pengelolaan dana desa untuk pemberdayaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan
pelaksanaan Pembangunan Nasional agar laju pembangunan daerah serta laju
pembangunan desa dan kota semakin seimbang dan serasi. Namun pembangunan
Nasional pada pelaksanaannya masih dihadapkan dengan masalah pokok
pembangunan seperti ketimpangan pembangunan antara desa dan kota di
Indonesia. Ketimpangan Pembangunan terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhinya sehingga pembangunan di Indonesia tidak merata dan berdampak pada tingginya kemiskinan di Indonesia. Terkait dengan masalah kemiskinan, menurut data BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 penduduk
kota dengan kemiskinan sebesar 8.60% sedangkan kemiskinan di pedesaan
sebesar 14.70%. Menanggapi permasalahan tersebut, strategi pemerintah untuk
mengatasi ke-timpangan pembangunan yaitu dengan melaksanakan pembangunan
nasional yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan desa.
Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis
dalam rangka Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah, karena di
dalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta
menyentuh secara langsung kepentingan sebagian besar masyarakat yang
bermukim di perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan ke-sejahteraan mereka.
Dalam pembangunan desa pemerintahan desa berkedudukan sebagai subsistem
1
2
dari sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, sehingga desa memiliki
kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan me-ngurus kepentingan
masyarakatnya sendiri. Dalam menyelengarakan kewenangan, tugas, dan
kewajiban desa dalam pe-nyelenggaraan pemerintahan maupun pem-bangunan
maka dibutuhkan sumber pendapatan desa. Peraturan Bupati Kabupaten Tanah
Bumbu Nomor 12 tahun 2015, rincian penggunaan Dana Desa adalah 30% untuk
pemerintahan desa yang yang digunakan untuk biaya operasional, tunjangan,
biaya perjalanan dinas dari pemerintahan desa. Sedangkan 70% penggunaan Dana
Desa
(DD)
untuk
pemberdayaan
masyarakat
dan
penguatan
kapasitas
Pemerintahan Desa. Dari rincian penggunaan Dana Desa (DD) tersebut, perlu
adanya pengelolaan yang baik dari pemerintah desa agar dalam pelaksanaannya
dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran Dana Desa. Pengelola Alokasi Dana Desa
di desa adalah Kepala Desa, Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(PTPKD), dan Bendahara Desa diharapkan mengerti dan paham dalam
pengelolaan Alokasi Dana Desa. Dalam proses pengelolaan Dana Desa di desa
Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, pemerintah desa
dihadapkan pada kondisi tingkat pendidikan masyarakatnya yang masih lemah
dan tingkat manajerial aparatur desa yang rendah hal tersebut dituturkan oleh
kepala Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Segala Bentuk pertanggunjawaban laporan keuangan desa pejala saya
kelola sendiri dikarenakan Tingkat Pendidikan dari Sekertaris Desa
(Aparatur Desa) yang Lemah dan belum mengerti Input data, masalah
teknis computer dan manajerial akuntansi (Kepala Desa Pejala,2015)
3
Sumber Daya Manusia dalam hal aparatur desa masih kurang memahami
pengelolaan keuangan yang baik oleh karena itu perlu pelatihan terhadap apatur
desa dengan bimbingan teknis. Agar aparatur desa dapat mengelola keuangan dan
manajemen desa lebih baik.
Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di
desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa
bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.
“Kepala desa, sekertaris desa, dan bendahara harus mengetahui ilmu
manajerial. Selain itu, ilmu agama hendaknya diperkuat agar pengelolaan
keuangan menjadi lebih baik. Berikut ilmu administrasi dan tata kelola
keuangan dijalankan secara baik dan benar”(Edward Azran)
Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di
desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa
bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.
Menurut penuturan bapak Taufik Arbain Pengamat Kebijakan Publik Fisip
Unlam yang Peneliti temui dalam tulisan di Koran Banjarmasin Post bahwa dalam
pelatihan Bimtek masih terlalu mahal dan melanggar UU pemerintah Daerah
sebagai implementasi UU Desa.
“Adanya bimbimbinga teknis (bintek) bagi aparatur desa, sah-sah saja
yakni untuk melancarkan manajemen penggunaan anggaran desa. Akan
tetapi, harus tetap mengedapaknan prinsip efisiensi dan efektivitas. Bintek
juga harus hemat. Jika perlu digelar bersama dengan desa lain untuk
menghemat anggaran. Harus tetap menghindari sikap buang-buang
anggaran. Selain itu, akan lebiih baik jika narasumber penggunaan dana
desa diundang ke satu tempat yang dihadiri seluruh perwakilan desa seKalsel. Demi efisiensi dan kepentinga desa. Perlu diketahui dalam UU 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah penggunaan anggaran harus
efisien, efektif, dan berkeadilan. Jika tidak menghemat aggaran berarti
melanggar UU pemerintah Daerah sebagai implementasi UU Desa.
(BanjarmasinPost 2015)
4
Menurut penuturan Mustika aji dalam memberikan materi pengeloaan
keuangan desa yang diselenggarakan oleh Dashboard Ekonomi Kerakyatan
(DEK) FEB UGM bekerjasama dengan Lembaga Konsultan, Pengembang
Software dan Training SYNCORE, di Yogyakarta, Sabtu (7/3/2015).
“Bagi beberapa desa yang belum memiliki kesiapan–kesiapan tersebut,
adanya dana Desa justru berpotensi memunculkan permasalahan yang
cukup serius. Dalam beberapa kasus, kesalahan mengelola keuangan
dalam jumlah besar sering berakhir dengan hal– hal yang tidak
menyenangkan. Oleh karenanya, pengelolaan dana desa harus memenuhi
asas – asas yang sesuai dengan setandar pemerintah pusat”.
Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula
pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31).
Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas
masyarakat, desa memiliki hak untuk mendapatkan dana perimbangan yang
bersumber dari bagian pajak daerah dan retribusi daerah tertentu dan dana
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah
daerah. Untuk dapat mengelola dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana
tersebut, maka pemerintah desa harus memahami bagaimana pengelolaan
manajemen keuangan desa.
Bedasarkan fungsi manajemen (pengelolaan) di atas secara garis besar
dapat disampaikan bahwa tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut bersifat universal, di mana saja dan dalam organisasi apa saja.
Namun, semuanya tergantung pada tipe organisasi, kebudayaan dan anggotanya.
Pada penelitian ini, peneliti cenderung berpedoman pada pendapat Terry dalam
The Liang Gie (2000: 21).
5
Untuk itu masyarakat perlu diyakinkan akan pentingnya, tingkat
keberhasilan, dan besar nilai tambahnya bagi masyarakat atas program/kegiatan
yang difokuskan tersebut antara lain Pendidikan. Kesehatan dan Infrastruktur.
dana desa merupakan suplay dari pemerintah sebagai sarana penunjang dan juga
impus untuk pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat yang ada di sebuah
desa, dimana bantuan tersebut digunakan sebagai fasilitas masyarakat dalam
mengembangkan dan memajukan produktivitas sebuah desa. Artinya, anggaran
pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas
pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai salah satu lembaga yang andil
dalam format kepemerintahaan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan
sebagai mana mestinya sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku
yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. Sehingga dengan Dana Desa tersebut
mampu meningkatkan pembangunan desa, partisipasi masyarakat dalam
memberdayakan dan mengimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.
Di dalam penjelasan pasal 72 ayat (2), besaran alokasi anggaran yg
peruntukannya langsung ke desa, ditentukan 10% dari dan diluar dana transfer ke
daerah (on top) secara bertahap. Dalam penyusunannya, anggaran yg bersumber
dari APBN untuk desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk (JP), angka kemiskinan, luas wilayah (LW), dan
tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan desa (UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
6
"Dalam pasal 72 ayat 2 UU Desa dijelaskan bahwa pembangunan desa
akan didanai langsung oleh pusat. Di mana diatur dalam penjelasannya,
10 persen dari dan transfer daerah menurut APBN untuk perangkat desa
sebesar Rp 59,2 triliun untuk 72 ribu desa se-Indonesia, (Anggota Komisi
II DPR Budiman Sudjatmiko Merdeka.com 6 november 2015)
Dalam hal ini salah satu sumber pendapatan desa Pejala Kecamataan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu yang berasal dari Dana Desa (DD) adalah
Rp. 270.500.194, Tahun Anggaran 2015. dimana pengunaan
dana untuk
pemberdayaan desa lebih besar dari pada dana untuk operasional. data tersebut
bisa dilihat di Tabel 1.
Tabel 1: Data Rencana Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan
Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dana
Desa (APBN) Tahun 2015
No
Kegiatan
Volume
Biaya Satuan
Pagu
1
Pembangunan Gerbang
5
3.500.000
17.500.000
2
1
168.892.981
168.892.981
3
Pembangunan Siring Beton
Pesisir Pantai Desa Pejala
Perbaikan jalan
6
12.351.202,1
74.107.213
4
Bimtek
2
5.000.000
10.000.000
Jumlah
270.500.194
Sumber : Kantor Kepala Desa Pejala 2015
Dalam pengunaan Dana Desa (DD)
untuk pemberdayaan masyarakat
lebih besar dibandingkan opersaional. Hal ini dilakukan karena sebesar 70% dari
Dana Desa (DD) diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat dan 30% untuk
penyelengaraan pemerintah desa Operasioanl.
