Aspek spiritual dalam proses keperawatan

Aspek spiritual dalam proses keperawatan
PERSEPSI PERAWAT TENTANG KONSEP SPIRITUALITAS DAN ASUHAN SPIRITUAL,
SEBUAH RENUNGAN
Oleh Rohman Azzam (PSIK FKK UMJ, rohman.azzam@yaho.co.id)
Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan. Sikap ini tercermin
dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan
yang Maha Esa. Telah dipahami bersama bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pernyataan tersebut mengandung arti, semua
peraturan perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan
dengannya. Konsekwensi dari sikap konstitusional itu diantaranya adalah semua penduduk di
Indonesia wajib berketuhanan dan dilarang berkembangnya ateisme. Klien adalah anggota
masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik dalam skala nasional (klien sebagai
bagian dari penduduk suatu negara) maupun dalam skala global (klien sebagai bagian dari
penduduk dunia).
Klien dalam perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson (2006) merupakan
individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan
untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Sebagai
manusia, klien selain sebagai mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk
Tuhan. Berdasarkan hakikat manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai
mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis, kultural
dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia merupakan satu

kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological), psikologis (psychological), sosial
(social), spiritual (spiritual), dan kultural (cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey
(1998), Govier (2000), dan Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia
merupakan mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang
komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan
spiritual. Dalam kata lain, Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah
mahluk yang holistik yang tersusun atas body, main dan spirit. Beberapa pandangan pakar di
atas, sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh
menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural
dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan
menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami
mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural atau dimensi body, main dan
spirit merupakan satu kesatuan yang utuh. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan
mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Terkait konsep ini, Plato
dalam Makhija (2002) mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya berusaha mengobati dan
menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan, demikian juga badan
tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah sejahtera kecuali keseluruhannya
sejahtera. Kesadaran akan konsep ini melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa
pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja

memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.

Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002)
menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan
personal individu. Lebih lanjut dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang
sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya peranan
spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual
dengan baik kepada semua klien.
Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia, kenyataannya
menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara
kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan oleh beberapa data yang didapat penulis dari
hasil penelusuran terhadap berbagai sumber di beberapa negara maupun pengalaman dan
observasi klinis penulis di beberapa institusi atau lembaga pelayanan kesehatan dimana penulis
pernah melaksanakan praktik klinik. Fakta tersebut antara lain seperti yang di kemukakan oleh:
1) Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa banyak perawat
mengakui belum memahami secara jelas dan mengalami kebingungan antara konsep spiritualitas
dan religius, 2) kesimpulan Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam studinya juga
memperlihatkan terdapat banyak perawat yang mengakui bahwa mereka tidak dapat memberikan

asuhan spiritual secara kompeten karena selama masa pendidikannya mereka kurang
mendapatkan panduan tentang bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten, 3)
Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit ditemukan akibat terjadinya
pergeseran budaya dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap
kepentingan bisnis yang berorientasi material, dan 4) kesimpulan sementara penulis dari hasil
observasi penulis selama melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang
menyimpulkan bahwa asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat dalam praktik
profesionalnya sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya menemukan dokumen dalam catatan
keperawatan yang memperlihatkan bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan dengan baik.
Disamping itu merujuk pada hasil riset yang dilakukan di negara lain seperti oleh Oswald (2004)
dalam disertasinya berjudul Nurses’s Perception of Spirituality and Spiritual Care di Drake
University Amerika, yang merekomendasikan empat hal untuk dilakukakn penelitian lebih lanjut
meliputi 1) perlunya penelitian lanjutan yang serupa pada populasi dan lokasi (termasuk negara)
berbeda, yang mempunyai latar belakang sosiobudaya berbeda, 2) penelitian dilakukan dalam
kerangka waktu yang lebih panjang, 3) perlunya memperluas data demografi meliputi tiga area
antara lain lokasi dimana perawat melakukan praktik profesionalnya (location of practice),
tingkat pendidikan perawat (educational level of the nurse), dan lamanya bekerja (years of
service in the profession); dan 4) penelitian spiritualitas dan asuhan spiritual dalam kurikulum
pendidikan keperawatan. Hasil studi tersebut kiranya menjadi fenomena penting yang perlu
dilakukan studi lebih lanjut.

Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua pertentangan antara pentingnya asuhan spiritual di
satu sisi dan fakta permasalahan aplikasi asuhan spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus
juga peluang dan tantangan untuka melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan
asuhan spiritual. Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut bagaimana
persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai langkah awal untuk
mulai memfokuskan dan mendudukan sama pentingnya aspek spiritual, seperti juga aspek
lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi lanjutan tentang faktor-faktor apa yang
mempengaruhi implementasi asuhan spiritual, baik faktor pendukung maupun penghambatnya.

