Memetakan Gunung Lumpur Secara 3dimensi

  

Wordpress.com hotmudflow

  

Posted on 12 Oktober 2006 by Rovicky

  

Catatan depan dari Prof. Dr. Hardi Prasetyo (Inisiator Lusi

Library):

  

Papditempatkan di

forum hotmudflow.workpress.com yang bersifat public domain ini,

telah dipilih untuk ditempatkan pada Lusi Library.

Sebagai salah satu upaya memberikan informasi dan knowledge

seluas-luasnya kepada publik, terhadap perlunya memetakan 3d

terhadap anatomi mud volcano Lusi secara aktual. Yaitu pada saat

semburan Lusi mud volcano berada pada tahap perkembangan

menuju „dormant‟.

  

Penampang seismik refleksi 3-d, merupakan salah satu metoda

unggulan pada eksplorasi dan produksi migas, dimana diterapkan

untuk mendapatkan gambaran postur mud volcano secara lebih

realistik (Penulis pernah mengikuti pengambilan data di Cekungan

Bali-Flores).

Selama ini penampang seismik refleksi yang digunakan oleh

berbagai pihak dalam membahas semburan Lusi mud volcano

adalah 2-d dan diambil sebelum terjadinya semburan Lusi, 29 Mei

2006.

  

Dalam kaitan ini juga termasuk hasil studi Struktur Lumpur (Diapir

Lumpur) oleh Tim Rusia, dimana metoda GIS-3D menggunakan

penampang sismik refleksi 2-d (analog) sebelum Lusi lahir, tumbuh

dan berkembang menjadi suatu mud volcano.

  

Pada tahun 2011, Badan Geologi, KESDM didukung beberapa

lembaga terkait merencanakan untuk melakukan pengambilan data

seismik refleksi 3-d, dengan fokus utama di kawah pusat semburan

dan morfologi lereng gunung berbentuk radial.

  

Data baru tersebut bila berhasil diambil (mempunyai rasio kesulitan

yang cukup tinggi, mengingat daerah terdampat digenangi lumpur

padu dan cekungan air), diharapkan sebagai suatu alat bantu yang

bernilai (valuable tool) untuk menjustifikasi durasi kehidupan Lusi ke

depan termasuk di dalamnya anatomi dan pengendali mekanisme

semburan mud volcano yang semakin

  „dormant‟.

Mudah-mudahan makalah yang telah diposted oleh Rovicky dengan

kemasan yang mengutamakan

  „bahasa dan pemahaman populer‟

  

akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap bagaimana

memetekan Mud Volcano 3-d, termasuk bagi pembaca yang non-

geologis dapat mengenal apa dan bagaimana metoda Seismik

Refleksi khususnya untuk studi Lusi Mud Volcano.

  

Baselane seismik refleksi terkait struktur mud diapir, mud volcanoe

pada umumnya dan Lusi mud volcano terdapat secara cukup

signifikan pada Lusi Library dan akan dibangun dalam suatu format

ATLAS DIGITAS Penampang Seismik Refleksi. Merupakan salah satu

kontribusi yang sangat bernilai dari LUSI LIBRARY (Lihat contributor

antara lain dari paper-paper Silver, Reed, Shiply, Breen, Barber,

Abidin, Awang, Guntoro, Asikin, Istadi, Sawolo, Davies, Manzzini,

dan Prasetyo, dll.)

Terima kasih kami sampaikan kepada Bpk. Rovicky dengan

Wordpress.comNYA.

  Salam Hormat Hardi Prasetyo

  

  Secara kebetulan ada artikel khusus membahas Mud Volkano (Gunung Lumpur) di buletin bulanan AAPG (American Assoc of Petroleum Geologst) Pembuatan peta 3D ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam program pemboran. Iya program pemboran gunung lumpur. Sebenernya lebih tepat

  disebut 3d modeling, kalau peta kan hanya dalam 2d.

