PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

PROJECT PROPOSAL
PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT
DAN PRODUKSI REFINE KARAGINAN
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PT. INTANA GROUP JAKARTA
TAHUN 2014

BUDIDAYA
RUMPUT LAUT

BAB I
PENDAHULUAN
Luas perairan Indonesia diperkirakan mencapai 11 juta hektar atau 2/3 bagian
berupa laut sebagai kawasan yang akan memberikan harapan baru bagi masyarakat
pesisir khususnya bagi pengembangan komoditas unggulan nasional, diantaranya
budidaya rumput laut.
Rumput laut sebagai komoditas perdagangan internasional karena komoditas
ini telah diekspor ke beberapa negara dan memiliki nilai ekonomis dan prospek cukup
cerah.
Usaha budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha budidaya yang paling

mudah untuk dilakukan. Dengan modal yang tidak terlalu besar, beberapa keluarga
masyarakat pesisir dapat melakukan usaha budidaya rumput laut di sekitar perairan
mereka. Terlebih lagi pada mayoritas daerah pesisir Kawasan Timur Indonesia
khususnya di Sulawesi Tenggara, pada perairan yang berada di luar jalur transportasi
umum dan tradisional, mempunyai kondisi yang sangat memungkinkan untuk
melakukan usaha budidaya rumput laut. Dengan persyaratan kondisi oceanografi pada
kisaran yang normal termasuk kecepatan arus dan gelombang serta tinggi pasang surut
dan konsentrasi kandungan unsur hara perairan yang normal sangat memungkinkan
pengembangan usaha ini terus dilakukan. Saat ini pola budidaya rumput laut yang
diterapkan masyarakat pesisir umumnya telah beralih dari system rakit ke system long
line yang lebih memberikan harapan peningkatan produksi yang lebih besar.
Jenis rumput laut yang dibudidayakan masyarakat Indonesia antara lain:
Euchema dan Gracilaria, yang dikembangkan menjadi beberapa jenis produk,
bermanfaat sebagai bahan pengental dan pemadat, misalnya untuk pembuatan bir, susu,
pasta gigi, cream, dessert gels, dan lain sebagainya.
Mengingat tingginya permintaan komoditas rumput laut cukup baik bagi pasar
lokal

maupun


ekspor,

maka

penduduk

pesisir

terdorong

untuk

melakukan

pengembangan budidaya rumput laut. Sedangkan potensi sumber daya budidayat laut
cukup besar diwilayah perairan nusantara dan biaya produksi relatif cukup murah.

1

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT (EUCHEUMA)
Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di perairan yang
mempunyai rataan terumbuh karang. Ia melekat pada substrat karang mati atau kulit
kerang ataupun batu gamping di daerah intertidal dan subtidal. Tumbuh tersebar hamper
di seluruh perairan Indonesia. Sebaran Eucheuma dapat dilihat pada table dan peta di
bawah ini.
Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia (Atmadja & Sulistijo 1983)
Jenis Rumput Laut
Eucheuma Spinosum

Sebaran Perairan
Kep. Riau, Selat Sunda, Kep. Seribu (Jawa Barat),
Sumbawa (NTB), Ngele-Ngele, Sanana (NTT), Wakatobi
dan Muna (Sulawesi Tenggara), Kep. Banggai dan Togian,
P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Seram Timur, Kep.
Kei dan Kep. Aru (Maluku)
Eucheuma edule
Kep. Seribu (Jawa Barat), Bali, Seram Timur (Maluku), P.
Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Wakatobi dan P. Muna
(Sulawesi Tenggara), Tolimau, Kep. Kei (Maluku).

Eucheuma serra
Bali
Eucheuma cottonii
Kep. Banggai, Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi
Tengah), P. Seram Timur, Selat Alas Sumbawa.
Eucheuma crassum
Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kep. Aru (Maluku
Tenggara)
Eucheuma Amoldhii
Bali, Seram Timur (Maluku)
Eucheuma leewenii
Nusa Kambangan (Jawa Tengah)
Eucheuma crustaeforme
Kep. Sangir (Sulawesi Utara)
Eucheuma horizontal
P. Selayar (Sulawesi Selatan)
Eucheuma adhaerens
P. Ternate (Maluku Utara)
Eucheuma vermiculare
Kep. Seribu (DKI Jakarta)

Eucheuma dichotomum
Kep. Seribu (DKI Jakarta), Kep. Kei, Elat (Maluku)
Eucheuma cervicome
Seram Timur (Maluku)
Eucheuma striatum
Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma simplex
Seram Timur (Maluku)
Eucheuma Spp.
Seram Timur (Maluku)
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

2

BAB III
SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi
kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu.
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu

harian yang kecil dan substrat batu karang mati.
PERSYARATAN BUDIDAYA
Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :
-

Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu
karang

-

Kedalaman air pada surut terendah 1 - 30 cm.

-

Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai.

-

Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit.


-

Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih.

-

Suhu air berkisar 27 - 28oC, salinitas berkisar 30 - 37 ppt dan pH 6,5 - 8,5.

TEKNIK BUDIDAYA
Metode Budidaya
Beberapa metode budidaya rumput laut jenis ini adalah :


Metode Lepas Dasar
digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga
memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.



Metode Rakit Apung

dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak,
sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu.



Metode Long Line
, menggunakan tali panjang 50 - 100 m yang dibentangkan, dan pada kedua
ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 m diberi pelampung
utama terbuat dari drum plastik.

3

Proses Pengikatan dan Peletakkan Rumput Laut
Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri :


Bercabang banyak dan rimbun




Tidak terdapat bercak



Tidak terkelupas



Warna cerah



Umur 25 - 35 hari



Sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan.
Pada saat pengangkutan bibit tetap terendam didalam air laut dengan


menggunakan kotak styrofoam atau karton berlapis plastik.lalu Bibit disusun berlapis
dan berselang-seling antara pangkal tallus dan ujung tallus dan antara lapisan dibatasi
dengan kain yang sudah dibasahi air laut. Hindari bibit agar tidak terkena minyak,
kehujanan maupun kekeringan. selanjutnya Bibit diikat dengan tali raffia pada tali
penggantung.
Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang
telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm didasar
perairan. Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung
bawahnya. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok
yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris Polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun
jarak ideal antara tali rentang sekitar 20 - 25 cm.
Perawatan dan Pemeliharaan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan selama masa pemeliharaan adalah
sebagai berikut :
-

Bersihkan tallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel, sehingga tidak
menghalangi tanaman dari sinar matahari.

