Kemudian masing-masing aktivitas tersebut dideskripsikan berdasarkan persentase yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Persentase Aktivitas peserta didik Selama Proses Pembelajaran Aktivitas siswa Pertemuan Rata-rata I II III I

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Bagian ini merupakan deskripsi dan analisis data dari instrumen yang
digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik dan mendeskripsikan proses pembelajaran
berupa aktivitas belajar. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada
tanggal 01 February

sampai dengan 22 February 2017

di kedua kelas

sampel. Data tentang kemampuan pemahaman matematis peserta didik
diperoleh dari hasil tes akhir yang diberikan pada kedua kelas sampel dengan:
Materi

:

Aritmatika Sosial


Kompetensi Dasar

:

3.11. Menganalisis

aritmatika

sosial

(penjumlahan, pembelian, keuntungan,
kerugian,

potongan,

bunga

tunggal,

persentase , bruto, netto, dan tara)

4.11. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan aritmatika sosial
pembelian,

keuntungan,

(penjualan,
kerugian,

potongan, bunga tunggal, persentase,
bruto, netto, dan tara)
Indikator Pencapaian

:

4.11.1. Menemukan konsep harga penjualan,

Kompetensi

harga pembelian, untung dan rugi

4.11.2. Menemukan

konsep

persentase

keuntungan dan kerugian
4.11.3. Menemukan konsep bunga tunggal,
diskon dan pajak
4.11.4. Menemuka konsep bruto, netto dan
tara

59

60

Jumlah peserta didik pada kelas eksperimen yaitu kelas VII4 berjumlah
34 siswa, sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VII5 berjumlah 34 siswa.
Rincian masing-masing deskripsi dan analisis data dari instrumen yang
digunakan pada penelitian diuraikan dibawah ini:

1. Lembar Observasi
Mendeskripsikan data aktivitas peserta didik diperoleh dari lembar
observasi dalam bentuk persentase. Persentase aktivitas peserta didik ini
diperoleh dengan cara jumlah frekuensi masing-masing aktivitas peserta
didik dibagi dengan jumlah peserta didik kali 100% selama 4 kali
pertemuan.
Kemudian

masing-masing

aktivitas

tersebut

dideskripsikan

berdasarkan persentase yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel 4.1
Persentase Aktivitas peserta didik Selama Proses Pembelajaran

Aktivitas
siswa

I

Pertemuan
II
III

IV

Rata-rata

a.

44,11%

50%

52,94%


58,82%

41,17%

b.

64,70%

73,52%

79,41%

85,29%

60,58%

c.

52,94%


58,82%

67,64%

76,47%

51,17%

d.

76,47%

79,41%

82,35%

85,29%

64,70%


e.

88,23%

91,17%

94,11%

97.05%

74,11%

61

Kemudian dengan menggunakan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

100
90
80

70
60

pert 1

50

pert 2

40

pert 3

30

pert 4

20
10
0


aktv a

aktv b

aktv c

aktv d

aktv e

Gambar 4.1
Persentase Aktivitas Peserta Didik Selama Proses Pembelajaran
Keterangan aktivitas peserta didik :
a. Siswa bertanya pada guru jika kurang memahami materi yang
telah disampaikan guru.
b. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompok dalam memahami
materi.
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
d. Siswa mencatat konsep penting dari materi pelajaran.

e. Siswa mengerjakan soal pada LKPD secara individual.
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas memperlihatkan bahwa
persentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Pair Check rata-rata meningkat setiap
pertemuan.
2. Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik
Setelah dilakukan tes akhir, Tes hasil kemampuan pemahaman
konsep matematis pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 01
February 2017 yang diikuti oleh 34 orang siswa dan kelas kontrol
dilaksanakan pada tanggal 01 February 2017 yang diikuti oleh 34 orang

62

siswa. Skor tertinggi pada kelas eksperimen 100 dan skor terendah 45,
sedangkan skor tertinggi pada kelas kontrol 100 dan skor terendah 34.
Hasil deskripsi data yang diperoleh berdasarkan tes yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Hasil Deskripsi Nilai Tes Akhir
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Eksperimen

34

100

50

Jumlah
%
Peserta Peserta
Didik
Didik
̅
Yang
Yang
Tuntas Tuntas
67,64 %
82,85 13,43
23