http://liutamimakharela.blogspot.com/p/aspek-spiritual-dalam-proses.html

KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN

PENDAHULUAN Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan spiritual.
Spiritualitas merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing individu.Manusia adalah makhluk
yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir ini banyak perhatian dari masyarakat yang di sebut
kecerdesan spiritual yang sangat menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau ners memahami
bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif. Karena respon spiritual kemungkian
akan muncul pada pasien.
Kompetensi standar yang di capai adalah perawat mampu mengidentifikasi aspek spiritual yang terjadi

pada pasien. Dengan kompetensi dasar sebagai berikut.
1. Perawat mampu mendifinisikan aspek spiritual pada manusia atau pasien.
2. Perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan spiritual pada pasien yang sakit.
3. Perawat mampu memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
PENGERTIAN SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2) menemukan arti dan tujuan hidup,
3) menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama, kepercayaan
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lainlain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, kekuatan
tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan
tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action). Harapan (hope), harapan merupakan
suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, perkembangan, dan bisa
mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa
memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai sutau prestasi dan berorientasi ke depan. Agama,
adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan

dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang
terorganisasi atau teratur.
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup,

kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang
berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang
lain dan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan
ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan
spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan
yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal atau fisik, sosiologikal dan spiritual.
Kata “spiritual” sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian spiritual
dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata
spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda
dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang
intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor,
ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan organisasi keagaamaan. Sedangkan berdasarkan
etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta
memimpin cara berfikir dan bertingkah laku seseorang .
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna,
harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa

perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan
pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia.
Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan
mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUAL, KESEHATAN DAN SAKIT
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan
perilaku self-care klien. Keyakinan spiritual yang perlu di pahami antara lain
1. menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai
makna keagamaan bagi klien, seperti tentang makanan diet.
1. sumber dukungan
Saat stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
1. sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu bisa menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.
1. sumber konflik


Pada situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan, seperti
pandangan penyakit.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf .
KARAKTERISTIK SPIRITUAL
Spiritualitas mempunyai suatu karakter, sehingga bisa diketahui bagaimana tingkat spiritualitas
seseorang. Karakteristik spiritual tersebut, antara lain
1. hubungan dengan diri sendiri
1) Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
2) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, harmoni atau
keselarasan diri).
1. hubungan dengan alam
1)
2)

Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.
1. hubungan dengan orang lain


Harmonis
1) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
2) Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.
3) Menyakini kehidupan dan kematian.
Tidak harmonis
1) Konflik dengan orang lain.
2) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
1. hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
1) Sembahyang/berdo’a/meditasi.
2) Perlengkapan keagamaaan.
3) Bersatu dengan alam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :
1) merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan,
2) mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan,
3) menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta,
4) membina integritas personal dan merasa diri berharga,
5) merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan,
6) mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.


KONSEP-KONSEP YANG TERKAIT DENGAN SPIRITUAL
Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan dalam membedakan antara
spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam diri manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi.
Selain itu perawat juga perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi, dan
memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling berhubungan.
1. Religi
Berdasarkan kamus, religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan Yang
Maha Kuasa (Smith, 1995). Pargamet (1997) mendefinisikan religi sebagai suatu pencarian kebenaran
tentang cara-cara yang berhubungan dengan korban atau persembahan. Seringkali kali kata spiritual dan
religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Dari definisi
religi, dapat digunakan sebagai dasar bahwa religi merupakan sebuah konsep yang lebih sempit daripada
spiritual. Mengingat spiritual lebih mengacu kepada suatu bagian dalam diri manusia, yang berfungsi
untuk mencari makna hidup melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Reed, 1992). Jadi dapat
dikatakan religi merupakan jembatan menuju spiritual yang membantu cara berfikir, merasakan, dan
berperilaku serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek religi merupakan
cara individu mengekspresikan spiritualnya .
1. Dimensi Psikologi
Karena fisik, psikologi, dan spiritual merupakan aspek yang saling terkait, sangat sulit membedakan
dimensi psikologi dengan dimensi spiritual. Akan tetapi sebagai perawat harus mengetahui perbedaan

keduanya.Spilka, Spangler, dan Nelson (1983) membedakan dua dimensi ini dengan mengatakan bahwa
dimensi psikologi berhubungan dengan hubungan antar manusia seperti : berduka, kehilangan, dan
permasalahan emosional. Sedangkan dimensi spiritual merupakan segala hal dalam diri manusia yang
berhubungan dengan pencarian makna, nilai-nilai, dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
1. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berfikir yang dibangun oleh sekelompok orang dalam
suatu daerah tertentu (Martsolf, 1997). Kebudayaan terdiri dari nilai, kepercayaan, tingkah laku
sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku, peran, dan praktek keagamaan yang
diwariskan turun-temurun. Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang menjelaskan hubungan
spiritual dengan kebudayaan, yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya oleh kebudayaan, spiritual
dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan kebudayaan, dan spiritual dapat
dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan kebudayaan.
MANIFESTASI SPIRITUAL
Manifestasi spiritual merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual secara nyata. Manifestasi
spiritual dapat dilihat melalui bagaimana cara seseorang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain,
dan dengan Yang Maha Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang berhubungan dengan anggota
kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998).
Contoh kebutuhan spiritual individu adalah kebutuhan seseorang untuk mencari tujuan hidup, harapan,

