Dinamika Hubungan Indonesia Dengan Filip

Dinamika Hubungan Indonesia Dengan Filipina dalam
Meningkatkan Daya Saing Rumput Laut
Periode 2012-2015
Viqie Syahdinar
1210412068

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan
ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar.Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya
hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang
berbeda.Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya

tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada
barang impor. Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh
perdagangan bebas.(Smith, 1776) Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian
perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya
menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian
tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.
Dalam analisis ekonomi yang didapati pada masa ini, sistem ekonomi seperti
yang diterangkan oleh adam smith dinamakan ekonomi pasar bebas. Dalam sistem
ekonomi ini kegiatan-kegiatan dalam perekonomian sepenuhnya diatur oleh
mekanisme pasar yang invisible hand. Interaksi diantara penjual dan pembeli di pasar
(pasar barang dan produksi) akan menentukan corak produksi nasional yang akan
diwujudkan dan caranya produksi nasional tersebut akan dihasilkan. Dengan kata lain

sistem yang dianut pasar bebas ialah pasar yang dimana tidak (diperlukan) adanya
campur tangan pemerintah. Sehingga demand dan supply barang-barang produksi di
atur (dikendalikan) seluruhnya oleh sistem mekasnisme pasar. Dimana disana sangat
memungkinkan terjadinya berbagai macam sistem pasar baik monopoli, oligopoli,
pasar persaingan sempurna, monopolistik dan lain-lain.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah menciptakan ASEAN sebagai
sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas

barang, jasa, (Kees, Bartens, 2000) faktor produksi, investasi dan modal serta
penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan
dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan diantara negara-negara
anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. bentuk integrasi
ekonomi ASEAN dalam artian sistem perdagangan bebas antar negara-negara
anggota ASEAN. MEA menjadi realisasi tujuan akhir integrasi ekonomi yang dianut
dalam visi tahun 2020.Didasarkan pada konverensi kepentingan negara-negara
anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui
inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas.Pentingnya perdagangan
eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara
keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, (PTRI ASEAN, 2014) karakteristik utama
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): Pasar dan basis produksi tunggal, Kawasan
ekonomi yang kompetitif, Wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan Daerah
terintegrasi penuh dalam ekonomi global. Karakteristik ini saling berkaitan
kuat.Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing
karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur
serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku
kepentingan yang relevan.

Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program

revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi
bahan pertimbangan dan juga keunggulannya, diantaranya : peluang pasar ekspor
yang terbuka luas, harga relatif stabil, juga belum ada batasan atau kuota perdagangan
bagi rumput laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai;
siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan;
kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena
tidak ada produk sintetisnya; usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang
padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Permintaan rumput laut
meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri
berbasis rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada
produk-produk hasil alam. Rumput laut Indonesia semakin diperhitungkan di pasar
dunia. Itu tergambar dari permintaan akan rumput laut jenis eucheuma cotonidalam

tabelberikut:

Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014

Pada tahun 2014, total permintaan dunia terhadap rumput laut Indonesia
sebesar 226,33 juta dollar AS. di mana Indonesia mampu mensuplai sebesar 20,74
persen kebutuhan dunia terhadap rumput laut. Dari 100% total ekspor rumput laut

Indonesia Sejumlah 51,71% diekspor ke China sekitar 115 juta dollar AS, serta
sisanya di ekspor ke Filipina (12,28 %) sekitar 27 juta dollar AS, Vietnam (7,70%)
sekitar 15 juta dollar AS, Chili (4,57%) sekitar 11 juta dollar AS, Inggris (3,18%)
sekitar 7 juta dollar AS, Amerika Serikat (3,29%) sekitar 7,2 juta dollar AS, Jerman

(3,89%) sebesar 9 juta dollar AS, Hongkong (1,46%) sekitar 3,3 juta dollar AS, Korea
(2,96%) sekitar 6,7 juta dollar AS, Prancis (1,89%) sekitar 4,5 juta dollar AS, dan
negara lainnya (7,19%) sekitar 15,8 juta dollar AS (KKP, 2014) Kendati sejumlah
pesaing mulai tumbuh, seperti Filipina, Malaysia, Brazil, India, namun rumput laut
jenis euceomacotoni produk Indonesia masih jauh lebih bagus. Untuk rumput laut
jenis eucheumacotoni, Indonesia memiliki produksi nasional sebesar 169 ribu ton
setahun dan 10 persen di antaranya diproduksi di Bali.Harga rumput laut
jenis eucheumacotoni sekitar Rp 10.000 sampai Rp. 13.000 per kilogram.
Luasnya wilayah laut Indonesia memberikan kesempatan untuk meraup
keuntungan bagi Indonesia sendiri terlihat dari meningkatnya produksi rumput laut
Indonesia.
Tahun

Produksi


US$

2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya KKP dalam Kordi
(2015).

pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton (Cocon, 2011) dimana sebelumnya
pada tahun 2010 produksi rumput laut Indonesia hanya mencapai 3,9 juta ton. Hal ini
memberikan harapan bagi Indonesia bahwa rumput laut sangat bisa diandalkan

sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir.cara budidaya murah dan cukup
mudah serta pasarnya yang masih terbuka lebar membuat Indonesia optimis dapat
bersaing di sector rumput laut.1indonesia merupakan produsen terbesar rumput laut di
dunia, khususnya jenis “Eucheuma cottonii” yang jumlahnya mencapai 9,3 juta ton
pada 2013 berdasarkan data sementara statistic Food and Agriculture Organization
(FAO) yang dikeluarkan pada Maret 2015. Sedangkan untuk rumput laut jenis

“Gracilaria sp”, pada 2013 Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok,
dengan produksi sebesar 975 ribu ton (KKP, 2015).
Anugerah sumber daya rumput laut yang dimiliki Indonesia belum mampu
dirasakan dan dimanfaatkan secara optimal, dimana nilai tambah produk rumput laut
belum sepenuhnya secara langsung dirasakan oleh Indonesia sendiri.Indonesia masih
sebatas menjadi eksportir bahan mentah sementara mendapatkan nilai tambah lebih
dirasakan oleh negara-negara importer rumput laut Indonesia. Ironisnya setiap tahun
Indonesia harus mengimpor barang setengah jadi atau barang yang sudah matang,
inilah yg menyebabkan Indonesia memiliki posisi tawar rendah karena pada
kenyataannya harga komoditas rumput laut lebih banyak dikendalikan oleh negaranegara importer. Dengan minimnya kemampuan Indonesia dalam mengolah rumput
laut menjadi kendala bagi Indonesia dalam meraup nilai tambah dari sektor rumput
laut. Masih sedikitnya industri pengolahan rumput laut Indonesia seperti
PT.Agaraindo Bogatama menjadi salah satu faktor utama bahwa Indonesia
membutuhkan kerjasama dengan negara lain dalam membangun industri pengolahan
sektor rumput laut.
Selama ini Indonesia dan Filipina menjadi pesaing dalam sektor rumput
laut.Dalam perjanjian ASEAN Economic Community (AEC) yang telah disepakati
negara-negara anggota ASEAN membawa negara ASEAN menuju pasar bebas atau
1


masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) Hal ini menjadi faktor utama Indonesia dan
Filipina berdamai dalam persaingan rumput laut dengan melakukan kerjasama di
sector rumput laut.
Indonesia-Filipina melakukan kerjasama dengan adanya kesepakatan yang
ditanda tangani melalui Memorandum of Understanding (MoU) pada September
2014. MoU tersebut ditandatangani oleh Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI)
dengan Seaweed Industry Association of the Phillipines (SIAP). ARLI dan SIAP
sepakat untuk melakukan kerjasama pengolahan dan pemasaran sejumlah 50 ribu ton
atau senilai 50 juta USD dan mengembangkan produksi serta promosi rumput laut
dari hulu hingga hilir. kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Filipina menjadi
“Win-Win Solution” untuk kedua negara. Dengan kerjasama yang telah disepakati
Filipina tetap dapat mempertahankan pangsa pasarnya yang sering terganggu taifun
dan Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produknya. Sebagai produsen dan
eksportir rumput laut, Indonesia dan Filipina dapat bekerjasama dari hulu sampai hilir
(Kemendag, 2014) Hilirisasi rumput laut yang membutuhkan penelitian dan
pengembangan dapat diperoleh dari kerjasama yang disepakati kedua negara seperti
transfer teknologi Filipina ke Indonesia dan Filipina sangat membutuhkan bahan baku
dari Indonesia. Pada tahun 2015 Indonesia telah mengekspor 10.000 ton rumput laut
ke Filipina sedangkan total target ekpsor rumput laut ke Filipina mencapai 50.000
ton, jumlah ini hanya mencapai 20% dari total target (Kemenperin, 2014).

Kementrian Perdagangan berpendapat bahwa dengan berjalannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia harus mulai melihat dengan perspektif
baru.Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) identik dengan pasar bebas yang
berhubungan dengan persaingan. Indonesia melihat dengan cara lain bahwa tidak
dengan

persaingan, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Indonesia memilih untuk mencoba berkolaborasi demi memenuhi kebutuhan rumput

laut kawasan ASEAN dan dunia. potensi besar di sektor rumput laut dan pasar dunia
yang besar dalam kebutuhan rumput laut menjadi sasaran utama Indonesia
menggandeng Filipina untuk bekerja sama. Anggapan Kementrian Perdagangan RI,
alasan Indonesia memilih Filipina untuk bekerja sama dalam pengembangan rumput
laut dari hulu hingga hilir yaitu