  Disebelah ini adalah gambar yang menunjukkan lokasi penelitian serta penampang regional daerah yang akan diteliti atau dipetakan. Terlihat bagaimana batuan tergencet karena pergerakan lempeng tektonik sehingga meliuk-liuk kayak ular naik turun. Coba deh tengok dibagian bawah batuan yg meliuk-liuk kayak ular itu. Disitu terlihat adanya batuan yang digambarkan merah ukuran ketebalannya tidak sama, batuan itu tebal tipis karena batuan ini bersifat plastis, mudah “mecotot”. Batuan yg plastis ini ya lempung itu yang membentuk gununglumpur (Mud Volkano). Mirip seperti lempung yang keluar bersama air di Sidoarjo. Lempung ini juga diendapkan dilaut, tetapi karena terangkat sehingga naik keatas seperti pada gambar penampang seismik dibawahnya. gunung lumpur dalam seismik. Dibawahnya interpretasi dari seismik aslinya yang ditampilkan diatasnya. Nah apa yang menarik dari dua gambar disamping itu ? Ternyata banyak sekali sumur yang menembus lapisan gunung lumpur ini. Apakah berarti gunung lumpur aman kalau di bor ?

kritispun masih memungkinkan untuk ditembus. Jadi pengeboran gunung lumpur bukanlah sesuatu yang mustahil, namun yang lebih penting adalah kehati-hatian dalam melakukan pengeboran. Slah satu kehati-hatian dari segi geologi adalah “pengenalan” … ya, pengetahuan akan mud-volkano inilah yang menjadi kunci kesuksesan operasi pengeboran dari sisi geologi. Dari sisi engineering cukup banyak selain mesin pengeboran untuk bawah permukaan tertutama mengetahui tekanan yang ada dibawah. Mengenal kondisi daerah yg akan dieksplorasi tentusaja merupakan syarat utama sebelum melakukan eksplorasi bahan mineral, bijih serta minyak bumi. Hal yang sama sebenernya dengan usaha relief well. Kalau memang akan diusahakan menutup semburan lumpur ini, maka pengetahuan geologi bawah permukaan akan merupakan kunci dari operasi ini. Dibawah ini diperlihatkan bagaimana memetakan bentuk gunung lumpur ini dengan seismik 3D. Seismik 3D ini sudah sangat lazim dilakuakn dalam eksplorasi migas. Namun seismik 3D ini belum ada untuk daerah porong dan sekitarnya, sehingga sangat sulit mengetahui bagaimana karakteristik gunung lumpur di daerah ini.

  Tapi seringkali dengan keminiman data banyak yang “berani” melakukan eksplorasi. Karena bagaimanapu n ada sisi “gambling” (adu keberuntungan) dalam setiap tindakan eksplorasi.

  Tipe-tipe gunung lumpur yang dijumpai didaerah ini memiliki tiga macam yaitu: 1. Tunggal dimana terdapat corong jalannya lumpur dan satu bukit berjenjang. 3. Tunggal bertumpuk menjadi satu kesatuan. Ketiga tipe ini merupakan manifestasi tipe “erupsi” dari gunung lumpur.

  Bentuk gunung lumpur seperti yang ada dalam tulisan sebelumnya disini memilki bentuk concave dan convex (cembung dan ada yang cekung). Pemetaan dilakukan untuk permukaan atas (top), dasar (base), juga corong pipa jalan keluarnya lumpur.

  Dengan pemetaan seismic 3D ini tentunya akan menjadi lebih mudah dalam melakukan pengeboran. Karena pengeboransaat ini sudah lazim mengebor mengebor naik … loooh piye iki … Ini sudah bebrapa kali dilakukan oleh Shell sewaktu saya di Brunei beberapa tahun yang lalu.

  Sekali lagi perhatikan seberapa luas areanya. Rata-rata awalnya hanya sekitar

  1 Km saja, namun diameter area colapse sekitar 2-3 Km. Yang perlu diperhatikan adalah luas gunungnya sendiri yang sangat tergantung dari jumlah material dan kekentalan yang menentukan tinggi dari gunung lumpur ini. Luasnya bisa mencapai radius 5 Km.

  Tetapi radius 5 Km ini karena proses alam yg tidak dikontrol ulah manusia, tidak tersentuh engineering. nah kalau Lusi ini barangkali akan lebih terkontrol karena ada intervensi engineering. Apakah ada perbedaan dan persamaan dengan gunung api biasa ?

