37 HUBUNGAN ANTARA USIA BALITA DENGAN FREKUENSI PENIMBANGAN DI POSYANDU DESA DLANGGU KECAMATAN DEKET LAMONGAN

  

HUBUNGAN ANTARA USIA BALITA DENGAN FREKUENSI PENIMBANGAN DI

POSYANDU DESA DLANGGU KECAMATAN DEKET LAMONGAN

Farikhah*, Lilin Turlina**, Siti Sholikhah***

  

ABSTRAK

…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Masa bayi, balita merupakan "periode emas". Pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangannya harus dipantau dengan baik. Jika terjadi gangguan maka tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai usia dewasa. Pemantauan gizi dan tumbuh kembang dilakukan melalui Posyandu setiap bulan

  Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan usia balita dengan frekuensi penimbangan di Posyandu. Desain penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan variabel bebas usia balita dan variabel tergantung frekuensi penimbangan di Posyandu. Tehnik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder cakupan SKDN bulan Juni sampai dengan November 2008 dan KMS. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rank.

  Hasil penelitian dari 156 balita didapatkan sebagian kecil (4,5%) rutin menimbang ke Posyandu (enam kali perenam bulan) yakni bayi usia 7-12 bulan 3,2%, balita >1-3 tahun 1,3%, prasekolah akhir 0. Dan hampir sebagian balita (28,8%) melaksanakan penimbangan di Posyandu dua kali perenam bulan yakni 0,6% bayi 7-12 bulan, 10,3 balita >1-3 tahun dan 17,9 % prasekolah akhir. Dari hasil uji statistik SPSS, ρ (sign) lebih kecil 0,05 atau terdapat hubungan antara usia balita dengan frekuensi penimbangan balita di Posyandu.

  Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan motivasi dan partisipasi orang tua balita melalui pendekatan dan peningkatan kinerja Posyandu untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Dengan demikian tumbuh kembang balita dapat dipantau setiap bulan penimbangan di Posyandu.

  Kata Kunci :Usia Balita dan Frekuensi Penimbangan PENDAHULUAN

  … … dan dikembangkan di Indonesia sejak tahun . …… . .

  1976 (Moersintowarti, 2003:2). Berat badan Pembangunan kesehatan sebagai merupakan salah satu ukuran antropometri bagian dari upaya pembangunan manusia yang terpenting karena dipakai untuk seutuhnya antara lain diselenggarakan memeriksa kesehatan anak pada semua melalui upaya kesehatan yang dilakukan kelompok usia (Nursalam et all, 2005:48). sejak anak masih dalam kandungan. Upaya

  Pemantauan pertumbuhan dan pengisian kesehatan yang dilakukan sejak anak masih KMS dapat dilakukan melalui dalam kandungan sampai lima tahun pertama penyelenggaraan Posyandu setiap bulan. kehidupannya, ditujukan untuk

  Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu mempertahankan kelangsungan dan merupakan salah satu bentuk pelayanan meningkatkan kualitas hidupnya sekaligus kesehatan yang diselenggarakan oleh untuk mecapai tumbuh kembang optimal masyarakat untuk masyarakat dengan baik fisik, mental, emosional, maupun sosial dukungan tehnis dari petugas kesehatan. serta memiliki intelegency majemuk sesuai

  Kesehatan balita sebagai bagian dari program potensi genetiknya (Dep Kes RI, 2005:1). kesehatan ibu dan anak adalah salah satu

  Kurva berat badan pada Kartu Menuju sasaran Posyandu yang cukup penting karena Sehat (KMS) adalah alat pemantau pertumbuhan anak balita yang telah dipakai proporsinya yang cukup besar dari komposisi penduduk Indonesia (Sri Poerdji, 2002).

  Pada masa orde baru, Posyandu berfungsi sebagai pelayanan informasi kesehatan pada ibu dan anak yang efektif (Maria Ulfa, 2005). Informasi kesehatan diperoleh melalui pembinaan dan penyuluhan gizi, perawatan kesehatan anak serta kesehatan ibu hamil. Selain itu, Posyandu berperan dalam pelaksanaan program pemeliharaan kesehatan bayi dan balita termasuk distribusi vitamin A dan pemberian dana sehat. Sehingga kunjungan ke posyandu akan memberikan pengetahuan dan pendidikan bagi ibu balita dan pelayanan kesehatan dasar. kandungan merupakan "periode emas". Pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangannya harus dipantau dengan baik. Jika terjadi gangguan maka tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai usia dewasa (John Th Ire, 2006). Dengan demikian pengukuran berat badan balita pada setiap kunjungan ke Posyandu adalah sangat penting sebagai salah satu upaya pemantauan pertumbuhan dan status gizi melalui indikator KMS. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang optimal. Dan adanya bentuk kesenjangan dan penyimpangan dalam tumbuh kembang anak dapat dideteksi secara dini oleh petugas kesehatan dan orang tua sejak usia bayi, balita 1-3 tahun hingga masa prasekolah akhir.