Filiipina dan Indonesia menjadi negara produksi dan eksportir rumput laut






terbesar di dunia.
Mentransfer tekhnologi dalam pengembangan rumput laut.
Indonesia dan Filipina berada di satu kawasan (ASEAN)
Menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan memaksimalkan pasar




rumput laut dunia.
Filipina menjadi pesaing Indonesia di sektor rumput laut.
Menarik Investor Filipina di lain sektor perdagangan seperti kelapa sawit.
Kerjasama di sektor rumput laut juga bisa meningkatkan hubungan yang lebih

erat antara Indonesia dengan Filipina.penguatan kerja sama merupakan hal penting dalam
persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) . Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) terus berupaya memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu

produsen

rumput

laut

terbesar

di

dunia.Diantaranya

dengan memperkuat

industri pengolahan rumput laut nasional, sehingga menjadi salah satu komoditas
perikanan budidaya yang dapat menjadi unggulan ekspor Indonesia. Selain untuk
meningkatkan nilai tambah produk, juga sekaligus untuk meningkatkan kemandirian
dan menjunjung kedaulatan bangsa.Dengan kondisi ini, maka rumput laut memiliki
posisi yang strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui peningkatan
penerimaan devisa negara sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya

dan masyarakat sekitar lingkungan budidayanya. Indonesia sebagai negara kepulauan
dengan dua pertiga wilayahnya adalah lautan memiliki banyak kawasan yang sangat
potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.Salah satu kawasan tersebut
adalah Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak

ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya pada tahun 2010,
produksi rumput laut di daerah ini terus mengalami peningkatan.Dimana tahun 2014,
total produksinya mencapai 2.400 ton.
Filipina adalah salah satu eksportir rumput laut di dunia. Melayani pasar
utama seperti Amerika Serikat, Spanyol, Austria, Belgia, Meksiko, Denmark,
Thailand, Brazil, China, dan Australia.Industri rumput laut di Filipina dimulai pada
tahun 1960 sebagai industri kecil untuk menjadi mata penaharian petani di daerah
pesisir.Di antara spesies komersial rumput laut yang dihasilkan di Filipina termasuk
rumput laut merah: Eucheuma cottonii dan E. spinosum (untuk karagenan) dan
Gracillaria dan Gelidium (untuk agar-agar).Perkembangan industri karagenan mulai
di Cebu, di mana mereka mendirikan fasilitas pengolahan karagenan semi-halus
untuk makanan hewan di tahun 1978.Setelah penelitian konstan dan pengembangan,
fasilitas pengolahan karagenan halus pertama diluncurkan pada tahun 1986.Tingkat
pertumbuhan ekspor 24,70% untuk rumput laut dan carrageenan dari tahun 20092013 dan setiap tahunnya Filipina mengekspor lebih dari 40.000 metrik ton ke
Amerika Serikat, Jepang, Australia, Korea, Taiwan dan negara-negara lain (Sandu,
2013).
Tantangan pasar bebas dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), harus memacu semangat pembudidaya dalam melakukan budidaya sesuai
anjuran pemerintah. Dimana budidaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
kemandirian, memberikan nilai tambah dan juga ramah lingkungan sesuai dengan
program kebijakan pembangunan perikanan budidaya yaitu Menuju Perikanan
Budidaya yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan. Tantangan budidaya
rumput laut ke depan akan semakin berat. Hal ini harus segera di antisipasi dengan
memunculkan teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan sehingga dapat
mendukung keberlanjutan usaha budidaya sekaligus menjaga lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor rumput laut Indonesia di
tahun 2014 mencapai USD 226,23 juta, di mana nilai tersebut mengalami
peningkatan sebesar 39,25 persen terhadap ekspor tahun 2013 yang tercatat sebesar
USD 162,45 juta. Sementara ekspor rumput laut pada periode Januari-Mei 2015
tercatat hanya USD 75,73 juta, atau menurun 12,88 persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2014(ARLI, 2015).
Rumusan Masalah
Bagaimana Dinamika Hubungan kerjasama Indonesia dengan Filipina dalam
meningkatkan daya saing rumput laut?
Tujuan penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan kerjasama tradisional yang terkait
dengan sektor rumput laut.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kerjasama sektor
rumput laut Indonesia-Filipina dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).
c. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana hambatan dan
tantangan dalam menjalankan kerjasmasa sektor rumput laut IndonesiaFilipina.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini ialah:
a. Manfaat akademis adalah untuk memberikan informasi dan data di
dalamjurusan

Hubungan

Internasional

yang

berhubungan

dengan

permasalahanyang dibahas dalam penelitian ini.
b. Manfaat praktis adalah dapat mengetahui bagaimana strategi Indonesia dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di sektor rumput laut..

Tinjauan Pustaka
Sebagai satu negara yang sudah berkembang dan selalu bekerjasama dengan
negara lain, Indonesia dituntut untuk dapat mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, sehingga tidak tertinggal dengan negara-negara lain.
Negara Indonesia adalah suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka
yaitu membuka kesempatan yang luas untuk mengadakan hubungan perdagangan
dengan negara lain melalui ekspor maupun impor. Dalam penelitian dengan judul
“ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR
RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA” oleh Kiki Ardi membahas tentang
ekspor rumput laut Indonesia ke China.sebagai negara maritim dengan kepulauan
terbesar di dunia. Indonesia kaya akan sumber daya laut Indonesia diperkirakan
mencapai 6,7 juta ton per tahun. Jumlah itu terbagi di perairan Indonesia sekitar 4,4
juta ton dan perairan zone ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 2,3 juta ton per
tahun. Selain itu juga terdapat perairan karang yang luasnya mencapai 6800 kilometer
persegi ataukalau di hitung panjangnya 17.500 kilometer.Di dalam terumbu karang
hidup kurang lebih 263 jenis ikan laut (kompas, 2000).
Dari berbagai ekspor yang ada di Indonesia salah satunya adalah ekspor hasil
laut yaitu rumput laut yang merupakan hasil laut, produk hasil laut tersebut di
nominalkan oleh perikanan.Ekspor rumput laut Indonesia seringkali mengalami
pasang surut, kayanya potensi sumber laut Indonesia terutama rumput laut tidak
memberikan jaminan tingginya ekspor hasil laut Indonesia terutama rumput
laut.Walaupun kaya dengan potensi sumber daya laut namun sumber daya laut tidak
sepenuhnya dinikmati terbatasnya peralatanyang dimiliki aparat keamanan (TNI-AL
dan POLAIRUD).
Rumput laut yang di ekspor berupa bahan baku yang belum diolah sejak
diambil dari habitatnya dan hanya ditangani secara khusus untuk proses
pemasarannya .rumput laut Indonesia di ekspor ke negara China adalah rumput laut

