Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa Berbasis Accountability Framework

  Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa Berbasis Accountability Framework a

  b,

  c, Arif Widyatama *, Diarespati , Lola Novita * abc

  STIE Panca Bhakti, Palu, Indonesia (arifu_tama@yahoo.com)

  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi akuntanbilitas Pemerintah Desa dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) dengan menggunakan accountability framework. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

  Penelitian ini menggunakan aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi sebagai informan kunci. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi survei pendahuluan, survei kepustakaan, dan proses pengumpulan data lapangan yang dilakukan dengan observasi, wawancara, rekaman dan dokumentasi. Penerapan Faktor Kompentensi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dengan menggunakan Accountability Framework terbagi dalam tiga tahap yaitu accountability, accounting practice, accounting culture.

  Sedangkan kendala yang dihadapi Aparatur Pemerintah Desa untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa adalah minimnya pengetahuan aparatur pemerintah dalam mengelola dana desa, kurangnya pengetahuan aparatur pemerintah desa dalam hal penyusunan laporan keuangan, ,kurangnya pemahaman mengenai mekanisme, teknik sistem akuntansi serta standar akuntansi pemerintahan.

  Kata kunci: Akuntanbilitas, Pemerintah Desa, Accountability Framework

PENDAHULUAN disebabkan adanya akuntabilitas

  Akuntabilitas merupakan hal tersebut akan dapat meningkatkan yang penting untuk dimiliki oleh kepercayaan masyarakat terhadap entitas baik entitas bisnis maupun aktivitas yang telah dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk pemerintah. Scoot (2006) mengatakan pertanggungjawaban kepada bahwa sebagai pengelola sumber

  

shareholders.Pemerintah merupakan daya, maka masyarakat

  sebuah organisasi yang bertugas membutuhkan informasi yang terkait untuk melayani masyarakat. dengan aktivitas yang dilakukan oleh Akuntanbilitas bagi pemerintah pengelola tersebut yakni pemerintah. dinilai sangat penting untuk dimiliki Informasi ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna mengetahui seberapa besar sumber daya yang dimiliki serta mengalokasikan sumber daya tersebut. Pendapat ini dipertegas oleh Jorge, et al.,(2011) yang mengemukakan bahwa masyarakat perlu mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh daerah dan mengalokasikan sumber daya tersebut. Sehingga jika pemerintah mengedepankan akuntabilitas dan transparansi maka masyarakat dapat mendukung segala aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah. kontrol penuh aparatur atas segala sesuatu yang telah dilakukan dalam sebuah pemerintahan,. Sehingga peran pemerintah selaku agen menjadi sebuah faktor penting dalam mempertanggungjawabkan kinerja dari pemerintahan kepada prinsipal atau rakyat. Untuk mendukung keberhasilan akuntanbilitas dan transparansi dalam sebuah pemerintahan maka banyak faktor yang dapat memengaruhi kedua aspek tersebut.Cheng, et al (2002) menyebutkan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh aparatur pemerintahan turut memengaruhi akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa.Lebih lanjut, Kalbers dan Forgaty (1995) menambahkan selain adanya internal

  controlling dalam sebuah

  pemerintahan turut memengaruhi tingkat akuntabilitas dan transpararnsi publik.Kurtz dan Schrank (2007) juga memberikan argumennya yang menyebutkan bahwa faktor yang menentukan akuntabilitas dan transparansi suatu pemerintahan adalah implementasi

  Good Government Governance.Faktor

  yang tidak kalah pentingnya adalah sistem pengendalian dalam pemerintahan, disebabkan adanya sistem pengendalian dalam dapat memengaruhi pengambilan keputusan internal pemerintah Desa akuntabilitas dan transparansi pemerintah Desa tersebut. Ditambahkan oleh Uddin dan Hopper (2001) bahwa pimpinan dalam sebuah organisasi memiliki bentuk pengendalian agar dalam sistem perencanaan (penganggaran Desa) output yang dihasilkan memiliki kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat Desa.

