MAKALAH ILMU ILMU SOSIAL dasar

MAKALAH ILMU-ILMU SOSIAL
MATA KULIAH FILSAFAT SOSIAL

PENGERTIAN ILMU SOSIAL
 Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan
sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya.
 Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
 Pengertian ilmu sosial sosial khususnya yang diwujudkan dasar ialah suatu
ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam masalah oleh masyarakat
umum dengan memakai berbagai macam pengertian seperti, fakta, konsep
dan teori yang berasa dari bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan
keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial, misalnya: ekonomi, geografi
sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, sejarah dan lain sebagainya.
Tujuan ilmu sosial dasar adalah untuk membantu perkembangan
pengetahuan atau wawasan pemikiran dan juga kepribadian agar supaya
mendapatkan wawasan pemikiran sosial yang lebih luas lagi.


sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai
satu kesatuan.
Achmad Sanusi: ilmu sosial teridir dari disiplin ilmu
pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan umumnya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi.
Gross: ilmu sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makhluk sosial secara ilmiah,
memusatkan pada manusia sebagai bagian dari masyarakat
dan kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Sejarah Ilmu Sosial
Menurut Plato dan Aristoteles, susunan masyarakat
mencerminkan susunan kosmos yang abadi, manusia
berkewajiban untuk menyesuaikan diri dengan susunan itu dan
mentaati
demi
keselamatannya,
kalau
tidak,
ia

menghancurkan dirinya.
Pada abad pertengahan masyarakat Eropa masih
memperlihatkan pada pola dasar yang sama, hanya sekedar
mengoreksi terhadap paham Plato dan Aristoteles. Paham
tentang
otonomi
kosmos
diganti
dengan
paham
heteronominya, yaitu kepercayaan bahwa kosmos tidak berdiri
sendiri, tetapi bergantung pada Kemaha Kuasaan Tuhan,

METODE ILMIAH ILMU SOSIAL
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau yang
kerap disebut ilmu. Metode ilmiah sebagai prosedur juga harus memiliki langkahlangkah sistematis sebagai pengkajian dari peraturan yang terdapat dalam metode
ilmiah. Hasil akhir metode ilmiah adalah sebuah bangunan teori.
 Dalam membuat bangunan teori diperlukan sebuah tahapan-tahapan. Lapisan
tahapan inilah yang dinamakan dengan metode ilmiah, yaitu:
 Tahapan persepsi, adalah tahapan awal mengarah pada observasi dengan berbagai

tehnis dan metode yang menghasilkan penalaran.
 Tahapan hipotesis, merupakan hasil penalaran yang disusun dengan pernyataan
(proposisi), yang menyatakan ada kaitan antara dua konsep observasi. Jika terbukti
benar akan menjadi sebuah hukum.
 Tahapan hukum, yaitu menunjuk pada suatu keteraturan, dimana antara satu
dengan yang lain saling menunjang.
 Tahapan teori, yaitu hasil abstraksi dari suatu keteraturan sehingga menjadi
berlaku umum sebagai teori.

LANDASAN PENELAAHAN ILMU SOSIAL
DALAM FILSAFAT
1. ONTOLOGI ILMU SOSIAL

Ontolgi secara etimlogis berasal dari bahasa yunani onto yang
berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada, kenyataan yang
sesungguhnya, dan logos yang berarti studi tentang, teori yang
dibicarakan (Angeles,1981). Secara terminologis, ontologi diartikan
dengan meta fisika umum. yaitu cabang filsafat yang mempelajari
tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam membahas asas-asas
rasional dari kenyataan (Kattsoff,1986). Degan kata lain,

permasalahan ontologi adalah menggali sesuatu dari yang nampak.
Pada dasarnya, ilmu merupakan hasil dari penjajahan dalam
pengalaman manusia. Sehinhgga, ilmu bersifat terbatas pada
pengalaman manusia itu sendiri. Ilmu tidak dapat memaparkan
persoalan yang tidak berwujud.

2. Epistimologi Ilmu Sosial
Epistimologi berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti ilmu atau teori.Artinya,
epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
hakikat sebuah pengetahuan.Dapat juga dikatakan bahwa
epistimologi bekerja dalam ranah metodologis sebuah ilmu
pengetahuan.
Ada dua pandangan tentang ilmu social khususnya yaitu.
Ilmu social bersifat universal. Artinya, ilmu social tidak tergantung
pada apa, siapa, kapan dan dimana dikembangkan.
Klaim universalitas metode ilmu social itu hanyalah klaim naïf.
Pandangan ini beranggapan bahwa ilmu social berkembang seiring
perkembangan masyarakat. Artinya ilmu social tumbuh dan
berkembang untuk menjawab problematika yang sedang dihadapi

masyarakat. Universalitas tidak harus mengorbankan unsure
keunikan suatu budaya.