yang digunakan untuk bahan baku yang digunakan baik untuk dikonsumsi ataupun
untuk dijadikan bahan baku kosmetik. Harga Ekspor Rumput laut Indonesia ke china
misalnya harga dalam negeri Indonesia mengekspor rumput lautnya dalam bentuk
harga perkilo yaitu Rp13.000 /kg untuk proses pengiriman menggunakan container
yang berAC karena rumput laut adalah salah satu jenis bahan yang mudah busuk
dalam 1container bermuatan 20 ton rumput laut. Dalam penyebarannya lebih
berpotensi atau hidup di perairan Indonesia bagian timur seperti rumput laut yang
mempunyai kualitas bagus yang tumbuh di perairan kupang NTT, Maluku utara ,
Papua. Potensi rumput laut yang dihasilkan di Indonesia bagian timur mempunyai
potensi yang sangat tinggi banyak diminati oleh konsumen international karena
mereka menilai bahwa rumput laut yang dihasilkan Indonesia mempunyai kualitas
yang sangat bagus bahkan sulit untuk mendapatkan pesaing dari rumput laut yang
dihasilkan oleh negara lain.
Adanya masalah pokok bagi perekonomian Indonesia adalah ketidak
seimbangan neraca pembayaran sekalipun masalah devisit neraca pembayaran bagi
suatu perekonomian pada umumnya lebih dirasakan, namun tidaklah berarti bahwa
surplus neraca pembayaran yang cukup besar tidak menimbulkan masalah. Ini
mempunyai arti bahwa paling tidak dari segi ekonomi keadaan neraca pembayaran
yang dianggap bagi perekonomian ialah neraca pembayaran yang seimbang
(soediyono, 1994 : 132). Nilai mata uang rupiah yang turun terhadap nilai mata uang
dollar Amerika diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia.Karena harga
komoditi ekspor rumput laut Indonesia dinilai murah oleh konsumen luar negeri.
Tingkat investasi yang tinggi juga dapat meningkatkan pendapatan negara dimana
diharapkan tingkat investasi tinggi sehingga para pengusaha rumput laut dapat
meningkatkan jumlah produksinya yang akan berpengaruh juga pada nilai eksor
rumput laut Indonesia di pasar international. Tingkat Inflasi China yang tinggi dapat
menimbulkan hasrat mengkonsumsi atau mengolah menjadi bahan jadi yang tinggi
pula maka dapat berpengaruh meningkatkan nilai ekspor rumput laut Indonesia.Untuk

itulah peran pemerintah sangatlah penting dalam membantu untuk meningkatkan
ekspor rumput laut Indonesia ke China.
Dalam penelitian diatas, berbeda dengan penelitian yang penulis akan teliti.
Perbedaannya yaitu penelitian diatas hanya menjelaskan tentang ekspor rumput laut
Indonesia ke China untuk meningkatkan devisa negara. Dari segi aktor, penelitian
diatas berbeda dengan penelitian yang penulis teliti.Aktor yang dibahas oleh peneliti
diatas adalah Indonesia dan China, sementara penelitian yang penulis bahas adalah
Indonesia dan Filipina.Dari penetilian diatas hanya membahas tentang kekurangan
daya saing Indonesia dalam pengolahan rumput laut menjadi faktor Indonesia
melakukan ekspor. Sedangkan dengan penelitian yang penulis bahas Indonesia selain
kekurangan daya saing serta industry rumput laut, persaingan antara Indonesia dan
Filipina dalam sektor rumput laut dan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015 menjadi faktor utama Indonesia menggandeng Filipina dalam
sektor rumput laut.
Selanjutnya adalah jurnal penelitian yang ditulis oleh Tri Joko Waluyo M.Si yang
membahas tentang ekspor rumput laut ke Jepang dengan judul “KERJASAMA

PERDAGANGAN RUMPUT LAUT INDONESIA DENGAN JEPANG TAHUN
2008-2012”.Jepang merupakan salah satu negara pengkonsumsi seafood terbanyak di
dunia, hal ini ditunjukkan oleh data pada tahun 2006, Jepang mengeluarkan dana
sebesar US$ 14.487.519 atau sekitar 28% dari total barang konsumsi yang Jepang
44% Amerika Serikat 23% Lainnya 16% Uni Eropa 8% Singapura 5% Hongkong 3%
Taiwan 1% Jepang Amerika Serikat lainnya Uni Eropa Singapura Hongkong Taiwan
9 diimpor oleh Jepang, yang totalnya bernilai US$ 50.399.351. permintaan Jepang
terhadap barang konsumsi sendiri mencakup 10% dari total impor Jepang yang
bernilai US$ 518.637.735. Nilai rumput laut yang diimpor oleh Jepang sendiri ialah
US$ 49.586.