  Demi terlaksananya tujuan dan fungsi Posyandu, diperlukan kesadaran dan peran serta keluarga maupun masyarakat.

  Partisipasi masyarakat ke Posyandu menunjukkan adanya penurunan. Secara nasional tingkat partisipasi masyarakat tahun 2004 hanya mencapai 50,5%. Hal ini dapat terjadi karena menurunnya kinerja Posyandu dan kurang mendukungnya perilaku masyarakat. Dari kegiatan Posyandu kita dapat mengetahui betapa pentingnya kesehatan ibu dan anak mengingat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2003 Indonesia menduduki urutan ke-112 dari 174 negara. Hal ini tentunya erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Di Indonesia 54% penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi. Kita bisa melihat data selanjutnya pada kondisi Indonesia tahun 2006: 27,3% balita Indonesia mengalami gizi kurang, 8% dari mereka adalah gizi buruk, 50% balita Indonesia kekurangan vitamin

  A, 48,1% balita menderita anemia gizi, 36% anak Indonesia tergolong pendek, 11,1% anak sekolah menderita GAKY dan 50% ibu hamil kurang gizi (John Th Ire, 2006).

  Pada survey awal yang dilakukan di Posyandu dusun Glugu desa Dlanggu kecamatan Deket kabupaten Lamongan diketahui jumlah cakupan SKDN Januari hingga Agustus tahun 2008 sebagai berikut: dusun Glugu desa Dlanggu kurang lebih 164 anak terdiri atas 44 bayi, 56 balita 1-3 tahun dan 51 anak prasekolah akhir. Balita yang memiliki KMS 164 anak. Dan balita ditimbang pada bulan vitamin A diatas 80% yaitu pada bulan Februari sekitar 159 balita dan bulan Agustus sekitar 147. Selain bulan vitamin A jumlah balita yang hadir di Posyandu untuk ditimbang kurang dari 50% yaitu berkisar antara 64 hingga 78 balita .

  Dari data tersebut diambil secara acak untuk mengetahui frekuensi penimbangan balita selama 6 bulan terhitung sejak bulan Februari hingga Agustus 2008 melalui KMS. Dari 20 balita diketahui jumlah penimbangan pada balita usia 1 hingga 3 tahun tercatat 2 anak melakukan penimbangan 5 kali, 4 anak melakukan penimbangan 4 kali, 4 anak tercatat 3 kali penimbangan dan 3 anak tercatat hanya melakukan penimbangan 2 kali. Sedangkan pada anak usia 3 hingga 5 tahun tercatat 1 anak melakukan 3 kali penimbangan, 4 anak melakukan 2 kali penimbangan dan 2 anak hanya 1 kali penimbangan selama 6 bulan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan balita yang melakukan penimbangan kurang dari 4 kali selama 6 bulan adalah 67% dan hanya 33% balita yang melakukan penimbangan lebih dari 3 kali per 6 bulan.

  Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya (Dep Kes RI, 2005:9). Tahap usia dibawah lima tahun adalah tahap yang strategis untuk dilakukan intervensi untuk mempersiapkan tahap-tahap selanjutnya. Pengenalan tanda- tanda pertumbuhan dan perkembangan normal perlu difahami betul agar dapat dilakukan deteksi adanya keterlambatan ataupun penyimpangan yang disebabkan oleh gangguan pada proses tumbuh kembang khususnya anak-anak (Moersintowarti, 2003:1).

  Melihat efesiensi pelayanan serta manfaat dari Posyandu, tentunya upaya- upaya yang sudah berjalan harus ditingkatkan agar anggota masyarakat dapat menolong diri Dan yang lebih penting lagi adalah mengikuti kegiatan Posyandu secara teratur bagi yang mempunyai balita sehingga kesehatan anak dapat dipantau (Zulkifli, 2003). Kegiatan promotif juga diperlukan untuk meningkatkan peran serta keluarga dalam kegiatan pemantauan gizi anak hingga usia lima tahun melalui Posyandu agar anak tumbuh optimal.

