Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin

  Vol. I No. 01-Januari 2011

Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin Lisa Mawarni

  Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian USU ABSTRACT

  

The objective of this experiment is to investigate the influence of length of cuttings

as the stevia plant material and concentration levels of IBA (indolyl-3-butyric acid) that are used to the production of stevia plant. Used two-factor factorial design arranged in randomized block design with 3 replications. The first factor is the length of cuttings that is 3 cm, 5 cm, 7 cm and 9 cm. The second factor is the concentration of IBA were 0, 300 ppm and 600 ppm.

  

Statistical analysis showed that differences in length of cuttings significantly affected

plant height, leaf number and leaf dry weight. IBA concentration level was significantly different only on the number of roots. While the interaction of the two showed significant differences on plant height and leaf dry weight. Production of the stevia leaf dry weight was best obtained in treatment 5 cm long cuttings with IBA concentration of 600 ppm.

  Keywords: stevia, the length of cuttings, Indolyl-3-butyric acid

Pendahuluan

  Wikipedia, 2008). Jenis tanah tempat Salah satu tanaman yang dapat asal tumbuhnya adalah terra-rosa dan menghasilkan pemanis alami adalah latosol yang keduanya berkandungan stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M), fosfat rendah (Kawatani et.al, 1973). yakni dari ekstrak daunnya. Di daerah

  Stevia di Indonesia berasal dari Jepang asalnya Paraguay Amerika Selatan, dan Korea (Anonimus, 2008) penduduk asli (Indian) telah lama

  Melalui proses ekstraksi daun stevia menggunakan tanaman ini sebagai kering dihasilkan kristal glikosida yang bahan pemanis dan obat (Liz,1984). terdiri dari beberapa komponen yaitu

  Tanaman ini termasuk suku Astereacea, steviosida, steviolbiosida dan tanaman tahunan, berbentuk perdu rebaudiosida A-E. Keseluruhan basah dengan tinggi 60-80 cm dan komponen ini disebut gula stevia atau bercabang banyak. Tanaman stevia steviose. Rahasia kemanisan stevia adalah tanaman hari pendek yang akan terletak pada molekul kompleksnya cepat berbunga bila panjang hari kurang yang disebut steviosida yang dari 12 jam. Di Indonesia stevia tumbuh merupakan glikosida disusun dari pada ketinggian antara 800-1500 m dpl, o glukosa, sophorose dan steviol. suhu udara 20-24

  C, curah hujan 1500 Komponen utama stevisioda memiliki

  • 3000 mm/tahun (Wardhana, 1986;

  200-300 kali kemanisan dari sukrose

Vol. I No. 01-Januari 2011

  (gula tebu) bersifat rendah kalori dan non karsiogenik (Tjasadihardja, 1982 ; Atmawinata dkk, 1984). Sehingga tanaman ini dikenal dengan nama daun gula. Penelitian medis juga menunjukkan manfaat dari stevia dalam mengobati obesitas, tekanan darah, mencegah dan melawan diabetes, dan memiliki sifat anti-virus. Stevia lazim berfungsi sebagai pemanis alami untuk orang diet karbohidrat. Namun keengganan beberapa negara menggunakan stevia sebagai pemanis alami yang aman dicurigai ada unsur melindungi bisnis aspartam. Saat ini,

  rebiana merupakan nama dagang paten

  untuk gula stevia. Merupakan kerjasama The Coca-Cola Company dan Cargill, sebagai bahan aditif makanan di USA sejak 2009. Sementara di Jepang sudah lama digunakan. Stevia lebih manis dari pada pemanis merek Equal. Hanya terasa sedikit pahit bila terlalu banyak (Maiti and Purohit, 2008)

  Dirjen Perkebunan pada tahun 1984 pernah memproyeksikan bila produksi stevia sebesar 2000 kg daun kering/tahun/ha dengan kandungan pemanis 3 - 7 % maka produksi 1 hektar stevia/tahun dapat menggantikan 2,5 – 6 ha tebu.