-


Bersihkan tali penggantung dari sampah atau tumbuhan liar.

-

Periksa keutuhan tali gantungan, perbaiki jika ada yang putus atau kencangkan jika
tali agak kendor atau ganti dengan tali yang baru.

-

Periksa tanaman dari gangguan penyakit.

4

-

Hama lain rumput lain yang harus diwaspadai antara lain larva bulu babi, teripang,
ikan-ikan herbivora seperti baronang.

Pemanenan dan Pengeringan
Waktu pemanenan tergantung dari tujuannya. Untuk mendapatkan bibit,
pemanenan dilakukan pada umur 25 - 35 hari, dan untuk produksi dengan kualitas
tinggi yang kandungan keraginannya banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari.
Pemanenan

dilakukan

dengan

mengangkat

seluruh

tanaman

beserta

tali

penggantungnya. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong
tali.
Setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dengan menjemur.
Rumput laut dijemur dengan menggantungkan atau diletakkan pada para-para sehingga
tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya. Sambil penjemuran dilakukan
pembersihan dari kotoran dengan mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah
dan lainnya. Jika cuaca cerah, penjemuran cukup 3 - 4 hari yang ditandai dengan warna
ungu keputihan dilapisi kristal garam.

Nilai Ekonomis
Rumput laut Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan, sehingga memiliki nilai ekspor yang
sangat baik. Kadar keraginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 - 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.

5

Kegunaan Produk Rumput Laut Dalam Industri Pangan dan Non Pangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Industrial Grade
Karet sintetis
Bahan campuran kertas
Komp. Textile
Pakan ternak
Finishing kulit
Bahan cat
Pengeboran
Ragam produk inovatif

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Farmasi Grade
Bahan pembuat gigi
Pelembab
Tablet
Shampoo
Shaving cream
Pasta gigi
Lotion

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

6

Food Grade
1. Minuman ringan
2. Produk coklat
3. Makanan beku
4. Ice cream
5. Pudding
6. Tepung roti
7. Kerupuk
8. Pengental sirup
9. Produk jamu
10. Saus tomat

BAB IV
ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN
4.1. Aspek Hukum
Dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut ada beberapa aspek hukum
yang perlu diperhatikan seperti penentuan lokasi budidaya, daya dukung perairan yang
berkaitan dengan jumlah unit usaha serta pengembangan kawasan dan kelembagaan.
Secara umum hal-hal tersebuts udah tertuang pada Pedoman Umum Budidaya Rumput
Laut.
4.2. Perizinan Usaha
Perizinan usaha budidaya rumput laut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
31. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.
02/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan, berikut ini adalah criteria
pembudidaya rumput laut yang tidak diwajibkan memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP),
yaitu:


Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar tidak



lebih dari 8 (delapan) unit (1 unit berukuran 100 x 5 m2).
Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung tidak



lebih dari 20 (dua puluh) unit (1 unit = 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2).
Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode long line tidak lebih
dari 2 (dua) unit (1 unit berukuran 1 ha).

*) Walaupun tidak wajib untuk memiliki IUP tetap wajib untuk mencatatkan usahanya
tersebut pada pihak yang membidangi kelautan dan perikanan, missal Dinas Perikanan
setempat.
4.3. Kemitraan
Di tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Pedoman
Umum Pola Kemitraan. Essensial dari Pedoman umum tersebut adalah sebagai panduan
bagi selurh pelaku usaha / stakeholders di bidang pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan tentang kemitraan yang dapat diterapkan dengan saling berbagi dalam hal
biaya, resiko dan manfaat dengan menggabungkan kompetensi yang dimiliki masing-

7

masing berazaskan kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat, saling
menguntungkan.
4.4.

Landasan Hukum
a. UU No. 31/2004 tentang Perikanan;
b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
d. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa “Kerjasama
Kemitraan antara Industri Besar dan Menengah dengan Industri Kecil”;
e. UU No. 1/1987 tentang Kamar Dagang dan Industri Pasal 3; Pasal 7; Butir D, E
f.
g.
h.
i.
j.

dan F;
UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian;
UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
PP No. 44/1997 tentang Kemitraan
PP No. 32/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
Kepres No. 99 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha

Besar dengan Syarat Kemitraan.
k. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

8

BAB V
ESTIMASI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM LONG LINE,
SELUAS 1 HEKTAR PER MUSIM TANAM (1 SIKLUS)
5.1.

Investasi

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

5.2.

Tali rentang PE 4 mm
Tali PE 6 mm
Tali Jangkar PE 10 mm
Patok (Pipa cor)
Styrofoam bulat diameter 50 cm
Botol aqua 500 ml
Perahu dayung (untuk 2 org)
Timbangan gantung
Peralatan kerja
Para-para penjemuran

5.3.
No

Harga Sat.
40.000
40.000
40.000
200.000
200.000
1.000
1.500.000
500.000
500.000
1.500.000

Jumlah
400.000
400.000
2.000.000
12.800.000
3.200.000
1.000.000
1.500.000
500.000
500.000
1.500.000
23.800.000

Biaya Produksi

No
1
2
3
4
5
6
7

Vol
Jml Sat
10 kg
10 kg
50 kg
64 bh
16 bh
1000 bh
1 bh
1 bh
1 pkt
1 unit

Uraian

Vol
Jml Sat
9 OH
3 OH
9 OH
1 paket
6400 kg
208 ball
0,15

Uraian
Biaya Penanaman
Biaya pemasangan konstruksi
Biaya pemanenan
Biaya Transportasi
Bibit
Tali PE 1 mm
Penyusutan Inventaris

Harga Sat.
100.000
200.000
100.000
1.000.000
2.500
60.000
1.250.000

Jumlah
900.000
600.000
900.000
1.000.000
16.000.000
12.480.000
187.500
32.067.500

Pendapatan
Vol
Jml Sat
5600 kg
6400 kg

Uraian

1 Panen Bibit
2 Panen Kering (Produksi)
Hasil Panen
3 Biaya Produksi
Laba Usaha

9

Harga Sat.
2.500
15.000

Jumlah
14.000.000
96.000.000
110.000.000
32.067.500
77.932.500

5.4.
1.
2.
3.
4.