  Pengamatan peneliti di lapangan khususnya di pemerintah Desatingkat akuntabilitas dan transparansi masih sangat rendah. Hal ini didukung dengan temuan yang dipaparkan oleh Indonesia Aksi- Corupption Forum (IACF) tahun 2010 yang menyebutkan potensi-potensi penyalahgunaan dana Desa disebabkan oleh minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa …

  aparatur pemerintah Desadan sistem pengendalian intern. Di sisi lain berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014 pemerintah Desa akan diberikan dana untuk dikelola guna membiayai penyelenggaraan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Bila mengacu pada PP Nomor 60 tahun 2014 sudah cukup jelas bahwa alokasi dana yang diberikan ke masing-masing Desa sangat besar yakni dihitung berdasarkan jumlah angka kemiskinan Desa dan tingkat kesulitan geografis. Dana ini cukup besar untuk digunakan oleh pemerintah Desa guna memperbaiki kesejahteraan warga di Desa masing- masing. Sebagai informasi, data yang diperoleh dari

  IACF (2010) menyebutkan bahwa kabupaten Belitung Timur memperoleh alokasi dana desa (ADD) tahun 2014 sebesar 1 miliar. Namun sama halnya dengan pemerintah lainnya, secara umum pemerintah Desa masih belum bisa mengalokasikan dana Desa tersebut sehingga sering terjadi permasalahan dalam hal akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan ADD. Di Kabupaten Sigi misalnya, berdasarkan pengamatan peneliti pengetahuan masyarakat terutama pemerintah Desa di daerah tersebut masih minim dalam mengelola dana keuangan desa. Kompetensi yang dimiliki oleh pemerintah Desa terkait pengelolaan dana Desamasih belum mampu mengelola dana tersebut. Selain di Kabupaten Sigi, di Kabupaten lain misalnya di Kabupaten Donggala pengetahuan akan mengelola dana desa bahkan membuat laporan keuangan masih sangat minim sehingga yang dikhawatirkan adanya sebuah

  asymmetry information yang terjadi

  atas laporan keuangan di Penelitian ini menggunakan

  accountability framework yang

  dikembangkan oleh Iyoha dan Oyerinde (2009) untuk menginvestigasi secara komprehensif faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD). Lebih lanjut, Iyoha dan Oyerinde (2009) mengemukakan bahwa accountability framework yang dikembangkan merupakan tingkatan/level akuntansi agar akuntanbilitas publik bisa berjalan dengan baik yang dimulai dari tahapan accounting infrastructure yaitu mengungkap tentang sejauh mana akuntan yang professional mampu mengelola dana keuangan sehingga harapannya informasi yang dihasilkan menjadi tepat waktu, dapat diandalkan dan memadai. Lebih lanjut, tahapan selanjutnya adalah accounting practice dan

  accounting culture.Kedua poin ini

  menjadi fokus dalam accountability

  framework (Iyoha dan Oyerinde, 2009)

  karena baik accounting practice dan

  accounting culture mengungkap

  bahwa dalam proses akuntanbilitas pemerintahan dipengaruhi oleh standar akuntansi internasional yang harus diterapkan ke negara Indonesia, lebih khususnya lagi adalah pemerintah daerah. Selain itu, tingkatan akuntanbilitas publik yang saling terintegrasi yang sebaiknya informasi tersebut tepat waktu, memadai, dapat diandalkan serta relevan dengan kebutuhan

  stakeholdersdalam hal ini adalah rakyat (Iyoha dan Oyerinde, 2009).

  Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, pertanyaan yang hendak peneliti temukan jawabannya dalam penelitian ini adalah determinan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi akuntanbilitas Pemerintah Desa dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) dengan menggunakan accountability

  framework

  Konsep mengenai akuntanbilitas merupakan suatu konsep yang harus dilaksanakan baik terhadap entitas swasta maupun publik. Boven (2006) menambahkan bahwa akuntanbilitas merupakan bentuk interaksi antara pihak pengelola dan masyarakat//forum. Pengelola memiliki kewajiban untuk memberikan suatu penjelasan kepada masyarakat/forum terkait keadaan yang sebenarnya terjadi di organisasi.Hal ini penting mengingat publik, selaku prinsipal perlu mengetahui segala sesuatu yang terjadi di masyarakat/publik. Lebih menambahkan bahwa bahwa tingkat akuntanbilitas akan sangat memengaruhi kepuasan/satisfaction dari publik, sehingga peran dari agent (pihak pengelola) menjadi penting agar tingkat akuntanbilitas publik menjadi berhasil.

  Penelitian ini menggunakan

  accounting framework yang

  dikembangkan oleh Iyoha dan Oyerinde (2010) untuk menginvestigasi faktor-faktor yang memengaruhi akuntanbilitas publik.Pada model ini membahas mengenai beberapa jalur yang dapat memengaruhi akuntanbilitas.Model ini terbagi atas beberapa tahapan akuntabilitas dalam mengimplementasikan sebuah anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa …

  merupakan tahap-tahap

  accountability framework:

  1. Accounting Infrastructure: Ini merupakan tahapan dimana struktur untuk mendukung sistem akuntansi di suatu organisasi harus kuat. Ketika struktur yang dimiliki lemah maka akan membuat tingkat akuntabilitas semakin lemah. Sehingga nantinya lemah/kuat tahapan ini akan sangat memengaruhi tahapan lainnya.

  2. Accounting Practice: Ini merupakan harus bekerja seperti yang seharusnya. Pada tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yaitu accounting infrastructure.

  3. Accounting Culture: Ini merupakan tahapan yang berkaitan dengan budaya yang terjadi di suatu organisasi. Budaya ini sangat memengaruhi perilaku individu maupun kelompok suatu organisasi bekerja. Pada tahapan Pada tahapan ini juga sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yaitu accounting

  infrastructure. Terjadi sebuah

  hubungan antara accounting Practice dan accounting culture. Hubungan ini terjadi dikarenakan praktik akuntansi tidak hanya dapat memengaruhi hasil namun juga dapat memengaruhi perilaku suatu organisasi/budaya. Dan sebaliknya budaya akuntansi dalam suatu organisasi dapat memengaruhi praktik akuntansi.

  4. Budget

  Implementation/Performance: Ini

  merupakan tahapan yang berkaitan mengenai implementasi dari anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan mengacu pada UU Nomor 24 tahun 2014, pemerintah daerah diberikan kewenangan melaksanakannya. Sehingga peran

  accountability infrastructure, serta accounting practice dan accounting culture akan sangat memengaruhi kinerja Pemerintah Daerah.

  5. Management of Public Expenditure: Ini merupakan tahapan kebijakan yang dihasilkan untuk kepentingan publik. Pada tahapan ini merupakan tahapan akhir yang akan mengacu dari implementasi akuntanbilitas yang telah diterapkan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai bagaimana individu dari setiap aparatur Desa mamahami mengenai akuntabilitas.Informasi digali secara dalam dengan menggunakan wawancara terhadap aparatur tersebut serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pembuatan laporan keuangan. Penyebabnya tidak lain disebabkan informasi yang diperoleh dari aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi tersebut kurang relevan sehingga ada kemungkinan saat penelitian, peneliti mewawancarai selain informan yang berasal dari aparatur Pemerintah Desa.

  Metode kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini karena metode ini lebih digunakan untuk memahami realitas sosial sebagai realitas subjektif, memberikan tekanan terbuka tentang kehidupan social, khususnya tentang perilaku aparatur Pemerintahmengenai akuntabilitas berbasis accountability framwork.