Di Jepang rumput laut sangat digemari dan telah menjadi budaya dalam
mengkonsumsi rumput laut dan juga kegunaan lainnya. Dimanfaatkan untuk bahan
pangan (Nori, Wakame, Kurage), warga Jepang mengkonsumsi rumput laut telah
menjadi budaya atau menjadi kebiasaan seperti halnya di Indonesia yang
masyarakatnya mengkonsumsi tempe dan tahu dan dipercaya memiliki kandungan
gizi yang sangat tinggi dan sekarang ini warga Jepang mengkonsumsi rumput laut
sebagai ekstrak pembuatan minuman. Dalam industri farmasi Jepang menggunakan
rumput laut sebagai bahan pembuatan kapsul untuk obat-obatan, dan dalam bidang
industri kandungan alginat dalam rumput laut digunakan untuk pembuatan kertas
supaya lentur dan bahan tambahan untuk pembuatan cat tahan air.
Kementerian Perdagangan berupaya untuk melakukan pendekatan agar pelaku
usaha Jepang berinvestasi di Indonesia. Direktur Pengembangan Produk Ekspor dan
Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan Gatot Prasetyo Adjie mengatakan bahwa,
Pasar Jepang merupakan salah satu pasar utama produk Indonesia khususnya furnitur
kayu, suku cadang mobil, dan rumput laut. Oleh karena itu, akses pasar ke Jepang
akan terus diperluas dan ditingkatkan secara berkelanjutan. khusus untuk rumput laut,
ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sajian masakan Jepang.
Jenis yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah spesies Eucheuma
cottonii yang hidup di air laut. Sebagian besar hasilnya digunakan sebagai bahan baku
industri kosmetik dan farmasi. Selain itu ada pula Gracilaria sp. yang dikembangkan
di air payau.Selama ini pasar utama rumput laut Indonesia adalah Jepang yang
membeli dalam bentuk bahan mentah.Jepang merupakan negara tujuan ekspor
potensial mengingat rumput laut sangat populer dan tak bisa dipisahkan dari sajian
makanannya.Produk olahan berupa Nori banyak digunakan dalam makanan di
antaranya sebagai pembungkus sushi dan onigiri.Di Jepang rumput laut banyak
digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, cat, tekstil, film, makanan ternak,
keramik, kertas, dan fotografi.Produk turunannya, carrageenan dapat digunakan
sebagai bahan pengenyal, pengemulsi, pengental, dan penjernih untuk bahan

pencampur alami juga untuk pupuk.Meskipun potensial, ekspor ke Jepang selama ini
masih terkendala ketentuan ketat dalam Sanitary and Phytosanitary Measures, yakni
standar yang mengatur keselamatan dan kesehatan makanan.Rumput laut memiliki
berbagai manfaat di antaranya mencegah kanker, menurunkan tekanan darah,
menyerap garam dalam tubuh serta kaya serat untuk memperlancar metabolisme
tubuh.
Didalam penelitian ini membahas tentang bagaimana pasar rumput laut
Indonesia ke Jepang.Para masyarakat Jepang yang terbiasa mengkonsumsi rumput
laut menjadikan pasar rumput laut Indonesia ke Jepang naik.Seperti pada jurnal
penelitian yang dijelaskan diatas bahwa Indonesia selama ini hanya mengekspor
rumput laut mentah. Diantara kedua jurnal penelitian diatas tidak jauh berbeda.
Kedua penelitian diatas lebih menjelaskan faktor-faktor apa saja yang membuat
Indonesia mengekspor rumput lautnya.
Selanjutnya dalam penelitian yang berjudul “STATUS RUMPUT LAUT
INDONESIA” yang diteliti oleh Cocon S.Pi membahas tentang peluang dan
tantangan Indonesia dalam sektor rumput laut.Sebagai bagian dari Coral Triangel,
Indonesia memang disuguhi begitu besar potensi Tropical seashores within3 perairan
dengan

segenap

sumberdaya

dan

WHERE

KAPPAPHYCUS

GROWS

BESTkeanekaragaman hayati yang ada. Rumput GLOBAL CORAL TRIANGLE
6laut salah satu komoditas yang saat inimenjadi trend di pasar perdagangan global
East Africa Solomon Islands Timor Leste 1%pun mampu tumbuh subur di perairan
bumi Pacific Oceania 3% West Africa 4% Philippinespertiwi ini. Sumber dari
SEAplant.net Indian 5% 7% 15% Ocean 3%menyebutkan bahwa perairan Indonesia
Papua New Guinea hampir menguasai 65 % potensi perairan coral Latin seacoast
seacoast 6% America 14%tri angel yang potensial untuk tumbuh within 10 o within
10 o 6% Malaysia N/S latitude N/S latitude.