Kontrol

34

100

45

76,44 16,38

Kelas

Jumlah
Nilai
Nilai
Peserta
Tertinggi Terendah
Didik

17

50 %

Tabel 4.2 di atas memperlihatkan bahwa rata-rata hasil tes kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes kelas kontrol. Rata-rata
hasil tes kelas eksperimen yaitu 67,64% sedangkan rata-rata hasil tes kelas
kontrol yaitu 50%. Jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada kelas
eksperimen adalah sebanyak 23 orang sedangkan pada kelas kontrol adalah
sebanyak 17 orang. Hasil tes lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran
XVII.
Data tes kemampuan pemahaman konsep matematis kelas sampel
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran XVIII. Data tes kemampuan
pemahaman konsep matematis kelas sampel lebih rinci dapat dilihat melalui
masing-masing item soal tes sesuai dengan indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis. Rincian penilaian perindikator kemampuan
pemahaman konsep matematis dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

63

Tabel 4.3
Nilai Rata-rata Peserta Didik Setiap Indikator
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
No.
Soal

1
2,4,5
3

Indikator Pemahaman Konsep Matematis

Nilai Rata-rata
Eksperimen
Kontrol

Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau
konsep
Menerapkan konsep secara logis
Mengklasifikasikan objek menurut sifatsifat tertentu sesuai dengan konsepnya

83,82

77,57

81,48

75

84,56

76,47

Kemudian dengan menggunakan grafik dapat dilihat sebagai berikut:

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

83.82
77.57

84.56
76.47

77.94

84.31
78.68

83.09
79.41

66.91

soal 1

soal 2

soal 3
eksperimen

soal 4

soal 5

kontrol

Gambar 4.2
Nilai Rata-Rata Peserta Didik Setiap Indikator Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis
Kemampuan

peserta

didik

pada

masing-masing

indikator

kemampuan pemahaman konsep matematis diberi skor 0, 1, 2, 3, 4 sesuai
dengan kriteria berdasarkan rubrik penskoran kemampuan pemahaman
konsep matematis. Berdasarkan Tabel 43 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa
secara umum nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol.

64

B.

Analisis Data
Analisis data hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen
dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, apakah diterima
atau tidak. Untuk mengetahui hal itu terlebih dahulu harus dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap hasil belajar matematika
siswa pada kedua sampel.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas hasil kemampuan pemahaman kosep matematis
peserta didik kelas sampel dilakukan dengan menggunakan uji liliefors
(Sudjana, 2005 : 446), bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi
normal atau tidak, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun skor hasil belajar peserta didik dalam suatu tabel, skor yang
disusun mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
b. Mencari skor mentah dan skor baku dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
̅

Keterangan :
= Skor dari tiap peserta didik
̅ = Skor rata-rata
= Simpangan baku

c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang :
( )

(

)

d. Menghitung harga ( ) yaitu proporsi skor baku yang lebih kecil atau
sama dengan

dengan rumus :

( )

65

e. Menghitung selisih ( )

( ), kemudian tentukan harga mutlaknya.

Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan

Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan antara
dengan nilai kritis L pada uji Liliefors.
Kriteria pengujiannya :
Jika

berarti data sampel berdistribusi normal

Jika

berarti data sampel tidak berdistribusi normal
Untuk lebih jelasnya pengujian normalitas untuk masing-masing

kelas dapat dilihat pada lampiran XIX. Berdasarkan penghitungan uji
normalitas diperoleh perbandingan ltabel dan l0 kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut :
Tabel 4.4
Perbandingan L0 dengan Ltabel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No
1
2

Kelas
VII 4
VII 5

L0

Ltabel

Kesimpulan
L0 < Ltabel
L0 < Ltabel

Keterangan
Data Normal
Data Normal

Selain itu, untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak,
juga dilakukan pengujian normalitas dengan Software SPSS. Dengan
bantuan software SPSS hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat
pada table 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Output Uji Normalitas Sampel
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Kelas
Statistic
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
0,101
34
0,200*
0,942
34
0,069
VII4
Nilai
0,132
34
0,142
0,942
34
0,071
VII5

66

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa signifikan kelas eksperimen
dan kelas kontrol lebih besar dari 0,05. Pada uji Kolmogorov-smirnov nilai
probabilitas kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah
0,101 dan 0,132, dan pada uji Shapiro-wilk nilai probabilitas kelas
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 0,069 dan 0,071,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Variansi
Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya dilakukan uji
homogenitas, yang bertujuan untuk melihat kedua kelas sampel mempunyai
variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas variansi juga dilakukan
dengan uji F pada taraf nyata

, dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
S12 = Variansi hasil belajar eksperimen
S22 = Variansi hasil belajar kelas kontrol
Berdasarkan data yang diperoleh, maka
S12 =
S22 =
Lakukan Uji Homogenitas dengan rumus :

