahap Psikoterapi
Setelah mengatahui tujuan Psikoterapi perlu mengetahui tahapan-tahapan dalam
Psikoterapi, yaitu :

1.

Wawancara
Terapis akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Dalam tahap ini perlu
dikemukakan :


Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui oleh klien.



Apa yang akan dilakukan oleh terapis



Apa yang diharapkan klien



Adanya persekutuan antara klien dengan terapis untuk melawan masalah
yang dihadapi klien.



Perlu dibina rapport, yaitu hubungan yang menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa ini klien akan lari
sebelum mulai. Terapi tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.



Perlu dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan perannya
sebagai klien.



Kontrak terapeutik, perlu pula dikemukakan.
17



Persetujuan antara tugas klien dan tugas terapis kapan dan dimana terapi
dilakukan dan berapa lama.



Kemukakan tujuan yang akan dicapai oleh klien dalam terapi. Apa yang
dapat dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan oleh klien



Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan keberhasilan yang telah
dialami terapis untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat dikemukakan
hasil penelitian tentang efektivitas pendekatan yang digunakan terapis.

Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan
seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya
pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dan klien yang
mendengarkan. Terapis banyak memberikan nasehat dan klien hanya mendengarkan saja.
Kalau sampai terjadi seperti ini berarti bukan merupakan proses psikoterapi tetapi
konsultasi.
2.

Proses Terapi
Tahap kedua dari psikoterapi adalah proses terapi. Supaya terjadi komunikasi yang
mengalir dengan baik perlu dilakukan hal-hal sbb:
o Mengkaji pengalaman klien
o Menggali pengalaman masa lalu
o Mengkaji hubungan antara terapis dank lien saat ini dan di sini
o Melakukan pengenalan, jenjelasan, dan pengartian perasaan dan arti-arti
pribadi pengalaman klien

3.

Tindakan Psikoterapi
Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berakhir. Hal-hal yang perlu
dilakukan terapis dan klien, yaitu :
o Terapis mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien
selama terapi berlangsung.
o Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan dalam kehidupannya nanti.

4.

Mengakhiri Terapi
Terapi dapat diakhiri kalau tujuan telah tercapai. Atau apabila klien tidak
melanjutkan terapi. Demikian juga terapis dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat
lagi menolong kliennya, ia mungkin dirujuk. Klien harus diberitahu beberapa waktu
18

sebelum pengakhiran terapi, hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya
nanti sendiri tanpa bantuan terapis. Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikitsedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien
2.3 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSELING DENGAN
PSIKOTERAPI
A. Persamaan Konseling dengan Psikoterapi
1.

Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk
membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang
bersifat psikologis.

2.

Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu
perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental
health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal
effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).

3.

Konseling dan psikoterapi membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada
klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar
klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

4.

Konseling dan psikoterapi merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba
menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.

5.

Psikoterapi maupun konseling memberikan penekanan pentingnya perkembangan dalam
pembuatan keputusan dan ketrampilan dalam pembuatan rencana oleh klien.

6.

Pentingnya saling-hubungan antara klien dan psikoterapis ataupun konselor disepakati
sebagai suatu bagian integral dalam proses psikoterapi maupun konseling. Jadi, inti dari
konseling dan psikoterapi adalah bantuan kepada klien melalui hubungan yang bersifat
positif dan membangun.

7.

Konselor sering mempraktekkan apa yang oleh psikoterapis dipandang sebagai
psikoterapi dan psikoterapis sering mempraktekkan apa yang oleh konselor dipandang
sebagai konseling.

19

B. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi


Konseling

1.

Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.

2.

Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai
teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama
bagi orang yang ditangani tersebut.

3.

Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada
individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik
yag dipakai lebih bersifat manusiawi.

4.

Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek.

5.

Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret.


Psikoterapi

1.

Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.

2.

Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah
meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,

3.

Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang
ditolongnya.

4.

Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.

5.

Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan
berkembang terus.
Selain itu, banyak ahli yang mengemukakan perbedaan konseling dengan
psikoterapi ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :

a.

Dilihat dari problem-problemnya, Rosjidan membedakan bahwa konseling menyangkut
hal-hal seperti : reality-oriented, situasional, lingkungan, spesifik, non-embeded dan
kesadaran. Sedangkan psikoterapi menyangkut interpersonal, mendalam, umum, ganguan
kepribadian, embeded dan unconseious. Mowrer membedakan bahwa konseling bertujuan
membantu seeorang membebaskan diri dari konflik-konflik yang disadari. Sedangkan
psikoterapi menyangkut konflik-konflik unconseious dan kecemasan neurotik.

b.