  Tujuan penelitian diatas Mengetahui hubungan antara usia balita terhadap frekuensi penimbangan di Posyandu desa Dlanggu kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

  .… … .… Penelitian ini adalah penelitian analitik. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan, merupakan penelitian non eksperimental dengan desain penelitian assosiatif dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak berusia 7 bulan hingga kurang dari 5 tahun yang bertempat tinggal di desa Dlanggu kecamatan Deket kabupaten Lamongan. Jumlah populasi hingga bulan November 2008 diperkirakan sekitar 264 balita terdiri atas 41 bayi usia 7-12 bulan, 114 balita >1-3 tahun dan 109 balita > 3-5 tahun. Tehnik sampling penelitian probablity sampling dan pengambilan sampel dilakukan secara

  proportionate stratified random sampling

  dengan cara undian. Besar sampel subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah 156 balita terdiri atas hasil sampel I (bayi 7-12 bulan) adalah 24, sampel II (balita >1-3 tahun) adalah 67 dan sampel III ( prasekolah akhir > 3-5 tahun) adalah 65.

  Variabel independen adalah usia balita dan variabel dependen adalah frekuensi penimbangan balita di Posyandu dalam 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Polindes desa Dlanggu pada 4 Posyandu di 3 dusun. Instrumen penelitian adalah data dokumentasi SKDN. Analisis penelitian menggunakan uji korelasi

  Spearmen Rank untuk menguji hubungan antar variabel.

  HASIL . PENELITIAN

  …

  a. Data umum dari data demografi Tabel 1 Komposisi Penduduk Menurut Usia Desa Dlanggu Tahun 2007. Usia Jumlah Persentase < 1 tahun 72 1,8 1-5 tahun 304 7,8 6-14 tahun 1120 28,5 15-44 tahun 1662 42,4 45-64 tahun 529 13,5 > 65 tahun 237 6,0 Jumlah 3924 100

  Berdasarkan data tabel 1 diketahui bahwa hampir sebagian penduduk desa Dlanggu berusia 15-44 tahun yaitu 1662 jiwa dan hanya sebagian kecil yang berusia kurang dari 1 tahun yaitu 72 jiwa

METODE PENELITIAN

  b. Data Umum Karakteristik Subyek Penelitian. Tabel 2 Karakteristik Subyek Menurut Tingkat Pendidikan Orang tua Balita di Desa Dlanggu Tahun 2007 Pendidikan Jumlah Persentase SD / sederajat 26 16,7 SLTP/ sederajat

  51 32,7 SLTA/ sederajat 71 45,5 Akademi

  2 1,3 Perguruan tinggi 6 3,8 Jumlah 156 100 Berdasarkan tabel 2 didapatkan data Pada data tabel 4.diketahui 156 balita sebagian besar orang tua balita berpendidikan yang menjadi sampel penelitian 100% balita SMA/sederajat yaitu 71 dan hanya sebagian memiliki riwayat imunisasi dasar lengkap. kecil yang berpendidikan akademi yaitu 2

  c. Data khusus Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 3 Karakteristik Subyek Menurut Status Pekerjaan Orang tua Balita di Tabel. 6 Distribusi Frekuensi Anak Usia Desa Dlanggu Tahun 2007 Balita Desa Dlanggu Tahun 2008. Pekerjaan Jumlah Persentase Kelompok Frekuensi PNS 6 3,8

  No. Usia Jumlah Persentase TNI 2 1,3 1. 7-12 bulan

  24 15,4 Pegawai Swasta 15 9,6 2. >12-36 bulan

  67 42,9 Wiraswasta 23 14,8 3. >36-60 bulan

  65 41,7 Tani 61 39,1 Jumlah 156 100

  Buruh 49 31,4 Jumlah 1471 100

  Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa hampir sebagian subyek yang diteliti adalah Berdasarkan data tabel 3 diketahui balita prasekolah akhir berusia >36-60 bulan bahwa hampir sebagian orang tua balita yaitu 67 (42,9%) dan sebagian balita >1-3 bekerja sebagai petani yaitu 61 dan hanya tahun yaitu 65 (41,7%) sedangkan sebagian sebagian kecil yang berprofesi sebagai TNI kecil adalah bayi berusia 7-12 bulan yaitu 24 yaitu 2 (15,4%).

  Tabel 4 Karakteristik Subyek Menurut Riwayat Penolong Kelahiran Di Tabel.

  7 Distribusi Frekuensi Desa Dlanggu Tahun 2008 Penimbangan Balita Di Posyandu Desa Dlanggu Bulan Juni sampai Riwayat Bayi balita prase Total dengan November Tahun 2008. Penolong 1-3 th kolah Kelahiran n n n n % Tenaga

  15

  65 63 152 97,4 No. Frekuensi Frekuensi Penimbangan kesehatan

  Jumlah Persentase di Posyandu Dukun

  2

  2 4 2,6 1. 6x per 6 bulan 7 4,5 Jumlah

  15

  67 65 156 100 2. 5x per 6 bulan 25 16,0 3. 4x per 6 bulan 24 15,4

  Pada tabel 4 diketahui masih terdapat

  4. 3x per 6 bulan 28 17,9

  pertolongan kelahiran oleh dukun sebanyak 4

  5. 2x per 6 bulan 45 28,9

  anak dari 156 anak balita. Dan mayoritas

  6. 1x per 6 bulan 27 17,3

  pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan

  7. 0x per 6 bulan yaitu 152.