Berdasarkan tabel distribusi F didapatkan harga Ftabel untuk taraf
dan derajat bebas = ( n1-1, n2-1) (33, 33) adalah 1,84. Jadi harga
Fhitung < Ftabel =

< 1,84 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa kelas sampel memiliki variansi yang

67

homogen. Perhitungan lebih jelas dapat dilihat lampiran XX. Dengan
menggunakan bantuan software SPSS hasil uji homogenitas sampel dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Output Uji Homogenitas Sampel
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic
df1
df2
3,092
1
66

Sig.
0,083

Berdasarkan tabel Test of homogeneity of variances dapat dilihat
nilai probablilitasnya yaitu 0,083 lebih besar dari 0,05, maka

diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai variansi yang
homogen.
3. Uji Hipotesis
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dua variansi data tes
hasil belajar kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan variansi yang homogen. Maka untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji-t, yang berguna untuk melihat apakah tes hasil belajar
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Pair Check lebih tinggi dari pada tes hasil
belajar kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran konvensional pada kelas VII SMPN 31 Padang.
Pada uji hipotesis, uji yang dilakukan adalah uji-t satu arah dengan rumus :
̅̅̅̅ ̅̅̅̅



68




(

)

Dengan

dan

sedangkan
(

dengan taraf
)

(

diperoleh
kepercayaan

. Karena

) maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima

sehingga disimpulkan hasil kemampuan pemahaman konsep matematis

peserta didik yang diajar dengan Model Pembelajaran Pair Check lebih
tinggi daripada hasil kemampuan pemahaman konsep matematis peserta
didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Untuk lebih
jelas maka dapat dilihat pada lampiran XXI.

C. Pembahasan
1. Aktivitas Belajar Peserta Didik
Selama proses pembelajaran dari pertemuan pertama sampai
pertemuan keempat ada peserta didik yang hadir ada yang tidak, berikut
penjelasan mengenai aktivitas peserta didik.
a. Siswa bertanya pada guru jika kurang memahami materi yang telah
disampaikan guru.
Aktivitas siswa mengemukakan pertanyaan kepada guru. Pada
pertemuan pertama sebanyak 15 siswa dengan persentase 44,11%

69

termasuk dalam kategori sedikit. Pada pertemuan kedua juga sebanyak 17
siswa dengan persentase 50% termasuk kategori banyak. Pertemuan ketiga
sebanyak 18 siswa dengan persentase 52,94% termasuk kategori banyak.
Begitu juga pada pertemuan keempat sebanyak 20 siswa dengan
persentase 58,82% termasuk dalam kategori banyak. Seperti terlihat pada
gambar 4.3 berikut :

58,82

60
50

52,94

50
44,11

40
30
20
10
0
pert 1

pert 2

pert 3

pert 4

aktv a

Gambar 4.3
Persentase Siswa Bertanya Pada Guru Jika Kurang Memahami
Materi Yang Telah Disampaikan Guru
b. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompok dalam memahami materi.
Aktivitas siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompok dalam
memahami materi dapat dilihat pada tabel 4.1, pada pertemuan pertama
sebanyak 22 siswa dengan persentase 64,70%. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang berdiskusi dengan anggota kelompok dalam memahami
materi tergolong kategori banyak. Pada pertemuan kedua sebanyak 25
siswa dengan persentase sebanyak 73,52% meningkat menjadi kategori
banyak . Begitu juga pada pertemuan ketiga sebanyak 27 siswa dengan

70

persentase 79,41% termasuk kategori banyak sekali sedangkan pada
pertemuan keempat sebanyak 29 siswa dengan persentase 85,29%
termasuk kategori banyak sekali. Seperti diperlihatkan terlihat pada
gambar 4.4 berikut :

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

79,41

73,52

85,29

64,7

pert 1

pert 2

pert 3

pert 4

aktv b

Gambar 4.4
Persentase Siswa Berdiskusi dengan Anggota Kelompok
dalam Memahami Materi
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru pada pertemuan
pertama sebanyak 18 siswa dengan persentase 52,94% termasuk dalam
kategori banyak. Pada pertemuan kedua juga sebanyak 20 siswa dengan
persentase 58,82% termasuk kategori banyak. Pertemuan ketiga sebanyak
23 siswa dengan persentase 67,64% termasuk kategori banyak. Begitu
juga pada pertemuan keempat 26 siswa dengan persentase 76,47%
termasuk dalam kategori banyak sekali. Seperti terlihat pada gambar 4.5
berikut :