  Masalah yang menyangkut budidaya tanaman ini diantaranya adalah perbanyakan. Perbanyakan tanaman stevia dapat dilakukan dengan biji, setek batang, pembelahan rumpun dan kultur jaringan (Farida, 1986). Perbanyakan dengan setek menjadi penting untuk mempertahankan klon unggul secara mudah dan sederhana, apabila bahan tanaman terbatas. Tirtoboma (1983) mengemukakan bahan tanaman yang terbaik untuk bahan setek adalah bagian pucuk sepanjang 4-6 ruas dengan tidak dirompes dan potongan batang dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan IBA 600 ppm. Di lapangan, setek yang berasal dari 4 sampai 6 ruas akan membentuk pertanaman yang sangat bervariasi. Maka perlu diteliti panjang setek yang terbaik dalam ukuran sentimeter sehingga menjamin pertanaman yang lebih seragam.

  Dalam penyetekan tanaman stevia diperlukan kelembaban dan suhu yang tinggi yakni antara 87-97 % dan suhu 25-29 o C sehingga dilakukan penutupan dengan sungkup plastik dan naungan (Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982)

  Persoalan paling utama dalam penyetekan adalah terbentuknya akar. Makin banyak akar yang terbentuk maka bibit yang diperoleh makin kuat (Harjadi, 1983).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perakaran adalah : 1) faktor tanaman yang mencakup kondisi fisiologis dan umur dari tanaman induk, adanya tunas dan daun pada setek, kandungan bahan makanan setek, kandungan zat tumbuh dan pembentukan kalus, 2) kondisi lingkungan selama penyetekan seperti media perakaran, air, temperatur udara dan tanah, kelembaban dan cahaya, 3) faktor pelaksanaan seperti perlakuan sebelum pengambilan setek, waktu pengambilan, pelukaan setek, penggunaan zat tumbuh dan fungisida serta kebersihan dan pemeliharaan setek (Rochiman dan Harjadi, 1973; Hartmann dan Kester, 1983). Selanjutnya Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa pemberian auxin pada setek dapat mengakibatkan pengembangan dan pembelahan sel-sel cortex, phloem dan kambium sehingga lapisan sel sclerenchym akan rusak dan akar mudah menembus ke luar. Auxin alami yang paling umum adalah asam indolasetat (IAA). Auxin sintetis seperti NAA dan IBA terbukti lebih efektif daripada IAA, karena mereka tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim

  Vol. I No. 01-Januari 2011

  lain sehingga lebih bertahan lama (Salisbury & Ross, 1978).

  Sehubungan dengan hal-hal di atas perlu diketahui pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya terhadap produksi tanaman stevia dimana produksi stevia umumnya dalam bentuk daun kering.

Bahan dan Metode

  Percobaan dilakukan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 950 m dpl. Bahan tanaman yang digunakan berupa setek cabang stevia klon BPP 72 dengan ukuran sesuai perlakuan, IBA, tanah berupa top soil : pupuk kandang ayam = 3:1, Urea, TSP dan Z, polibag ukuran 28 x 20 cm (terlipat) dan pestisida Curater

Hasil dan Pembahasan

  3 G dan Dithane M-45. Alat yang digunakan alat-alat pertanian, sungkup plastik, alat tulis, gelas ukur, oven Memmert Tipe B 30, timbangan digital.

  Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah panjang setek yaitu 3 cm, 5 cm, 7 cm dan 9 cm. Faktor kedua adalah konsentrasi IBA yaitu 0, 300 ppm dan 600 ppm. Potongan setek- setek diikat secukupnya kemudian dicelupkan bagian pangkalnya sesuai perlakuan selama 10 menit lalu dicelupkan sesaat pada larutan Dithane M-45 2 g/l air.

  Ulangan ada 3 dimana tiap ulangan digunakan 3 polibag. Sehingga secara keseluruhan ada 12 x 3 x 3 = 108 polibag yang seluruhnya menjadi sampel yang diletakkan dalam sungkup. Pada hari ke-14 setelah tanam sungkup dibuka selama 2 jam pada pagi hari. Selanjutnya 4 jam pada hari ke-15, 6 jam pada hari ke-16 dan 8 jam pada hari ke-17. Mulai hari ke-18 sungkup dibuka seterusnya. Panen dilakukan saat pertanaman 25% berbunga yang terjadi pada hari ke-50 setelah tanam atau hari ke-32 sejak sungkup dibuka. Parameter yang diamati adalah jumlah cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman dan berat kering daun (g/plot) setelah dioven 70 o

  C selama 24 jam. Analisis data dengan uji F dilanjutkan uji jarak Duncan.

