Prinsip kesopanan pada novel (3)

PENGERTIAN PROFESIONALISME KERJA
Juli 16, 2010
oleh hoeda87
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang
menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula
pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan
“pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang berasal dari
perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi
mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan,
tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”.
Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsure keahlian dan
kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya
kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik.
Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus
menyatu.
Berkaitan dengan profesionalisme ini ada dua pokok yang menarik perhatian dari keterangan
ENCYCLOPEDIA-NYA PROF, TALCOTT PARSONS mengenai profesi dan profesionalisme
itu.
PERTAMA ialah bahwa manusia-manusia profesional tidak dapat di golongkan sebagai
kelompok “kapitalis” atau kelompok “kaum buruh”. Juga tidak dapat dimasukkan sebagai

kelompok “administrator” atau “birokrat”.
KEDUA ialah : bahwa manusia-manusia profesional merupakan suatu kelompok tersendiri, yang
bertugas memutarkan roda perusahaan, dengan suatu leadershipstatus. Jelasnya mereka
merupakan lapisan kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan itu. Kepemimpinan di
segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah sampai ke bawah.
Profesionalisme merupakan suatu proses yang tidak dapat di tahan-tahan dalam perkembangan
dunia perusahaan modern dewasa ini. PARSONS tidak tahu arah lanjut proses profesionalisasi
itu nantinya, tapi menurutnya, bahwa keseluruhan kompleks profesionalisme itu tidak hanya
tampil kedepan sebagai sesuatu yang terkemuka, melainkan juga sudah mulai mendominasi
situasi sekarang.
Dalam perkembangannya perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua unsur, yaitu
unsur keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan etik, unsur akal
dan unsur moral. Dan kedua-duanya itulah merupakan kebulatan unsur kepemimpinan. Dengan
demikian, jika berbicara Tentang profesionalisme tidak dapat kita lepaskan dari masalah
kepemimpinan dalam arti yang luas.
Diposkan oleh Profesionalisme dalam bekerja di 01.05 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Profesionalisme Bekerja
Anda seorang karyawan / pengusaha / wiraswastawan / bos atau mungkin hanya seorang penjaga

counter produk di sebuah supermarket?, mungkin itu semua tidaklah penting untuk

diperbincangkan di tulisan saya kali ini, saya kutip judul diatas “Profesionalisme Bekerja”
merupakan sebuah kata yang mudah di ucapkan namun pada hakekatnya susah untuk
dilaksanakan, mengapa susah? nanti kita bahas, semua profesi pekerjaan dari yang paling bawah
hingga yang paling atas ( atau kita sering dengar top level management ) membutuhkan prioritas
“Profesional”.
Sebelum kita membahas hal-hal yang harus kita ketahui mengenai Profesionalisme, kita artikan
dahulu arti Profesional, menurut Wiki “ Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan
jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan
menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas
atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun
begitu, seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut “profesional”
dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah.
Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang merupakan
kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi
demi uang.”
Penjelasan diatas merupakan penjelasan dari Wiki, dan menurut pengertian saya bahwa Seorang
yang profesional adalah seorang yang mempunyai dedikasi yang tinggi dalam pekerjaan yang dia
pegang/kerjakan, tekun, tepat waktu dan bertanggung jawab atas pekerjaannya tersebut. Simple

saja, bertanggung jawab disini adalah bahwa sebelum dia mengerjakan sesuatu maka akan
diamati secara detil jenis bentuk dan tujuan dia mengerjakan sebuah pekerjaan, kedepannya
bukan hanya job sheet yang didapatkan namun ilmu dari pekerjaan yang dijalankan, itulah yang
saya anggap sebagai “Learning by doing”.
Seseorang yang Profesional dalam bekerja akan mempunyai nilai tersendiri dimata atasan atau
customer, setiap orang yang bekerja secara Profesional akan terlihat hasil pekerjaanya dan
berbeda dengan orang yang bekerja hanya atas dasar job sheet yang akhirnya tidak menikmati
pekerjaan yang di jalankan, kedisiplinan merupakan salah satu faktor penunjang Profesionalisme
dalam bekerja, disiplin dalam berbagai hal pastinya, misal disiplin dengan step-step pekerjaan
yang dijalankan, disiplin terhadap waktu yang diberikan dan disiplin dalam attitude, jangan
melupakan line of leadership pastinya.
Diposkan oleh Profesionalisme dalam bekerja di 00.48 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