Kelayakan Usaha
R/C Ratio
Payback period
Return of Investment (ROI)
B/C

3.43
0.71
227
2.43

10

PENGEMBANGAN
PRODUKSI
REFINE KARAGINAN

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu Botani, rumput laut (seaweeds) masuk kategori macro algae,
tanaman sederhana yang tumbuh di air bergaram dan lingkungan laut. Oleh Yang
Maha Pencipta, manusia di dunia dianugrahi lebih dari 7000 species rumput laut
yang tersebar baik di perairan tropis maupun subtropis. Secara garis besar, rumput
laut dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu rumput hijau (Chlorophyta) yang biasanya
hidup di laut dangkal; rumput laut coklat (Phaeuphyta) biasanya hidup di laut sedang;
dan rumput laut merah (Rhodophyla) yang tumbuh di laut dalam.
Beberapa rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis
yang penting adalah rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria,
Gelidium,

Gelidiopsis,

dan

Hypnea,

rumput

laut

penghasil

karaginan

(Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, Eucheuma
striatum, rumput laut penghasil algin, yaitu Sargassum, Macrocystis, dan Lessonia
Karaginan, telah dikenal sejak abad 19 dan semula dikembangkan dari
rumput laut merah kecil Irish Moss yang biasa tumbuh di perairan dingin. Industri
karaginan berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai jenis rumput laut lain
yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis
dengan biaya relatif murah. Volume pasar sckitar 15.000-20.000 ton / tahun dengan
penyebaran Eropa (35 %), Asia Pasifik (25 %), Amerika Utara (25 %) dan Amerika
Selatan (15 %). Penggunaan karaginan mayoritas untuk indusrri makanan dan
kosmtika.
Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida
rantai panjang yang diektraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofi, seperti
Eucheuma sp, Chondrus s, Hypnea sp dan Gigartina sp. Polisakarida tersebut
disusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4)
3,6 anhidrogalaktosa secara bergantian, baik mengandung ester sulfat atau tanpa
sulfat.

1

Refine Caragenan

CH2OH

CH2

O3SO
Struktur kappa (?)
Karaginan

OH
CH2OH

OH
CH2

O3SO
Struktur lota
Karaginan
OH

O3SO3
CH2OSO3

CH2OH
HO

Struktur lamda (a)
Karaginan
O

H (30%)

OSO3

SO3 (70%)

Didasarkan pada stereotype struktur molekul dan posisi ion sulfatnya,
karaginan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu iotakaraginan, kappa-karaginan dan
lamda-karaginan. Ketiganya berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap protein.
Kappa-karaginan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iotakaraginan
membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah di bentuk. Selain itu masing-masing
karaginan juga di hasilkan oleh jenis rumput laut yang berbeda. Kelarutan karaginan
di dalam air di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya temperatur, kehadiran
senyawa organik lainnya, garam yang larut dalam air serta tipe karaginan itu sendiri.
Hal yang paling penting mengontrol daya larut dalam air yaitu hidrophilicity dari
molekul yang merupakan group ester sulfat dan unit galaktopiranusil dari karaginan.
Derajat kekentalan karaginan di poengaruhi oleh konsentrasi temperatur dan
molekul lain yang larut dalam campuran tersebut, kekentalan larutan karaginan akan
berkurang dengan cepat, siring meningkatnya temperatur. Kekentalan karaginan
dalam membentuk gel ( menjedal) dibedakan dari yang kuat sampai rapuh (britle)
dengan tipe yang lembut dan elastis. Tekstur tersebut tergantung dari jenis
karaginan, konsentrasi, keberadaan ion-ion lain, keberadaan larutan lain dan
senyawa hidrokoloid yang tidak membentuk gel. Apabila dalam larutan terdapat ion
potasium, gel kappa-karaginan cenderung lebih rapuh di bandingkan iota karaginan
disebabkan oleh keberadaan 2 sulfat pada polimernya.
2

Refine Caragenan

BAB II
ANALISA PASAR

II.1 Produk
Fungsi utama dari Karaginan

adalah sebagai bahan pemantap, penstabil,

pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Karaginan
pada industri makanan digunakan untuk meningkatkan viskositas sup, saus, juga
fruit jelly sebagai bahan pengental (thickening agent) dan penstabil alami, memberi
kehalusan dan keseimbangan es krim dan keju, permen, pada industri crackers,
wafer, kue dan jenis biskuit lainnya untuk mendapatkan tekstur yang renyah perlu
ditambahkan Karaginan untuk menghasilkan biskuit rendah kalori untuk program
diet, yang formulanya perlu ditambahkan dengan agar-agar

. Karaginan juga

digunakan sebagai penjernih pada berbagai industri minuman seperti bir, anggur,
kopi dan sebagai penstabil pada minuman cokelat. Dalam dunia kesehatan, seperti
pada Perang Dunia II, Karaginan digunakan untuk membersihkan luka. Hal ini
karena Karaginan mempunyai komponen yang dapat menghentikan pendarahan,
menggumpalkan darah, sehingga luka mudah untuk dibersihkan. Karaginan juga
mempunyai efek laksatif yaitu sebagai obat pencahar.
Pada bidang farmasi, Karaginan di manfaatkan dengan sangat luas karena
dapat berfungsi sebagai suspending agent, emulsifer, stabilizerfilm former, binder,
coating agent, thickener, gelling agent, sineresis inhibitor, christalization inhibitor,
encapsulating agent, flocculating agen, protective coloid. Salah satu sifat di gunakan
untuk pembuatan kapsul obat dan vitamin, campuran obat pencahar, pasta gigi,
kosmetika (bahan baku sabun, lipstik, salep, lotion, dan krim), makanan ternak,
campuran keramik, campuran cat, pembuatan kertas serta banyak lagi untuk
pemanfaatan yang lainnya.