  Jumlah 156 100 Tabel 5 Karakteristik Subyek Menurut

  Kelengkapan lima Imunisasi Dasar Di Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa Desa Dlanggu Tahun 2008. selama

  6 bulan terakhir pada penyelenggaraan kegiatan penimbangan di

  Riwayat Bayi balita prase Total

  Posyandu bulan Juni hingga November,

  Imunisasi 1-3 th kolah

  sebagian kecil balita melakukan

  i n n n n %

  penimbangan 6 kali per 6 bulan yaitu 7

  Lengkap

  15

  67 65 156 100

  (4,5%). Sedangkan hampir sebagian balita

  Tidak

  mengikuti penimbangan 2 kali per 6 bulan

  lengkap yaitu 45 balita (28,9%). Jumlah

  15

  67 65 156 100

  Tabel. 8 Distribusi Silang Hubungan Antara Usia Balita Dengan Frekuensi Penimbangan Di Posyandu Desa Dlanggu Bulan Juni – November Tahun 2008. Usia Frekuensi timbang Jum 6x 5x 4x 3x 2x 1x lah 7-12 bulan 5 11 3

  Dari hasil analisa data dengan bantuan program SPSS uji statistik Spearman Rank . didapatkan hasil correlation coefficient = - 0,629 dan ρ (sign) adalah 0,001 lebih kecil dari  0,05 sehingga dalam penelitian ini H 1 diterima yang berarti ada hubungan antara usia balita dengan frekuensi penimbangan di Posyandu.

  Bayi usia 1-12 bulan, memiliki ciri pertumbuhan berlangsung secara cepat. Bayi usia 7-9 bulan memiliki pertambahan berat badan sekitar 350-450 gram per bulan dan pada usia 10-12 bulan dengan pemenuhan gizi baik pertambahan tinggi badan mencapai 1,5 panjang badan lahir. Pada akhir tahun pertama pertambahan berat otak mencapai 25% berat otak orang dewasa dan berat

  Balita adalah tahap usia anak di bawah lima tahun (Moersintowarti, 2003:1). Secara umum anak akan melewati masa usia neonatal, bayi, balita dan prasekolah. Pada masing-masing tahap kelompok usia memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya. Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan berkesinambungan artinya pencapaian tumbuh kembangnya tidak selalu persis sesuai usia tetapi dapat dicapai lebih awal atau terlambat. Menurut Moersintowarti (2002) yang di kutip oleh Nursalam et all (2005:35) walau pencapaian kemampuan setiap anak berbeda tetapi terdapat usia tertentu sebagai patokan pencapaian tumbuh kembang. Setiap tahapan yang dilalui memiliki batasan usia walau tidak berlaku secara kaku. Pada masa bayi memiliki batasan usia 1-12 bulan dilanjutkan masa balita 1-3 tahun dan masa prasekolah akhir 3- 5 tahun. Berikut ciri pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan kelompok usia balita :

  Dari tabel 5 seluruh balita (100%) subyek penelitian telah mendapat lima imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan jumlah subyek penelitian terbagi menjadi tiga kelompok usia. Hampir sebagian adalah kelompok kelompok usia >12-36 bulan 67 anak (42,9%) dan prasekolah akhir usia >36- 60 bulan yaitu 65 anak (41,5%), dan sebagian kecil adalah kelompok bayi usia 7-12 bulan yaitu 24 anak (15,4%). Berdasarkan tabel 8 frekuensi tertinggi pada penimbangan bayi usia 7-12 bulan adalah 5 kali per 6 bulan yaitu 11 sedangkan pada usia >1-3 tahun adalah 3 kali per 6 bulan yaitu 18 dan pada kali per 6 bulan yaitu 28.

  1. Usia Balita

  .… .… Pada pembahasan disajikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian tentang frekuensi penimbangan balita di Posyandu, usia balita dan hubunngan antara usia balita dengan frekuansi penimbangan di Posyandu.

  PEMBAHASAN

  .