71

76,47

80
70
60

67,64
58,82

52,94

50
40
30
20
10
0
pert 1

pert 2

pert 3

pert 4

aktv c

Gambar 4.5
Persentase Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru
d. Siswa mencatat konsep penting dari materi pelajaran.
Aktivitas siswa mencatat konsep penting dari materi pelajaran pada
pertemuan pertama sebanyak 26 orang dengan presentasi 76,47% termasuk
kategori banyak sekali. Pada pertemuan kedua siswa yang menyimpulkan
pelajaran sebanyak 27 siswa dengan persentasi 79,41% dengan kategori
banyak sekali. Pada pertemuan ketiga adalah sebanyak 28 siswa dengan
presentasi 82,35% termasuk kategori banyak sekali, begitu juga pada
pertemuan keempat siswa yang merangkum hasil diskusinya sebanyak 29
siswa dengan presentasi 85,29% juga termasuk kedalam kategori banyak
sekali. Seperti terlihat pada gambar 4.6 berikut:

72

85,29

86
82,35

84
82

79,41

80

78

76,47

76
74
72
pert 1

pert 2

pert 3

pert 4

aktv d

Gambar 4.6
Persentase Siswa Mencatat Konsep Penting Dari Meteri Pelajaran
e. Siswa Mengerjakan Soal Pada LKPD Secara Individual.
Aktivitas siswa mengerjakan soal pada LKPD secara individual
pada pertemuan pertama sebanyak 30 siswa dengan presentasi 88,23%
termasuk kategori banyak sekali. Pada pertemuan kedua meningkat
menjadi 31 siswa dengan presentasi 91,17% tetapi masih termasuk
kategori banyak sekali. Pada pertemuan ketiga siswa yang mendengarkan
temannya sebanyak 32 siswa dengan presentasi 94,11% meningkat
menjadi kategori banyak sekali. Begitu juga pada pertemuan keempat
siswa yang mendengarkan penjelasan temannya ketika tampil 32 siswa
dengan presentasi 97,05 % termasuk kategori banyak sekali. Seperti
terlihat pada gambar 4.7 berikut :

73

97,05

98
94,11

96
94

91,17

92
90

88,23

88
86
84
82
pert 1

pert 2

pert 3

pert 4

aktv e

Gambar 4.7
Persentase Siswa Mengerjakan Soal Pada LKPD Secara
Individual
2. Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik
Berdasarkan hasil deskripsi data, diperoleh rata-rata kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik kelas eksperimen adalah
82,85 dan 76,44 pada kelas kontrol. Dari hasil pengujian hipotesis,
diperoleh H1 diterima dengan taraf nyata α = 0,05. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa secara umum kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik kelas kontrol.
Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen diajar dengan Model
Pembelajaran Pair Check yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Karena dalam model pembelajaran ini konsep yang
dipelajari tidak langsung diberikan oleh guru kepada peserta didik
melainkan siswa memperoleh konsep dari materi yang dipelajari dengan
pemahamannya atau hasil berpikirnya sendiri.

74

Pada tahap Pair, peserta didik juga terlihat lebih berani bertanya
dan mengungkapkan ide-idenya dengan pasangannya. Hal ini terlihat pada
saat proses pembelajaran yang dilakukan. Sehingga, dengan demikian
kemampuan pemahaman konsep peserta didik menjadi meningkat.
Meningkatnya kemampuan pemahaman siswa dengan Model
Pembelajaran Pair Check juga disebabkan karena dalam memecahkan
suatu permasalahan, siswa tidak hanya menggunakan pemahamannya
sendiri melainkan sudah berdiskusi dan memperbaiki pemahaman konsep
yang

keliru

saat

berpasangan

kemudian

mencek

(Check)

dan

menyimpulkan dengan seluruh siswa di kelas. Sehingga siswa tidak hanya
terpaku pada penjelasan yang diberikan guru. Jadi, pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Pair Check memberikan kesempatan kepada siswa
berinteraksi dengan siswa lain sehingga kemampuan pemahaman konsep
peserta didik menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa Model Pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
Pada kelas eksperimen setiap pertemuan peserta didik diberikan
lembaran kerja peserta didik (LKPD) yang dapat membantu siswa dalam
belajar. Pada pertemuan pertama, peserta didik masih bingung dalam
mengerjakan LKPD yang diberikan karena mereka belum terbiasa mencari
sendiri informasi yang diberikan. Peserta didik yang pintar pun lebih
senang mengerjakan sendiri dan kurang mau bekerja sama dengan
pasangannya dan ada beberapa peserta didik yang hanya mengandalkan
pasangannya yang pintar. Untuk itu peserta didik diminta saling berbagi