  Peneliti mempertimbangkan kajian psikologi sebagai bidang kajian yang menyangkut dimensi kemanusiaan yang dimana dimensi ini adalah dimensi subjektif maka paradigma yang tepat adalah paradigma Interpretif. Paradigma Interpretif, yang dalam banyak hal juga disebut sebagai paradigm konstruktif menekankan bahwa penelitian pada dasarnya dilakukan untuk memahami realitas dunia apa adanya (Ludigdo, 2005). Berangkat dari penjelasan di atas, maka peneliti memilih fenomenologi sebagai metode pemahaman akan realitas dengan dimensi subjektif dalam penelitian ini. Harapan peneliti, dengan

  

Affects

Accounting Infrastructure

AccountingPractice

  Management of Public Expenditure AccountingCulture

Budget Implementation/ Performance

Affects

  Affects

Affects Affects

Influence

  Gambar 1.Accountability Framework (Iyoha dan Oyerinde, 2009)

METODE

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa …

  fenomenologi peneliti dapat memahami bagaimana makna dan simbol dari satu pemahaman para pelaku realitas dan bagaimana mereka mengimplementasikan suatu praktik akuntansi yang apabila suatu standar di dunia ini berubah.

  Situs penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Aparatur Pemerintah Desa yang berada di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Pertimbangan peneliti mengambil aparatur pemerintah Desa yang berada di Kabupaten Sigi disebabkan Kabupaten Sigi lambat laun semakin menurun perkembangannya, tidak adanya perkembangan yang signifikan menjadi dasar pertimbangan maka aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi dijadikan situs peneliti. Sehingga peneliti mencoba menggali apakah hal tersebut disebabkan karena standar serta ingin melihat bagaimana interpretasi tentang standar akuntansi itu sendiri. Pertimbangan lain yakni peneliti sudah lama tinggal di daerah tersebut sehingga hal tersebut lebih memudahkan peneliti untuk mengeksplorasi lebih dalam permasalahan yang terjadi.

  Penelitian ini menggunakan aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi sebagai informan kunci dalam mengeksplorasi mengenai pemaknaan dari akuntabilitas berbasis accountability

  Framework yang digunakan pada

  penelitian ini berjumlah 2 orang. Berbeda dengan penelitian kuantitatif/verifikatif, pada penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma interpretif informan dalam mengungkap pemaknaan mengenai akuntanbilitas yang dipahami oleh aparatur Pemerintah.Pada penelitian ini memiliki batasan dalam hal jumlah. Sepanjang data yang diperoleh telah mencukupi dalam dapat memahami informasi yang telah diungkapkan oleh informan maka dianggap informan tersebut sudah cukup untuk memberikan data yang peneliti maksud.

  Pada penelitian ini agar memperoleh informan yang diharapkan maka peneliti menggunakan teknik snowball

  sampling. Teknik snowball sampling

  ini sering digunakan oleh para peneliti kualitatif untuk memperoleh sampel yang diharapkan. Untuk mendapatkan sampel yang diharapkan maka peneliti mencari informan yang juga merupakan aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi. Pengambilan informan ini bukanlah tanpa alasan, terdapat pertimbangan-pertimbangan peneliti pikirkan sebelum mengambil informan ini. Pertimbangan yang paling penting adalah informan yang dipilih merupakan informan yang merupakan bagian dari desa Binaan STIE Panca Bhakti sehingga diharapkan dari adanya kajian ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi desa binaan tersebut. Diharapkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti terkait dengan permaknaan akuntanbilitas berbasis accountability Framework.

  Jumlah Desa yang dipilih sebanyak 1 Desa yaitu desa Bahagia menggunakan satu desa yang berada di Kabupaten Sigi sebagai objek penelitian. Pemilihan objek ini bukan tanpa alasan, Kabupaten Sigi merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami pemekaran. Sehingga hal ini mengindikasikan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah masih belum baik mengenai konsep akuntabilitaas. Selain itu, pemilihan objek ini dikarenakan masyarakat di Kabupaten Sigi masih hampir didominasi oleh masyarakat suku asli. Hal ini menjadi menarik, karena hasil penelitian ini nantinya bisa digunakan dalam pengambilan kebijakan terkait pemahaman akuntabilitas di Masyarakat Asli maupun Pemerintah Daerah.