  4

  Pada tabel 8 terlihat bahwa usia 7-12 bulan dari 24 balita sebagian kecil bayi yaitu 1 memiliki frekuensi penimbangan 2 kali per 6 bulan dan hampir sebagian bayi melakukan penimbangan 5 kali per 6 bulan yaitu 11 Sedangkan dari 67 balita usia >12- 36 bulan sebagian kecil melakukan penimbangan 6 kali per 6 bulan yaitu 2 dan hampir sebagian menimbang 4 kali per 6 bulan yaitu 18 dan pada balita prasekolah akhir usia >36-60 bulan dari 49 hampir sebagian menimbang 2 kali per 6 bulan yaitu 28 dan sebagian kecil menimbang 5 kali per 6 bulan yaitu 1

  7 6 28 23 65 Jumlah 7 25 24 28 45 27 100

  1

  67 >36-60 bulan

  4

  24 >12-36 bulan 2 13 14 18 16

  1

d. Analisis Data

  badan 3 kali berat lahir. Pada usia 8-12 bulan perkembangan motorik kasar anak mulai dapat duduk, bangkit dan berdiri , motorik halus anak mampu meraik benda kecil dan memegang sedangkan bahasa, anak dapat menyebut 1-2 kata . Berdasarkan perkembangan psikosexsual, masa ini adalah tahap oral yaitu kepuasan diperoleh dengan menghisap dan mengunyah. Berdasarkan teori psikososial anak pada tahap percaya dan tidak percaya artinya kesalahan dalam merawat menyebabkan rasa tidak percaya (A. Azis Alimul H, 2005:24).

  Balita usia 1-3 tahun, pertumbuhan relatif lebih lambat dibandingkan pada masa bayi. Anak mengalami pertambahan berat 12 sentimeter pertahun (Arisma, 2007:55).

  Perkembangan motorik kasar anak mampu berjalan, berlari, menendang dan melompat . Motorik halus anak mampu menyusun kubus dan memiliki perbendaharaan kata, mampu meniru dan mengkombinasikan kata. Berdasarkan perkembangan psikosexsual tahap ini adalah tahap anal. sedangkan berdasarkan perkembangan psikososialnya masa todler adalah Anak mulai menunjukkan sikap keakuannya dan sangat egoistik tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (A. Azis Alimul H, 2005:29).

  Prasekolah akhir usia 3-5 tahun, pertumbuhan fisik relatif pelan Pertumbuhan berat anak berkisar 0,7-2,3 kilogram (Arisma, 2007:55) dan tinggi bertambah 6,75-7,5 sentimeter per tahun. Perkembangan motorik kasar anak mampu berdiri satu kaki 1-5 detik, berjalan dengan tumit dan melompat satu kaki. Pada tahap phalik ini kepuasan anak terletak pada rangsangan daerah erogennya (A.Azis Alimul H, 2005:29). Sedangkan perkembangan psikososial anak berada pada tahap inisiatif dan rasa bersalah. Pada masa ini berkembang rasa ingin tahu dan daya imaginasinya (Nursalam et all, 2005:44).

  Pada masing-masing kelompok usia harus mendapat perhatian yang sama dalam pemeliharaan kesehatan termasuk tumbuh kembangnya. Karena aspek tumbuh kembang merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang baik secara fisik maupun psikososial

  (Nursalam et all, 2005:31). Faktor umur menjadi sangat penting dalam pemantauan gizi balita. Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti usia (IDN. Supariasa et all, 2003:80).

  Menurut Moersintowarti (2000) yang dikutip Nursalam et all (2005:35) hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi duapertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang pada awal kehidupan bayi dan anak sangat penting. Di Posyandu selain penimbangan upaya pemberian imunisasi. Balita usia 0-11 bulan merupakan sasaran program imunisasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:46). Imunisasi adalah tehnik untuk meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh dengan cara memasukkan bakteri atau virus yang mati atau dilemahkan ke dalam tubuh (Purnamawati, 2007:161).

  Perbedaan kesenjangan yang terjadi pada setiap kelompok usia memperlihatkan bahwa bayi memiliki frekuensi penimbangan lebih tinggi di banding balita diatas 1 tahun. Hal ini lebih disebabkan akibat perbedaan motivasi orang tua dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Posyandu. Dimana pada usia bayi selain pemantauan berat badan juga mendapat pelayanan program lima imunisasi dasar lengkap. Padahal semua kelompok usia balita idealnya setiap bulan mengunjungi Posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemantauan gizi, tidak hanya terbatas pada mereka yang masih dalam cakupan program imunisasi saja. Mengingat pada masa balita pencapaian tumbuh kembang anak secara optimal sesuai usia sangat penting bagi tumbuh kembang anak ditahap selanjutnya. Apabila terjadi keterlambatan dapat distimulasi dan ditangani sedini mungkin sehingga balita gangguan gizi dan gangguan perkembangan dapat diupayakan dengan baik agar tumbuh kembang anak berjalan normal sesuai usia.