3

Refine Caragenan

II.2 Permintaan dan Penawaran
Pasar karagenan di dunia setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat
pemanfaatan Karaginan untuk berbagai kebutuhan industri makanan, minuman,
farmasi dan industri lainnya mencapai 33.000 ton dengan kebutuhan bahan baku
karaginofit sekitar 165.000 ton. Terutama untuk jenis Eucheuma sp. Sementara
produksi Eucheuma sp dunia hanya mencapai 149.000 ton sehingga masih terdapat
kekurangan 16.000 ton. Produksi Eucheuma sp, dunia dapat di lihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel Produksi Eucheuma sp di Dunia ( Ton Kering)
Eucheuma sp
Indonesia
Filippina
Tanzania (zanzibar)
Lainnya
Total

Produksi
25.000
115.000
8.000
1.000
149.000

Persentase
16,7
77,2
5,4
0,7
100

Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm (dalam McHugh D J 2003)

Tabel Karaginan menurut pemanfaatannya di Dunia (2001)
Aplikasi
Dairy
Meat and poultry
Water gels
PES food grade
Pasta gigi
Lainnya
Total

Volume (Ton)
11.000
5.000
5.000
8.000
2.000
2.000
33.000

Persentase
33
15
15
25
6
6
100

Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm

Kebutuhan Eucheuma sp

di dalam negeri dan eksport pada tahun 2005

sebesar 50.000 ton, sedangkan produksinya baru mencapai 32.000 ton. Dengan
demikian masih terdapat kekurangan 18.000 ton yang belum dipenuhi dengan
pegembangan budi daya jenis tersebut.
Prediksi pasar dunia dalam kurun waktu 3 tahun kedepan (2008-2010),
kebutuhan produk olahan rumput laut di prediksi terus meningkat, seiring dengan
kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke produk-produk hasil alam
( BACK TO NATURE ). Kecenderungan sudah terlihat dari meningkatnya ekspor

4

Refine Caragenan

bahan baku rumput laut ke berbagai negara untuk di olah menjadi produk siap pakai
seperti dalam tabel di atas. Pada tahun 2008-2010 prediksi pasar dunia produk
olahan rumput laut meningkat sekitar 10 % setiap tahun untuk Karaginan semirefine
(SRC), agar dan alginat untuk industri (industrial grade). Sementara alginat untuk
makanan ( food grade) sebesar 7,5% dan Karaginan refine (RC) sebesar 5%.
Tabel prediksi pasar dunia Produk Olahan Rumput laut ( Ton)
Jenis Produk
Karaginan (RC)
Karaginan (SRC)
Agar
Alginat (Food Grade)
Alginat ( Industrial Grade)

2008
28.850
40.355
14.970
12.400
25.090

2009
30.285
44.390
16.470
13.330
27.600

2010
31.800
48.830
18.120
14.330
30.360

Sumber : Jana T Anggodiredja TIM RL BPPT

Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada setiap tahun
produksi olahan rumput laut meningkat dengan signifikan, yang menyebabkan
permintaan produk olahan rumput laut meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri.

II.3 Persaingan Usaha
Industri

pengolahan

rumput

laut

kian

berkembang

seiring

dengan

berkembangnya produk turunan dari rumput laut dan permintaan pasar yang
menjanjikan baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa perusahaan yang
bergerak dalm pengolahan rumput laut menjadi Karaginan adalah sebagai berikut :

Nama Perusahaan / Industri
1. Sulawesi
PT. Bantimurung Indah
CV Cahaya Cemerlang
PT Giwang Citra Laut
2. Jawa Timur
PT Centram

Lokasi
Kab Maros
Makassar
Takalar
Surabaya
5

Refine Caragenan

PT Seamatec
PT Surya Indo Algas
PT Amarta Carrageenan
PT Algalindo
PT Agarin Murni
3. Jawa Tengah
PT Michellindo
4. NTB/NTT
PT Phoenix Mas
5. Jawa Barat / Banten
PT Galic Arta Bahari
PT Gumindo Perkasa Ind
6. Bali
PT Dharma Nirmala Sakti

Surabaya
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Malang
Pekalongan
Lombok Barat
Bekasi
Banten
Klungkung

Sumber Tim rumput Laut BPPT

BAB III
UNIT PRODUKSI
III.1 Lokasi
Penentuan lokasi proyek sangat menentukan terhadap perkembangan
perusahaan karena harus di pilih daerah yang benar-benar cocok dengan jenis
usaha nantinya, adapun hal-hal yang harus di perhatikan antara laian :
1. Posisi Geografis, kondisi dan kecocokan lahan.
2. Kemudahan mendapatkan bahan baku. Dan bahan pembantu lainnya
3. Mengingat industri pengolahan rumput laut ini pengeringannya sudah
menggunakan alat pengering (dryer), akan tetapi untuk menjaga kelancaran
produksi maka bantuan sinar matahari pun sangat membantu dalam proses