75

tugas,

yang

tidak

ikut

menyelesaikan

soal

maka

harus

mempresentasikannya di depan kelas sehingga ada usaha peserta didik
tersebut untuk bertanya pada pasangannya yang lebih pintar.
Pada saat mempresentasikan hasil diskusi dengan pasanganya di
depan kelas, peserta didik terlihat masih malu-malu dan masih sulit
menyampaikan kepada peserta didik lain mengenai hasil diskusi dengan
pasanganya, sehingga peserta didik yang lain lebih banyak mengobrol dan
enggan menaggapi presentasi temannya. Hal ini disebabkan karena
sebelumnya pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga peserta
didik belum terbiasa unruk menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika
ada penjelasan yang belum dipahami.
Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan
yang baik pada kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik,
hal ini dilihat dari hasi diskusi peserta didik. Peserta didik lebih aktif
bertanya jika mengalami kesulitaan dalam menyelesaikan masalah atau
kurang

memahami

materi.

Peserta

didik

pun

lebih

berani

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan peserta
didik yang lain pun tidak ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya.
Sedangkan pada proses pembelajaran di kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional peserta didik terlihat pasif dan
hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga peserta didik lebih
lambat dan malas untuk memahami materi Aritmatika Sosial. Hal ini
mengakibatkan peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kelas
hanya didominasi oleh peserta didik yang pintar, dan peserta didik lebih

76

cendrung menghafal bentuk atau kalimat dalam menyelesaikan soal
matematika. Pembelajaran dikelas kontrol, peserta didik tidak diberikan
LKPD hanya diberikan soal latihan yang ada pada buku paket setelah guru
selesai menjelaskan. Sehingga peserta didik tidak terbiasa dalam
menjawab soal harus mengidentifikasi diketahui, ditanya, dan dijawab.
Dari uraian pembahasan penelitian di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa Model Pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik. Dengan kata lain
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik yang diajar
dengan Model Pembelajaran Pair Check lebih tinggi dari pada model
pembelajaran konvensional.

D. Kendala dalam Penelitian
Meskipun pada penelitian ini diperoleh hasil kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik di kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik di kelas kontrol,
tetapi dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kendala dan keterbatasan yang
dihadapi selama penelitian ini dilakukan. Adapun kendala yang dihadapi pada
kelas eksperimen, yaitu :
1. Dari segi waktu pembentukan kelompok.
Hal ini terjadi karena pada saat disuruh untuk membentuk kelompok
sebagian besar peserta didik masih bermain-main dan banyak bercanda
saat pindah tempat duduk, dan ada beberapa kelompok yang tidak suka
dengan kelompoknya yang akhirnya dilakukan penukaran anggota
sehingga membutuhkan waktu yang lumayan lama dalam pembentukan

77

kelompok serta mempersiapkan peralatan untuk keperluan belajar. Untuk
pertemuan berikutnya, masing-masing kelompok harus membentuk
kelompok sebelum memulai pembelajaran agar waktu pembelajaran
efektif.
2. Pengerjaan LKPD
Dalam proses pembelajaran untuk setiap pertemuan masing-masing
kelompok diberikan LKPD yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun peserta didik untuk memahami konsep dan menemukan prinsip
dari materi yang dipelajarinya. Peneliti mengalami kesulitan dalam
membimbing peserta didik dalam menyelesaikan LKPD. Ada beberapa
kelompok yang tidak membaca petunjuk yang terdapat pada LKPD dan
cenderung bertanya apa perintahnya. Untuk itu, perlu diingatkan kepada
masing-masing kelompok untuk membaca terlebih dahulu perintah yang
terdapat pada LKPD yang diberikan, kemudian baru mendiskusikan
jawabannya.
3. Keterbatasan waktu untuk diskusi kelompok
Kendala lain yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu diskusi
kelompok yang menghabiskan banyak waktu bagi peserta didik untuk
menemukan konsep dan membuat latihan. Karena hal tersebut, waktu yang
tersisa untuk presentasi kelompok di depan kelas kurang optimal. Untuk
mengatasi masalah ini peneiti menugaskan peserta didik untuk membaca
materi yang akan dipelajari selanjutnya dirumah terlebih dahulu dan
membuat catatan kesimpulan di buku catatan.