kembangnya berbagai jenis rumput laut 118,043 KM 83,556 KM khususnya
jenis Kappaphycus alvarezii, jauh Coral Triangle Indonesia mengungguli potensi
negara-negara lainnya 71% 65%yaitu berturut-turut Philipina sebesar 15%,Kepulauan
Solomon 7%, Malaysia 5%, Papua Nugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%. Berbagai
jenis rumput laut ekonomis tinggi dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan
Indonesia secara umum berasal dari jenis alga merah (Rhodophyceae) antara lain
Eucheuma cottonii /Kappaphycus alvarezii doty, E. Spinosum, dan Gracilaria sp;
Ptylopora dan Halymenia sp. Dari aspek pasar menunjukan bahwa perkembangan
pasar rumput laut di perdagangan global menunjukkan trend kenaikan yang cukup
tinggi, seiiring dengan peningkatan kebutuhan bahan bakuindustri baik untuk food
grade, pharmaeutical maupun industryal grade.
Melihat rumput laut menjadi komoditas unggulan nasional dan telahsecara
nyata mampu menggerakan ekonomi lokal, regional dan nasional serta menjadi salah
satu kegiatan usaha yang mampu menyentuh peran pemberdayaan masyarakat secara
luas, maka kebijakan industrialisasi rumput laut saat ini telah menjadi issue penting
dan telah ditindak lanjuti melalui nota kesepahaman mengenai Ptylopora
pengembangaan kawasan budidayadan industri rumput laut di 7 Propinsi yakni
Propinsi NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Maluku, MalukuUtara, Sulawesi Tenggara,
dan Sulawesi Selatan. Nota kesepahamn tersebut dibangun denganmelibatkan 6
lembaga/kementerian yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
PDT,Kementeria Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi
dan UMKM, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.Strategi pengembangan
teknologi berbasis mutu dan keamanan pangan (food safety)Pencaiapan target
peningkatan

produksi

rumput

laut,

bukan

berarti

dalam

perjalanannya

tidakmengalami kendala, namun demikian pada kenyataanya kendala tersebut
seringkali muncul dan berpotensi menghambat proses pengembangan rumput laut
Indonesia Permasalahan utama yangsaat ini dihadapi terkait :

1. permasalahan ketersediaan bibit bermutu dimana saat ini mulai terjadi
degradasi kualitas bibit pada beberapa kawasan budidaya.
2. permasalahan jaminan mutu hasi lproduksi budidaya yang berpotensi
mengganggu rantai pasok (suply chain) rumput laut.
3. Penerapan teknologi belum yang sepenuhnya

menerapkan

terwujudnya quality assurance, apalagi food safety, dan traceability.
4. permasalahan terhadap pengendalian hama penyakit maupun dampak
lingkungan perairan yang fluktuatif.
Dalam upaya menjawab permasalahan teknologi budidaya di atas, Ditjen
Perikanan Budidaya telah melakukan langkah kebijakan konkrit yang secara langsung
menopang terhadap peningkatan produksi rumput laut, antara lain:


Pertama, penerapan teknologi budidaya berkelanjutan melalui
penerapan prinsip-prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pasa
setiap proses produksi. Direktorat Produksi Tahun 2010 telah membuat
acuan penerapan pelaksanaan CBIB serta petunjuk teknis penilaian
sertifikasi CBIB budidaya rumput laut, sehingga diharapkan ke depan
telah mulai berkembang unit usaha budidaya rumput laut yang



tersertifikasi.
Kedua, Penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas, melalui
pengembangan kebun bibit rumputlaut di kawasan sentral budidaya



rumput laut serta kebijakan alokasi subsidi bibit rumput laut.
Ketiga, Pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun
non teknis. Upaya tersebutdalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan
temu lapang, serta kegiatan lain yang secara langsung mendukung



aktivitas usaha budidaya;
Ke-empat, Dukungan dana penguatan modal, upaya tersebut melalui
alokasi DPM, Paket Wirausaha,subsidi benih, PUMP, peluncuran
skame kredit semisal KUR dan KPPE.

Dalam penelitian diatas lebih membahas tentang bagaimana kondisi sektor rumput
laut Indonesia hingga tahun 2010 sehingga hanya melihat dari sisi domestic saja,
hanya potensi ekspor bahan mentah rumput laut yang berkaitan dengan Ilmu
Hubungan Internasional. Berbeda dengan penelitian yang akan penulis bahas. Dalam
penelitian yang dibahas oleh penulis juga membahas tentang potensi sektor rumput
laut Indonesia, tetapi didalam penelitian yang dibahas oleh penulis adalah kondisi
sektor rumput laut Indonesia dari tahun 2010 hingga sekarang atau tahun 2015 untuk
mencukupi data yang akan penulis teliti

