202685566 Tugas Filsafat Dan Soalnya

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Filsafat
1. Pengertian filsafat
Filsafat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia, karena
memiliki makna yang sangat berarti dalam menopang dinamika perkembangan hidup umat
manusia di dunia. Adapun makna filsafat secara harfiyah diartikan sebagai ‘’cinta kebijakan’’
yang asal katanya dari filo (cinta) dan sofi (bijak). Namun secara bahasa filsafat bermakna suatu
pencarian pengetahuan secara metodis, sistemati, dan koheren tentang seluruh kenyataan
untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Jadi filsafat itu ilmu yang tanpa batas dan tidak
menyelidiki salah satu segi dari kenyataan saja melainkan apasaja yang menarik perhatian
manusia mengenai jagat raya ini. Maka dari itu, orang yang berpikir menggunakan filsafat, dia
akan memiliki tiga cirri dalam pemikiran nya yang cendrung akan lebih bersifat, sebagai berikut:
(1) menyeluruh, (2) mendasar, dan (3) spekulatif.
Manfaat filsafat ilmu bagi kehidupan manusia adalah membangun sikap untuk tidak
sombong, takabur, dan selalu rendah hati serta menyadari akan segala keterbatasan dan
kekurangan sebagai manusia yang serba lemah ini.
Sementara perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Agama kenjadi pedoman hidup manusia yang bersifat absolute atau permanen karena
Firman Allah dalam AL-Quran menjelaskan bahwa sesungguhnya kebenaran hakiki adalah
milik Allah (alhaqu mirrabikum).

b. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang suatu
bidang tertentu dari kenyataan.
c. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan.
Jadi , filsafat member landasan filosofik untuk minimal memahami berbagai konsep dan
teori sesuatu disiplin ilmu sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
2. Ciri-ciri Nalar dalam Filsafat
Penalaran dimaknai sebagai siatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Ciri-ciri penalaran menurut Jujun (1999:43) ada dua macam, yaitu:
a. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
b. Memiliki sifat analitik artinya suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu
analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika
penalaran yang bersangkutan.
c. Berdasarkan ciri tersebut dapat dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat
logis dan analitis. Disini kita dapat membedakan antara berpikir menurut penalaran dan
berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Jadi nolmal sains lebih mengacu kepada sains sebagai proses. Dari rumusan inilah
biasanya muncul anomaly yang menjadi asumsi yang mendasari kekokohan dari suatu teori
sebelum lahirnya paradigm yang baru dan diterima oleh masyarakat sains dan umum.
Lahirnya paradigma yang baru ini tidak lepas dari anatomi otak manusia yang memiliki 100

miliar sel aktif yang masing-masing memiliki hingga 20.000 koneksi (dendrit) pada setiap
sel. Dengan menggunakan otak secara bersama-sama, kita dapat menyimpan, mengingat,
1.

dan mengambil informasi. Dengan keterampilan intelektual dan berpikir yang mirip dengan
computer canggih, manusia mampu mengembangkan dan melakukan revolusi sains
sekalipun.

3. Revolusi Sains (Ilmu)
Revolusi artinya proses menjebol tatanan lama sampai ke akar-akarnya, kemudian
menggantinya dengan tatanan baru. Menurut Thomas Khun (1989:100) revolusi sains dianggap
sebagai episode perkembangan non kumulatif yang didalamnya paradigm yang lama diganti
seluruhnya atau sebagian oleh paradigm baru yang bertentangan. Adapun karakteristik atau
sifat-sifat revolusi sains adalah bersifat sirkularitas, status persuasif, pemunculan gejala baru,
dan perkembangan komulatif. Sifat dari revolusi sains ini dapat menyempurnakan sains yang
telah ada, mengganti, atau bahkan menentang sains yang lama. Jika paradigm-paradigma
berubah, maka dunia sendiri berubah bersamanya.
Masyarakat sains melihat perbedaan-perbedaan besar antara sains dan aplikasi sains
(teknologi). Karena itu lahirnya paradigma baru disebabkan karena menggugurkan paradigm
lama.


4. Ciri-ciri paradigma
Paradigma bermakna suatu pola atau pedoman dalam berpikir yang bercirikan adanya
identifikasi untuk menghasilkan interpretasi atau rasionalisasi. (Thomas Khun, 1989:47). Dalam
pengembangan sains paradigm berfungsi sebagai pertimbangan yang bersifat spesifik dan
konvensional yang didasarkan pada doktrinasi. Penelitian sains didasarkan atas kesepakatan
tentang suatu paradigm tertentu yang bersifat konvensional serta didukung oleh otoritas dan
mekanisme control sosial.

5. Peran Kreativitas dalam Revolusi Ilmu
Dalam perkembangan ilmu dewasa ini tidak selalu mengandalkan pada rasio ataupun
fakta empiric saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak pernah habis yang selalu
berdiri diambang ‘’ketidakpastian (uncertainty) menjadi bagian dari perkembangan ilmu’’
Sedangkan kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan
sesuatu yang diterima dari luar diri individu. Kreativitas dikategorikan sebagai salah Satu
kemampuan menciptakan produk baru dan hasil ciptaannya itu tidak perlu seluruhnya baru,
mungkin saja gabungan dan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya. Ada empat kondisa
kreativitas sebagai berikut:
a. Intuisi artinya kondisi kesadaran yang dipindah dari ketidak sadaran.
b. Berpikir artinya kondisi berpikir, rasional dan terukur.

c. Perasaan artinya kondisi perasaan, dampak emosional yang menuntut kesadaran diri atau
aktualisasi diri.
d. Pengalaman artinya kondisi mencipta, produk baru yang diperoleh dari orang lain seperti
tuntutan berupa skill dan tinggi dalam penginderaan.
Proses kreativitas merupakan perwujudan dari jenis berpikir yang kreatif, divergen
dan imajinatif, dibedakan dari berpikir konvergen, dan logis analitis. Semua ini telah
dilukiskannya sebagai proses berpikir yang bisosiatif.
1.

Dengan berbekal kreativitas, pembaharuan dan perubahan dalam segala bidang akan
terjadi, demikian pula evolusi ilmu. Jadi, kreativitas merupakan bekal yang sangat mendasar
dalam menciptakan suatu inovasi dan perubahan dalam segala wahana kehidupan umat
manusia. Dalam hal ini Thomas Khun (1989) membentuk suatu teori yang dikenal dengan siklus
paradigm seperti
yang Nampak pada gambar berikut ini.