6

Refine Caragenan

pengeringan oleh karena itu di pilih daerah dengan tingkat intensitas sinar
matahari yang tinggi.
4. Ketersediaan sumber air yang tinggi, karena usaha ini memerlukan air dalam
jumlah yang besar.
5. Akses jalan yang lancar atau mudah di jangkau
6. Status lahan
7. Lokasi yang memperhitungkan aspek Analisis dampak lingkungan baik dalam
lingkungan alam atau pun dalam lingkungan sosial.
8. Ketersediaan SDM yang mencukupi dalam arti memiliki pengetahuan danj
keahlian ( keterampilan).
III.2 Status & Kondisi Tanah
Luas dan kondisi tanah tidak dapat di perhitungkan dengan terinci, mengingat
ini adalah sebagai usulan proyek pendirian maka luas tanah disesuaikan dengan
luas bangunan serta sarana dan prasarana lainnya, yang pada akhirnya luas tanah
mencukupi untuk pembangunan proyek dan perluasan ke depan.
Sebagai bahan acuan maka untuk proyek ini memerlukan lahan ± 2 Ha
dengan harga pembelian di perkirakan ± Rp 100.000,2 x 10.000 M

2

= 20.000 M

2

---------20.000 x Rp 100.000,- = Rp 2.000.000.000,-

III.3 Status & Kondisi Bangunan
Uraian Bangunan

Estimasi Biaya

Ukuran

Bangunan Utama, Kantor, dan kontruksi

2

1000 M

(Rp)
2.355.000.000

2

pabrik ( Rp 2.355.000 per M
)
Bak Penampungan Air Bersih

5x4x3=

2

( Rp 392.500 per M
)
Bak Limbah & Pengolahan Limbah
Sumur Bor 8 L/detik 2 Buah
Jumlah

60 M
400 M

23.550.000

3
2

314.000.000
471.000.000
5.163.550.000

III.4 Peralatan
Kapasitas Produksi selama satu bulan sebanyak 30 Ton RC
7

Refine Caragenan

NO

URAIAN KEBUTUHAN

1
2
3
4

Boiler 3 ton
Boiler 6 Ton
Tangki Proses
Tangki Penampungan Agar-agar Kotor
10,000 L
Tangki Penampungan Agar-agar Bersih
8,000 L
Tangki Penampungan NaOH / KOH
10,000 L
Filter Press
PHE
Pompa Piston
Tangki Penampungan H2SO4 (Carbon
Steel ) 10,000 L
Hoise Crane 2 Ton
Hoise Crane 1 Ton
Hydrolic Press
Cruisell Mill
Disk Mill / Hammer Mill
Ayakan
Mixer Tepung
Dryer Rotary
Pompa Kimia H2SO4
Pompa Agar-agar bersih
Pompa Air Bersih
Pompa NaOH / KOH
Pompa Sumur
Genset 150 KVA
PLN 150 KVA
Sumur Bor Minimal 8 L / detik
Agitator
Blower
Elektrical
Piping Installation
Peralatan Lab
Peralatan Kantor
Biaya Lain-lain
JUMLAH

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

1
1
6
1

HARGA
SATUAN
(Rp)
1.256.000.000
2.041.000.000
157.000.000
94.200.000

JUMLAH
HARGA
(Rp)
1.256.000.000
2.041.000.000
942.000.000
94.200.000

1

78.500.000

78.500.000

2

94.200.000

188.400.000

2
1
4
1

157.000.000
235.500.000
314.000.000
94.200.000

314.000.000
235.500.000
1.256.000.000
94.200.000

1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1

31.400.000
23.550.000
78.500.000
39.250.000
78.500.000
31.400.000
15.700.000
235.500.000
11.775.000
15.700.000
11.775.000
11.775.000
78.500.000
392.500.000

31.400.000
23.550.000
157.000.000
39.250.000
157.000.000
31.400.000
15.700.000
471.000.000
11.775.000
15.700.000
11.775.000
11.775.000
78.500.000
392.500.000

1
6
2

235.500.000
47.100.000

235.500.000
282.600.000
39.250.000
274.750.000
314.000.000
11.775.000
31.400.000
157.000.000
9.294.400.000

JUMLA
H

III.5 Bahan Baku

8

Refine Caragenan

Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah, dan
panjang pantai mencapai 81.000 km, merupakan peluang potensi budidaya laut yang
sangat besar untuk dikembangkan. Potensi budidaya laut diperkirakan mencapai
luas 24,5 juta ha, dan 1.110.900 ha diantaranya merupakan areal yang potensial
untuk budidaya rumput laut. Luas efektif perairan untuk pengembangan budidaya
rumput laut diperkirakan mencapai 222.180 ha (20% dari luas areal potensial), yang
mana jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum,
Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Freddy Numberi saat melakukan panen raya rumput laut di Kabupaten
Yapen Waropen, Propinsi Papua (14/09/07).
Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton,
dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka
yang cukup signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, yakni
933,000 ton untuk sasaran tahun 2005, dan 1.120.000 ton sasaran pada tahun 2006.
Dalam program revitalisasi perikanan budidaya sasaran produksi rumput laut pada
tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000 ton.
Secara

umum

kandungan

dan

komposisi

kimia

rumput

laut

dipengaruhi oleh jenis rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur
panennya. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur panen
rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu (Suryaningrum
et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas
karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada
umur 45 hari, sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen
yang berumur 60 hari. Eucheuma cottonii mengandung kadar abu 19,92
%, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 % dan karbohidrat
68,48 %
Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan
manusia. Dari bangun pagi sampai mau tidur, manusia memerlukan produk dari
rumput laut, yakni dari produk makanan, pasta gigi, kosmetik, obat-obatan, bahkan
sampai produk industri besar lainnya.