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi: Survei pendahuluan yaitu dengan menggali informasi-informasi up-to date baik melalui artikel, internet, media cetak, dan lainnya untuk memperoleh gambaran tentang Pemerintah Desa dan memahami permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini. Kemudian tahapan kedua dengan melakukan survei kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data jadi yang diperoleh baik dari buku- perundang-undangan yang disesuaikan dengan teori-teori yang mendukung dan langkah terakhir adalah dengan melakukan proses pengumpulan data lapangan yang dilakukan dengan observasi, wawancara, rekaman dan dokumentasi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, dalam observasi tersebut peneliti melakukan wawancara secara mendalam guna memperoleh informasi yang terkait dengan tujuan penelitian. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan alat perekam untuk mempermudah proses pengumpulan data. Dan sebagai tambahan informasi/data diperoleh dari dokumentasi-dokumentasi yang mendukung penelitian. Selain itu penulis juga menggunakan berbagai

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa …

  5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan

  Framework .Penerapan Accountability Framework terbagi 3 tahap:

  Penerapan Faktor Kompentensi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dengan menggunakan Accountability

  HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Accountability Framework

  bagaimana fenomena itu terjadi). penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman informan mengenai fenomena tersebut

  description (yang menjelaskan

  fenomena yang terjadi pada informan) dan structural

  textural description (mengenai

  4. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

  note untuk memudahkan dalam analisa selanjutnya.

  unsur pembentuk atau pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

  horizons (arti tekstural dan

  pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya pernyataan yang tidak relevan dengan topik pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif dihilangkan sehingga yang tersisa hanya

  horizonaliting yaitu setiap

  3. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan dengan melakukan

  2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat yang dianggap penting.

  Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

  Langkah selanjutnya setelah melakukan pengumpulan data adalah langkah-langkah analisis data pada pendekatan fenomenologi (Creswell, 2007), yaitu: 1.

  a. Accountability Infrastructure, tahapan dimana struktur untuk mendukung sistem akuntansi disuatu organisasi harus kuat. Ketika struktur yang dimiliki lemah maka akan membuat tingkat akuntabilitas semakin lemah. Sehingga nantinya lemah / kuat tahapan ini akan sangat mempengaruhi tahapan lainnya. Penerapan Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dengan menggunakan Accountability

  Infrastructure untuk level

  penerapannya masih lemah di lihat dari faktor kompetensi yang tidak berpengaruh akuntabilitas meskipun faktor sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tetapi ada faktor lain diluar penelitian ini yang lebih berpengaruh terhadap akuntabilitas sebagai contoh Penerapan Akuntabilitas Keuangan, Motivasi Kerja, Ketaatan pada Peraturan Perundangan dan lain – lain.

  b. Accounting Practice, ini merupakan tahapan dimana sistem akuntansi harus bekerja seperti seharusnya. Pada tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yaitu Accounting Infrastructure.

  Karena Accounting

  Infrastructurenya lemah maka

  level penerapan faktor kompetensi dan faktor sistem pengendalian internal juga lemah. Hal ini dititik beratkan pada lemahnya kompetensi yang dimiliki Aparatur Pemerintah Desa dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD).

  c. Accounting Culture, ini merupakan tahapan yang berkaitan dengan budaya yang terjadi disuatu organisasi. Budaya ini sangat mempengaruhi perilaku individu maupun kelompok suatu organisasi bekerja. Pada tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yaitu

  accounting infastructure dan accounting practice. Penerapan

  faktor kompetensi dan faktor sistem pengendalian internal dengan menggunakan

  Accounting Culture masih

  berada dilevel yang lemah. Hal ini dikarenakan perilaku kerja Pemerintah Desa yang mengelola ADD belum sesuai dengan yang diharapkan.