PARADIGMA 1

NORMAL


ANOMALI

SAINS

PARADIGMA dan
seterusnya

REVOLUSI
SAINS

KRISIS

Gambar 1
Siklus Paradigma Ilmu

6. Keterkaitan Ilmu dan Teknologi
Kaitan ilmu dan teknologi adalah bahwa ilmu menjadi pangkal tolak baru bagi teori
sedangkan teknologi menjadi bentuk aplikasi bari ilmu. Wujud dari keterkaitan antara ilmu dan
teknologi ini telah melahirkan teori relativitas, baik teori relativitas umum maupun teori
relativitas khusus. Dari kedua teori ini adalah memiliki sifat revolusioner dan pembahasan

saling mendukung satu sama lain.
Tidaklah heran apabila teori ini sangat dimanfaatkan oleh para ahli fisika, biokimia,
astronimi, gbologi, molokuler, dan metalurgi. Alam yang bersifat hayati secara spontan
mengalami perubahan rutin dalam siklus kehidupan seperti keadaan udara, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia, sementara yang bersifat non hayati perubahannya tidak rutin dan bentuk
gejolak alamiah.
Oleh karena itu, para ilmuwan dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai tanggung
jawab religi, moral, dan sosial. Masalah tanggung jawab ini tidak lepas dari perkembangan ilmu
itu sendiri. Banyak temuan sebagai bukti meningkatnya peradaban umat manusia. Agama,

1.

moral, dan sosial harus menjadi filter dalam melakukan berbagai tindakan keilmuannya.
Manusia haruslah bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.

B. Cabang Filsafat
Bemerapa cabang atau kajian yang tertuang didalam telaahan filsafat yang menjadi
fondasi dalam menetapkan sebuah keilmuan dalam bidang tertentu. Cabang tersebut
meliputi tugas unsur utama, yaitu: ontology, epistimologi, dan aksiologi. Secara garis besar
dapat diartikan sebagai berikut:


1. ONTOLOGI

4.

AKSIOLOGI

FILSAFAT

2. EPISTIMOLOGI

3. LOGIKA

Gambar 2: Cabang filsafat
Keempat cabang ilmu tersebut satusama lain berdiri sendiri namun saling member dukungan
dalam merumuskan dasar keilmuan. Untuk tujuan kesemua cabang tersebut ada tiga cabang
filsafat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ontologi (mempersoalkan tentang realita)
Obyek telaah ontology adalah yang ada atau apa yang ingin kita ketahui. Ontologi

membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh suatu perwujudan tertentu. Obyek formal
ontology adalah hakekat seluruh realitas. Kaitan ontologi dengan metafisika
yang
membicarakan

hal yang baib (tidak nampak) sebagai pengkajian hal-hal yang berada diluar jangkauan
pengalaman manusia contoh, apa yang terjadi setelah mati.
1.

Kaitan ontologi dengan asumsi yang membicarakan hal-hal yang sudah dianggap pasti
kebenarannya separti kita mengasumsikan hokum yang mengatur berbagai kejadian. Sesuatu
yang ada itu telah diasumsikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh semua
orang dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Dalam pandangan ontologi terhadap peluang
ini nampak adanya pemberian kepercayaan akan terjadinya sesuatu dengan mengestimasi
munyculnya hal-hal yang tidak sesuai. Oleh karena itu maka ditetapkan tiga asumsi pokok
mengenai obyek empiris dalam pandangan ontologi sebagai berikut:
a. Menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satusama lain, umpamanya
dalam hal bentuk , struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat
mengelompokkan beberapa obyek yang serupa kedalam satu golongan.
b. Menganggap suatu benda tidak mengalami perubahan jangka waktu pertentu. Kegiatan ini

jelas tidak akan dapat dilakukan mana kala obyeknya berubah-ubah.
c. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Contoh,
bahwa sate yang dibakar akan mengeluarkan wangi yang merangang itu bukan kebetulan
tapi sudah menjadi pola. Contoh lain mengenai kajian ontologi mengenai perlunya
manajemen perilaku bagi guru pendidikan jasmani yaitu:
1) Seringkali para guru kelas dan tata usaha sekolah menganggap pendidikan jasmani
sebagai mata pelajaran yang kurang penting.
2) Pelajaran pendidikan jasmani seringkali dilakukan di tempat terbuka dan sering
melibatkan
jumlah siswa yang lebih banyak dari pada pelajaran lain di dalam kelas.
3) Banyak siswa yang memiliki keterampilan motorik dan kebugaran jasmani yang rendah
atau kurang memadai untuk bias terlibat secara penuh dan aktif dalam permainan
tradisional maupun kegiatan olahraga.
4) Banyak siswa dalam aktivitas olahraga di sekolah tidak termotivasi untuk beraktivitas
secara signifikan.
Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan mengenai kajian yang berkaitan
dengan ontologi, yaitu keingin tahuan ilmuwan akan berbagai hal tidak boleh menyalahi dan
menyimpang dari etika moral yang berlaku di masyarakat.

2. Epistimologi (perolehan pengetahuan)

Epistimologi membahas secara mendalam mengenai proses yang terlihat dalam usaha
kita untuk memperoleh pengetahuan.Yang terkait dengan epistimologi antara lain logika, filsafat
bahasa, analisis wacana, dan matematika. Ditinjau dari pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat
merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.
Metode keilmuan sebagai suatu perkawinan antara rasionalisme dan empirisme.
Hakekat keilmuan lebih banyak ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut
persyaratan keilmuan atau ilmu. Ilmu, pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan
yangbersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan
serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.
Secara garis besar ada empat jenis pola penjelasan mengenai ilmu, yaitu:
a. Deduktif menjelaskan cara berpikir deduktif (top down) dalam menjelaskan suatu gejala
dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah diterapkan
sebelumnya.
b. Probabilistik menjelaskan secara induktif (bottom up) dari sejumlah kasus yang dengan
1.

bersifat peluang seperti kemungkinan atau hamper.
c. Fungsional atau teleologis merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsure dalam
kaitannya dengan system secara keseluruhan yang dianggap terlalu mudah untuk
menyebabkan dia beralih kepada filsafat dan matematika.

d. Genetik merupakan penjelasan
atas dasar turunan. Kesimpulannya, epistimologi
memberikan implikasi pada standar rasional tentang hal yang diyakini.
Contoh kajian epistimologi dalam penelitian mengenai strategi manajemen prilaku positif ini
belum pernah dilakukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia. Secara
epistimologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan maksud agar tergali secara
lebih komprehensif mengenai efektifitas strategi ini dalam proses belajar mengajar.