Dana Desa yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa
diarahkan untuk perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana fisik desa
7
yang meliputi perbaikan sarana publik dalam skala kecil dan perbaikan
lingkungan serta jalan, honor Tim Pelaksana Dana Desa dan penguatan
kelembagaan desa dan kegiatan desa lainnya yang dianggap penting. Sedangkan
penggunaan Dana Desa untuk penyelenggaraan pemerintahan desa diarahkan
untuk menunjang penyelenggaraan pemerintah desa dan operasional Badan
Permusyawaratan Desa. (BPMPD Kabupaten Tanah Bumbu, 2015).
Sebagian besar Alokasi Dana Desa diperuntukkan bagi masyarakat maka
mulai dari proses perencanaan DD, pelaksanaan DD, hingga pelaporannya
haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga nantinya
diharapkan dengan dana DD ini dapat menciptakan pembangunan yang merata
dan bermanfaat bagi masyarakat desa.
Kondisi pembangunan di Desa Pejala saat ini masih tertinggal dengan
desa-desa yang di kecamataan kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu dilihat dari
Presfektif Pembangunan desa yang belum memadai salah satu contoh
pembangunan infrastrukur jalan. Sekolah, dan Puskesdes. Sesuai dengan tri darma
Pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu yaitu
infrastrukutr, pendidikan dan
kesehataan maka dalam proses perencanaan pembangunan Desa Yang bersumber
dari Program Dana Desa Pemerintah Desa Pejala Lebih memprioritaskan
Pembangunan Infrastruktur Bisa Dilihat Dari data Tersebut dari Data Rencana
Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Pejala Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dana Desa (APBN) Tahun 2015 Desa
Pejala.
8
Kendati demikian, alokasi dana yang diberikan biasanya sudah menjadi
tradisi
para
aktor-aktor
antagonis
dalam
pemerinthan
tersebut
untuk
menyalahgunakan dana yang di suplay dari pemerintah tersebut, adanya oknum
oknum aparatur desa yang dengan sengaja mengalokasikan dana tidak
sebagaimana mestinya, kemudian meminimalisir anggaran yang di targetkan serta
memangkas dana yang dikeluarkan, hal demikaian tentunya sudah lazim di negeri
ini, sehingga tindakan-tindakan yang menyimpang tersebut perlu diwaspadai, dan
di antisipasi, sebab perbuatan ini akan merugikan dan juga menghambat kemajuan
dan juga berefek pda desa itu sendiri, tak seharusnya makanan untuk keluarga kita
dengan tega kita menghabiskannya sendiri. Bentuk penyelewengan ini sangat
bertolak belakang dari tujuan DD itu sendiri sehingga dengan adanya
penyimpangan ini tentunya akan diberikan sangsi dan hukuman sesuai dengan
Undang-undang yang berlaku kepada para oknum penyalah guna anggaran
tersebut, sebab hal ini merupakan praktik korupsi dalam skala kecil yang akan
berimbas pada masa depan bangsa. Oleh karena itu, Desa merupakan miniature
bagi sebuah pemerintahan, sesuatu bermula pada sesuatu yang sederhana dan kecil
kemudian meretas ke susatu yang lebih besar, sehingga dari sebuah desa kita
mampu melihat dan meneropong seberapa kemajuan dan kesejahteraan sebuah
negara, jadi anggaran dana desa yang diberikan oleh pemerintah meruapakan dana
yang di asumsikan sebagai fasilitas pembangunan dan pemberdayaan desa.
Mengingat Dana Desa berguna membantu Membiayai penyelengaraan Pemerintah
Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat,
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang;
9
“Pengelolaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat (studi
kasus di DesaPejala Kecamataan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu)
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengangkat
masalah tentang:
1.
Bagimanakah Pengelolaan Alokasi untuk pemberdayaan masyarakat di Desa
Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?
2.
Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemerintah Desa
dalam Pengalokasi dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa
Pejala kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Ingin Mendeskripsikan dan Menganalisis Pengelolaan Dana Desa (DD)
tahun Anggaran 2015 di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu.
2.
Memberikan gambaran pelaksanaan Dana Desa (DD) Untuk Pemberdayaan
Masyarakat di desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir
Bumbu.
Kabupaten Tanah
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:
1.
Secara Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat mempunyai implikasi teoritis bagi ilmu
administrasi Publik, khususnya tentang manajemen public untuk
mewujudkan semangat good governance.
2.
Dari segi praktis,
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa
hasil atau laporan penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi atau
literatur untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, dapat dijadikan bahan
pertimbangan
bagi
pemerintah
desa
dalam
menerapkan
prinsip
pemerintahan desa yang baik dalam pengelolaan keuangan desa khususnya
pengelolaan Dana Desa APBN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang
pernah dilakukan terkait dengan Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Desa, diantaranya penelitian Faizatul Karimah,
choirul shaleh dan ike wanusmawatie (2013), yang meneliti tentang Pengelolaan
Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket
Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa
dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan secara normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi
ada beberapa hal yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan, pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum
maksimal karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan
tersebut. Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya
kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa
mulai dari perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan,
pengawasan, pertanggungjawaban sampai pada transparansi anggaran. Sedangkan
stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan BPD
peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan dalam
penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan
terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil
11
12
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran alokasi
dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia.
Wujud dari pemberdayaan lingkungan hanya berupa pembangunan
infrastruktur jalan yang tidak sesuai dengan makna pemberdayaan lingkungan
sesungguhnya yaitu upaya untuk perawatan dan pelestarian lingkungan.
Sedangkan wujud dari pemberdayaan manusia berupa biaya operasional untuk
pembinaan organisasi kepemudaan melalui karang taruna dan pemberdayaan
wanita melalui PKK. Faktor yang mendukung pengelolaan ADD yaitu adanya
peraturan yang jelas sehingga para
tim pelaksana tidak kebingungan dalam
mengelola anggaran ADD dan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam
proses pelaksanaan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu sosialisasi yang
kurang mendalam kepada masyarakat sehingga tidak semua masyarakat tahu
tentang program ADD yang kemudian menyebabkan rendahnya pengawasan
masyarakat pada kegiatan ADD dan dominasi pemerintah kecamatan terhadap
penyusunan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ADD menyebabkan kurangnya
kemandirian desa. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu
mengambil lokasi penelitian Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan, tetapi peneliti mengambil lokasi penelilitan di Desa Pejala Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu dan dalam pembahasan penelitian ini
membahas tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN.
13
2.2 Kebijakan
Ada beberapa teori tentang kebijakan diantaranya yaitu;
Menurut Ealau dan Pewitt (1973) kebijakan adalah sebuah ketetapan yang
berlaku,dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang
membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut Titmuss (1974)
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan dan
diarahkan pada tujuan tertentu dan menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan
bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu.
Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan,
menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan
berorientasi kepada tindakan (action-oriented) dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
dalam mencapai tujuan tertentu. (Edi Suharto, 2008:7)
2.3 Kebijakan Publik
Kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai “apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan” (Dye dalam Winarno, 2011: 20).
Definisi tersebut tentu dapat menimbulkan kerancuan karena terdapat perbedaan
mendasar antara apa yang ingin dilakukan pemerintah dengan apa yang nyata
14
dilakukan pemerintah (Wahab, 2012: 14). Selain itu, dengan menggunakan
definisi yang dikemukakan oleh Thomas Dye tersebut, kita juga akan
mengasumsikan kebijakan publik sebagai semua tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah, meskipun sebenarnya tindakan tersebut tidak termasuk sebagai
kebijakan publik. Misalnya adalah dalam hal pengangkatan pegawai negeri sipil.
W.I. Jenkins, seorang pakar Inggris, mendefinisikan kebijakan publik
sebagai berikut.
“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of
actors concerning the selection of goals and the means by achieving them
within a specified situation where these decisions should, in principle, be
within the power of these actors to achieve.” (Jenkins dalam Wahab, 2012:
15)
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Jenkins tersebut, maka dapat
kita lihat bahwa kebijakan publik merupakan keputusan yang diambil oleh aktor
politik atau sekelompok aktor berdasarkan pada tujuan yang telah dipilih dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Jadi, ada aktor politik yang terlibat dalam suatu
kebijakan publik.
Mengenai kebijakan publik ini, Wahab merumuskannya sebagai segala
kebijakan dalam bidang apapun dan untuk merealisasikan tujuan apapun, yang
sebagian atau seluruhnya digagas, dikembangkan, dirumuskan, atau dibuat oleh
instansi-instansi, serta melibatkan (langsung atau tak langsung) pejabat-pejabat
pemerintah (Wahab, 2012: 16). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
melibatkan aktor-aktor politik sebagai perumus atau pembuatnya.
15
Namun demikian, definisi mengenai kebijakan publik akan lebih tepat bila
definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan dan tidak
semata-mata menyangkut usulan tindakan (Winarno, 2011: 21). Artinya, kebijakan
publik tidak hanya menyangkut usulan kebijakan pada tahap formulasi
(perumusan), tetapi juga mencakup apa yang dilakukan pada tahap implementasi
(pelaksanaan) hingga evaluasi kebijakan tersebut.
2.4 Implementasi Kebijakan
Setelah membahas mengenai kebijakan publik, kita juga perlu membahas
mengenai implementasi kebijakan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap dari rangkaian kebijakan
publik.
Setelah suatu kebijakan dirumuskan atau dibuat oleh pejabat-pejabat
pemerintah, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau implementasi. Suatu
program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut
tidak diimpelementasikan atau dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah (Winarno, 2011: 37).
Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang
terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output) (Winarno, 2011: 148). Artinya, implementasi menunjuk pada sejumlah
kegiatan yang mengikuti tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pemerintah.
Berkaitan dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai tersebut, maka van
Meter dan van Horn menyatakan hal yang sama. Mereka membatasi implementasi
16
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau
kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya (Winarno, 2011: 149).
Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier dalam Wahab (2001:65)
sebagai berikut:
“Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk
memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya suatu ekebijakan,
baik menyangkut usahausaha untuk mengadministrasikannya maupun
usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat”.
2.4 Implementasi Kebijakan Keuangan
Menurut peraturan menteri dalam negeri No 113 Tahun 2014 tentang
pengelolaan keuangan desa pasal (1) ayat (5) Menjelaskan Bahwa Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa dan pasal(1) ayat (6) Menjelaskan Bahwa Pengelolaan Keuangan
Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa
Sementara itu Saragih (2003 : 121) mengemukakan terdapat lima prinsip
dasar dalam pengelolaan keuangan publik yaitu :
1. Transparansi,
2. Efisien,
3. Efektif,
17
4 Akuntabilitas dan
5 Partisipatif.
Konsep good financial governance juga mengilhami dalam pengelolaan
keuangan daerah. Menurut Mardiasmo (2002 : 105) terdapat prinsip-prinsip utama
yang mendasari pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip tersebut adalah
transparansi, akuntabilitas, dan Value for money.
Sementara itu World Bank dalam Mardiasmo (2002 : 106) menetapkan
prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah,
antara lain :
1. Komprehensif dan disiplin,
2. Fleksibilitas,
3. terprediksi,
4. Kejujuran,
5. Informasi
6. Transparansi dan akuntabilitas.
Untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang telah diuraian di atas, perlu
diterjemahkan dalam sebuah kebijakan. Dan kebijakan akan memberikan dampak
ataupun hasil, apabila kebijakan itu diimple-mentasikan. Menurut Webster
Dictionary (Wahab : 1997 : 64)
World Bank mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam
good governance, yaitu:
1.
bentuk rejim politik,
18
2. proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen manajemen sumber
daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan,
3.
kemampuan pemerintah untuk mendesain, memformulasikan, melaksanakan
kebijakan, dan melaksanakan fungsi-fungsinya. (Sulistiyani : 2004 :22).
Sementara itu ADB (Asian Development Bank) mengartikulasikan
empat elemen penting dari good governance yaitu : Accountability, participation,
predictability, dan tranparency.
2.5 Administrasi Pembangunan
Menurut Sondang P. Siagian (1982:4) mengartikan Administrasi
Pembangunan sebagai seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk
memperbaiki tata kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Bintoro Tjokrohamidjojo (1976:14). : Administrasi Pembangunan
mempunyai dua fungsi yaitu : pertama, penyusunan kebijakan penyempurnaan
Administrasi negara (the development of administration), meliputi bidang
organisasi, kelembagaan, kepegawaian, ketata laksanaan, dan sarana-sarana
administrasi, dan kedua, penyempurnaan administrasi untuk mendukung:
a.
perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta
b.
pelaksanaannya
secara
administration
of
efektif.
development
Aspek
kedua
proses atau
ini
dinamakan the
administrasi
proses
pembangunan.
Menurut Bintoro (1995, h.14) mengartikan Administrasi Pembangunan
sebagai proses pengendalian usaha (administrasi) oleh Negara/pemerintah untuk
19
merealisasikan pertumbuhan yang direncanakan kearah suatu keadaan yang
dianggap lebih baik dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan Beberapa hal
yang menyebabkan desa membutuhkan sumber pendapatan yaitu:
1.
Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang
kecil dan sumber pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang
sangat kecil pula.
2.
Kesenjahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa
mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi.
3.
Masalah itu diikuti dengan rendahnya dana operasional desa untuk
menjalankan pelayanan publik.
4.
Banyak program pembangunan masuk ke desa akan tetapi hanya dikelola
oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan karena program
tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa, dan program itu
bersifat top down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan
masyarakatnya.
Menanggapi permasalah tersebut, pemerintah
Jokowi-JK
member
dukungan keuangan kepada desa salah satunya adalah berasal dari program
pemerintah yaitu Dana Desa yang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Maksud pemberian
Dana Desa sebenarnya adalah sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang
20
untuk mendorong dalam membiayai pro-gram pemerintah desa yang ditunjang
denga partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan pemerintah dan pemberdayaan masyarakat kearah keadaan yang lebih
baik dikemudian hari. Pada umumnya tujuan-tujuannya adalah pembinaan bangsa
dan atau perkembangan sosial ekonomi.
2.6
Pemerintah Desa
Govelment is the organization of men under authority. how men can be
governe, “Pemerintahan itu adalah sebagai suatu organisasi dari orang-orang yang
mempunyai kekuasaaan. bagaimana mana manusia itu diperintah” (R.Mac. Iver
dalam Syafi’i 2002,13).
Pemerintahan Desa secara historis dibentuk oleh masyarakat desa dengan
memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat mengatur,
menata, melayani, memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan mereka
(Awang,2010:60).
Menurut soemanti Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa, sedangkan Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan
Perangkat lainnya, yaitu sekretariat desa, pelaksanaan teknis lapangan dan unsure
kewilayahan, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial
budaya setempat (Soemantri,2010:7).
Dari uraian diatas jelas sekali bahwa pemerintahan desa terdiri dari Kepala
Desa dan perangkat desa lainnya yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengatur,
menata, melayani, memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan
masyarakat.
21
Lebih lanjut soemantri juga masih mendefinisikan pemerintahan desa,
menurutnya Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat (Soemantri, 2010:4).
Pemerintahan Desa Menurut Undang undang No 6 tahun 2014
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan tentang pemerintahan desa bisa
di simpulkan bahwa Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang
dipercaya oleh masyarakat bertugas menyelenggarakan pemerintahan dan mereka
juga mengatur dan mengurus segala sesuatu kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat.
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 undang-undang
desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu
oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.
Dalam PP No. 43 Tahun 2014 di sebutkan bahwa kepala Desa mempunyai
tugas
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang di maksud adalah pengaturan
22
kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan Desa seperti pembuatan
peraturan Desa, pembentuk lembaga kemasyarakatan, pembentuk badan usaha
milik Desa, dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang di maksud
adalah
pemberdayaan
masyarakat
dalam
penyediaan
sarana
dan
parasarana fasilitas umum Desa, seperti jalan Desa, jembatan Desa, pasar Desa.
Urusan kemasyarakan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang Kesehatan, Pendidikan, dan
Adat-Istiadat.
Kepala Desa Pasal 26 (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan
Desa,
melaksanakan
Pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. (2) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berwenang:
a.
memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b.
mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c.
memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d.
menetapkan Peraturan Desa;
e.
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f.
membina kehidupan masyarakat Desa;
g.
membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
23
h.
membina
dan
meningkatkan
perekonomian
Desa
serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i.
mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j.
mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k.
mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l.
memanfaatkan teknologi tepat guna;
m.
mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
n.
mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
o.
melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berhak:
a.
mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b.
mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
24
c.
menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d.
mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
e.
memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa berkewajiban:
a.
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945,
serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c.
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d.
menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e.
melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f.
melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,
profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme;
g.
menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
25
h.
menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i.
mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j.
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
k.
menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l.
mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m.
membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n.
memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o.
mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup; dan
p.
memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Di Desa dapat di bentuk lembaga kemasyarakatan yang di tetapkan dengan
peraturan desa dengan pedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga
kemasyarakatan ini bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra
dalam pemberdayaan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang
maupun barang yang dapat di jadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan,
belanja, dan pengelolaan keuangan desa.
Tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan
organisasi pemerintahan di indonesia, tetapi juga yang penting adalah
26
mensukseskan pembangunan segala bidang di seluruh indonesia guna mencapai
cita-cita nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945,
yaitu masyarakat adil dan makmur baik matrial maupun spritual bagi seluruh
rakyat indonesia. Maka perlu memperkuat kedudukan pemerintah desa agar
mampu mengerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan
organisasi mampu menyelenggarakan administrasi pemerintah desa makin meluas
dan epektif.
Di Indonesia, istilah desa itu sendiri berbeda-beda di berbagai wilaya.
Sebagian besar istilah tersebut umumnya sesuai dengan bahasa daerah yang
digunakanan oleh penduduk setempat. Pada masyarakat Sunda, istilah desa
diidentikkan dengan gabungan beberapa kampung atau dusun.
Dalam bahasa padang atau masyarakat Minangkabau (Sumatra Barat)
dikenal istilah nagari, sedangkan masyarakat aceh menyebutnya dengan kata
gampong. Di Propinsi Sumatera Utara, Masyarakat masyarakat Batak menyebut
desa dengan istilah Uta atau Huta. Adapun di kawasan Sulawesi, seperti di
Minahasa, masyarakat menyebutnya dengan istilah wanus atau wanua.
Pengertian desa dalam sudut pandang geografi dikemukakan oleh R.
Bintarto dan Paul H. Landis sebagai berikut.
a. R. Bintarto
Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan atau
ketampakan geografis yang ditimbulkan oleh faktor-faktor alamiah maupun sosial,
seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik, dan budaya yang saling berinteraksi
27
antar unsur tersebut dan juga dalam hubungan nya dengan daerah-daerah lain.
Selanjutnya, Bintarto mengemukakan bahwa minimal ada tiga unsur utama desa,
yaitu sebagai berikut.