3. AKSIOLOGI ILMU SOSIAL
Aksiologi secara etimologis berasal dari kata axios yang
berarti nilai dan logosyang berarti ilmu atau teori.Jadi aksiologi
dapat diartikan sebagai ilmu atau teori yang mempelajari hakikat
nilai.Landasan aksiologis yang dimaksud adalah pandangan
tentang nilai yang mendasari asumsi asumsi ilmu social.
Polemic yang berkepanjangan yang menandai perkembangan
ilmu-ilmu social adalah berkaitan dengan klaim bebas dan tidak
bebas nilai dalam ilmu- ilmu social.Bebas nilai artinya ilmu social
harus mengacu pada ilmu-ilmu alam yang berusaha menangkap
hukum- hukum alam yang objektif yang tidak tercemari oleh
kepentingan –kepentingan manusiawi.
Pada dasarnya, etos ilmu social adalah mencari kebenaran
objektif atau mencari realism, yaitu suatu istilah yang salah satu
artinya menunjuk pada suatu pandangan objektif tentang realitas
(Gunnar Myrdal, 1981).


KONSTRUKSI FILSAFAT SOSIAL DAN
ILMU-ILMU SOSIAL
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari
persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif.
Sejak Plato, dan Aristoteles kajian terhadap persoalan-persoalan
kemasyarakatan sudah menjadi objek penelitian tersendiri. Menurut Plato
dan Aristoteles, susunan masyarakat mencerminkan susunan kosmos yang
abadi, manusia berkewajiban untuk menyesuaikan diri dengan susunan itu
dan mentaati demi keselamatannya, kalau tidak, ia menghancurkan
dirinya.
Beberapa tokoh progresif seperti, Saint Somon, Charle Fourrier, Pierre
Joseph Proudhon dan Auguste Comte meramalkan bahwa abad 19
merupakan abad ‘industri’ dan terbentunya orde sosial baru. Pada abad ini
agama bukan lagi kekuatan yang melembaga semua bidang masyarakat,
melainkan kecerdasan manusia. Masyarakat baru akan dibangun atas
dasar suatu perencanaan rasional yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah (K.J. Veeger, 1993).

Di sisi lain bahwa mempelajari perilaku manyarakat tidak perlu
dengan teori tetapi cukup dengan common sense, dalam hal ini

harus dipandang dalam dua hal. Pertama, pandangan itu turun dari
cara pemahaman yang berbasis pada sosiologi pengetahuan yang
berfokus pada pengetahuan sehari-hari orang awam. Kedua,
pernyataan tersebut lebih merupakan sinisme kaum positivis yang
menganggap bahwa hanya fenomena alam yang bisa dijelaskan
lewat postulat, paradigma, teori, konsep, perspektif dan lain-lain.
Sementara fenomena sosial cukup dengan nalar awam, dalam batas
tertentu fenomena sosial bisa dijelaskan dengan rigorous theory,
tetapi pada sisi lain teori tersebut gagal dan yang diperlukan cara
interpretatif untuk memperoleh kedalaman, bahkan tidak tertutup
kemungkinan penjelasan yang agak spekulatif juga diperlukan
dalam rangka memperoleh alternatif penjelasan. Dalam hal ini
spekulasi memungkinkan orang berpikir kreatif, bahkan kaum post
strukturalis kadang bersifat ‘sewenang-wenang’ dengan metode
semiotiknya dalam menjelaskan fenomena sosial (Heru
Nogroho,2002).

KESIMPULAN
Ilmu ilmu sosial adalah sekelompok disiplin keilmuan yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan

lingkungan sosialnya.Ilmu sosial muncul akibat adanya masalah
sosial. Masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai
moral dan pranata-pranata sosial.
Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial paling tua timbul akibat
adanya gejala sosial di era revolusi Prancis.Revolusi Prancis
membawa pengaruh signifikan di dunia barat. Setidaknya kejadian
tersebut telah meruntuhkan susunan masyarakat feodal dan
mengawali proses demokratisasi. Gagasan-gagasan barupun
tumbuh pada keyakinan bahwa manusia bebas untuk mengatur
dunianya.Dampaknya adalah terjadinya perubahan struktur
sosial.Hal inilah yang memunculkan para pemikir untuk
merumuskan teori-teori sosial, yang berkaitan dengan gejala dan
fakta-fakta sosial ketika itu.