3. Aksiologi (system nilai)
Tidak dapat disangkal lagi bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam
memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang duka. Ilmu
itu bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau buruk, dan sipemilik pengetahuan itulah
yang harus mempunyai sikap.
Kekuasaan ilmu yang besar mengharuskan seorang ilmuan mempunyai landasan moral
yang kuat. Jadi tidak cukup hanya mendidik ilmuan yang berotak besar tetapi merekapun harus
berjiwa besar.
Hasil temuan ilmiah dan rekayasa para ilmuan ini harus dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial dan keilmuan, maka hasil ini baru dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Contoh, rekayasa genetic dengan diketemukan DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup,
member dampak pada martabat manusia. Bukan direkayasa dengan teknologi.
Contoh kajian aksiologi dalam penelitian dapat memberikan manfaat bagi yang bersifat
praktis maupun manfaat teoritis yaitu:
a. Manfaat praktis yaitu bagi individu (guru, siswa, dan kepala sekolah) dan lembaga (sekolah,
BPG, UPI, dan sebagainya).
b. Manfaat teoritis yaitu bagi pengembangan ilmu dengan lahirnya temuan beru dalam hal
strategi memberikan hukuman, strategi penguatan positif, dan strategi pemberian tanggung
jawab.

C. Sarana Berpikir Ilmiah
1. Perbedaan Manusia dan Binatang
Perbedaan utama manusia dan binatang terletak pada kemampuannya untuk mengambil
jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Kemampuan mengambil jalan ini sering disebut
dengan
berpikir. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Ada tiga
sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.

1.

a. Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi secara verbal dan
mengenali lambing. Dengan adanga bahasa maka manusia hidup dalam dunia nyata dan
simbolik.
b. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat ‘’artifisial’’ yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Matematika ini dapat
digunakan sebagai sarana berpikir deduktif.
c. Statistika adalah bahasa yang memberikan makna kuantitatif dengan tingkat ketelitian yang
lebih tinggi. Statistika ini dapat digunakan sebagai sarana berpikir induktif.
2. Keterkaitan antara Ilmu dengan Kebudayaan dan Bahasa
Ilmu dapat diartikan sebagai semua pengetahuan yang terhimpun lewat metode
keilmuan. Kebudayaan dimaknai sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hokum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Ilmu bagi manusia member manfaat besar bagi kemaslahatan hidup. Karena manusia
memiliki kemampuan seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi mampu
menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam
berbagai bentuk ketahuan seperti kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, dan filsafat.

D. Nisbah Ilmu Pendidikan dengan Ilmu lain
Pada dasarnya tinjauan filsafat pendidikan memfokuskan pada hakekat kehidupan yang
baik yang menjadi tujuan pendidikan, hakekat masyarakat sehubungan dengan aktivitas
pendidikan sebagai proses sosial, hakekat manusia yang melakukan interaksi edukatf yaitu
pendidikan dan peserta didik, dan hakekat proses pendidikan khususnya kegiatan
pembelajaran. Adapun hubungan ilmu pendidikan dengan ilmu lainnya sekarang ini telah
menghasilkan perpaduan. (1) lahirnya ilmu-ilmu terapan dalam pendidikan, seperti hubungan
antara pendidikan dengan sosiologi (ilmu sosial) melahirkan sosiologi pendidikan, hubungan
antara pendidikan dengan natural seciences (biologi, kimia, dan fisika) dan hubungan antara
pendidikan dengan ilmu humaniora yang melahirkan olahraga pendidikan, rekreasi pendidikan,
dan sebagainya. Bahkan sekarang telah muncul ekonomi pendidikan. (2) Lahir pendidikan
disiplin ilmu yang mencakup kajian dan penyelenggaraan pendidikan disiplin ilmu dalam
gugusan ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu humaniora.
Jadi, nisbah ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan
ilmu humaniora telah menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini
dan mungkin akan lebih berkembang lagi pada masa-masa mendatang. Untuk itu
pengembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi akan semakin semarak dan lebih
aplikable dangan kebutuhan masyarakat.
Contoh, di Indonesia yang menyangkut implementasi pendidikan telah digariskan dalam
bentuk Undang-undang NO.2 tahun 1989.Hadirnya Undang-undang ini telah memberikan
sedikit pencerahan dalam hal pelaksanaan proses pendidikan yang lebih sistematik. Persoalan
yang harus ditangani saat ini adalah pembuatan platform pendidikan yang harus dibangun di
atas nilai-nilai

1.

budaya bangsa Indonesia.Karena disadari benar bahwa pendidikan harus dijadikan
tulang punggung pembangunan.
Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera diperlukan kebijakan yang mendasar yakni
penyediaan proses pendidikan dan memadai bagi seluruh warga. Pendidikan mampu
melahirkan generasi penerus yang berkepribadian dan memiliki budaya luhur sebagai implikasi
dari transformasi kebudayaan di sekolah maupun di luar sekolah.
Konflik terang-terangan dalam dunia pendidikan telah muncul dalam bangunan yang
sebenarnya. Didalamnya, konflik telah muncul antara kebutuhan sosial dan apayang oleh
perancang arsitektur dipertimbangkan diperlukan. Jadi, tantangan utama dalam pendidikan
adalah perencanaan bersama untuk membangun sebuah koalisi kerja efektif dari berbagai
kelompok perencana yang memiliki kemampuan pada bidang khusus. Dengan pendidikan yang
mantap akan mampu membangun sector-sektor lain yang lebih solid bagi kemaslahatan umat
manusia di dunia.
Konsep pendidikan harus mempertimbangkan keseluruhan spektrum pendidikan, dari
mulai nilai yang ada pada masyarakat hingga peserta didik dalam menggunakan keterampilan
dan pengetahuan yang diperolehnya. Agar benar-benar efektif, system pendidikan harus
dipertimbangkan sebagai proses inklusif.
Dengan kelebihan dan peluang yang dimiliki dalam menetapkan prioritas-prioritas
pendidikan, maka diharapkan dapat berimplikasi terhadap kebijakan yang akan digulirkan
untuk meraih keberhasilan dalam mencapai sarana penyediaan lembaga pendidikan. Setiap
kegiatan pendidikan harus selalu dirancang secara komprehensif dengan menetapkan bagian
prioritas utama yang ingin dicapai oleh obyek sasaran atau stakeholders Dengan demikian
dapat membangun cara baru menuju era baru.