mengekspresikan perasaan kesedihan maupun kebahagiaan, untuk bersyukur, dan untuk terus berjuang
dalam hidup. Kebutuhan spiritual menyangkut individu dengan orang lain meliputi keinginan memaafkan
dan dimaafkan serta mencintai dan dicintai. Menurut Nolan & Crawford (1997) kebutuhan spiritual
sekelompok orang meliputi keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungannya.
Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki dimensi spiritual, semua klien akan mengekspresikan
dan memanifestasikan kebutuhan spiritual mereka kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman
tentang kebutuhan spiritual, seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan spiritual
klien, sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Kesejahteraan Spiritual,merupakan
suatu kondisi yang ditandai adanya penerimaan hidup, kedamaian, keharmonisan, adanya kedekatan
dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan
(Greer & Moberg, 1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan spiritual termasuk
dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri .
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL
Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah
1. tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda, ditemukan bahwa
mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks,
agama, dan kepribadian anak.
1. keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang penting bukan apa
yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan,
kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan
anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang
tua.
1. latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya seseorang
akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan
agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi
agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu.
1. pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual
seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat
menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan
pada manusia untuk menguji imannya.
1. krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika
seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila
klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa
lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
1. terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah atau kehilangan
kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain
tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari
ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
1. isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali
dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara
jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PERAWAT
Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini diharapkan perawat dapat lebih memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai berikut.
1. Beribadah dalam suatu komunitas.
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan spiritualitas. Banyak orang merasa
asing dengan orang-orang yang memiliki agama atau kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung dalam
suatu komunitas rohani dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat meningkatkan rasa spiritual.
1. Berdoa.
Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah kepada Yang Maha Kuasa
merupakan cara yang baik dalam meningkatkan spiritual.

1. Meditasi.
Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali menenangkan diri dan memfokuskan
pikiran kembali untuk menemukan makna dari suatu hal.
1. Pembenaran yang positif.
Pembenaran yang positif dapat membantu seseorang menghadapi situasi stress. Salah satu cara untuk
mendapat pembenaran positif adalah dengan berdiam diri, sambil merenungkan kitab suci atau
nyanyian.
1. Menulis pengalaman spiritual.
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman spiritual yang dialami, atau semua
inspirasi dan pikiran-pikiran yang timbul. Cara ini sangat bermanfaat bagi perawat untuk dapat keluar
dari situasi stress.
1. Mencari dukungan spiritual.
Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari dukungan spiritual dari
komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual juga dapat diperoleh dari teman, mentor, ataupun
konselor.
Menurut Agus (2002) inti dari pemenuhan kebutuhan spiritual untuk mencapai kecerdasan spiritual
(Spiritual Quotient) adalah proses transendensi dan realisasi. Dalam proses transendensi (menyendiri),
pencerahan-pencerahan spiritual terjadi. Seseorang dapat menjalankan hubungan yang paling intim
dengan hakikat diri terdalamnya atau dengan Tuhannya. Dengan memusatkan diri untuk sementara
waktu dari keributan dunia, seseorang dapat mencurahkan segenap kemampuannya untuk memahami
makna dari apa yang telah terjadi dan bagaimana seharusnya kejadian itu dapat diperbaiki .
Hal serupa juga dikemukakan oleh Danah Zohar & Ian Marshall (2002). Secara umum kita dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual dengan meningkatkan proses tersier psikologi kita, yaitu
kecenderungan untuk bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk
membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna dibalik atau di dalam sesuatu. Kita menjadi
lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur
terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.
LATIHAN
1. Anda merawat pasien beragama kristen, kemudian anda melihat pasien yang sudah sakit lama
sedang berdoa, sambil menangis, apa yang harus Anda lakukan sebagai perawat yang beragama
islam?
2. Anda mendengar ibu pasien berkata “Kenapa anak saya sakit ya Allah, apa dosa saya”?, jelaskan
bagaimana Anda memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
3. Bagaimana Anda mengenal aspek spiritual anda sendiri sebagai seorang perawat.

TEST FORMATIF
1. Jelaskan tentang kebutuhan spiritual pada pasien?
2. Cara-cara perawat memenuhi kebutuhan spiritual pada pasein bagaimana?
3. Mengapa perawat harus memperhatikan aspek spiritual?
4. Bagaimana anda mengetahui bahwa pasien mempunyai masalah spiritual?
5. Prinsip apa yang harus anda pahami dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien?
RANGKUMAN
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan
perilaku self care klien. Keyakinan spiritual yang perlu dipahami ,menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien seperti tentang permintaan menu diet.
Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan bagi seseorang untuk menghadapi situasi
stress. Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk menerima keadaan hidup yang harus
dihadapi termasuk penyakit yang dirasakan.
Sumber kekuatan dan penyembuhan,individu bisa memahami distres fisik yang berat karena mempunyai
keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat
pasien yang dapat turut mempercepat proses kesembuhan.
Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi konflik
antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan seperti tentang pandangan penyakit ataupun
tindakan terapi. Pada situasi ini, perawat diharapkan mampu memberikan alternatif terapi yang dapat
diterima sesuai keyakinan pasien.
http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/kebutuhan-spiritual-pasien.html
http://eprints.undip.ac.id/10288/1/INANIYAH.pdf
http://id.scribd.com/doc/54504728/Konsep-Spiritual-It-As-Dalam-Keperawatan