2. Frekuensi penimbangan balita di Posyandu

  Dari hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 156 subyek penelitian hampir sebagian balita memiliki frekuensi penimbangan 2 kali per 6 bulan yaitu 45 (28,9%) dan hanya sebagian kecil yang secara rutin mengikuti penimbangan 6 kali selama 6 bulan yaitu 7 (4,5%). Dan berdasarkan karakteristik subyek penelitian pada tabel 2 berdasarkan tingkat pendidikan orang tua hampir sebagian (45,5%) adalah berpendidikan SMA/sederajat dan yang berpendidikan SD ditambahkan dengan SMP mencapai 49,4%. Sedangkan dari tingkat sosial ekonomi terlihat pada tabel 4.3 hampir 31,4% sebagai buruh.

  Penyelenggaraan Posyandu pada hakekatnya dilaksanakan dalam satu bulan sekali. Salah satu sasaran utamanya yaitu bayi dan balita (Dep Kes RI, 2006:33). Diantara kegiatan Posyandu adalah pemantauan pertumbuhan. Pertumbuhan dikatakan ideal jika pertumbuhan tersebut di tetapkan dengan pengukuran antropometri. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting karena dapat dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur (Nursalam et all, 2005:348). Pengukuran berat badan adalah bagian dari antropometri yang di gunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh misalnya, tulang, otot, lemak dan cairan tubuh sehingga diketahui status keadaan gizi anak atau tumbuh kembang anak (Abdul Azis A.H, 2005:32). Pemantauan pertumbuhan di Posyandu menurut Dep Kes RI (2006:11) dilaksanakan dengan cara pengadaan kegiatan penimbangan secara terus-menerus dan teratur, pengadaan kegiatan pengisian data berat badan ke dalam KMS, adanya penilaian naik turunnya berat badan anak sesuai garis pertumbuhannya.

  Kegunaan deteksi dini ini dalam tumbuh kembang bayi dan balita adalah sebagai upaya pecegahan, stimulasi, penyembuhan dan pemulihan yang diberikan dengan benar sesuai indikasi yang bertujuan untuk mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas. Deteksi dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan dan Posyandu (Nursalam et all, 2005:46).

  Upaya ini dilaksanakan karena usia yang paling rawan adalah pada masa balita, dimana pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi (Soetjiningsih, 1998:6). Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk begitu pula kelebihan berat badan. Berbeda dengan orang dewasa, kelebihan berat pada anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Laju pertambahan proporsi berat kembali normal (Arisma, 2007:57). Ini berarti pemantauan berat badan sebagai catatan riwayat kesehatan dan gizi seharusnya dilakukan rutin setiap bulan hingga anak berusia 5 tahun sesuai indikator KMS (Nursalam et all, 2005:67).

  Menurut Soetjiningsih (1998:10) pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor penting karena pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima informasi dari luar terutama cara mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Dalam menempuh pendidikan formal seseorang mengalami suatu proses eksperimental. yaitu suatu poses menghadapi dalam menyeleseikan masalah yang dimulai dari keluarga kemudian dilanjutkan ke luar keluarga. Semakin tinggi pendidikan seorang individu akan semakin baik semakin baik menyeleseikan masalah secara ilmiah (Sudiharto, 2007:12). Dan menurut Friedman (1998:307) dalam perannya yang berhubungan dengan sehat sakit, ibu menentukan gejala-gejala dan memutuskan sumber-sumber penting. Ia juga mempunyai kontrol substansial terhadap keputusannya apakah anak akan mendapatkan pelayanan kuratif atau preventif. Selain tingkat pendidikan, orang tua yang mempunyai sosial ekonomi relatif rendah mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan temasuk tumbuh kembangnya (Nursalam et all, 2005:31). Prilaku tersebut berdasarkan teori Lawrence Green (1980) yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo (2007,26) dipengaruhi pula oleh beberapa faktor yaitu: faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai), faktor pendukung (fasilitas kesehatan) dan faktor pendorong (sikap dan prilaku petugas kesehatan).

  Penimbangan balita ke Posyandu merupakan upaya preventif untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan gangguan tumbuh kembang anak. Frekuensi penimbangan balita seharusnya dilaksanakan satu kali setiap bulan di Posyandu. Tetapi rendahnya frekuensi penimbangan dikarenakan prilaku orang tua yang kurang menyadari pentingnya bawah lima tahun. Akibatnya penimbangan tidak dilakukan secara teratur setiap bulan sehingga frekuensi penimbangan balita di Posyandu kurang dari 6 kali per 6 bulan.