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa … Kendala yang dihadapi Aparatur Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Dana Alokasi Desa (ADD)

  Dalam Pengelolaan Dana Alokasi desa ada beberapa kendala yang di hadapi oleh Aparatur Pemerintah desa yaitu lemahnya kompetensi sumber daya manusia aparatur desa dalam hal ini aparatur pemerintah desa rata – rata berpendidikan (SMA), minimnya pengetahuan aparatur desa dalam hal penyajian dan penyusunan laporan keuangan dalam hal ini rata – rata responden menjawab ragu – ragu mengenai mekanisme dan teknik sistem akuntansi pemerintahan. Selain itu Pemahaman responden dalam menggunakan komputer untuk bekerja masih rendah dan kurangnya minat untuk mengikuti pelatihan untuk menambah pengetahuan mengenai pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) sehingga pemahaman memadai mengenai standar akuntansi pemerintahan khususnya Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010 belum bisa diterapkan dengan baik.

  Permasalahan lain yang dihadapi oleh pemerintah desa ini akan memunculkan berbagai masalah lain jika tidak dikelola dengan baik yaitu lemahnya akuntabilitas dalam proses pertanggungjawaban kepada publik terkhususnya masyarakat. Hal ini penting untuk dikembangkan dikarenakan Pemerintah Desa merupakan wilayah yang menjadi sorotan terlebih ketika adanya alokasi dana sekitar

  1 miliar untuk pengelolaan desa.

  1. Penerapan Faktor Kompentensi dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dengan menggunakan Accountability

  Framework .Penerapan Accountability Framework terbagi 3 tahap:

  a.

  Accountability Infrastructure,Penerapan Kompetensi

  dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan menggunakan

  Accountability Infrastructure untuk

  level penerapannya masih lemah di lihat dari faktor kompetensi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas meskipun faktor sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) tetapi ada faktor lain diluar penelitian ini yang lebih berpengaruh terhadap akuntabilitas sebagai contoh Penerapan Akuntabilitas Keuangan, Motivasi Kerja, Ketaatan pada Peraturan Perundangan dan lain – lain.

  b.

  Accounting Practice, ini

  merupakan tahapan dimana sistem akuntansi harus bekerja seperti seharusnya. Pada tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yaitu Accounting Infrastructure. Karena Accounting Infrastructurenya lemah maka level penerapan faktor kompetensi dan faktor sistem pengendalian internal juga lemah. Hal ini dititik beratkan pada lemahnya kompetensi yang dimiliki AparaturPemerintah Desa dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD).

  c.

  Accounting Culture, Penerapan

  faktor kompetensi dan faktor sistem pengendalian internal dengan menggunakan Accounting Culture masih berada dilevel yang lemah. Hal ini dikarenakan perilaku kerja Pemerintah Desa yang mengelola ADD belum sesuai dengan yang diharapkan.

  2. kendala yang dihadapi Aparatur Pemerintah Desa untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa adalah minimnya pengetahuan aparatur pemerintah dalam mengelola dana desa, kurangnya pengetahuan aparatur pemerintah desa dalam hal penyusunan laporan keuangan, ,kurangnya pemahaman mengenai mekanisme, teknik sistem akuntansi serta standar akuntansi pemerintahan.

  SARAN

  Dari beberapa penjelasan dan kesimpulan di atas, maka untuk pencapaian sasaran maksimal dalam meningkatkan akuntabilitas pemerintah desa dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD), maka harus ada pembenahan dalam beberapa hal sebagai berikut::

  1. Aparatur Pemerintah yang sebaiknya memilki pengetahuan, keterampilan dan pelatihan mengenai peyusunan laporan keuangan yang baik dan benar sehingga akuntabilitas dapat berjalan baik ;

  2. Aparatur Pemerintah yang bertugas mengelola keuangan sebaiknya berlatar belakang akuntansi / keuangan ;

  3. Untuk meningkatkan keberhasilan program Alokasi Dana Desa (ADD) oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kabupaten Sigi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

  a. Pelatihan bagi Perangkat Desa selaku Tim Pelaksana Desa tentang manajemen dan administrasi pengelolaan ADD.