1. Daerah, dalam arti suatu kawasan perdesaan tentunya memiliki wilayah
sendiri dengan berbagai aspeknya, seperti lokasi, luas wilayah, bentuk
lahan, keadaan tanah, kondisi tata air, dan aspek-aspek lainnya.
2. Penduduk dengan berbagai karakteristik demografis masyarakatnya, seperti
jumlah penduduk, tingkat ke lahiran, kematian, persebaran dan kepadatan,
rasio jenis kelamin, komposisi penduduk, serta kualitas penduduknya.
3. Tata Kehidupan, berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan
karakteristik budaya lainnya.
2.6.1 Pendapatan Desa
Sumber Pendapatan Desa. Desa mempunyai sumber pendapatan Desa
yang terdiri atas pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta
hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Bantuan keuangan
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa diberikan sesuai dengan
kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut
diarahkan untuk percepatan Pembangunan Desa. Sumber pendapatan lain yang
28
dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan
pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral
bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta
sumber lainnya dan tidak untuk dijual belikan. Bagian dari dana perimbangan
yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa.
Pendapatan desa berasal dari setidaknya tujuh sumber yaitu;
a. Pendapatan asli Desa yang terdiri dari hasil usaha, hasil asset,
swadaya
dan
partisipasi,
gotong
royong,
dan
lain-lain
pendapatan asli desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapat dan Belanja Negara,
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yag merupakan bagian dari perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah:
2.6.2
Dana Desa
Dana Desa Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Daerah
Kabupaten/Kota
dan
digunakan
untuk
membiayai
29
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6
disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota
untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Desa, Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan digunakan Ketentuan mengenai Dana Desa yang
bersumber dari APBN diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri, tetapi
implementasi peraturan pemerintah tersebut merupakan satu kesatuan dengan
Peraturan Pemerintah ini.
Peraturan
Pemerintah
ini
disusun
dalam
rangka
mewujudkan
penyelenggaraan Desa yang didasarkan pada asas penyelenggaraan pemerintahan
yang baik serta sejalan dengan asas pengaturan Desa sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, antara lain kepastian
hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum,
keterbukaan, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan
lokal, keberagaman serta partisipasi. Dalam melaksanakan pembangunan Desa,
diutamakan nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
30
Menurut Peraturan Bupati Tanah Bumbu Nomor 12 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Desa Di Kabupaten Tanah Bumbu Tujuan
Pengalokasian Dana Desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan;
b. Untuk membangun target pembangunan sektor unggulan dalam rencaa
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 dan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya;
c. Untuk pemberdayaan masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan akses sumber daya ekonomi.
Kemudian prinsip penyaluran dan pencairan dana desa serta persyaratan
penyaluran dana. Dana Desa diberikan secara langsung kepada Desa-Desa yang
terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu melalui proses transfer pada
rekening Pemerintah Desa pada Bank BRI;
1. Dana Desa dalam APBD kabupaten;
2. Penyaluran Dana Desa disalurkan melalui Rekening Pemerintah Desa atas
nama kepala desa dan bendahara desa pada Bank BRI Cabang Batulicin
setempat.
3. Kepala Desa mengajukan permohonan pencairan dana desa Kepada Bupati
Melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
dan camat.
31
4. Pengajuan permohonan pencairan tersebut setelah dilakukan verifikasi
oleh tim pendamping Kecamataan.
5. Rekomendasi Kelayakan pencairan dibuat oleh camat yang merupakan
hasil penelitian atas kesesuaia antara SPJ dengan realisasi pelaksanaan.
6. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa setelah
meneliti pengajuan rencana penggunaan dana tersebut, meneruskan berkas
permohonan berilut lampiran kepada Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan asset daerah dengan mengajukan Rekomendasi Penyalutran Dana.
7. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mencairkan dan
menyalurkan Dana Alokasi Desa langsung dari kas Daerah ke rekening
pemerintahan desa.
8. Pencairan Dana Desa dilakukan secara bertahap:
a.
Tahap I pada bulan april sebesar 40% (empat puluh perseratus)
b.
Tahap II pada bulan agustus sebesar 40% (empat puluh perseratus)
c.
Tahap III pada bulan oktober sebesar 20% (dua puluh perseratus)
Beberapa indikator yang dapat dilakukan dalam menilai keberhasilan
pengelolaan dan pengunaan Dana Desa (DD) yaitu:
1. Pengelolaan
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang adanya Dana Desa
(DD).
b. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan pembangunan tingkat desa/kelurahan.
musyawarah
32
c. Meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat tentang
pertanggung jawaban penggunaan Dana Desa (DD).
2. Penggunaan
a. Kegiatan yang didanai sesuai dengan telah direncanakan dalam
APBDesa
b. Daya serap (realisasi) keuangan sesuai yang ditargetkan
c. Menyerap tenaga kerja
d. Besarnya jumlah penerima manfaat (terutama dari kelompok
miskin)
e. Tingginya kontribus masyarakat dalam mendukung penggunaan
Dana Desa (DD)
f. Terjadinya peningkataan Pendapatan Asli Desa
g. Mampu bersinergi dengan program-program Pemerintah yang ada
di Desa?kelurahan tersebut.
2.6.3
Pengelolaan Dana Desa
Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu
dalam Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) harus memenuhi Prinsip
Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:
1.
Seluruh kegiatan yang didanai oleh Dana Desa (ADD) direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan
untuk masyarakat.
33
2.
Seluruh
kegiatan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
administrative, teknis dan hukum.
3.
Dana Desa (DD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat,
terarah dan terkendali.
4.
Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Dana Desa (DD) sengat terbuka
untuk meningkatkan sarana Pelayanan Masyarakat berupa Pemenuhan
Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan Desa dan kegiatan lainnya
yang dibutuhkan Masyarakat Desa yang diputuskan melalui Musyawarah
Desa.
5.
Dana Desa (DD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan danBelanja
Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang
berlaku.
2.7
Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, h.19) pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan,
agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain,
pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di
dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau
komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri.
Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat
mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005, h.25) tujuan
pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu pengembangan
34
manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin,
marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat
tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa inggrisnya “empowerment”
terjemahan secara harfianya yaitu “ pemberkuasaan” atau juga “pemberdayaan”
diartikan
sebagai
memberikan
atau
meningkatkan
kekuasaan (power)
keberdayaan kepada masyarakat yang lemah. Robert Chambers sebagimana
diikuti oleh Kartasasmita (1996:142) pemberdayaan (empowerment) sebagai
sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan “people centered parsicipatory,
empowering and sustainable”. Selama ini paradigma yang dominan dalam
pembangunan adalah suatu paradigma yang meletakkan peranan negara dan
pemerintah pada posisi yang sentral dalam merencanakan dan pelaksanaan
pembangunan.
Menurut Stewart (1998: 17) pemberdayaan adalah suatu pemberi
kekuasaan, pengalihkan kekuatan atau mendelegasikan orientasi atau kewenangan
kepada pihak lain atau memberi kemampuan atau keberdayaan. Proses
pemberdayaan pencapaian tujuan, dengan pendelegasian otoritas, penciptakan
sistem atau prosedur akar mempercepat pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pemberdayaan tersebut memerlukan pengkapan pandangan pimpinan dengan jelas
dan jujur yang bermaksud mendorong aparat dalam memberikan pelayanan yang
35
bermutu. Pemberdayaan menjadi sebuah proses menuju peningkatan kekuasaan,
kemampuan, dan daya.
Lebih lanjut Stewart (1998: 29) mengatakan :
1. Pemberdayaan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pemberdayaan juga memberi kepada staf rasa berprestasi yang lebih besar
sehingga dapat meningkatkan motivasi.
3. Pemberdayaan juga memberikan manfaat besar bagi organisasi dimana
salah satunya adalah bertambanya efektivitas organisasi.
Menurut Mubyarto (1993: 20-41) menekankan dalam proses pemberdayaan
masyarakat
diarakan
pada
pengembangan
sumberdaya
manusia
(di
pedesaan), penciptaan peluang berusaha sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat
menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan bentuk masyarakat
setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan
ekonomi rakyat.
Menurut Prijono dan pranarka (1996:72) menyebutkan pemberdayaan
sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha rencana dan sistematis
yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik individi maupun koletif, guna
mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang terdapat dalam diri
individu dan kelompok. Dari sisi dapat dipahami bahwa pemberdayaan
merupakan upaya berkesinambungan yang terus menerus tidak terputus yang
36
dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mengembangkan daya
(potensi) dan sumber daya (pusat kekuatan). Tersirat adanya transformasi dari
tidak mempunyai daya menjadi berdaya, dan dari berdaya lemah bertamba
menjadi berdaya kuat dan terus menjadi budidaya.
Madekhan Ali (2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi
untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik.
Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan
dan pembangunan masyarakat, dengan alasan;
pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu perangkat ampuh untuk
memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan,
dan kreativitas masyarakat.
Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap
kebutuhan masyarakat”. Mengacu pada pengertian dan teori para ahli di atas,
dalam penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya kemandirian.
sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana
pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain,
disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif
37
adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan,
dan pelaks
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan
pelaksanaan Pembangunan Nasional agar laju pembangunan daerah serta laju
pembangunan desa dan kota semakin seimbang dan serasi. Namun pembangunan
Nasional pada pelaksanaannya masih dihadapkan dengan masalah pokok
pembangunan seperti ketimpangan pembangunan antara desa dan kota di
Indonesia. Ketimpangan Pembangunan terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhinya sehingga pembangunan di Indonesia tidak merata dan berdampak pada tingginya kemiskinan di Indonesia. Terkait dengan masalah kemiskinan, menurut data BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 penduduk
kota dengan kemiskinan sebesar 8.60% sedangkan kemiskinan di pedesaan
sebesar 14.70%. Menanggapi permasalahan tersebut, strategi pemerintah untuk
mengatasi ke-timpangan pembangunan yaitu dengan melaksanakan pembangunan
nasional yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan desa.
Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis
dalam rangka Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah, karena di
dalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta
menyentuh secara langsung kepentingan sebagian besar masyarakat yang
bermukim di perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan ke-sejahteraan mereka.
Dalam pembangunan desa pemerintahan desa berkedudukan sebagai subsistem
1
2
dari sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, sehingga desa memiliki
kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan me-ngurus kepentingan
masyarakatnya sendiri. Dalam menyelengarakan kewenangan, tugas, dan
kewajiban desa dalam pe-nyelenggaraan pemerintahan maupun pem-bangunan
maka dibutuhkan sumber pendapatan desa. Peraturan Bupati Kabupaten Tanah
Bumbu Nomor 12 tahun 2015, rincian penggunaan Dana Desa adalah 30% untuk
pemerintahan desa yang yang digunakan untuk biaya operasional, tunjangan,
biaya perjalanan dinas dari pemerintahan desa. Sedangkan 70% penggunaan Dana
Desa
(DD)
untuk
pemberdayaan
masyarakat
dan
penguatan
kapasitas
Pemerintahan Desa. Dari rincian penggunaan Dana Desa (DD) tersebut, perlu
adanya pengelolaan yang baik dari pemerintah desa agar dalam pelaksanaannya
dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran Dana Desa. Pengelola Alokasi Dana Desa
di desa adalah Kepala Desa, Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(PTPKD), dan Bendahara Desa diharapkan mengerti dan paham dalam
pengelolaan Alokasi Dana Desa. Dalam proses pengelolaan Dana Desa di desa
Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, pemerintah desa
dihadapkan pada kondisi tingkat pendidikan masyarakatnya yang masih lemah
dan tingkat manajerial aparatur desa yang rendah hal tersebut dituturkan oleh
kepala Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu.
Segala Bentuk pertanggunjawaban laporan keuangan desa pejala saya
kelola sendiri dikarenakan Tingkat Pendidikan dari Sekertaris Desa
(Aparatur Desa) yang Lemah dan belum mengerti Input data, masalah
teknis computer dan manajerial akuntansi (Kepala Desa Pejala,2015)
3
Sumber Daya Manusia dalam hal aparatur desa masih kurang memahami
pengelolaan keuangan yang baik oleh karena itu perlu pelatihan terhadap apatur
desa dengan bimbingan teknis. Agar aparatur desa dapat mengelola keuangan dan
manajemen desa lebih baik.
Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di
desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa
bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.
“Kepala desa, sekertaris desa, dan bendahara harus mengetahui ilmu
manajerial. Selain itu, ilmu agama hendaknya diperkuat agar pengelolaan
keuangan menjadi lebih baik. Berikut ilmu administrasi dan tata kelola
keuangan dijalankan secara baik dan benar”(Edward Azran)
Aparat desa perlu harus mengetahui ilmu manajerial, sehingga kegiatan di
desa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, semua perangkat desa
bisa diberdayakan agar program kerja yang ada terlaksana secara maksimal.
Menurut penuturan bapak Taufik Arbain Pengamat Kebijakan Publik Fisip
Unlam yang Peneliti temui dalam tulisan di Koran Banjarmasin Post bahwa dalam
pelatihan Bimtek masih terlalu mahal dan melanggar UU pemerintah Daerah
sebagai implementasi UU Desa.
“Adanya bimbimbinga teknis (bintek) bagi aparatur desa, sah-sah saja
yakni untuk melancarkan manajemen penggunaan anggaran desa. Akan
tetapi, harus tetap mengedapaknan prinsip efisiensi dan efektivitas. Bintek
juga harus hemat. Jika perlu digelar bersama dengan desa lain untuk
menghemat anggaran. Harus tetap menghindari sikap buang-buang
anggaran. Selain itu, akan lebiih baik jika narasumber penggunaan dana
desa diundang ke satu tempat yang dihadiri seluruh perwakilan desa seKalsel. Demi efisiensi dan kepentinga desa. Perlu diketahui dalam UU 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah penggunaan anggaran harus
efisien, efektif, dan berkeadilan. Jika tidak menghemat aggaran berarti
melanggar UU pemerintah Daerah sebagai implementasi UU Desa.
(BanjarmasinPost 2015)
4
Menurut penuturan Mustika aji dalam memberikan materi pengeloaan
keuangan desa yang diselenggarakan oleh Dashboard Ekonomi Kerakyatan
(DEK) FEB UGM bekerjasama dengan Lembaga Konsultan, Pengembang
Software dan Training SYNCORE, di Yogyakarta, Sabtu (7/3/2015).
“Bagi beberapa desa yang belum memiliki kesiapan–kesiapan tersebut,
adanya dana Desa justru berpotensi memunculkan permasalahan yang
cukup serius. Dalam beberapa kasus, kesalahan mengelola keuangan
dalam jumlah besar sering berakhir dengan hal– hal yang tidak
menyenangkan. Oleh karenanya, pengelolaan dana desa harus memenuhi
asas – asas yang sesuai dengan setandar pemerintah pusat”.
Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula
pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31).
Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas
masyarakat, desa memiliki hak untuk mendapatkan dana perimbangan yang
bersumber dari bagian pajak daerah dan retribusi daerah tertentu dan dana
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah
daerah. Untuk dapat mengelola dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana
tersebut, maka pemerintah desa harus memahami bagaimana pengelolaan
manajemen keuangan desa.
Bedasarkan fungsi manajemen (pengelolaan) di atas secara garis besar
dapat disampaikan bahwa tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut bersifat universal, di mana saja dan dalam organisasi apa saja.
Namun, semuanya tergantung pada tipe organisasi, kebudayaan dan anggotanya.
Pada penelitian ini, peneliti cenderung berpedoman pada pendapat Terry dalam
The Liang Gie (2000: 21).
5
Untuk itu masyarakat perlu diyakinkan akan pentingnya, tingkat
keberhasilan, dan besar nilai tambahnya bagi masyarakat atas program/kegiatan
yang difokuskan tersebut antara lain Pendidikan. Kesehatan dan Infrastruktur.
dana desa merupakan suplay dari pemerintah sebagai sarana penunjang dan juga
impus untuk pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat yang ada di sebuah
desa, dimana bantuan tersebut digunakan sebagai fasilitas masyarakat dalam
mengembangkan dan memajukan produktivitas sebuah desa. Artinya, anggaran
pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas
pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai salah satu lembaga yang andil
dalam format kepemerintahaan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan
sebagai mana mestinya sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku
yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. Sehingga dengan Dana Desa tersebut
mampu meningkatkan pembangunan desa, partisipasi masyarakat dalam
memberdayakan dan mengimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.
Di dalam penjelasan pasal 72 ayat (2), besaran alokasi anggaran yg
peruntukannya langsung ke desa, ditentukan 10% dari dan diluar dana transfer ke
daerah (on top) secara bertahap. Dalam penyusunannya, anggaran yg bersumber
dari APBN untuk desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk (JP), angka kemiskinan, luas wilayah (LW), dan
tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan desa (UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
6
"Dalam pasal 72 ayat 2 UU Desa dijelaskan bahwa pembangunan desa
akan didanai langsung oleh pusat. Di mana diatur dalam penjelasannya,
10 persen dari dan transfer daerah menurut APBN untuk perangkat desa
sebesar Rp 59,2 triliun untuk 72 ribu desa se-Indonesia, (Anggota Komisi
II DPR Budiman Sudjatmiko Merdeka.com 6 november 2015)
Dalam hal ini salah satu sumber pendapatan desa Pejala Kecamataan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu yang berasal dari Dana Desa (DD) adalah
Rp. 270.500.194, Tahun Anggaran 2015. dimana pengunaan
dana untuk
pemberdayaan desa lebih besar dari pada dana untuk operasional. data tersebut
bisa dilihat di Tabel 1.
Tabel 1: Data Rencana Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan
Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dana
Desa (APBN) Tahun 2015
No
Kegiatan
Volume
Biaya Satuan
Pagu
1
Pembangunan Gerbang
5
3.500.000
17.500.000
2
1
168.892.981
168.892.981
3
Pembangunan Siring Beton
Pesisir Pantai Desa Pejala
Perbaikan jalan
6
12.351.202,1
74.107.213
4
Bimtek
2
5.000.000
10.000.000
Jumlah
270.500.194
Sumber : Kantor Kepala Desa Pejala 2015
Dalam pengunaan Dana Desa (DD)
untuk pemberdayaan masyarakat
lebih besar dibandingkan opersaional. Hal ini dilakukan karena sebesar 70% dari
Dana Desa (DD) diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat dan 30% untuk
penyelengaraan pemerintah desa Operasioanl.
Dana Desa yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa
diarahkan untuk perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana fisik desa
7
yang meliputi perbaikan sarana publik dalam skala kecil dan perbaikan
lingkungan serta jalan, honor Tim Pelaksana Dana Desa dan penguatan
kelembagaan desa dan kegiatan desa lainnya yang dianggap penting. Sedangkan
penggunaan Dana Desa untuk penyelenggaraan pemerintahan desa diarahkan
untuk menunjang penyelenggaraan pemerintah desa dan operasional Badan
Permusyawaratan Desa. (BPMPD Kabupaten Tanah Bumbu, 2015).