  Hasil pengamatan jumlah cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

  Hasil analisis statistik dari data menunjukkan bahwa perbedaan panjang setek berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Tingkat konsentrasi IBA hanya berbeda nyata terhadap jumlah akar. Sedangkan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan berat kering daun.

  Dari data dapat dilihat bahwa panjang setek 5 cm memberikan hasil terbaik sedangkan panjang setek 3 cm menunjukkan hasil terkecil. Hal ini dimungkinkan karena panjang setek 5 cm adalah ukuran yang optimal dimana bahan makanan yang dikandungnya dapat segera membentuk pertumbuhan. Sedangkan panjang setek 7 cm dan 9 cm lebih panjang sehingga pembentukan akar tidak segera karena setek masih banyak mengandung bahan makanan.

  Vol. I No. 01-Januari 2011 Tabel 1. Pengaruh panjang setek dan konsentrasi

  IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 28 hari (cm), jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot) Perlakuan Tinggi tanaman

  28 hari (cm) Jlh daun/ Tanaman

  Jlh akar/ tanaman Brt kering daun (g/plot)

  Panjang setek a 1 = 3 cm 20,87 c 53,56 b 17,76 c 1,66 c a 2 = 5 cm 25,78 a 104,81 a 34,15 a 3,00 a a 3 = 7 cm 24,76 b 83,37 a 29,30 b 2,41 ab a 4 = 9 cm 24,95 ab 84,57 a 26,45 b 2,20 b Konsentrasi IBA b0 = 0 ppm 23,19 tn 76,83 t n

  17,82 a 2,25 tn b1 = 300 ppm 24,14 82,78 28,61 b 2,23 b2 = 600 ppm 24,86 85,22 34,31 c 2,47 Kombinasi a1b0 15,94 c 43,89 t n

  12,61 e 1,20 tn a1b1 23,24 b 51,89 19,00 de 1,82 a1b2 23,35 ab 60,89 21,67 cd 1,96 a2b0 25,83 ab 102,22 24,67 cd 3,37 a2b1 23,78 ab 80,00 37,11 b 1,92 a2b2 27,72 a 131,22 46,22 a 3,69 a3b0 26,13 ab 86,34 15,56 a 2,45 a3b1 22,75 b 95,78 34,32 ba 2,63 a3b2 25,25 ab 68,00 38,00 ab 2,15 a4b0 24,72 ab 73,89 18,46 de 1,97 a4b1 27,22 a 99,45 29,56 be 2,55 a4b2 22,89 b 80,39 31,33 bc 2,09

  Keterangan : Notasi yang berbeda pada satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

  Tinggi tanaman dari panjang setek 5 cm ternyata menjadi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang berasal dari 7 cm dan 9 cm pada saat menjelang berbunga (28 hari). Artinya, dengan menggunakan panjang setek 5 cm pada akhirnya tinggi tanaman sama dengan panjang setek 7 dan 9 cm. Sehingga dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.

  Jumlah daun dan berat kering daun pada panjang setek 3 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jadi dapat dikatakan adanya hubungan antara tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering daun. Seperti yang disebutkan

  Buana dan Gunadi (1985) bahwa pada umumnya sampai batas tertentu makin tinggi tanaman, makin banyak jumlah daun sehingga makin tinggi pula berat kering daun.

  Tingkat konsentrasi IBA ternyata hanya menambah jumlah akar atau pertumbuhan ke bawah tetapi tidak mempengaruhi secara nyata pertumbuhan bagian atas tanaman. Heddy (1996) menyebutkan konsentrasi auksin yang merangsang pertumbuhan akar akan sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan batang demikian pula sebaliknya. Perlakuan terbaik adalah konsentrasi IBA sebesar 600 ppm.

  Interaksi antara perlakuan panjang setek dan konsentrasi IBA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah akar. Dapat dilihat pula bahwa perlakuan a2b2 adalah perlakuan kombinasi yang terbaik. Hal ini disebabkan panjang setek 5 cm adalah yang terbaik dan perlakuan konsentrasi IBA 600 ppm adalah yang terbaik.