Kerangka Pemikiran
1. Kerjasama Bilateral

Interaksi Antar negara sekarang ini tidak bisa dihindari karena suatu negara
membutuhkan negara lain dari sektor ekonomi, politik, maupun keamanan. Akibat
interaksi antar negara munculah masalah-masalah yang beraneka ragam seperti
masalah nasional, regional dan global.Masalah tersebut dengan adanya masalah
tersebut

pemerintah

melakukan

pendekatan

untuk

mendiskusikan

hingga

menyelesaikan masalah.Ini menjadi asal mula kerjasama bilateral (Holsti 1987,
hlm.651).interaksi negara yang memicu terjadinya kerjasama bilateral antar negara
dilakukan atas dasar kepentingan yang dimiliki atau yang ingin dicapai suatu negara.
Kepentingan yang dimiliki setiap negara dalam melakukan kerjasama antar negara
tidak semua dapat dipenuhi karena setiap kepentingan negara harus disepakati oleh
negara yang menjalankan kerjasama bilateral.
Kerjasama bilateral yang tidak bisa dihindari ini membawa negara-negara
kepada kondisi ketergantungan dengan negara lain. Hal ini sering terjadi pada aktoraktor internasional seperti negara maju dan negara berkembang.Kehidupan manusia

yang kompleks membawa aktor-aktor internasional kepada kondisi ketergantungan,
ditambah lagi terbatasnya suatu sumber daya yang dimiliki aktor internasional. Oleh
karena itu kerjasama bilateral telah menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara bahwa setiap negara di dunia ini akan melakukan interaksi antar negara
yang mana terselenggaranya suatu hubungan internasional yang baik melalui berbagai
kriteria seperti hubungan yang bersifat bilateral, multilateral dan ragional.
Penulis memakai teori kerjasama bilateral berguna untuk menjelaskan
kerjasama antar negara yaitu Indonesia dan Filipina.Didalam teori ini dapat
menjelaskan bagaimana alasan Indonesia dapat memunculkan ide untuk melakukan
kerjasama dengan Filipina.Adanya keunggulan dimasing-masing negara membawa
negara melakukan kerjasama.
2. Teori Perdagangan Bebas (FTA)
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada
Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari
World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium.penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan
(hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individualindividual

dan

perusahaan-perusahaan

yang

berada

di

negara

yang

berbeda.Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya
tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada
barang impor.Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh
perdagangan bebas.Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan
yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan
hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas.Perjanjian-perjanjian tersebut sering
dikritik karena melindungi kepentingan perusahaanperusahaan besar.

FTA diterima karena keuntungan yang diperoleh oleh negara-negara yang terlibat
dari perdagangan internasional, yang berasal dari konsep keuntungan komparatif.
Sebuah negara akan mengkhususkan diri dalam menghasilkan suatu produk jika
memiliki keuntungan komparatif. Dengan pengkhususan macam ini, secara umum
dunia dapat mengembangkan keluaran dunia total (total world output) dengan jumlah
sumber daya yang sama, dan pada saat yang sama efisiensi ekonomi akan terus
meningkat (Widyasanti. 2010 : 6). Hasilnya, secara teoritis, sebuah FTA dapat
menjamin bahwa negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan ini, akan
memperoleh keuntungan dari hasil terbentuknya perdagangan (trade creation) dan
pengalihan dagang (trade diversion)
Teori perdagangan bebas dapat membantu penulis dalam menjelaskan situasi
perdagangan bebas disuatu kawasan khususnya di ASEAN dalam kesepakatan
ASEAN Economic Community (AEC) 2015.Perdagangan dan pasar bebas disuatu
kawasan membawa negara-negara anggota didalam kawasan tersebut tertuntut untuk
memiliki keunggulan dalam menghadapi persaingan bebas ASEAN.Kebijakan suatu
kawasan yang disepakati harus dijalani secara mutlak secara langsung maupun tidak
langsung.

Konsep Daya Saing??
3. Konsep Rumput laut

Rumput laut merupakan makro algae yang termasuk divisi Thallophyta, yaitu
tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang terdiri dari batang/Thalus
dan tidak memiliki daun serta akar.Jenis rumput laut yang banyak di perairan
Indonesia dan Filipina adalah Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum
dan Tubrinaria.Rumput laut dikenal memiliki banyak manfaat dan banyak permintaan
dari pasar global. Kualitas rumput laut yang baik dan diminati karena mengandung
sumber karaginan, agar-agar dan alginate yang cukup tinggi dan cocok digunakan

sebagai bahan baku industry makanan, pelembut rasa, pencegah kristalisasi es krim
dan obat-obatan serta dapat diolah menjadi Biofeul.
Sering bertambahnya permintaan dunia terhadap komoditas rumput laut
mendorong industrialisasi budidaya rumput laut. Potensi dan kualitas rumput laut
Indonesia dan Filipina dikenal dengan kualitas produksinya (Warta Ekspor 2013. Hlm
3). Ini menjadi peluang untuk Indonesia dan Filipina bekerja sama mengembangkan
budidaya rumput laut dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Konsep rumput laut dapat membantu penulis untuk menjelaskan tentang apa
itu rumput laut dan jenis rumput laut yang diperdagangkan didalam kesepakatan
kerjasama Indonesia dan Filipina. Jenis rumput laut Euchuma Cottoniadalah jenis
rumput laut yang banyak diproduksi di Indonesia dan memiliki pasar yang sangat
besar.Karena jenis rumput laut ini memberikan berbagai manfaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia seperti bahan makanan, kosmetik dan bahan untuk obat farmasi.