  b. Penyediaan sarana yang memadai bagi Tim Fasilitasi

  Widyatama, Diarespati,Novita – Pemaknaan Akuntabilitas Bagi Pemerintah Desa …

  government Financial Managers: University

  68–292 Jorge,S.,MouraeSá,P.,Pattaro,A.F.,&L ourenço,R.P.(2011). Local government financial transparency in Portugal and Italy: A comparative exploratory study on its determinants. Paper presented at 13 Biennial

  Journal of Accounting Vol 43 pp

  Jermias , Johnny dan Setiawan, Trisnawati. 2008. The moderating effects of hierarchy and control Systems on the relationship between budgetary participate on and performance. The International

  Yogyakarta Iyoha , F.O. dan Oyerinde, D. 2009. Accounting infrastructure and accountability in the management ofPublic expenditure in developing countries: A focus on Nigeria. Critical Perspectives on Accounting vol 21 pp 361–373

  dan Pengalaman- Pengalaman.Yogyakarta. BPFE

  collaboration between business Grimmelikhuijsen, S. (2013).A good man but a bad wizard.About the limits and futureTransparency of democratic governments.Information Polity, vol 17, pp 293–302. Hartono, Jogiyanto. 2010. Metodologi

  2010 Cheng,R.H., John H.E., Susan, C. Kattelus, Fall.(2002). Educating

  Kecamatan untuk menunjang kegiatan supervisi, pemantauan, evaluasi dan monitoring kegiatan ADD di desa.

  337 Aksi-Corupption Forum (IACF) tahun

  Volume 11, Number 4, pp. 306-

  Aikins, Stephen K.2011. An Examination of Government Internal Audit’s Role in Improving Financial Permonce.Journal of Public Finance and Management.

  REFERENSI

  e. Perlu dibangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dengan jalan melaksanakan prinsip responsif terhadap kebutuhan/ usulan masyarakat dan merealisasikannya dalam bentuk kegiatan pembangunan lain di desa.

  d. Pembinaan pengelola ADD merupakan sarana efektif untuk keberhasilan program ADD. Oleh karena itu pemahaman prinsip akuntabilitas harus dilakukan seefektif kepada aparatpemerintah desa, BPD, lembaga kemasyarakatan desa, tokoh masyarakatdan tokoh agama guna meningkatkan semangat, motivasi, dan kreatifitasmasyarakat dalam pembangunan desa.

  c. Dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan untuk memperbaiki kinerja di semua sisi baik fisik, teknis, maupun administrasi (pertanggungjawaban/SPJ).

  CIGAR Conference, 9–10 June, Ghent, Belgium.

  Organizations and Society, vol Kalbers, L. P., & Fogarty, T. J. (1995). 26, pp 643−672.

  Professionalism and It’s Consequences: A Study of Zirman, Edvan, Rozi. 2010. Pengaruh Internal Auditors. A Journal of Kompetensi Aparatur

  Practice and Theory.Spring.Vol. Pemerintah Daerah, Penerapan

  14. No.1.pp. 64-85 Akuntabilitas Keuangan, Motivasi Kerja dan Ketaatan

  Kurtz, M. J., &Schrank , A. (2007). Pada Peraturan Perundangan Growth and Governance: terhadap Akuntabilitas Kinerja Models, Measures, and Instansi Pemerintah. Jurnal Mechanisms, The Journal of Ekonomi Volume 18.

  Politics, Vol. 69, No. 2, May

  2007, pp. 538–554 Laswad,F.,Fisher,R.,&Oyelere,P.(2005)

  . Determinants of voluntary Internet financialReporting by local government authorities.

  Journal of Accounting and Public Policy vol 24 pp 101–121

  Leung, P. (2009). The Role of Internal

  Audit in Corporate Governance and Management. The

  Institute of Internal Auditors Inc. Research

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2014

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

  PP No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil

  Scott,J.K. (2006). “E” the people: Do US municipal government websites support public involvement? Public

  Administration Review, 66 (3), 341–353.

  Uddin,S.,&Hopper,T.(2001).A Bangladesh soap opera: Privatization, accounting and regimes of controlin a less developed country. Accounting