BAB 2
KAJIAN FILSAFAT MENGENAI
PENDIDIKAN JASMANI
A. Hakekat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik
sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Pendidikan jasmani di sekolah akan memuat
cabang-cabang olahraga dengan tujuan untuk mengenali potensi jiwa.
Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi
aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah
1.

menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Dalam hal ini Supandi (1990:29)
mengemukakan bahwa ‘’pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau
tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas-aktuvitas jasmani.’’
Aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan pelaku gerak untuk
meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan sosial. Pendidikan jasmani telah menjadi bagian dari proses dari pendidikan secara
keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta didik. Selain mengubah perilaku
pengguna, olahraga melalui aktivitas jasmani senantiasa mengupayakan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu sendiri. Maksudnya adalah olahraga merupakan bagian dari pendidikan secara
umum yang tentunya dapat memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman-pengalaman
gerak agar secara menyeluruh pengguna dapat tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini Supandi
(1990:29) mengemukakan ‘’pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang menggunakan
fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas-aktivitas
jasmani’’.
Aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan siswa untuk
meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif,
afektip, dan sosial. Melalui kegiatan jasmani diharapkan peserta didik akan tumbuh dan
berkembang secara sehat, dan segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar
lebih harmonis dalam menjalankan kehidupan sekarang maupun yang akan dating.
Mengutamakan kepentingan peserta didik menjadi skala prioritas dalam pendidikan
jasmani, hal ini penting untuk melibatkan peserta didik secara aktif. Oleh karena itu, maka
komponen pembukaan ini seharusnya singkat dan padat. Bahkan menurut Sukma dinata (1998)
menjelaskan bahwa dalam kurikulum 1994 lebih memberikan kebebasan pada guru untuk
mengembangkan bahan sendiri. Sehingga guru akan secara spesifik menentukan materi yang
sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik pada jenjang berbeda.
Karena pendidikan jasmani memiliki kompleksitas dalam hal nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, maka dalam pencapaiannyapun harus ditelaah secara menyeluruh sebelum
menetapkan materi pembelajaran pendidikan jasmani pada setiap jenjangnya. Menurut Tamura
dan Amung (2003:10) menjelaskan, ‘’Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang
sifatnya wajib diajarkan di sekolah karena memiliki nilai-nilai positif yang tercakup didalamnya’’.

B. Konsep Pengembangan Pendidikan Jasmani
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat factor ini tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu; tujuan, materi, metoda, dan evaluasi. Diantara beberapa
factor penting untuk mencapai pengajaran pendidikan jasmani yang berhasil adalah perumusan
tujuan. Oleh karenaitu, guru pendidikan jasmani harus memperhatikan pendidikan setiap siswa.
Sebenarnya pendidikan jasmani itu memiliki kekayaan yang sangat besar dalam
pembelajaran sebagai mana Lutan (1997:7) memaparkan yang diikuti dari Rijlembaga
pendidikan sebagai berikut. ‘’tujuan pendidikan jasmani, yaitu: (a)pembentukan gerak, (b)
pembentukan prestasi, (c) pembentukan social, dan (d) pertumbuhan.’’ Rumusan ini sudah
digariskan didalam kurikulum pendidikan keolahragaan dan GBHN, yaitu:
 Terciptanya pertumbuhan perkembangan jasmani khususnya tinggi badan dan
berat badan secara harmonis.

1.






Terbentuknya sikap dan prilaku disiplin, kejujuran, kerjasama, mengikuti
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Menyenangi aktivitas jasmani yang dapat dipakai untuk mengisi waktu luang
serta kebiasaan hidup sehat.
Mempunyai kemampuan untuk menjelaskan tentang tentang manfaat
pendidikan jasmani, keterampilan gerak yang benar dan efisien.
Meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan, serta daya tahan tubuh
terhadap penyakit.

Dengan demikian, tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan
kondisi fisik, mental, social, moral, spiritual, dan intelekyual supaya pengguna lebih
mandiri yang sesuai dengan keadaan dirinya.

1. Landasan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani memiliki peranan penting dalam mengembangkan sumberdaya
manusia. Pada tataran individu, pendidikan jasmani dapat mengembangkan pola hidup sehat,
mengurangi tekanan atau stress, meningkatkan kinerja, meningkatkan daya saing, dan
membentuk sikap dan prilaku yang prososial. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
merupakan upaya panjang yang menuntut ketekunan dan kesadaran semua pihak. Secara
filosofis kegiatan jasmani sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program
pendidikan secara keseluruhan. Maksudnya, kegiatan jasmani dapat dilihat sebagai sebuah
lingkungan sosial yang sangat luaarbiasa sebab kegiatan olahraga memiliki beberapa
krakteristik yang berguna yang dapat digunakan sebagai instumen pendidikan.
Paparan tersebut memberi informasi bahwa kegiatan olahraga dapat dijadikan salah
satu pendekatan dalam pengajaran pendidikan jasmani di sekolah. Kerjasama dalam kegiatan
jasmani sebagai sebuah metode dalam belajar prilaku sosial dan mencari teman. Prilaku
prososial dapat dipelajari melalui latihan dalam situasi dengan rancangan khusus untuk tujuan
tertentu dan hubungan interaktif yang konkret merupakan prekondisi dalam belajar
keterampilan social, seperti member dukungan psikologis, member perhatian pada orang lain,
member pertimbangan pada orang lain, memberi pertolongan yang konkret secara lisan dan
perbuatan, member saran dan koreksian.
Dalam mewujudkan sikap kerjasama ini perlu sikap saling memberi dan menerima satu
sama lain. Kerjasama juga memerlukan sikap saling memberi dan menerima bantuan, member
saran dan umpan balik. Tanpa membedakan hak, status social, atau derajat dimasyarakat
olahraga tetap dan akan tetap menjadi milik semua lapisan.

2. Tingkat Kejujuran melalui Pendidikan Jasmani
Tingkat kejujuran seseorang dalam kegiatan jasmani sangat ditentukan oleh
motivasinya. Adapun motivasi yang paling tinggi pengaruhnya terhadap prilaku jujur adalah
motivasi intrinsik daripada daripada motivasi ekstrinsik. Ini secara khusus menerapkan dua
dimensi yaitu empati sebagai alasan kejujuran dan kejujuran menjadi hokum sistem social yang
berupa nilai-nilai dan norma.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa kejujuran menjadi instrument untuk mengurangi
bahaya terjadinya cedera sangatlah kuat, namun dimensi kejujuran merupakan instrument
untuk meraih tujuan performa menjadi agak lemah.