9

Refine Caragenan

III.6 Proses Produksi
Proses produksi Karaginan ada tiga tipe yaitu kappa Karaginan, iota
Karaginan dan lamda Karaginan yang dibedakan oleh jumlah dan posisi ester sulfat
dan kandungan dari 3,6 anhidro galaktosa. Produk-produk kappa, iota mapun lamda
Karaginan dipetoleh dari bahan baku yang berbeda dengan metode produksi yang
berbeda pula. Indonesia tidak mempunyai bahan baku untuk pembuatan lamda
Karaginan.
Tabel beberapa teknologi pe ngolahan Karaginan dari Eucheuma sp
Bahan Baku

Tahap
Produksi

Jenis/Tipe
Karaginan

E Spinosum

Refine

Iota-karaginan

Refine

Kappa-Karaginan

Metode

Bentuk
Produk

Metode Alkohol

Powder

Metode Alkohol

Powder

Metode Pressing

Powder

E Cottonii
Chip
Food Grade
Kappa Karaginan

Alkali Panas

Industrial Grade
Kappa Karaginan

Alkali Panas

Powder

Semi Refine
Chip
Powder

Proses Produksi karaginan murni (refine carageenan/RC)
Untuk

mendapatkan

Karaginan

murni

dilakukan

dengan

mengektrasi

Karaginan dari rumput laut. Ada dua metode proses produksi yaitu metode alkohol
(alcohol metode) dan metode tekan (pressing metode).
a. Metode Alkohol ( alcohol method)
Metode ini dapat digunakan untuk memproduksi Karaginan dari Eucheuma
spinosum yang menghasilkan iota-Karaginan dan Eucheuma cottonii yang
menghasilkan kappa Karaginan. Alir proses produksi dengan metode alkohol
sebagai berikut :
1)

Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam
dan jenis-jenis rumput lainnya.

2)

Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali
dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90

10

0

C selama 2 jam,

Refine Caragenan

untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk
Eucheuma cottonii gunakan KOH.
3)

Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.

4)

Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
temperatur pemanasan sekitar 90

0

C selama 18 jam untuk Eucheuma

cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5)

Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam

6)

Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.

7)

Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.

8)

Penambahan alkohol : alkohol yang digunakan dalam industri
Karaginan adalah etanol ( di labolatorium biasanya di gunakan
isopropanol). Tambahkan etanol secara perlahan-lahan pada filtrat, sambil
di aduk sampai terbentuk serat Karaginan yang terpisah dengan
cairannya.

9)

Pengeringan dan pembuatan tepung (grinding) : keringkan serat
Karaginan dalam alat pengering dalam suhu 60

0

C selama 15-20 jam,

kemudian buat tepung dengan mesin grinding
10)

Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya

11)

Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.

Biaya produksi untuk metode ini sangat tinggi sehingga saat ini jarang
digunakan dalam industri kecuali untuk produski iota-Karaginan
b. Metode Tekan (pressing method)

11

Refine Caragenan

Metode ini hanya digunakan untuk produski kapa-karaginan dengan bahan
baku Eucheuma cottonii, metode ini sama dengan metode alkohol dia atas
hanya berbeda teknik dalam pemisahan Karaginan dari larutan sol, alur
prosesnya adalah sebagai berikut :
1)

Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam
dan jenis-jenis rumput lainnya.

2)

Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali
dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90

0

C selama 2 jam,

untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk
Eucheuma cottonii gunakan KOH.
3)

Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.

4)

Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
temperatur pemanasan sekitar 90

0

C selama 18 jam untuk Eucheuma

cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5)

Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam

6)

Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.

7)

Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.

8)

Penjedalan : tambahkan larutan KCL, dengan konsentrasi tertentu
pada filtrat larutan sol, kemudian aduk, tuangkan larutan kedalam
cetakan/loyang, diamkan pada suhu kamar samapai menjedal membentuk
gel.

Proses

penjedalan

dapat

pula

di

lakukan

dalam

ruang

pendingin/freezer selama 12 jam. Pada industri besar digunakan conveyor
( ban berjalan) pendingin samapai menjedal. Selain itu bisa juga
mengunakan tabung pendingin yang ditekan secara sistem hidrolik.

12

Refine Caragenan

9)

Prose tekan : keluarkan air dari gel Karaginan dengan cara tekan
(press). Caranya susun gel secara berlapis-lapis, masing-masing di batasi
dengan kain saring, lalu tekan dengan beban selama 12-14 jam sehingga
diperoleh bentuk lembaran Karaginan. Dalam skala indsutri, pengepresan
menggunakan alat yang disebut hydroextractor.

10)

Pengeringan

:

untuk

memudahkan

pengeringan,

lembaran Karaginan ( memerluas permukaan )
dengan alat pengering pada temperatur 60

0

potong-potong

kemudian keringkan

C sampai kering. Biasanya

lembaran Karaginan di bentuk dalam menjadi pelet, lalu di masukan
kedalam mesin pengering tertutup untuk mengurangi kontak langsung
dengan udara terbuka.
11)

Pembuatan tepung : lembaran Karaginan yang sudah kering di
jadikan menjadi tepung melalui proses grinding

12)

Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya

13)

Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.

BAB IV
ASPEK USAHA
Produk jadi pengolahan numput laut banyak di gunakan untuk bahan baku
pada indsutri-industri seperti makanan, minuman, farmasi ataupun kecantikan.

13

Refine Caragenan

Industri di atas berpotensi akan terus meningkat karena produk tersebut
merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat, maka industri ini akan terus meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk.
Potensi eksport karaginan dunia pun akan semakin meningkat siring :
1. Berkembangnya industri daging dan dairy khusus pada pasar amerika serikat.
2. Konsumsi Karaginan Jepang diperkirakan akan terus meningkat sekitar 11%
pertahun dengan pengikatan import sekitar 8% pertahun (BPPT)
3. Berkembangnya industri Pangan, Farmasi dan kosmetik dunia
Potensi penyerapan Karaginan nasional masih besar mengingat konsumsi
Karaginan pada industri pemakai di indonesia masih ada yang melakukan impor (
sumber Riset Corinthian), sehingga peluang berkembangnya usaha pengolahan
rumput laut menjadi Karaginan berpeluang untuk melakukan substitusi impor
Karaginan nasional
Potensi penyerapan Karaginan pada negara tujuan eksport seperti china
melalui hongkong masih sangat besar mengingat penduduk negara tersebut adalah
yang terbesar di dunia,dan Karaginan banyak di serap oleh industri makanan jadinya
seperti jelly dan daging olahan.
V.1 Resiko Usaha
Setiap bidang usaha yang dijalankan pasti memiliki resiko usaha yang
dipengaruhi baik dari faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
pendapatan laba perusahaan, resiko-resiko usaha itu antara lain:
1. Resiko pasokan bahan baku dan perdagangan.
Perusahaan memperoleh bahan baku utama berupa rumput laut hasil
kelautan dari para pengumpul dan petani yang sangat di pengaruhi oleh
hasil penan petani serta persaingan dengan pembeli lainnya baik domestik
maupun internasional. Keterbatasan penyediaan bahan baku rumput
karena para petani rumput lebih menyukai menjual rumput kering untuk di
eksport karena dengan daya beli yang tinggi.
2. Resiko persaingan.
Persaingan yang di hadapi perusahaan dengan para pesaing dari dalam
maupun dari luar negeri mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar dan
menurunnya harga jual barang dagangan perusahaan yang pada
gilirannya juga akan mengurangi pendapatan perusahaan.
14