Sebagian besar Alokasi Dana Desa diperuntukkan bagi masyarakat maka
mulai dari proses perencanaan DD, pelaksanaan DD, hingga pelaporannya
haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga nantinya
diharapkan dengan dana DD ini dapat menciptakan pembangunan yang merata
dan bermanfaat bagi masyarakat desa.
Kondisi pembangunan di Desa Pejala saat ini masih tertinggal dengan
desa-desa yang di kecamataan kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu dilihat dari
Presfektif Pembangunan desa yang belum memadai salah satu contoh
pembangunan infrastrukur jalan. Sekolah, dan Puskesdes. Sesuai dengan tri darma
Pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu yaitu
infrastrukutr, pendidikan dan
kesehataan maka dalam proses perencanaan pembangunan Desa Yang bersumber
dari Program Dana Desa Pemerintah Desa Pejala Lebih memprioritaskan
Pembangunan Infrastruktur Bisa Dilihat Dari data Tersebut dari Data Rencana
Kerja Anggaran Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Pejala Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dana Desa (APBN) Tahun 2015 Desa
Pejala.
8
Kendati demikian, alokasi dana yang diberikan biasanya sudah menjadi
tradisi
para
aktor-aktor
antagonis
dalam
pemerinthan
tersebut
untuk
menyalahgunakan dana yang di suplay dari pemerintah tersebut, adanya oknum
oknum aparatur desa yang dengan sengaja mengalokasikan dana tidak
sebagaimana mestinya, kemudian meminimalisir anggaran yang di targetkan serta
memangkas dana yang dikeluarkan, hal demikaian tentunya sudah lazim di negeri
ini, sehingga tindakan-tindakan yang menyimpang tersebut perlu diwaspadai, dan
di antisipasi, sebab perbuatan ini akan merugikan dan juga menghambat kemajuan
dan juga berefek pda desa itu sendiri, tak seharusnya makanan untuk keluarga kita
dengan tega kita menghabiskannya sendiri. Bentuk penyelewengan ini sangat
bertolak belakang dari tujuan DD itu sendiri sehingga dengan adanya
penyimpangan ini tentunya akan diberikan sangsi dan hukuman sesuai dengan
Undang-undang yang berlaku kepada para oknum penyalah guna anggaran
tersebut, sebab hal ini merupakan praktik korupsi dalam skala kecil yang akan
berimbas pada masa depan bangsa. Oleh karena itu, Desa merupakan miniature
bagi sebuah pemerintahan, sesuatu bermula pada sesuatu yang sederhana dan kecil
kemudian meretas ke susatu yang lebih besar, sehingga dari sebuah desa kita
mampu melihat dan meneropong seberapa kemajuan dan kesejahteraan sebuah
negara, jadi anggaran dana desa yang diberikan oleh pemerintah meruapakan dana
yang di asumsikan sebagai fasilitas pembangunan dan pemberdayaan desa.
Mengingat Dana Desa berguna membantu Membiayai penyelengaraan Pemerintah
Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat,
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang;
9
“Pengelolaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat (studi
kasus di DesaPejala Kecamataan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu)
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengangkat
masalah tentang:
1.
Bagimanakah Pengelolaan Alokasi untuk pemberdayaan masyarakat di Desa
Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?
2.
Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemerintah Desa
dalam Pengalokasi dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa
Pejala kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Ingin Mendeskripsikan dan Menganalisis Pengelolaan Dana Desa (DD)
tahun Anggaran 2015 di Desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu.
2.
Memberikan gambaran pelaksanaan Dana Desa (DD) Untuk Pemberdayaan
Masyarakat di desa Pejala Kecamatan Kusan Hilir
Bumbu.
Kabupaten Tanah
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:
1.
Secara Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat mempunyai implikasi teoritis bagi ilmu
administrasi Publik, khususnya tentang manajemen public untuk
mewujudkan semangat good governance.
2.
Dari segi praktis,
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa
hasil atau laporan penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi atau
literatur untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, dapat dijadikan bahan
pertimbangan
bagi
pemerintah
desa
dalam
menerapkan
prinsip
pemerintahan desa yang baik dalam pengelolaan keuangan desa khususnya
pengelolaan Dana Desa APBN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang
pernah dilakukan terkait dengan Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Desa, diantaranya penelitian Faizatul Karimah,
choirul shaleh dan ike wanusmawatie (2013), yang meneliti tentang Pengelolaan
Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket
Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Pengelolaan alokasi dana desa
dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan secara normatif dan admistratif sudah baik. Namun, secara substansi
ada beberapa hal yang harus di perbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan, pengawasan, pertanggung-jawaban, dan transparansi yang belum
maksimal karena masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan
tersebut. Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi dana desa dalam
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya
kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana desa
mulai dari perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan,
pengawasan, pertanggungjawaban sampai pada transparansi anggaran. Sedangkan
stakeholder lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan BPD
peranannya hanya sebatas pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan dalam
penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap pelaksanaan dengan
terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. Hasil-hasil
11
12
pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran alokasi
dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia.
Wujud dari pemberdayaan lingkungan hanya berupa pembangunan
infrastruktur jalan yang tidak sesuai dengan makna pemberdayaan lingkungan
sesungguhnya yaitu upaya untuk perawatan dan pelestarian lingkungan.
Sedangkan wujud dari pemberdayaan manusia berupa biaya operasional untuk
pembinaan organisasi kepemudaan melalui karang taruna dan pemberdayaan
wanita melalui PKK. Faktor yang mendukung pengelolaan ADD yaitu adanya
peraturan yang jelas sehingga para
tim pelaksana tidak kebingungan dalam
mengelola anggaran ADD dan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam
proses pelaksanaan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu sosialisasi yang
kurang mendalam kepada masyarakat sehingga tidak semua masyarakat tahu
tentang program ADD yang kemudian menyebabkan rendahnya pengawasan
masyarakat pada kegiatan ADD dan dominasi pemerintah kecamatan terhadap
penyusunan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ADD menyebabkan kurangnya
kemandirian desa. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu
mengambil lokasi penelitian Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan, tetapi peneliti mengambil lokasi penelilitan di Desa Pejala Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu dan dalam pembahasan penelitian ini
membahas tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN.
13
2.2 Kebijakan
Ada beberapa teori tentang kebijakan diantaranya yaitu;
Menurut Ealau dan Pewitt (1973) kebijakan adalah sebuah ketetapan yang
berlaku,dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang
membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut Titmuss (1974)
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan dan
diarahkan pada tujuan tertentu dan menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan
bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu.
Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan,
menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan
berorientasi kepada tindakan (action-oriented) dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
dalam mencapai tujuan tertentu. (Edi Suharto, 2008:7)
2.3 Kebijakan Publik
Kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai “apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan” (Dye dalam Winarno, 2011: 20).
Definisi tersebut tentu dapat menimbulkan kerancuan karena terdapat perbedaan
mendasar antara apa yang ingin dilakukan pemerintah dengan apa yang nyata
14
dilakukan pemerintah (Wahab, 2012: 14). Selain itu, dengan menggunakan
definisi yang dikemukakan oleh Thomas Dye tersebut, kita juga akan
mengasumsikan kebijakan publik sebagai semua tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah, meskipun sebenarnya tindakan tersebut tidak termasuk sebagai
kebijakan publik. Misalnya adalah dalam hal pengangkatan pegawai negeri sipil.
W.I. Jenkins, seorang pakar Inggris, mendefinisikan kebijakan publik
sebagai berikut.
“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of
actors concerning the selection of goals and the means by achieving them
within a specified situation where these decisions should, in principle, be
within the power of these actors to achieve.” (Jenkins dalam Wahab, 2012:
15)
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Jenkins tersebut, maka dapat
kita lihat bahwa kebijakan publik merupakan keputusan yang diambil oleh aktor
politik atau sekelompok aktor berdasarkan pada tujuan yang telah dipilih dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Jadi, ada aktor politik yang terlibat dalam suatu
kebijakan publik.
Mengenai kebijakan publik ini, Wahab merumuskannya sebagai segala
kebijakan dalam bidang apapun dan untuk merealisasikan tujuan apapun, yang
sebagian atau seluruhnya digagas, dikembangkan, dirumuskan, atau dibuat oleh
instansi-instansi, serta melibatkan (langsung atau tak langsung) pejabat-pejabat
pemerintah (Wahab, 2012: 16). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
melibatkan aktor-aktor politik sebagai perumus atau pembuatnya.
15
Namun demikian, definisi mengenai kebijakan publik akan lebih tepat bila
definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan dan tidak
semata-mata menyangkut usulan tindakan (Winarno, 2011: 21). Artinya, kebijakan
publik tidak hanya menyangkut usulan kebijakan pada tahap formulasi
(perumusan), tetapi juga mencakup apa yang dilakukan pada tahap implementasi
(pelaksanaan) hingga evaluasi kebijakan tersebut.
2.4 Implementasi Kebijakan
Setelah membahas mengenai kebijakan publik, kita juga perlu membahas
mengenai implementasi kebijakan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap dari rangkaian kebijakan
publik.
Setelah suatu kebijakan dirumuskan atau dibuat oleh pejabat-pejabat
pemerintah, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau implementasi. Suatu
program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut
tidak diimpelementasikan atau dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah (Winarno, 2011: 37).
Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang
terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible
output) (Winarno, 2011: 148). Artinya, implementasi menunjuk pada sejumlah
kegiatan yang mengikuti tujuan dan hasil yang diinginkan oleh pemerintah.
Berkaitan dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai tersebut, maka van
Meter dan van Horn menyatakan hal yang sama. Mereka membatasi implementasi
16
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau
kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya (Winarno, 2011: 149).
Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier dalam Wahab (2001:65)
sebagai berikut:
“Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk
memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya suatu ekebijakan,
baik menyangkut usahausaha untuk mengadministrasikannya maupun
usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat”.
2.4 Implementasi Kebijakan Keuangan
Menurut peraturan menteri dalam negeri No 113 Tahun 2014 tentang
pengelolaan keuangan desa pasal (1) ayat (5) Menjelaskan Bahwa Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa dan pasal(1) ayat (6) Menjelaskan Bahwa Pengelolaan Keuangan
Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa
Sementara itu Saragih (2003 : 121) mengemukakan terdapat lima prinsip
dasar dalam pengelolaan keuangan publik yaitu :
1. Transparansi,
2. Efisien,
3. Efektif,
17
4 Akuntabilitas dan
5 Partisipatif.
Konsep good financial governance juga mengilhami dalam pengelolaan
keuangan daerah. Menurut Mardiasmo (2002 : 105) terdapat prinsip-prinsip utama
yang mendasari pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip tersebut adalah
transparansi, akuntabilitas, dan Value for money.
Sementara itu World Bank dalam Mardiasmo (2002 : 106) menetapkan
prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah,
antara lain :
1. Komprehensif dan disiplin,
2. Fleksibilitas,
3. terprediksi,
4. Kejujuran,
5. Informasi
6. Transparansi dan akuntabilitas.
Untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang telah diuraian di atas, perlu
diterjemahkan dalam sebuah kebijakan. Dan kebijakan akan memberikan dampak
ataupun hasil, apabila kebijakan itu diimple-mentasikan. Menurut Webster
Dictionary (Wahab : 1997 : 64)
World Bank mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam
good governance, yaitu:
1.
bentuk rejim politik,
18
2. proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen manajemen sumber
daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan,
3.
kemampuan pemerintah untuk mendesain, memformulasikan, melaksanakan
kebijakan, dan melaksanakan fungsi-fungsinya. (Sulistiyani : 2004 :22).
Sementara itu ADB (Asian Development Bank) mengartikulasikan
empat elemen penting dari good governance yaitu : Accountability, participation,
predictability, dan tranparency.
2.5 Administrasi Pembangunan
Menurut Sondang P. Siagian (1982:4) mengartikan Administrasi
Pembangunan sebagai seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk
memperbaiki tata kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Bintoro Tjokrohamidjojo (1976:14). : Administrasi Pembangunan
mempunyai dua fungsi yaitu : pertama, penyusunan kebijakan penyempurnaan
Administrasi negara (the development of administration), meliputi bidang
organisasi, kelembagaan, kepegawaian, ketata laksanaan, dan sarana-sarana
administrasi, dan kedua, penyempurnaan administrasi untuk mendukung:
a.
perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta
b.
pelaksanaannya
secara
administration
of
efektif.
development
Aspek
kedua
proses atau
ini
dinamakan the
administrasi
proses
pembangunan.
Menurut Bintoro (1995, h.14) mengartikan Administrasi Pembangunan
sebagai proses pengendalian usaha (administrasi) oleh Negara/pemerintah untuk
19
merealisasikan pertumbuhan yang direncanakan kearah suatu keadaan yang
dianggap lebih baik dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan Beberapa hal
yang menyebabkan desa membutuhkan sumber pendapatan yaitu:
1.
Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang
kecil dan sumber pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang
sangat kecil pula.
2.
Kesenjahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa
mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi.
3.
Masalah itu diikuti dengan rendahnya dana operasional desa untuk
menjalankan pelayanan publik.
4.
Banyak program pembangunan masuk ke desa akan tetapi hanya dikelola
oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan karena program
tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa, dan program itu
bersifat top down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan
masyarakatnya.
Menanggapi permasalah tersebut, pemerintah
Jokowi-JK
member
dukungan keuangan kepada desa salah satunya adalah berasal dari program
pemerintah yaitu Dana Desa yang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Maksud pemberian
Dana Desa sebenarnya adalah sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang
20
untuk mendorong dalam membiayai pro-gram pemerintah desa yang ditunjang
denga partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan pemerintah dan pemberdayaan masyarakat kearah keadaan yang lebih
baik dikemudian hari. Pada umumnya tujuan-tujuannya adalah pembinaan bangsa
dan atau perkembangan sosial ekonomi.
2.6
Pemerintah Desa
Govelment is the organization of men under authority. how men can be
governe, “Pemerintahan itu adalah sebagai suatu organisasi dari orang-orang yang
mempunyai kekuasaaan. bagaimana mana manusia itu diperintah” (R.Mac. Iver
dalam Syafi’i 2002,13).
Pemerintahan Desa secara historis dibentuk oleh masyarakat desa dengan
memilih beberapa orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat mengatur,
menata, melayani, memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan mereka
(Awang,2010:60).
Menurut soemanti Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa, sedangkan Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan
Perangkat lainnya, yaitu sekretariat desa, pelaksanaan teknis lapangan dan unsure
kewilayahan, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial
budaya setempat (Soemantri,2010:7).
Dari uraian diatas jelas sekali bahwa pemerintahan desa terdiri dari Kepala
Desa dan perangkat desa lainnya yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengatur,
menata, melayani, memelihara dan melindungi berbagai aspek kehidupan
masyarakat.
21
Lebih lanjut soemantri juga masih mendefinisikan pemerintahan desa,
menurutnya Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat (Soemantri, 2010:4).
Pemerintahan Desa Menurut Undang undang No 6 tahun 2014
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan tentang pemerintahan desa bisa
di simpulkan bahwa Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang
dipercaya oleh masyarakat bertugas menyelenggarakan pemerintahan dan mereka
juga mengatur dan mengurus segala sesuatu kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat.
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 undang-undang
desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu
oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.
Dalam PP No. 43 Tahun 2014 di sebutkan bahwa kepala Desa mempunyai
tugas
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang di maksud adalah pengaturan
22
kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan Desa seperti pembuatan
peraturan Desa, pembentuk lembaga kemasyarakatan, pembentuk badan usaha
milik Desa, dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang di maksud
adalah
pemberdayaan
masyarakat
dalam
penyediaan
sarana
dan
parasarana fasilitas umum Desa, seperti jalan Desa, jembatan Desa, pasar Desa.
Urusan kemasyarakan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang Kesehatan, Pendidikan, dan
Adat-Istiadat.
Kepala Desa Pasal 26 (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan
Desa,
melaksanakan
Pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. (2) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berwenang:
a.
memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b.
mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c.
memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d.
menetapkan Peraturan Desa;
e.
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f.
membina kehidupan masyarakat Desa;
g.
membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
23
h.
membina
dan
meningkatkan
perekonomian
Desa
serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i.
mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j.
mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k.
mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l.
memanfaatkan teknologi tepat guna;
m.
mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
n.
mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
o.
melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berhak:
a.
mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b.
mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
24
c.
menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d.
mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
e.
memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa berkewajiban:
a.
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945,
serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c.
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d.
menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e.
melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f.
melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,
profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme;
g.
menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
25
h.
menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i.
mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j.
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
k.
menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l.
mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m.
membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n.
memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o.
mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup; dan
p.
memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Di Desa dapat di bentuk lembaga kemasyarakatan yang di tetapkan dengan
peraturan desa dengan pedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga
kemasyarakatan ini bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra
dalam pemberdayaan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang
maupun barang yang dapat di jadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan,
belanja, dan pengelolaan keuangan desa.
Tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan
organisasi pemerintahan di indonesia, tetapi juga yang penting adalah
26
mensukseskan pembangunan segala bidang di seluruh indonesia guna mencapai
cita-cita nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945,
yaitu masyarakat adil dan makmur baik matrial maupun spritual bagi seluruh
rakyat indonesia. Maka perlu memperkuat kedudukan pemerintah desa agar
mampu mengerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan
organisasi mampu menyelenggarakan administrasi pemerintah desa makin meluas
dan epektif.
Di Indonesia, istilah desa itu sendiri berbeda-beda di berbagai wilaya.
Sebagian besar istilah tersebut umumnya sesuai dengan bahasa daerah yang
digunakanan oleh penduduk setempat. Pada masyarakat Sunda, istilah desa
diidentikkan dengan gabungan beberapa kampung atau dusun.
Dalam bahasa padang atau masyarakat Minangkabau (Sumatra Barat)
dikenal istilah nagari, sedangkan masyarakat aceh menyebutnya dengan kata
gampong. Di Propinsi Sumatera Utara, Masyarakat masyarakat Batak menyebut
desa dengan istilah Uta atau Huta. Adapun di kawasan Sulawesi, seperti di
Minahasa, masyarakat menyebutnya dengan istilah wanus atau wanua.
Pengertian desa dalam sudut pandang geografi dikemukakan oleh R.
Bintarto dan Paul H. Landis sebagai berikut.
a. R. Bintarto
Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan atau
ketampakan geografis yang ditimbulkan oleh faktor-faktor alamiah maupun sosial,
seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik, dan budaya yang saling berinteraksi
27
antar unsur tersebut dan juga dalam hubungan nya dengan daerah-daerah lain.