1.

3. Pendidikan Jasmani dan Nilai Norma

Ide ini muncul karena ada isu mengenai pendidikan moral, agresi dan ide mengenai
sportivitas dalam kegiatan jasmani. Isu ini cukup menarik dengan mengaitkannya dengan
bentuk kekerasan dalam bentuk olahraga.
Apabila memperhatikan filosofi yang terkandung dalam bidang olahraga nilai dan norma
sangat kentah didalamnya. Berdasarkan hasil penelitian Peiser (1995:251) menjelaskan bahwa
‘’Physical education teachers are faced with the problem of having to discence themselves from
particularti populer sport during their lessons’’. Maksudnya, pendidik diharapkan dengan
persoalan cabang olahraga yang tidak mengenal jarak antara pelakunya apabila mereka ingin
mencegah terjadinya kekerasan dalam olahraga selama kegiatan itu dilakukan.
Sulit untuk menjeneralisasi mengenai semua program olahraga. Program-program
tersebut berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Namun, olahraga tidak mempunyai
tempat di sekolah atau sekolah dasar melainkan olahraga menjadi bagian yang legitimasi dari
program pendidikan dan diterima menjadi salah satu tujuan pendidikan.
Hingga saat ini tidak ada bukti yang konsisten bahwa olahraga di sekolah berdampak
negative bagi para pelaku dan penikmat olahraga. Olahraga dapat menggairahkan dan orang
yang tergabung dengan tim sekolah kadang-kadang memerlukan bimbingan untuk tetap berada
pada program-program yang telah ditentukan agar seimbang antara waktu sekolah, latihan, dan
istirahat. Selain guru, orang tua juga harus peka terhadap tujuan pendidikan anak-anaknya.
Aktivitas sekolah dapat digunakan untuk wahana pengalaman, tetapi olahraga memberi
siswa aktivitas sosial yang unik yang dapat menjadikan sekolah sebagai tempat yang menarik.
Program olahraga antar sekolah sering menjembatani kesenjangan antara sekolah dan
masyarakat di sekitar sekolah. Banyak sekolah yang dapat memanfaatkan olahraga tim sebagai
kendaraan untuk membuat masyarakat mendukung program pendidikan, tetapi tujuan ini
sangat jarang dicapai. Program antar sekolah tidak akan pernah sempurna. Maksudnya bahwa
relevansi pendidikan dengan program tersebut tergantung pada hasil evaluasi.

C. Esensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru
dan perilaku peserta didik (Mosston dan Asworth, 1994). Salah satu prinsip penting dalam
pendidikan jasmani adalah partisipasi peserta didik secara penuh dan merata.
Persiapan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar adalah berupa
pengantar yang merujuk pada komponen antisipasi. Dalam mempersiapkan peserta didik guru
menyampaikan apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan pelajaran sebelumnya dan
aktivitas saat ini atau yang akan datang.
Hal ini penting sebagai tujuan untuk selalu melibatkan peserta didik agar secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Memodifikasi sarana merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan guru pendidikan jasmani, agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang.
Lutan (1988) menyatakan, modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
diperlukan, dengan tujuan agar; (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran,(2)
meningkatkan kemunginan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) siswa dapat melakukan
pola gerak secara benar.
Keterbatasan fasilitas pembelajaran penjas yang ada di sekolah menjadi kendala serius
dalam pelaksanaan pembelajaran penjas. Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternative
pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dilakukan dengan berbagai pertimbangan.
Dalam PBM akan terjadi suatu transfer dari guru kepada peserta didik atau sebaliknya.
Ada tiga aspek yang terkait dengan transfer belajar, yaitu;
1.

a. Peranan transfer dalam kondisi belajar skill seperti mempertimbangkan drill dalam sepak
bola atau memperhatikan hasil latihan melakukan tembakan bebas pada saat bertanding.
b. Transfer ini dapat diestimasi peningkatan atau penurunan keterampilan sebagai hasil dari
latihan atau pengalaman.
c. Transfer sebagai sebuah criteria untuk belajar seperti tes retensi.
Dikalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan
mendefinisikan tentang belajar (learning). Yakni bahwa belajar itu selalu menunjukan kepada
suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu.
Kesiapan belajar merupakan kondisi yang harus mendapat perhatian pertama sebelum
kegiatan belajar. Untuk mengetahui kesiapan peserta didik sebelum PBM itu dimulai, maka guru
terlebih dahulu harus melakukan langkah-langkah seperti memberikan perhatian, memberikan
motivasi, dan memeriksa perkembangan kesiapan.
Perhatian ini sangat perlu manakala peserta didik akan melakukan sejenis pengamatan.
Guru harus melakukan berbagai cara agar peserta dapat memberikan perhatiannya saat proses
belajar dan mengajar tengah berlangsung. Sehingga merangsang peserta didik untuk mencari
tahu.
Motivasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di
sekolah. Tanpa motivasi sukar bagi peserta didik untuk berkembang dalam belajarnya. Guru
sangat berperan dalam menumbuh kembangkan motivasi pada peserta didik. Motivasi terbagi
kedalam dua bagian, yaitu; motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Peserta didik harus
diberikan penghargaan berupa pujian, angka yang baik, rasa keberhasilan, dan sebagainya
sehingga peserta didik lebih tertarik oleh pelajaran. Apabila terus menerus muncul pada diri
peserta didik, maka ia akan sanggup unyuk belajar sepanjang hidupnya.
Dapat atau tidaknya peserta didik terlibat dalam proses belajar akan sangat ditentukan
oleh kersiapannya untuk belajar. Perbedaan dalam perkembangan kesiapan peserta didik di
sekolah disebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan intelektual dan keterampilan motorik
yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, guru harur mempertimbangkan secara
sungguh-sungguh ketika hal pokok tersebut sebagai upaya meningkatkan mutu hasil belajar
peserta didik.