Refine Caragenan

3. Resiko fluktuasi harga bahan baku dan barang dagangan.
Sebagian bahan baku dan barang dagangan perusahaan merupakan
produk internasional dengan harga berfluktuatif yang dipengaruhi oleh
tingkat penawaran dan permintaan dipasar domestik dan internasional,
kualitas hasil panen dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang
terkait dengan transaksi barang dagangan.
4

Resiko kerusakan dalam proses pengolahan yang berakibat penurunan
mutu barang jadi

5

Resiko bahan baku dan

barang dagangan yang tidak memenuhi

standar.
Perusahaan akan mengalami kerugian bila bahan baku dan barang
dagangan yang dibelinya tidak memenuhi standar mutu seperti : Rumput
laut yang jelek sehingga kadar tepungnya yang sedikit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hasil produksi perusahaan. Semua hasil
produk jadi dan barang dagangan perusahaan memiliki harga jual yang
tergantung dengan mutu / kualitas.
6.

Resiko perekonomian dan sosial politik
Krisis ekonomi yang melanda negara – negara Asia termasuk Indonesia
sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kondisi perekonomian yang tidak
menentu baik domestik maupun regional. Memburuknya kondisi ekonomi
yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat yang pada
akhirnya

akan

mempengaruhi

perdagangan

internasional

sehingga

pedapatan perusaahan ikut terpengaruh. Tingginya suku bunga pada
tahun 2006 dan dampak dari kenaikan BBM pada akhir 2005 sangat
mempengaruhi kelangsungan usaha di Indonesia. Hal ini belum diambah
dengan belum stabilnya kondisi keamanan dan politik.

7.

Resiko kebijakan pemerintah
Kegagalan dan mengantisipasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah
dalam rangaka otonomi daerah termasuk di bidang moneter serta fiskal
dapat mempengaruhi kegiatan dalam kinerja perusahaan.
15

Refine Caragenan

8.

Resiko kebijakan negara tujuan ekspor
Dengan adanya perubahan kebijakan fiskal pada negara tujuan ekspor
dapat mempengaruhi perolehan pendapatan laba.

9.

Resiko pemogokan karyawan
Industri pengolahan rumput laut menjadi tepung karagenan, merupakan
perusahaan yang mengoptimalkan sumber daya manusia, sehingga
sumber daya manusia merupakan asset penting bagi perusahaan yang
dapat menghambat proses produksi, apabila terjadi pemogokan karyawan.

Adapun kendala yang dialami ketika memasuki industri ini (Entry Barrier),
adalah :
1. Membutuhkan modal kerja yang besar karena pembelian rumput secara
tunai, serta peralatan yang memadai untuk menghasilkan karaginan
dengan kualitas ekspor ( kualitas baik)
2. Butuh pengetahuan dan pengalaman untuk mempertahankan hasil
produksi yang sesuai dengan standar mutu yang baik.
3. Butuh pengalaman pada perdagangan internasional karena produk jadi
berorientasi eksport
4. Kepercayaan pengguna produk olahan / konsumen masih lebih tinggi
terhadap produk impor dari pada produk dalam negeri.
5. kontinuitas dan kualitas produksi dalam negeri belum terjamin.
6. Beberapa industri dalam negeri tidak mampu memproduksi sesuai
kapasitas permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bahan baku
yang

berkualitas. Hal ini merupakan akibat dari persaingan dengan

industri pengolah di luar negeri, dengan kata lain harga ekspor bahan baku
lebih menarik bila di bandingkan dengan daya beli bahan baku dalam
negeri

V.2 Strategi Usaha
Penanggulangan kendala perusahaan yang dijelaskakan diatas, dapat kita
antisipasi dengan menggunkanan strategi usaha sebagai berikut :

16

Refine Caragenan

1. Letak perusahaan diusahan dekat dengan sentra produsen rumput laut,
dengan maksud mampu menekan biaya produksi. Selain itu menjalin
hubungan yang khusus dengan para mitra tani penghasil rumput laut agar
terbina hubungan yang harmonis yang saling menguntungkan., dari hal di
atas di harapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuntitas bahan baku.
2. Memiliki SDM yang berpengalaman dalam usaha pengolahan rumput laut
karagenan dan di dukung oleh para pekerja yang terampil yang dapat
memperkecil resiko kegagalan produsksi.
3. Memiliki pengatahuan dan teknologi dalm pengolahan rumput laut yang
efektif dan efisien dengan standar mutu internasional.
4. Memiliki tim pemasaran yang tangguh yang mampu memberikan akses
perdagangan lokal maupun luar negeri dan membidik pangsa pasar yang
luas.
5. Menjaga reputasi perusahaan dengan senantiasa memenuhi permintaan
konsumen dengan tiangkat kualitas yang tinggi dan konsisten serta
menjaga distribusi barang selalu tepat waktu.
6. Membangun tim management yang tangguh, Meningkatkan kinerja industri
dalam upaya meningkatkan produksi
7. Meningkatkan dan menguatkan lembaga – lembaga penelitian dan
pengembangan ( litbang ) dalam pengembangan produk akhir.
8. Memanfaatkan Lembaga – lembaga pemerintahan daerah hingga pusat,
guna memudahkan akses birokrasi.
9. Pembentukan tim Humas untuk Ekstern maupun Intern Perusahaan, guna
untuk menampung output maupun input dari berbagai pihak.