  Hal ini berhubungan dengan karakteristik orang tua balita di desa Dlanggu. Rendahnya pendidikan dan sosial ekonomi sebagian penduduk menyebabkan mereka kurang memahami arti penting deteksi dini untuk pencapaian status gizi dan pekembangan normal pada anak usia balita serta masih memiliki keyakinan pada nilai- nilai yang salah mengenai kesehatan seperti anak yang tidak sakit tidak menagalami gangguan tumbuh kembang. Bagi sebagian orang tua yang memiliki pendidikan cukup, kurangnya informasi menghambat proses experimental mereka dan menghalangi seseorang dalam memperoleh pengetahuan yang aktual. Sehingga walaupun ibu memiliki sikap yang positif mengenai pelaksanaan Posyandu tetapi dalam prilaku, mengabaikan penimbangan balitanya. Rendahnya kunjungan juga menyebabkan informasi kesehatan melalui penyuluhan di Posyandu tidak mencapai sasaran yang optimal. Sedikitnya informasi ini menyebabkan pelaksanaan program kesehatan kurang mendapatkan respon dari lingkungannya walaupun tingkat pendidikan orang tua cukup. sehingga hanya sebagian kecil yang memiliki frekuensi penimbangan 6 kali per 6 bulan yaitu 4,5%. Padahal penimbangan secara teratur yang melibatkan tenaga professional tersedia dilingkungan desa dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.

  3. Hubungan Usia Balita Dan Frekuensi Penimbangan Di Posyandu

  Tumbuh kembang anak secara optimal juga dipengaruhi oleh faktor genetik, hereditas dan konstitusi dengan faktor lingkungan (Nursalam et all, 2005:41). Pemantauan pada masa balita sangat penting karena tahap ini adalah tahap yang strategis untuk dilakukan intervensi dalam mempersiapkan tahap selanjutnya (Moersintowarti, 2003:1). Pemantauan berat adalah parameter berat badan tergantung usia (Nursalam et all, 2005:49). Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak namun pada prinsipnya tumbuh kembang terjadi secara terus menerus dan memiliki pola yang sama walaupun kecepatannya berbeda (Nursalam et all, 2005:32). Oleh karena itu budaya hidup sehat harus ditanamkan sejak dini dengan melibatkan pranata yang ada di masyarakat. Posyandu dapat diberdayakan sebagai lembaga deteksi dini masalah-masalah kesehatan dan untuk mencegah gizi buruk anak Indonesia (Sudiharto, 2007:18).

  Kebudayaan menunjukkan pola prilaku yang khas dari masyarakat (Soekamto, 2003:32). Prilaku kesehatan menurut Skiner yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007:136) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan dan keyakinan prilaku klien (Sudiharto, 2007:6). Menurut Nasrul Effendi (1998:132) lingkungan non fisik diantaranya adalah pendidikan, dan sosial ekonomi.

  Berdasarkan KMS penimbangan balita idealnya dilaksanakan setiap bulan tanpa melihat batasan usia balita tetapi dari hasil uji statistik menunjukkan semakin bertambah usia balita semakin menurun frekuensi penimbangan balita di Posyandu. Kesenjangan ini terjadi karena balita usia di bawah satu tahun memiliki motivasi lebih besar dari pada balita 1-3 tahun dan prasekolah akhir seperti pada pembahasan

  4.2.2 Hal ini didukung pula dengan kondisi demografi penduduk. Seperti pada pembahasan 4.2.1 rendahnya frekuensi penimbangan ini dikarenakan prilaku kesehatan yang kurang mendukung akibat rendahnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat desa Dlanggu. Sehingga pada usia 7-12 bulan cenderung lebih rutin melakukan kunjungan ke Posyandu. Dari perhitungan statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara usia balita dengan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001 bahwa usia mempengaruhi kunjungan balita ke Posyandu.

  KESIMPULAN DAN SARAN .

  …

  1). Pada bayi usia 7-12 bulan penimbangan balita lebih rutin daripada usia 1-3 tahun dan prasekolah akhir yang memiliki frekuensi penimbangan cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan orang tua bayi memiliki motivasi lebih besar dari pada balita usia 1-3 tahun dan prasekolah yaitu selain pemantauan berat badan juga untuk mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap. Motivasi mendorong seseorang untuk bertindak atau berprilaku. 2) Frekuensi penimbangan balita di desa

  Dlanggu hampir sebagian adalah 2 kali per 6 bulan. Rendahnya frekuensi penimbangan di pengaruhi oleh rendahnya Informasi kesehatan, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat. 3) Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara usia dengan frekuensi penimbangan balita di Posyandu. Semakin bertambah usia balita maka semakin berkurang frekuensi penimbangan balita ke Posyandu. Dalam hal ini pendidikan kesehatan diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.