BAB 3
KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN KESEHATAN
Materi pendidikan kesehatan (health education) dan pendidikan keterampilan hidup
sehat (life scills education) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Sekolah dasar merupakan peranata sosial yang paling rendah dalam jenjang pendidikan formal.
Keberadaannya perlu lebih dioptimumkan khususnya dalam membentuk watak anak bangsa
yang sehat jasmani, rohani, sosial, spiritual, dan emosional.
Pembelajaran kesehatan di sekolah terpadu dengan kegiatan pendidikan jasmani. Hal ini
sangat beralasan, karena pendidikan jasmani tidak akan pernah lepas dari tujuannya yang
hakiki yaitu menciptakan anak bangsanyua yang bugar.

1.

Pembelajaran pendidikan kesehatan di sekolah akan lebih banyak menyoroti aspek
penerapan dari berbagai komponen kesehatan. Secara umum, peserta didik tingkat SD hingga
SLTA memiliki kemampuan dalam mengembangkan kebiasaan diri untuk berprilaku sehat.
Materi yang dapat dikembangkan meliputi konsep pendidikan kesehatan dan keterampilan
hidup sehat, masalah kesehatan dan berbagai usaha pemecahannya melalui proses
pembelajaran, perubahan prilaku untuk membudidayakan hidup sehat di sekolah maupun di
luar sekolah.
Tujuan yang dapat ditentukan dalam pembelajaran pendidikan kesehatan dan
keterampilan hidup sehat di sekolah sebagai berikut:
a. Tujuan umum
1) Pendidikan kesehatan di sekolah diharapkan mampu memberikan pemahaman dan
meningkatkan kesadaran peserta didik akan pentingnya kesehatan.
2) Pendidikan keterampilan hidup sehat di sekolah diharapkan mampu menumbuhkan
sikap dan terampil dalam melaksanakan hidup sehat baik fisik, mental, sosial,
emosional, maupun spiritual.
b. Tujuan khusus
1) Pendidikan kesehatan
a. Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan konsep hidup sehat
b. Peserta didik mampu mengidentifikasi persoalan yang berhubungan dengan
kesehatan yang ada di lingkungan dirinya dan sekitarnya.
c. Peserta didik dapat memecahkan berbagai masalah kesehatan sesuai dengan
keadaan lingkungan mereka berada.
2) Pendidikan keterampilan hidup sehat
a. Peserta didik dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan cara hidup
sehat
b. Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan kesehatan
c. Peserta didik memiliki rasa tanggung jawab kesehatan pribadi, lingkungan, dan
masyarakat.

A. Konsep Hidup Sehat
Sehat merupakan tunggul dari arti sebuah kehidupan. Setiap insane menghendaki untuk
bias hidup panjang dalam keadaan sehat. Orang yang sehat berarti orang yang memiliki
segalanya seperti sebuah pepatah mengatakan, ‘’he who has health, has hope, and he who has
hope, has every thing.’’ Pepatah ini memberimakna bahwa sehat atau hidup sehat itu merupakan
hal yang lebih banyak manfaatnya daripada memiliki hal lain. Kesehatan merupakan hal yang
tidak terhingga harganya. Apa saja, dimana saja, dan kapan saja asal sehat tentu akan dapat
dicapai.
Pada dasarnya persoalan kesehatan lebih condong pada masalah perilaku manusia
termasuk sikap dan kebiasaan sehari-hari. Terutama pada bagian hal yang mempengaruhinya.
Misalnya, kebiasaan makan dan minum, istirahat, bekerja, bergaul, dsb.

1. Sehat dilihat dari segi proses

Sehat dari segi proses merupakan keadaan kualitas hidup yang berlangsung secara
terus-menerus dan berkelanjutan selama hidup dalam lingkungannya yang bersifat ekologi.
Proses ekologi meliputi semua aspek kehidupan manusia seperti aspek keadaan lingkungan fisik
(tataruang, udara, dan air), emosi spiritual, sosial dan budaya.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:
1.

a. Sehat bersifat individu, setiap orang lahir dengan ciri dan keadaan khusus dirinya yang
berasal dari keturunannya dan sangat beraneka ragam keadaannya.
b. Sehat bersifat mudah berubah, tergantung pada hail interaksi dirinya dengan berbagai factor
lain dan pengalaman dalam lingkungannya.
c. Sehat tergantung pada keadaan perwujudan diri sendiri dalam membuat keputusan untuk
mempertahankan status kesehatannya.
d. Sehat member arti bagi kehidupan diri seseorang secara efektif, sehingga ia dapat hidup
lebih efisien.
Dengan demikian sehat merupakan fenomena yang rumpil meliputi unsure fisiologi,
sosiologi, dan spiritual. Hubungan yang seimbang antara aspek-aspek tersebut senantiasa harus
dipertahankan selama hidup dengan berbagai cara yang bermanfaat bagi dirinya. Untuk lebih
memahami akan kesetalian antara keempat unsur tersebut, dapat anda lihat pada gambar 1 di
bawah ini.

PSIKOLOGI
Kebutuhan fisik dan
Kebutuha emosi

SOSIOLOGI
Manusia dan
lingkungan

SPIRITUAL
Nilai dan norma

FISIOLOGI
Susunan dan fungsi
Organism;
Baik atau sakit

Gambar 3
Model Konsep Hidup Sehat dari Segi Proses

1.

2. Sehat dilihat dari Segi Tujuan
Berdasarkan pada tujuan, semua orang ingin sehat secara optimum. Ini berarti ia ingin
mencapai status kesehatan pada tingkat sehat paripurna atau optimal well being. Kesehatan
optimum dapat dicapai dengan cara bertahap seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut ini.
Optimal well being
Sehat status
Sehat rata-rata
Sedikit sakit
Sakit parah
Mati
Gambar 4
Tingkat Keadaan Kesehatan Seseorang
Pola hidup ini umumnya meliputi beberapa aspek kehidupan yang berkembang sesuai
dengan pertumbuhan jasmani dan rohaninya sejak usia muda sampai selama hidupnya. Keadaan
tingkat pendidikan adalah pada system nilai dari masing-masing individu.