17

Refine Caragenan

BAB V
ANALISIS USAHA
Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis usaha ditingkat produksi Refine karagenan, analisis usaha pengolahan ini
meliputi : Biaya proses produksi, Analisis rugi laba, Play back period ( jangka waktu pengembalian modal ), Analisis R/C dan Break
Event Point ( BEP ). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL
PRODUKSI REFINE CARAGINAN
V.1 Biaya Proses Produksi
QUANTITY
N
O

1
2
3
4
5
6
7
8

JENIS BAHAN BAKU

Rumput laut Cottoni
KOH Flakes
KCL Food Grade
Kaporite Powder
Filter Aid
Solar
Batu bara
Tenaga kerja
JUMLAH

PER I KALI
PROSES
( Kg )

700
135
35
0,5
70
250
1.500
3.150.000

HARGA

JUMLAH

PER KG

1 KALI PROSES
( 1 SHIFT )

13.000
13.000
18.000
16.000
8.000
8.000
1.000
Global
Rp.

9.100.000
1.755.000
630.000
8.000
560.000
2.000.000
1.500.000
3.150.000
18.703.000

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

2 KALI
PROSES
( 1 SHIFT )

4 KALI
PROSES
( 2 SHIFT )

18.200.000
3.510.000
1.260.000
16.000
1.120.000
4.000.000
3.000.000
3.150.000
34.256.00
0

36.400.000
7.020.000
2.520.000
32.000
2.240.000
8.000.000
6.000.000
4.700.000

45.500.000
8.775.000
3.150.000
40.000
2.800.000
10.000.000
7.500.000
4.700.000

66.912.000

82.465.000

5 KALI PROSES
( 2 SHIFT )

Refine Caragenan

V.2 Estimasi Rugi / Laba

NO

KEGIATAN

Qty
(Kg)

1.
2.
3.
4.

Satu kali proses
(yield 20%)
Dua kali proses
(yield 20%)
Empat kali proses
(yield 20%)
Lima kali proses
(yield 20%)

140
280
560
700

HARGA
JUAL/kg
( Rp )
173.00
0
173.00
0
173.00
0
173.00
0

JUMLAH
( Rp )
24.220.00
0
48.440.00
0
96.880.00
0
121.100.00
0

BIAYA
PRODUKSI
( Rp )
18.703.00
0
34.256.00
0
66.912.00
0
82.465.00
0

SELISIH

HARI KERJA

( Rp )
5.517.00
0
14.184.00
0
29.968.00
0
38.635.00
0

(25)
137.925.00
0
354.600.00
0
749.200.00
0
965.875.00
0

Keterangan : - 20% adalah nilai Yield
- Kurs Dollar = Rp 11.000 Harga Penjualan $13 USA
- Tangki proses sebanyak 6 unit dengan kapasitas tampung 700.kg rumput laut Cottoni.

Refine Caragenan

V.3 Biaya Produksi
A). Total Biaya Produksi
o Modal Produksi ( 25 hari kerja )

Rp. 2.061.625.000,-

( Rp. 82.465.000,- x 25 hari )
o Biaya Tetap

Rp.
Jumlah

128.838.439,-

Rp. 1.932.786.561,-

B). Penjualan
5 kali proses menghasilkan tepung 700 kg (700 x 25 hari = 17.500kg)
( Jumlah tonase x harga jual )
17.500 kg x Rp. 143.000,-/ kg

= Rp. 2.502.500.000,-

C). Keuntungan / Laba


Penerimaan Penjualan

= Rp. 2.502.500.000,-



Total Biaya produksi

= (Rp.1.932.786.561,-)

Keuntungan

= Rp

569.731.439,-

D). Jangka Waktu Pengembalian modal ( Pay Back Period )

Jumlah Investasi
xBulan
Keuntungan
(Jumlah investasi = pembelian lahan + peralatan + Total biaya produksi selama 1
bulan)

Rp. 18.840.000.000,- x 1 Bulan
Rp 569.731.439,-

= 33 Bulan ( 2 Tahun 9 bulan )

Refine Caragenan

E). Analisis R/C dan BEP
1. Analisis Revenue Cost Ratio

=

Penerimaan( penjualan)
BiayaTotal Pr oduksi

= Rp. 2.502.500.000,= Rp. 1.932.786.561,-

= Rp. 1.29,

Di ketahui nilai R/C = Rp. 1.29, berarti usaha produksi tepung Karagenan
layak dan menguntungkan, karena dari setiap uang yang di keluarkan untuk
usaha sebesar Rp 1,- akan di peroleh hasil sebesar Rp. 1.29,

2. Titik Impas ( Break Even Point )

BiayaTetap
Biaya variable
1−
Penjualan
=
=

= BEP

Rp.

128.838.439,1Rp. 1.932.786.561,Rp. 2.502.500.000,-

= Rp. 565.080.000,-

BEP dalam rupiah = Rp. 565.080.000,BEP dalam Kg

= Rp.
Rp.

565.080.000
173.000,-

= 3266 Kg

Dari perhitungan tersebut di atas dapat di ketahui bahwa proses Produksi
karaginan tidak akan memperoleh keuntungan atau kerugian alias mencapai
titik impas saat di peroleh pendapatan sebesar Rp. 565.080.000,- dari hasil
penjualan tepung karaginan sebanyak 3266 Kg perbulan.

Refine Caragenan

BAB VI
PENUTUP

Demikianlah rancangan proposal produksi Refine karagenan ini kami buat,
semoga dengan penjelasan dan penjabaran didalam proposal ini mendapatkan
sambutan yang positif dan menarik dengan dilihat dari prospek pasar yang masih
terbuka luas.dan menjanjikan, Selain itu mampu membantu mewujudkan stabilitas
ekonomi daerah dan nasional menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Refine Caragenan

Refine Caragenan