Dilihat dari proses pencapaiannya, Narayana Rao (dalam Hartosujono, 2004)
membedakan bahwa psikoterapi mencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan

20

pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan
positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.
c.

Corsini (1989), membedakan secara kuantitatif. Perbedaan disini adalah hanya dalam hal
jumlah intervensi yang dilakukan saja. Lebih jelas perbedaan persentase waktu yang
digunakan antara konselor dan psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya sebagaimana
tabel berikut :

d.

Proses
Konseling (%)
Psikoterapi (%)
Listening (Mendengarkan)
20
60
Questioning (Menanyakan)
15
10
Evaluating (Mengevaluasi)
5
5
Interpreting (Menginterpretasikan)
1
3
Supporting (Mendukung)
5
10
Explaining (Menjelaskan)
15
5
Informing (Memberitahu)
20
3
Advising (Menyarankan)
10
3
ordering (Menyuruh)
9
1
Dilihat dari tugas pokoknya, Orval H. Mowrer membedakan bahwa konseling
memecahkan persoalan hidup kejiwaan yang masih pada tingkat normal, yang disebabkan
oleh perasaan frustasi yang disadari oleh klien, sedangkan psikoterapi menyembuhkan
perasaan cemas yang bersifat mendalam (neurotic anxiety) yang sumber penyebabnya
adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang amat menekan dan tidak disadari oleh klien.

e.

Menurut Mappiare (dalam Hartosujono, 2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan
konseling dikemukakan sebagai berikut :


Konseling merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian
yang lebih luas dari pada konseling.



Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya
konseling

lebih

mengarah

pada

pengembangan-pendidikan-pencegahan.

Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaianpenyembuhan.


Dasar konseling adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah
perbedaan

individual

dengan

dasar-dasar

psikologi

kepribadian

dan

psikopatologi. Pada perkembangan selanjutnya konseling juga memanfaatkan
perkembangan teori-teori kepribadian dalam konteks ilmu perilaku.

21

f.

Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa konseling ditandai dengan adanya
terminologi seperti “educational, vocational, supportive, situational, problem solving,
conscious awareness, normal, present-time dan short-time”. Sedangkan psikoterapi ditandai
dengan “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus
on the past, neurotic and other severe emotional problem and long-term”.

g.

Pallone (1977) dan Patterson (1973) menyimpulkan perbedaan konseling dan psikoterapi
yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut :
1.
2.
3.

KONSELING
PSIKOTERAPI
Klien
1. Pasien
Gangguan yang kurang serius
2. Gangguan yang serius
Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb 3. Masalah kepribadian dan pengambilan

4.
5.

keputusan
Berhubungan dengan pencegahan 4. Berhubungan dengan penyembuhan
Lingkungan pendidikan dan non
5. Lingkungan medis

6.
7.

medis
Berhubungan dengan kesadaran
Metode Pencegahan/preventif
Jangka Pendek

6.
7.

Berhubungan dengan ketidaksadaran
Metode penyembuhan/kuratif
Jangka Panjang

Dari berbagai perbedaan dilihat dari berbagai aspek-aspeknya antara konseling dan
psikoterapi, maka lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagaimana tabel berikut :
Perbedaan
Jenis

Konseling
Bantuan non

Bantuan

psikologis).
1. Konselor.

Psikoterapi
(bantuan Bantuan psikis.

material

1. Para ahli kejiwaan.

Pihak yang 2. Konseli.

2. Individu yang mengalami

terlibat

gangguan kejiwaan (kesehatan

Tujuan

1. Pemahaman diri.

mentalnya terganggu).
Menyembuhkan atau

2. Penerimaan diri.

menghilangkan gangguan

3. Pengelolaan diri.

kejiwaan yang diderita oleh

4.

Mengoptimalkan

potensi

kemampuan konseli.
5. Pemecahan masalah.
22

dan pasien.

6. Aktualisasi diri.
7. Mengubah KES T (Kehidupan Efektif
Sehari-hari Terganggu) menjadi KES
(Kehidupan Efektif Sehari-hari).
1. Wawancara konseling sebagai alat
utama.

Proses

Tahapan

1. Menggunakan obat penenang.
2. Berkelanjutan hingga gangguan

2. Berkelanjutan.

kejiwaan hilang.

3. Normatif.
1. Membina hubungan baik (rapport).

Mengikuti tahapan dokter

2. Explorasi masalah.

spesialis gangguan kejiwaan.