B. Kebugaran Jasmani Kaitannya dengan Kesehatan
Komponen-komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
diperlukan oleh anak usia sekolah dasaruntuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress
lingkungan, dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama untuk kegiatan belajar dan bermain.
1. Daya tahan tubuh dan paru (general endurance). Kita mengenal dua istilah daya tahan yaitu
(cardio respiratory) dan daya tahan khusus (muscle endurance) yaitu yang relative lama.
Daya tahan umum adalah kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dengan waktu yang
lama tanpa tanpa mengalami kelelahan yang berlebiah setelah menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Latihan untuk meningkatkan daya tahan otot adalah, lompat kodok, jingkat dan
hop. Latihan untuk meningkatkan daya tahan umum adalah fartlek, interval training dan
interval running. Daya tahan jantung dan paru bagi masyarakat, terutama ditujukan untuk
mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti untuk
bermain dan juga belajar.
2. Kekuatan otot (strength) factor yang sangat penting guna meningkatkan latihan kondisi
fisik. Harsono, (1988) menjelaskan bahwa strength adalah kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Latihan untuk meningkatkan kekuatan
adalah dengan latihan kontraksi isometik dan isotonic. Pada usia ini, latihan untuk
meningkatkan kekuatan harus bersifat menyeluruh serta melibatkan alat grak pasif maupun
aktif.
3. Daya tahan otot adalah kepasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus menerus
pada tingkat intensitas sub maksimal. Daya tahan otot diperlukan untuk mempertahankan
kegiatan yang sifatnya didomonasi oleh penggunaan otot atau kelompok otot. Seperti halnya
1.

pada komponen lain, daya tahan otot hanya diperlukan sebatas kebutuhan dalam melakukan
aktivitas otot.
4. Fleksibilitas (kelentukan). Pengukuran fleksibilitas dalam latihan flexion (dimana sudut
sikut semakin dekat dengan bahu), dan latihan extension (ketika sudut siku semakin jauh
dengan badan itulah yang mempunyai fleksibilitas baik). (Berry L. Johonson, 1969). Bentukbentuk tes dalam fleksibilitas adalah:sit and reach teast, bridge up, shulder elevation,
average ankle flexibility, front split, side split, dan trunk extension. Aspek yang diukur dalam
fleksibiltes adalah pangkal paha, persedian panggul, otot hamstring, tulang belakang,
kemampuan persendian bahu, persendian pergelangan kaki. Kemampuan yang cepat dan
lincah dalam mengubah arah memerlukan kelentukan tubuh atau bagian tubuh yang terlibat
dalam kegiatan tersebut. Melakukan perubahan kecepatan dalam arah gerahan,dapat
mengakibatkan regangan, otot yang terlalu kuat sehingga memungkinkan terjadinya cedera
otot (muscle suprain) apabila kelentukan yang dimiliki rendah. Bagai manapun juga latihan
untuk meningkatkan kelentukan tidak boleh berlebihan, karena dapat berpengaruh tidak
baik dan bahkan merusak sikap tubuh itu sendiri.
5. Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu
lemak dan masa tanpa lemak. Komposisi tubuh ini meliputi dua hal, yaitu indeks masa tubuh
(IMT) dan persentase lemak tubuh.
a. Indeks masa tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. IMT merupakan cara untuk menggambarkan berat badan
dalam hubungannya dengan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan dengan posisi
berdiri tegak dilakukan pada masyarakat dengan postur tubuh normal.
b. Persentase Lemak Tubuh yaitu perbandingan antara berat lemak tubuh dan berat badan
yang diperoleh melalui rumus tertentu berdasarkan pengukuran ketebalan lemak
dengan menggunakan alat skinfold caliper.

C. Latihan Jasmani dan Keterampilan
Latihan jasmani yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk membina dan
mempertahankan status kesehatannya. Latihan jasmani ini disebut Olahraga. Latihan ini
meliputi semua bagian gerak dalam tubuh, mulai gerak yang berhubungan dengan otot,
persendian tulang, dan saraf.
Komponen latihan jasmani yang dapat ditingkatkan kemampuannya dan mendukung
terhadap kualitas kesehatan individu adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan (speed) merupakan kemampuan berpindah dari satu tempat ketempat lain dalam
waktu paling singkat. Harsono (1988) menjelaskan bahwa ‘’kecepatan adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
2. Kecepatan reaksi (reaction time) adalah waktu yang dibutuhkan antara mulai adanya
rangsang sampai terjadinya respon/gerakan. Reaksi akan menjadi demikian penting apabila
dikaitkan dengan model-model permainan yang dilakukan anak. Oleh sebab itu, selain dari
kelincahan dan koordinasi, komponen ini harus terus dilatihkan dan dikembangkan.
3. Power adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan gaya
ototmaksimum dangan kecepatan maksimum. Power merupakan perpaduan atau gabungan
dari factor strength speed, (Harsono 1988). Tes yang umum digunakan dalam power adalah
vertival jump, stending broad jump, two-ha nd medicine ball put, dan fertical arm full test.
Masyarakat membutuhkan komponen tersebut untuk menunjukan kemampuannya kepada
anak lainnya.
1.

4. Kelincahan (Agility) adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan
cepat dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya. Kelincahan bagi anak menjadi ciri
khas yang sesuai dengan kodratnya. Kelincahan dapat diprioritaskan dalam latihan bagi
masyarakat untuk melatih kebugaran jasmaninya.
5. Keseimbangan (balance) merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh
secara tepat pada saat berdiri atau pada saat melakukan gerakan. Kemampuan untuk
mempertahankan ini dipengaruhi oleh factor visual, vestibular, dan propriosepsif.
6. Koordinasi (coordination) adalah kemampuan untuk melakukan gerak dengan cepat dan
efisien. Kemampuan kordinatif menjadi dasar yang baik bagi kemampuan belajar yang
bersifat sensorimotorik. Bermain pada masyarakat merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dipisahkan dan melalui bermain ini pula kemampuan koordinasi dapat ditingkatkan.
7. Ketepatan (Accuaracy) sebagai keterampilan motorik merupakan komponen kebugaran
jasmani yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Sejauh gerakan yang
dilakukan masih dalam batas koordinasi relative sederhana, maka latihan ketepatan dapat
diberikan kepada masyarakat.