Alur Pemikiran

Status dan
Indonesia

kondisi

(kelebihan
produksi
pengolahan)

dan

kerumput
minimnya

lautan
teknologi

Komoditas Rumput Laut Indonesia dan Filipina

Bentuk kerjasama Indonesia - Filipina
dalam meningkatkan daya saing
rumput laut Indonesia
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini meggunakan jenis penelitilian kualitatif. Penelitian
kualitatifadalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderungmenggunakan analisis . Proses dan makna ( perspektif subyek ) lebih
ditonjolkandalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agarfokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Menurut para ahli,
setidaknyaterdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian kualitatif, yaitu
sebagaiberikut:
a. Mengangkat permasalahan.
Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat
unik, khas, memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang sangat
bersifat invidual ( karena beberapa penelitian kualitaif yang dilaksanakan
memang hukan untuk kepentingan generalisasi).

b. Memunculkan pertanyaan penelitian.
Pertanyaan merupakan ciri khas dari penelitian kualitatif. Adalah sebagai
spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis dalam penelitian
kuantitaif.
c. Mengumpulkan data yang relevan.
Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata,
kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam.
d. Melakukan analisis data
Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh.
e.

Menjawab pertanyaan penelitian
Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam menjawab
pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis yang lebih bebas, seperti
narasi. Sehingga dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik
untuk dibaca.

Teknik Pengumpulan Data
a.

Teknik pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer didapatkan dengan menggunakan data-data
resmi dalam menganalisis penelitian ini seperti dokumen-dokumen dalam
lembaga internasional dan wawancara dengan narasumber

b.

Teknik pengumpulan Data Sekunder
Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dapat diperoleh melalui studi
pustaka (library research) dengan bahan pustaka seperti buku, jurnal, surat
kabar, bulletin, serta media internet untuk memperoleh data yang lengkap,
akurat dan relevan.

Sistematika Pembabakan
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB ini menjelaskan tentang latar belakang dan permasalahan yang diangkat
oleh penulis untuk diteliti dan dicari pertanyaan yang sekiranya tepat dengan latar belakang
permasalahan penulis. Selanjutnya di bab ini juga dibahas mengenai tujuan, manfaat

serta bagian-bagian teknis dari penelitian.
BAB II
BAB III
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan bagaimana kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian
yang diteliti oleh penulis.pada bab sebelumnya.

Daftar pustaka
Buku

Smith, Adam.an Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Methuen & Co, LTD. 1776
Kees, Bartens.“Pengantar Etika Bisnis”. Kanisius. 2000
KJ, Holsti. International Politics: a framework of Analysis, New Delhi: Prentice-Hall
of India. 1981
Valderrama, Diego. “Social and Economic Dimensions of Carrageenan Seaweed
farming. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
UNITED NATIONS” Rome. 2013
Reksoprayitno, Soediyono. “Pengantar Ekonomi Makro”. MBA.BPFE. Yogyakarta,
1994

Jurnal

Widyasanti, Adininggar, Amalia. “PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN
DAYA SAING EKSPOR:KASUS INDONESIA”. Kementrian Perdagangan
RI. 2010
Cocon. “Status rumput laut Indonesia: peluang dan tantangan” 2011
Dian. “Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia” 2011
United Nation Commodity Trade Statistics 2013
Dokumen Pemerintahan

ASEAN, PTRI. “Karakteristik ASEAN Economic Community (AEC) 2015”. 2014
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. “RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2010-2014”.Nomor 3/PERMEN-KP/2014
Tim Peneliti Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “STATISTIK EKSPOR HASIL
PERIKANAN MENURUT KOMODITI, PROVINSI DAN PELABUHAN
ASAL EKSPOR 2012”. 2013
Kementrian Perdagangan RI. “Warta Ekspor Ditjen PEN/MJL/004/9/2013”
September, 2013
Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “KOMODITAS RUMPUT LAUT KIAN
STRATEGIS”. 2015
Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “Indonesia Jadi Produsen Rumput Laut
“Cottonii” Terbesar Sedunia”.2015
Departement of Agriculture of Philippines. “Value Chain Analysis and
Competitiveness Strategy : Carrageenan Seaweed in Mindanao”
Artikel Elektronik
“Komoditas Rumput Laut Indonesia Kian Strategis”
http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/221/KOMODITASRUMPUT-LAUT-KIAN-STRATEGIS/?category_id=8 diakses pada tanggal
26 september 2015 pukul 11.19 WIB
http://www.bworldonline.com/content.php?section=Opinion&title=Seafoodand-aquaculture-exports&id=86638
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5123/Pengembangan-Industri-RumputLaut-Olahan-Minim
http://www.mb.com.ph/big-demand-for-seaweeds-but-production-low/
http://industri.bisnis.com/read/20140912/99/257019/filipina-bergantung-padapasokan-rumput-laut-indonesia

http://investphilippines.gov.ph/philippines-and-indonesia-to-sign-mou-todevelop-seaweeds-industry/