3. Merumuskan tujuan.
4. Merencanakan bantuan.

Hasil
(output)

5. Evaluasi, tindak lanjut.
1. Individu yang mandiri.

Gangguan kejiwaan yang diderita

2. Mencapai KES (Kehidupan Efektif

oleh pasien hilang (sembuh).

Sehari-hari).
3. Terpecahkannya suatu masalah yang
dihadapi individu.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada hakekatnya antara konseling dan psikoterapi memiliki pengertian yang sama,
yaitu memberikan bantuan kepada seseorang agar timbul perubahan pada diri individu tersebut
ke arah yang positif, keduanya saling berkaitan dalam proses pemberian bantuan. Dengan kata
23

lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu
perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health),
pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan
pembuatan keputusan (decision making).
Sedangkan jika dilihat dari pelaksanaannya, baik konseling maupun psikoterapi,
menggunakan landasan teori dari beberapa landasan filosofis tentang perilaku. Namun,
psikoterapi membutuhkan langkah-langkah yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan
konseling. Sementara jika dilihat dari landasan operasionalnya, konseling lebih didasarkan pada
permasalahan-permasalahan pandangan hidup, permasalahan penyesuaian diri, lebih pada
pelaksanaan bimbingan dan arahan melalui penanaman pengertian tentang falsafah hidup,
pendidikan dan pemahaman lingkungan. Sedangkan psikoterapi didasarkan pada aspek-aspek
psikopatologi, penyakit-penyakit kejiwaan yang lebih spesifik, dan membutuhkan langkahlangkah "pembedahan-jiwa" secara lebih spesifik. Konseling menyangkut permasalahan
kejiwaan umum yang cenderung bersifat preventif, sedangkan psikoterapi sudah menyangkut
permasalahan kejiwaan yang spesifik dan cenderung bersifat kuratif.
3.2 SARAN
Hendaknya para praktisi konseling maupun psikoterapi lebih jeli dalam membedakan
antara ranah konseling dan psikoterapi sehingga tidak terjadi kekacauan dalam menentukan
penanganan masalah individu. Dengan menelaah terlebih dahulu intensitas masalah klien,
hendaknya konselor dan terapis lebih tepat dalam mengambil tindakan untuk individu yang
mengalami masalah. Ada baiknya dalam menangani masalah individu terlebih dulu
menggunakan konseling, jika masalah-masalah individu tersebut tidak mampu terpecahkan,
maka dapat dialihtangankan pada proses psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Nashruddin Hilmi, M.Pd.I.. 2012. Pengertian Bimbingan Psikologi; Bimbingan, Konseling dan
Psikoterapi. http://nashruddinhilmi.blogspot.com/2012/01/pengertian-bimbinganpsikologi.html. 30 November 2013.
Karunia
Tri
http://karuniadengan.html. 30

Utami. 2013. Perbedaan
Psikologi
konseling
dengan
Psikoterapi.
triutami.blogspot.com/2013/04/perbedaan-psikologi-konselingNovember 2013.
24

Sani. 2012. Perbedaan
Bimbingan,
Konseling,
dan
Psikoterapi. http://counseling4human.
blogspot.com/2012/07/perbedaan-bimbingankonseling-dan.html. 30 November
2013.
Aprilia Maharani. 2013. Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling. http://cikucikulucu
blogspot.com/2013/05/perbedaan-psikoterapi-dengan-konseling.html. 30 November 2013.

.

Meita. 2013. Perbedaan antara Konseling dengan Psikoterapi. http://meitadwi.blogspot
.com/2013/03/perbedaan-antara-konseling-dengan.html. 30 November 2013.
Puspa Ken Nisa. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi . http://keensdiary.blogspot
.com/2013/03/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi.html. 30 November 2013.
Putri April. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://putriapril.wordpress.com/
2013/05/07/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi/. 30 November 2013.
Yesi Mariati. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://yesimariati.blogspot.com
2013/04/persamaan-dan-perbedaan-konseling-dan.html. 30 November 2013.

/

Akhmad Harum. __________. Konseling,Definisi Konseling,Konseling dan Psikoterapi dan
Profesi
yang Berkaitan.http://bukunnq.wordpress.com/konselingdefinisi-konseling
konseling-dan-psikoterapi-dan-profesi-yang-berkaitan/. 30 November 2013.
__________. 2009. Pengertian, Objek, Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
http://makalahkitasemua.blogspot.com/2009/10/pengertian-objek-persamaandan.html. 30 November 2013.
__________.
2011.
http://tanjungbunut
November
2013.

Teknik-Teknik
Dalam
Konseling
Dan
Psikoterapi.
.blogspot.com/2011/05/teknik-teknik-dalam-konseling-dan.html. 30

25