Selanjutnya, Bintarto mengemukakan bahwa minimal ada tiga unsur utama desa,
yaitu sebagai berikut.
1. Daerah, dalam arti suatu kawasan perdesaan tentunya memiliki wilayah
sendiri dengan berbagai aspeknya, seperti lokasi, luas wilayah, bentuk
lahan, keadaan tanah, kondisi tata air, dan aspek-aspek lainnya.
2. Penduduk dengan berbagai karakteristik demografis masyarakatnya, seperti
jumlah penduduk, tingkat ke lahiran, kematian, persebaran dan kepadatan,
rasio jenis kelamin, komposisi penduduk, serta kualitas penduduknya.
3. Tata Kehidupan, berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan
karakteristik budaya lainnya.
2.6.1 Pendapatan Desa
Sumber Pendapatan Desa. Desa mempunyai sumber pendapatan Desa
yang terdiri atas pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta
hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Bantuan keuangan
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa diberikan sesuai dengan
kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut
diarahkan untuk percepatan Pembangunan Desa. Sumber pendapatan lain yang
28
dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan
pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral
bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta
sumber lainnya dan tidak untuk dijual belikan. Bagian dari dana perimbangan
yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa.
Pendapatan desa berasal dari setidaknya tujuh sumber yaitu;
a. Pendapatan asli Desa yang terdiri dari hasil usaha, hasil asset,
swadaya
dan
partisipasi,
gotong
royong,
dan
lain-lain
pendapatan asli desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapat dan Belanja Negara,
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yag merupakan bagian dari perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah:
2.6.2
Dana Desa
Dana Desa Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Daerah
Kabupaten/Kota
dan
digunakan
untuk
membiayai
29
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6
disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota
untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Desa, Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan digunakan Ketentuan mengenai Dana Desa yang
bersumber dari APBN diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri, tetapi
implementasi peraturan pemerintah tersebut merupakan satu kesatuan dengan
Peraturan Pemerintah ini.
Peraturan
Pemerintah
ini
disusun
dalam
rangka
mewujudkan
penyelenggaraan Desa yang didasarkan pada asas penyelenggaraan pemerintahan
yang baik serta sejalan dengan asas pengaturan Desa sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, antara lain kepastian
hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum,
keterbukaan, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan
lokal, keberagaman serta partisipasi. Dalam melaksanakan pembangunan Desa,
diutamakan nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
30
Menurut Peraturan Bupati Tanah Bumbu Nomor 12 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Desa Di Kabupaten Tanah Bumbu Tujuan
Pengalokasian Dana Desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan;
b. Untuk membangun target pembangunan sektor unggulan dalam rencaa
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 dan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya;
c. Untuk pemberdayaan masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan akses sumber daya ekonomi.
Kemudian prinsip penyaluran dan pencairan dana desa serta persyaratan
penyaluran dana. Dana Desa diberikan secara langsung kepada Desa-Desa yang
terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu melalui proses transfer pada
rekening Pemerintah Desa pada Bank BRI;
1. Dana Desa dalam APBD kabupaten;
2. Penyaluran Dana Desa disalurkan melalui Rekening Pemerintah Desa atas
nama kepala desa dan bendahara desa pada Bank BRI Cabang Batulicin
setempat.
3. Kepala Desa mengajukan permohonan pencairan dana desa Kepada Bupati
Melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
dan camat.
31
4. Pengajuan permohonan pencairan tersebut setelah dilakukan verifikasi
oleh tim pendamping Kecamataan.
5. Rekomendasi Kelayakan pencairan dibuat oleh camat yang merupakan
hasil penelitian atas kesesuaia antara SPJ dengan realisasi pelaksanaan.
6. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa setelah
meneliti pengajuan rencana penggunaan dana tersebut, meneruskan berkas
permohonan berilut lampiran kepada Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan asset daerah dengan mengajukan Rekomendasi Penyalutran Dana.
7. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mencairkan dan
menyalurkan Dana Alokasi Desa langsung dari kas Daerah ke rekening
pemerintahan desa.
8. Pencairan Dana Desa dilakukan secara bertahap:
a.
Tahap I pada bulan april sebesar 40% (empat puluh perseratus)
b.
Tahap II pada bulan agustus sebesar 40% (empat puluh perseratus)
c.
Tahap III pada bulan oktober sebesar 20% (dua puluh perseratus)
Beberapa indikator yang dapat dilakukan dalam menilai keberhasilan
pengelolaan dan pengunaan Dana Desa (DD) yaitu:
1. Pengelolaan
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang adanya Dana Desa
(DD).
b. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan pembangunan tingkat desa/kelurahan.
musyawarah
32
c. Meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat tentang
pertanggung jawaban penggunaan Dana Desa (DD).
2. Penggunaan
a. Kegiatan yang didanai sesuai dengan telah direncanakan dalam
APBDesa
b. Daya serap (realisasi) keuangan sesuai yang ditargetkan
c. Menyerap tenaga kerja
d. Besarnya jumlah penerima manfaat (terutama dari kelompok
miskin)
e. Tingginya kontribus masyarakat dalam mendukung penggunaan
Dana Desa (DD)
f. Terjadinya peningkataan Pendapatan Asli Desa
g. Mampu bersinergi dengan program-program Pemerintah yang ada
di Desa?kelurahan tersebut.
2.6.3
Pengelolaan Dana Desa
Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu
dalam Pengelolaan Keuangan Dana Desa (DD) harus memenuhi Prinsip
Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:
1.
Seluruh kegiatan yang didanai oleh Dana Desa (ADD) direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan
untuk masyarakat.
33
2.
Seluruh
kegiatan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
administrative, teknis dan hukum.
3.
Dana Desa (DD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat,
terarah dan terkendali.
4.
Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Dana Desa (DD) sengat terbuka
untuk meningkatkan sarana Pelayanan Masyarakat berupa Pemenuhan
Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan Desa dan kegiatan lainnya
yang dibutuhkan Masyarakat Desa yang diputuskan melalui Musyawarah
Desa.
5.
Dana Desa (DD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan danBelanja
Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang
berlaku.
2.7
Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, h.19) pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan,
agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain,
pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di
dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau
komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri.
Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat
mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005, h.25) tujuan
pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu pengembangan
34
manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin,
marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat
tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa inggrisnya “empowerment”
terjemahan secara harfianya yaitu “ pemberkuasaan” atau juga “pemberdayaan”
diartikan
sebagai
memberikan
atau
meningkatkan
kekuasaan (power)
keberdayaan kepada masyarakat yang lemah. Robert Chambers sebagimana
diikuti oleh Kartasasmita (1996:142) pemberdayaan (empowerment) sebagai
sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan “people centered parsicipatory,
empowering and sustainable”. Selama ini paradigma yang dominan dalam
pembangunan adalah suatu paradigma yang meletakkan peranan negara dan
pemerintah pada posisi yang sentral dalam merencanakan dan pelaksanaan
pembangunan.
Menurut Stewart (1998: 17) pemberdayaan adalah suatu pemberi
kekuasaan, pengalihkan kekuatan atau mendelegasikan orientasi atau kewenangan
kepada pihak lain atau memberi kemampuan atau keberdayaan. Proses
pemberdayaan pencapaian tujuan, dengan pendelegasian otoritas, penciptakan
sistem atau prosedur akar mempercepat pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pemberdayaan tersebut memerlukan pengkapan pandangan pimpinan dengan jelas
dan jujur yang bermaksud mendorong aparat dalam memberikan pelayanan yang
35
bermutu. Pemberdayaan menjadi sebuah proses menuju peningkatan kekuasaan,
kemampuan, dan daya.
Lebih lanjut Stewart (1998: 29) mengatakan :
1. Pemberdayaan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pemberdayaan juga memberi kepada staf rasa berprestasi yang lebih besar
sehingga dapat meningkatkan motivasi.
3. Pemberdayaan juga memberikan manfaat besar bagi organisasi dimana
salah satunya adalah bertambanya efektivitas organisasi.
Menurut Mubyarto (1993: 20-41) menekankan dalam proses pemberdayaan
masyarakat
diarakan
pada
pengembangan
sumberdaya
manusia
(di
pedesaan), penciptaan peluang berusaha sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat
menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan bentuk masyarakat
setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan
ekonomi rakyat.
Menurut Prijono dan pranarka (1996:72) menyebutkan pemberdayaan
sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha rencana dan sistematis
yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik individi maupun koletif, guna
mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang terdapat dalam diri
individu dan kelompok. Dari sisi dapat dipahami bahwa pemberdayaan
merupakan upaya berkesinambungan yang terus menerus tidak terputus yang
36
dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mengembangkan daya
(potensi) dan sumber daya (pusat kekuatan). Tersirat adanya transformasi dari
tidak mempunyai daya menjadi berdaya, dan dari berdaya lemah bertamba
menjadi berdaya kuat dan terus menjadi budidaya.
Madekhan Ali (2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi
untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik.
Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan
dan pembangunan masyarakat, dengan alasan;
pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu perangkat ampuh untuk
memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan,
dan kreativitas masyarakat.
Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap
kebutuhan masyarakat”. Mengacu pada pengertian dan teori para ahli di atas,
dalam penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya kemandirian.
sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana
pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain,
disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif
37
adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan,
dan pelaks