3 Pilar Dalam Merajut Etos Profesionalisme
Dalam bentangan perjalanan hidup yang terus bergulir, ada baiknya kita mencoba untuk sejenak
membincangkan cerita tentang etos profesionalisme. Sebab kita tahu, terbitnya etos kerja yang
profesional adalah sebuah rute kunci menuju jalan keberhasilan.
Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita mungkin akan mudah tergelincir
menjadi barisan para pecudang. Tanpa kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos

profesionalisme dalam segenap raga, kita mungkin akan segera menjadi insan-insan yang gagap
dengan dinamika perubahan. Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju manusia
produktif, mulia nan bermartabat.
Kalaulah demikian adanya, lalu apa yang mesti diteguk untuk menjadi insan yang kuyup dengan
guyuran etos profesionalisme? Disini kita mencoba mengeksplorasi tiga pilar kunci yang rasanya
layak dicermati manakala ada asa untuk menjadi insan yang profesional.
Pilar yang pertama adalah achievement orientation. Dulu, seorang sosiolog terkemuka bernama

David McLelland pernah menulis : salah satu faktor yang membuat sebuah
komunitas/masyarakat lebih unggul dibanding yang lainnya adalah lantaran mereka dipenuhi
dengan individu yang punya high need for achievement (atau sering disebut sebagai NAch =
need for achievement).
Disini, need for achievement merujuk pada gairah untuk melakoni kerja yang sebaik-baiknya
demi terengkuhnya hasil karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah sebuah
etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk meretas prestasi terbaik.
Ketika tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang kemudian muncul adalah sebuah niat
tulus untuk mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi sebuah prestasi kerja
yang adiluhung.
Orang-orang yang memiliki High NAch selalu percaya bahwa berderet tugas – apapun tugas dan
pekerjaan itu – selalu merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik. Dan

sungguh, inilah elemen kunci yang mesti dipahat oleh siapapun yang berkehendak menjadi insan
yang profesional.
Pilar profesionalisme yang kedua adalah ini : sebuah ikhtiar untuk terus belajar
mengembangkan kompetensi diri. Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk
mempraktekkan prinsip lifetime learning (belajar sepanjang hidup). Bagi mereka selalu akan ada
celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk
merekahkan pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan.
Bagi insan profesional semacam itu, proses belajar mengembangkan kompetensi selalu bisa
direngkuh dari segala jurusan. Sebab moto mereka adalah ini : everyone is a teacher and every
place is a school. Sebuah kalimat yang indah bukan? Ya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari
siapapun – entah dari seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para pelanggan.
Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar
yang penuh keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh dinamika.
Pilar profesionalisme yang ketiga adalah yang paling penting. Pilar itu adalah ruh spiritualitas
yang kokoh. Sebab bagi kita, profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna jika
ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah sebuah semangat yang selalu percaya
bahwa segenap laku jejak kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian kepada
Yang Maha Mencipta. “Dan sesungguhnya, sholatku, ibadahku, dan hidup matiku hanyalah
untuk Tuhan Sang Pencipta Alam”.
Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam praktek manajemen modern,

namun juga mereka yang hatinya selalu rindu akan mesjid (atau rindu pada gereja bagi para umat
Kristiani, atau rindu pada pura bagi para pemeluk Hindu). Insan profesional sejati tidak hanya
fasih bicara mengenai strategi dan leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir
memuja kebesaran Sang Pencipta.
Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola tugas dan mengambil keputusan,
namun mereka juga selalu mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun sebuah
meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara Jagat Raya.
Itulah tiga pilar yang menopang bangunan etos kerja profesional : sebuah semangat untuk
merengkuh prestasi terbaik, sebuah semangat untuk terus belajar, dan sebuah semangat untuk
selalu mengabdi pada Sang Pemberi Hidup. Praktekkan tiga pilar kunci ini, dan Anda pasti akan
berjalan menuju Kemenangan Sejati.
Diposkan oleh Profesionalisme dalam bekerja di 00.29 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Profesionalisme
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan
sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang
profesional.[1] Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan
profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi,
profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional

(Longman, 1987).[2]

Ciri-ciri profesionalisme
Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan
kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri sebagai berikut[3]:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya
sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang
yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu
perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan
memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan
melalui berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap
tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion
Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya.
Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan

profesionnya

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22