  Disebelah ini terlihat bentuk profile dari sebuah gunung api biasa yang berlapis. gunung api memiliki batas (dasar) yang relatif mendatar, tidak ada amblesan akibat keluarnya magma gunung api. Karena material magma ini disuplai terus dari bawah. Lah, trus darimana sumber material ini sebelumnya ? Magma ini sumbernya dari hasil tubrukan (gencetan) antar kerak-kerak bumi. oba deh kalau diperhatikan, sepanjang Sumatra dan Jawa terdapat rentetan gunung api. Gunung api ini material dapur magmanya berasal dari pelelehan atau pencairan batuan dari kerak yang menunjam (subducted), jadi selama kerak tektoniknya berjalan (yang di Jawa Selatan dengan 7 cm/tahun itu), maka supply material (magma) akan selalu saja ada.

  Gambar ini menunjukkan kenampakan dari kaldera gunung lumpur. Bentuk yang berupa cone panjang seperti pipa ini merupakan lumpur yang berasal Dengan gambar diatas sepertinya cukup jelas perbedaan profil gunung lumpur dengan profile gunung api. Pemataan gunung lumopur tentusaja tidak hanya memetakan bentuk kerucut gunungnya saja, tetapi juga perlu diketahui bentuk dari corong yang menjadi jalan keluarnya material lumpur. Disebelah kiri ini terlihat bagaimana bentuk corong yang seperti pipa yang merupakan dinding dari lubang jalan lumpur. Selain menggambarkan lubang keluarnya juga menggambarkan patahan yang melingkar (Concentric Fault). Perhatikan betapa idealnya patahan ini. Bandingkan dengan yang mirip tetapi patahannya masih lurus2. Kalau berlanjut barangkali peta di BPJ ini juga akan melingkar juga pada akhirnya.

  Metode visualisasi ini sangat berguna ketika memetakan atau memodelkan gunung lumpur. Pemetaan inipun juga dapat dipakai untuk membuat model fase-fase pembentukan gunung lumpur. Seperti yang terlihat pada gambar 10. Fase-fase pembentukan ini sangat mirip dengan yang sebelumnya, dan juga akan datang.

  Untuk apa memetakan atau memodelkan dalam 3dimensi ? Gambar yang disebelah ini bisa terlihat bagaimana well trajectory (bentuk lintasan sumur) yang berusaha sedikit mungkin menerobos lapisan material gunung lumpur yang seringkali sangat labil, namun masih dapat mencapai sasaran dengan tepat.

  Lihat saja bentuk sumur yang meliuk-liuk bahkan kemudian mengebor horizontal. Iya, bener tuh ngebornya horizontal . Mengebor horizontal berarti menambah penampang reservoir atau batuan yg mengandung minyak yang terpotong, sehingga produksi dapat lebih optimum.

  “Pak Dhe, yang di BPJ sudah ada 3d seismiknya belom ?”

  BPJ-1 ini sumur eksplorasi. Seringkali seismic 3d ini dilakukan setelah daerah itu dinyatakan atau dipastikan memang ada minyak. Tetapi sumur BPJ-1 merupakan sumur eksplorasi sehingga dilakukan pengeboran hanya berdasarkan data 2d seismik saja. Kalau sukses mestinya dilakukan survey seismic 3d untuk meningkatkan efisiensi pengambilan minyaknya.

  Tapi sepertinya emang lagi apes. Minyak dan gas belum ketemu, eh lumpurnya nyembur duluan. Itulah konsekuensi eksplorasi dalam migas. Harus disadari adanya risiko besar yang harus ditanggung oleh perusahaan migas.

  Referensi :

   Simon A. Stewart,1 Richard J. Davies2, 2006, Structure and emplacement of mud volcano systems in the South Caspian Basin, AAPG Bulletin, V. 90, No. 5 (May 2006), P. 771-786.

  Yang sering dibaca

  Sebaiknya membaca artikel teori ini dulu :

      Sumber lu o o

  

             