D. Jenis Kegiatan Olahraga bagi Kesehatan
Jenis kegiatan olahraga sangat banyak jumlahnya, tidak terbatas dan tergantung pada
semua kegiatan yang dilakukan selama hidup. Gerakan utama dalam kegiatan olahraga tersebut
ditujukan pada latihan fungsi organ tubuh bagian dalam dan bagian luar agar tubuh memiliki
daya tahan, lincah, dan kuat. Bentuk latihannya bias aerob atau anaerob
1. Latihan aerob: Lari, jogging, jalan kaki, gerak jalan, cross country, berenang, bersepeda, dsb.
Latihan ini biasanya dilakukan dalam waktu lebih dari 2 menit.
2. Latihan anaerob: Latihan beban, kelentukan, kecepatan, kelincahan, dsb. Latihan ini
biasanya dilakukan dalam waktu singkat antaea 0-2 menit.
Kesimpulan yang dapat diambil dari paparan pada pembahasa adalah sebagai berikut:
 Perubahan perilaku yang menjadi sasaran utama perlunya pendidikan kesehatan dan
keterampilan hidup sehat di sekolah.
 Dalam menentukan ruang lingkup (scope) pembelajaran hendaknya tidak terlalu
mengungkapkan konsep yang terlalu melebar, namun lebih banyak ditekankan pada
penerapan.
 Jumlah pertemuan sebaiknya lebih banyak agar prinsip pengulangan dapat membentuk
prilaku hidup sehat pada anak didik.
 Berikan penilaian yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan anak
didik.
 Materi yang perlu disajikan tidak hanya pendidikan kesehatan namun yang lebih penting
adalah keterampilan hidup sehat.

E. Landasan Filosofis Sehat dan Bugar
Sehat dan bugar merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk meraihnya
diperlukan aktivitas fisik yang menyenangkan dan dalam jangka waktu panjang. Disekolah
program itu sudah tersusun secara cermat dalam bentuk kurikulum pendidikan jasmani.
Peluang dan kendala dalam implementasikurikulum seringkali guru hadapi terutama dalam hal
kemampuan individu siswa, fasilitas yang tersedia dan aktivitas, serta budaya.

1.

Pedoman menuju sehat dan bugar dapat juga dijadikan sebuah model kurikulum.
Peserta didik mampu menginterpensikan sekor-sekor dan menggunakan hasil tes itu untuk
mengembangkan program kebugaran jasmani.
Parameter menjadi hal penting dalam menentukan tingkat bugar dan sehat anak didik.
Ada tiga parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat bugar dan sehat, yaitu: (1)
Parameter kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut: daya tahan
kardiorespiratori, kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, dan komposisi tibuh. (2)
Parameter kebugaran jasmani yang berhubungan dengan motorik adalah: keseimbangan, daya
ledak (power), kecepatan, kelincahan, kecepatan reaksi, dan ketepatan, dan (3) Parameter
kebugaran jasmani yang berhubungan dengan sehat paripurna (Wellness). Artinya rangkaian
dari fungsi kesehatan

BAB 4
KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKREASI
Ada banyak konsep filosofis yang berpengaruh terhadap pengalaman dan waktu luang,
rekreasi dan bermain. Istilah waktu luang telah dikonseptualisasikan dalam tiga kontek dasar:
waktu, aktivitas atau keadaan pikiran. Secara bersamaan konseptualisasi rekreasi pun sering
bervariasi.
Waktu luang memberikan satu kesempatan/peluang bagi keduanya, reaksi dan bermain.
Pendapat Richard Kraus bahwa, ‘’rekreasi sebagai aktivitas melanjutkan pendidikan waktu
luang, agama, kegiatan sosial melayani masyarakat.,,
Waktu luang tidak selalu dikaitkan dengan rekreasi. Contoh, kita membicarakan tentang
berjalan tergesa-gesa disekitar rumah atau kita mengejar bis dengan tergesa-gesa, hal ini
mungkin rekreasi, tetapi bukan waktu luang.
Banyak aktivitas bermain yang tidak menunjukan sebagai bentuk prilaku waktu luang
seperti kompetisi, eksplorasi, sindiran atau berpura-pura. Kraus menyarankan bahwa rekreasi
dilihat sebagai bentuk aktivitas manusia dan pengalaman, walaupun tampak seperti bermain.
Rekreasi pada umumnya dianggap sebagai yang dicapai dan aktivitas yang kontruktif
sementara bermain mencakup ruang lingkup yang luas dari berbagai kemungkinan, dari
kreativitas yang tinggi dan prilaku peningkatan diri kearah aktivitas negative dan merugikan
diri.

A. Konsep Waktu Luang
Ada banyak ponsep waktu luang (waktu senggang) yang berhasil dalam sebuah
masyarakat modern. Sedangkan fenomena dari waktu senggang ini terus berlanjut kearah
perubahan tiada henti, penjelasan dan konsep oleh sebagian besar teoritis yang mengakibatkan
banyak konsistensi dan penggunaan komponen yang sama.
Uraian mengenai waktu luang secara umum dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Waktu senggang sebagai wewenang tertinggi terhadap keterlibatan budaya dan intelektual
yang tinggi; sebuah pernyataan pikiran atau tibuh.
2. Waktu senggang sebagai aktivitas, biasanya dikualifikasikan sebagai aktivitas non kerja.

1.

3. Waktu senggang sebagai waktu bebas, waktu untuk memilih dengan bebas menentukan
sesuatu, waktu untuk memilih. Kata waktu luang berubah menjadi ungkapan bebas dan
keduanya itu kini hamper dapat berubah satu sama lain.
4. Waktu luang dari sudut pandang seseorang holistis, yang menyatukan tiga pandangan
lainnya dan memasukan aspek aktivitas, sikap dan keadaan. Hal itu tampak tidak hanya
sekedar aktivitas tetapi meliputi juga waktu dan sikap terhadap aktivitas non kerja tertentu.
Pandangan holistic melibatkan studi dari semua aspek dari pengalaman seseorang
sebagai mana beragamnya orang-orang. Christopher Edginton, David Camton dan Carole Hanson
menjelaskan bahwa: ‘’Mengkonsep kebutuhan individu dengan cara mempertimbangkan semua
aspek, seorang ahli dapat lebih mengerti dan menemukan kebutuhan individu’’.
Dengan demikian hal ini menjadi sangat sulit untuk mengklasifikasikan waktu senggang
semata-mata sebagai waktu yang dilewatkan dalam pencarian dari nilai social konstruktif yang
diinginkan. Mungkin akan lebih realitas untuk menyatakan bahwa waktu senggang merupakan
seluruh waktu luang dan menjadi dasar kebebasan untuk memilih.

B. Pandangan Klasik Mengenai Waktu Luang
sebagai kondisi aktivitas yang dibentuk untuk kepentingannya. Berlawanan dengan
bekerja atau tindakan yang syarat dengan tujuan, waktu luang meliputi pencarian seni, debat
politis, diskusi filosofis dan pembelajaran pada umumnya.
Bangsa Athena berpendapat bahwa waktu senggang sebagai nilai hidup yang paling
tinggi
dan bekerja sebagai nilai yang paling randah. Waktu senggang merupakan pernyataan yang ideal