  Panjang setek berhubungan dengan bahan makanan yang dikandung dimana bahan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan IBA merangsang terbentuknya akar lebih banyak. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan tunas yang baik menyebabkan pertumbuhan daun juga baik sehingga proses fotosintesa akan baik, akibatnya karbohidrat yang dihasilkan lebih banyak. Karbohidrat ini sebagian digunakan untuk pembentukan akar sehingga terbentuknya akar yang baik menyebabkan penyerapan unsur hara dan air akan lebih banyak sehingga pertumbuhan tunas akan baik pula.

  Vol. I No. 01-Januari 2011

Kesimpulan dan Saran

  Maiti, RK and S.S. Purohit . 2008. Stevia a miracle plant for human health, Agrobios India Salisbury, FB and Cleon W.Ross. 1978.

  Wikipedia, 2008. http:// wikipedia+stevia

  Wardhana. 1986. Stevia Sumber Bahan Pemanis Alami, Asri No.43: 1-31 Oktober 1986

  1973. Pembiakan Vegetatif, Pengantar Agronomi Fakultas Pertanian IPB

  Rochiman, K dan S.Setyati Harjadi.

  Tjasadihardja. 1982. Stevia rebaudiana Bertoni M, Sumber Daya Pemanis Baru, BPP Bogor Ceramah N0.13/1982.

  Bertoni M. Pertemuan regular Staf Peneliti dan Teknis BPP Bogor, 4 Juni 1983

  rebaudiana

  Tirtoboma . 1983. Konsep Pemikiran Tentang Budidaya Tanaman Stevia

  Plant Physiology, Wadsworth PublishingCompany, Inc, Balmont, California

  Liz, 1984. Stevia atau Cae-he-he, Intisari Juni 1984

  Produksi stevia yakni berat kering daun yang terbaik diperoleh pada perlakuan panjang setek 5 cm dengan konsentrasi IBA 600 ppm. Maka dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.

  Cultivation of Stevia rebaudiana Bertoni M., Japan Journal Tropical Agriculture 17(2): 125-130

Daftar Pustaka

  Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan, Penerbit Rajawali Jakarta Kawatani, T.Kaneki and Tanase T. 1973.

  Agronomi, Penerbit Gramedia Jakarta

  Plant Propagation Principles and Practices, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Harjadi, S.S. 1983. Pengantar

  Farida, 1986. Menanam Stevia Manis,Trubus No.196/Thn.XVII 1 Maret 1986 Hartmann,HT and Dale E.Kester, 1983.

  Program Peningkatan Produksi Stevia di Masa Mendatang , Bahan untuk pertemuan Teknis Penelitian dan Pengembangan Stevia di Bogor

  Tentang Korelasi Antara Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Stevia, Menara Perkebunan 53(3):68-71 Dirjen Perkebunan Jakarta, 1984.

  Mengenal Pemanis Alami Stevia rebaudiana Bertoni M. Buana, L dan DH.Goenadi, 1985. Studi

  Sukrose, Menara Perkebunan 52(2): 52-56 Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982.

  1984. Tingkat Manisnya Gula Stevia Terhadap

  Atmawinata ,O, Tamzil Muhammad, Darnoko dan Soewarno T. Soekarto.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sirih - Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Daun Sirih Hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav) Yang Segar Dan Simplisia Secara Gas Chromatography-Mass Spectrometry

0 0 15

Isolasi dan Uji Antifungi Bakteri Endofit Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Rhizoctonia solani

0 1 6

Gambaran Tekanan Darah Pada Perokok Dan Bukan Perokok Priadi Rsup Haji Adam Malik Pada Tahun 2013

1 1 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap RSU. Bunda Thamrin

1 1 7

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara - Pengaruh Komunikasi Dan Informasi Dalam Meningkatkan Aktivitas Kerja Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 22

Analisa Kemantapan Lereng Menggunakan Metode Elemen Hingga Dengan Pendekatan Model Soft Soil

0 0 32

Analisa Kemantapan Lereng Menggunakan Metode Elemen Hingga Dengan Pendekatan Model Soft Soil

0 0 13

BAB II - Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 12

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8