  2. Saran

  1) Bagi profesi, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dengan memberikan penyuluhan baik secara langnsung maupun tidak langsung, menjelaskan fungsi kartu menuju sehat sebagai panduan bagi ibu dalam memantau kesehatan dan gizi anak. Dan pentingnya kegiatan Posyandu dalam rangka menunjang kesehatan anak seperti imunisasi, program vitamin

  A, program makanan tambahan bagi bayi, penanggulangan diare. 2) Bagi peneliti, dapat bekerja sama dengan bidan desa dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Posyandu seperti imunisasi, pemeriksaan balita sakit, balita muda serta pelaksanaan kegiatan penyuluhan, penimbangan balita dan pengisian KMS demi meningkatkan ketrampilan. 3) Bagi masyarakat, agar datang setiap penyelenggaraan Posyandu bagi ibu yang memiliki balita serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia supaya terwujud balita yang sehat. Dengan menyerap seluruh informasi dari Posyandu mengenai kesehatan akan terwujud perubahan prilaku yang sehat di lingkungan masyarakat.

1. Simpulan

  . . . DAFTAR PUSTAKA . . .

  A. Azis Alimul H. (2007). Metodologi

  Penelitian Untuk Kebidanan Dan Analisa Data . Jakarta: Selemba

  Medika.

  A. Azis Alimul H. (2007). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Selemba Medika Arisma. (2007).

  Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

  (2005). Asuhan Keperwatan Bayi Dan Anak Untuk perawat dan bidan. Jakarta : Salemba medika. Nursalam. (2003). Konsep Penerepan

  Maria Ulfah Anshor. (2005). Revitalisasi

  Posyandu. Available from:

  http://64.203.71.11/kompas- cetak/0507/02/swara/1836943.htm. Accessed on June 2008. Moersintowarti B Narendra. (2003).

  Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Jawa Timur Tahunan I & Seminar Perkani Jawa Timur.

  Surabaya: PPNI dan PERKANI Jawa timur. Nasrul Effendi. (1998). Dasar-dasar

  keperawatan kesehatan masyarakat edisi 2. Jakarta: EGC.

  Nursalam, M Nur, Rekawati S dan Sri Utami.

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba

  Luknis Sabri dan Sutanto Priyo H. (2007).

  Medika. Poerdwandarminta. (2006). Kamus Umum

  Bahasa Indonesia Edisi Ke 3 . Jakarta: Balai Pustaka.

  Purnamawati (2007). Bayiku Anakku. Jakarta: PT Gramedia. Ridwan. (2003). Dasar – Dasar Statistik.

  Bandung : Alfa Beta. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: EGC.

  Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi

  kesehatan dan ilmu prilaku . Jakarta: Rineka Cipta.

  Soekidjo Notoatmodjo. (2002). Metodologi

  Statistik Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

  http://www.indomedia.com. Accessed on June 2008.

  Azrul Azwar. (2006). Pedoman umum

  Departemen kesehatan RI. Dwi Prayitno. (2008). Mandiri Belajar SPSS.

  pengelolaan posyandu . Jakarta: Departemen kesehatan RI.

  Bambang Prasetyo. (2006). Metode

  Penelitian Kuantitatif Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo

  Persada. Departemen kesehatan RI. (2006).

  Penggerakkan dan pemberdayaan masyaakat melalui kemitraan modul 2 . Jakarta: Departemen kesehatan RI.

  Departemen kesehatan RI. (2005). Pedoman

  Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervesi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tinngkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

  Yogyakarta: MediaKom. Eko Budiarto. (2003). Metodologi

  Konsep Pendekatan Hak Anak Dan Perempuan. Available from:

  PenelitianKedokteran. Jakarta:

  EGC Friedman, Marilyn M .(1998).

  Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktik. Jakarta: EGC.

  IDN Supariasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar.

  (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta EGC.

  IBG Manuaba, Chandradinata dan IBG Fajar Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta: EGC.

  John Th Ire. (2006). Posyandu, Sebuah

  Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (1997). Statiska Untuk Ekonomi

  Dan Niaga II . Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

  Sugiyono. (2006). Metode penelitian Jakarta: Rineka Cipta.

  administrasi . Bandung: Alfa Beta.

  Wahid Igbal M, Nurul Chayatin, Khoirul Sri Poerdji Hastoety Djaiman. (2002).

  Rozikin, Supradi. (2007). Promosi

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Balita Berkunjung Ke Posyandu.

  Belajar Mengajar Dalam Pendidikan.

  Available from: Jakarta: Graha Ilmu. http://digilib.litbang.depkes.go.id. Accessed on June 2008.

  Zulkifli. (2003). Posyandu Dan Kader

  Kesehatan. Available from:

  Sudiharto. (2007). Asuhan keperawatan http://library.usu.ac.id. Accessed on

  keluarga dengan pendekatan June 2008. kepeawatan transkultural . Jakarta: