PAJAK UNTUK PERUSAHAAN PETI KEMAS MILIK
PAJAK UNTUK PERUSAHAAN PETI KEMAS
MILIK ASING
Sekilas Tentang Impor & Peti Kemas
Pengertian impor adalah suatu kegiatan dengan cara memasukkan barang dari
luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku. Sedangkan pelaku impor disebut Importir yaitu pengusaha yang
melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar
negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku.”
Terdapat beberapa jenis dokumen yang perlu dipahami/dibutuhkan
dalam
rangka impor diantaranya adalah :
Surat Kuasa, Surat Kuasa adalah surat yang diterbitkan oleh importir
yang berisikan pemberian kuasa dari importir kepada
EMKL (Ekspedisi
Muatan Kapal Laut) dalam hal mengurus dan menyelesaikan dokumen –
dokumen impor di pelabuhan.
Invoice, adalah dokumen yang menerangkan tentang harga barang yang
dilengkapi data – data : jenis barang, berat, volume, kualitas, nama eksportir
/ importer, nama kapal, Pelabuhan bongkar.
Packing
List,
adalah
dokumen
yang
menerangkan
tentang
jenis
pembungkus, jenis barang dalam pembungkus, jumlah isi dalam bungkusan,
berat, volume, dan lain – lain sehingga memudahkan dalam pemeriksaan
barang
yang
dilakukan
oleh
Bea
Cukai
ataupun
pemeriksaan
bila
terjadi claim.
Bill Of Lading, adalah dokumen yang dibuat perusahaan pelayaran yang
merupakan surat berharga bagi pemilik barang, surat perjanjian antara
pemilik barang dengan pengangkut, dan sebagai bukti kepemilikan barang
yang ditukar dengan D/O di perusahaan pelayaran untuk mengeluarkan
barang.
Polis Asuransi, Polis Asuransi adalah dokumen yang dibuat oleh
perusahaan asuransi yang menerangkan bahwa barang yang diimpor telah
diasuransikan.
Pemberitahuan Impor Barang, Adalah dokumen yang dibuat oleh EMKL
yang merupakan pemberitahuan kepada Bea dan Cukai mengenai barang –
barang yang diimpor yang masuk kedalam wilayah pabean dan dikeluarkan
keperedaran bebas.
Dalam melaksanakan kegiatan pengurusan dokumen impor selalu berhubungan
dengan instansi – instansi pemerintah maupun swasta, adapun instansi –
instansi tersebut antara lain:
Perusahaan Pelayaran, Adalah suatu perusahaan yang menitik beratkan
pada usaha pelayaran yaitu menjual jasa angkutan laut bagi siapa saja yang
membutuhkan dengan mengoperasikan kapal – kapal yang dimilikinya.
EMKL, Adalah suatu badan hukum Indonesia berbentuk perseroan
terbatas, yang melakukan usahanya pada kegiatan pengurusan dokumen dan
pekerjaan
diangkut
yang menyangkut menerima / menyerahkan
melalui
lautan,
untuk
diserahkan
kepada
/
muatan
yang
diterima
dari
perusahaan pelayaran untuk kepentingan pemilik barang.
Bank Devisa, Adalah instansi pemerintah maupun swasta yang bergerak
dalam jasa perbankan nasional dan internasional.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Adalah unsur pelaksana tugas pokok
dan fungsi pemerintahan tentang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
arus lalu lintas barang yang keluar masuk daerah pabean dan pemungutan
bea masuk.
PT.
Pelindo,
Adalah
suatu
instansi
dibawah
pengawasan
Menteri
Perhubungan yang berbentuk persero yang mengelola asset pelabuhan yang
dapat dimanfaatkan oleh pengguna jasa pelabuhan. (Aset itu meliputi :
kolam pelabuhan, dermaga, gudang penempatan , dll.)
Administrator Pelabuhan ( ADPEL ), Adalah kepala organik dilingkungan
Departemen
Perhubungan
melaksanakan
tugas
pelabuhan
dan
mengkoordinasikan instansi pemerintah lainnya, unit kerja dan badan usaha
milik negara untuk kelancaran tugas kepelabuhan yang diusahakan badan
usaha pelabuhan.
Perusahaan
Asuransi,
Adalah
perusahaan
yang
bergerak
dalam
penyediaan jasa asuransi untuk mengasuransikan barang – barang yang
dikirim baik impor maupun ekspor.
Perusahaan Pengangkutan, Adalah perusahaan yang menawarkan jasa
dibidang angkutan darat.
Perusahaan Depo Kontainer, Adalah perusahaan yang bergerak dibidang
penyediaan lapangan penumpukan dan container kosong.
Prosedur penyelesaian dokumen impor secara garis besar dimulai dengan
menerima dokumen – dokumen dari importir, menyerahkan original B/L dan
membayar kewajiban biaya untuk pengambilan D/O di Pelayaran guna
mengeluarkan barang. Mengisi PIB dengan data – data yang ada pada dokumen
pelengkap pabean secara lengkap dan benar, selanjutnya mencetak PIB rangkap
3 untuk pembayaran Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor di Bank,
mentransfer data PIB secara on line ke Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea
Cukai melalui PDE. Selanjutnya membayar kewajiban biaya pelabuhan pada
TPKS menggunakan lembar warkat dana ke bank yang ditunjuk, menyerahkan
PLAB
ke
ADPEL
sebagai
pemberitahuan
angkutan
barang.
Terakhir
mengeluarkan barang dari kawasan pabean ke peredaran bebas apabila telah
memperoleh SPPB dan prosedur dokumen lainnya telah memenuhi syarat.
Biaya – biaya yang timbul dalam kegiatan impor yaitu :
Biaya Pabean, meliputi Bea Masuk, Cukai dan
Pajak dalam Rangka
Impor (PDRI).
Biaya Pelayaran, meliputi a). Biaya THC ( Terminal Handling Charge)
yaitu biaya yang timbul atas penanganan muatan dipelabuhan muat ( Port of
Loading). b). Biaya tebus D/O, Adm.D/O, dan Doc. Fee yaitu biaya yang
dibebankan oleh Pelayaran atas pengambilan D/O. c).
Biaya Pelabuhan, meliputi biaya penumpukan dan lift on full
Biaya Operasional, biaya – biaya yang dikeluarkan EMKL meliputi biaya
angkutan darat, biaya empty container, dan biaya non kwitansi yang tetap
dihitung dalam laporan keuangan.
Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) salah satu tugasnya adalah
memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang meliputi :
1.
Bea Masuk
2.
Cukai
3.
PPN Impor
4.
PPnBM
5.
PPh Impor
Dalam Pasal 1 butir 20 UU PPN No 42 Tahun 2009 dikatakan bahwa Nilai Impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan
berdasarkan
ketentuan
dalam
peraturan
perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang
Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini.
Pada aturan yang sama butir 17 ; dikatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak
adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Dan
dalam
Undang-undang
No.
10 Tahun
1995
tentang
Kepabeanan
sebagaimana telah diubah atau ditambah dengan UU No. 17 Tahun 2006 yang
dikenakan terhadap barang impor,
disebutkan bahwa Bea Masuk adalah
pungutan Negara.
Dalam kegiatan perdagangan internasional kita mengenal banyak cara yang
digunakan untuk menentukan harga dan penyerahan barang misalnya : door to
door, port to port, cost and freight, cost insurance and freight, dan freight on
board. Namun yang sering dipakai dan diterima untuk kegiatan ekspor dan
impor adalah system Freight on Board (FOB) dan Cost Insurance Freight (CIF).
FOB (Free On Board), artinya pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai
barang berada di atas kapal (vessel). CIF (Cost Insurance and Freight) yaitu
harga barang sampai pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau
eksportir menanggung semua biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan
dan ekpsortir wajib menutup asuransinya.
Dalam menghitung Bea Masuk jika masih FOB berarti masih harus ditambah
dengan Insurance, kalo sudah dengan CIF maka langsung bisa dihitung bea
masuk dan pajaknya. Untuk menghitung Bea Masuk diperlukan juga kurs yang
berlaku pada saat itu biasanya nggak beda jauh dengan kurs harian, untuk
penghitungan pajak, kurs ditetapkan setiap minggu oleh menteri keuangan.
Tentang cara menghitung Bea Masuk dibagi menjadi :
1.
Bea
Masuk
Advalorum,
yaitu
tarif
Bea
Masuk
yang
dikenakan
berdasarkan persentase tertentu. Besarnya Bea Masuk terutang dihitung
dengan cara mengalikan persentase dengan harga barang (nilai pabean).
Contoh Bea Masuk = Tarif
Perhitungan
Bea
X Nilai Pabean/CIF X NDPBM ((Nilai Dasar
Masuk)
yang
ditetapkan
berdasarkan
Keputusan
Menteri Keuangan setiap minggu sekali).
2.
Bea Masuk Spesifik, yaitu tarif Bea Masuk yang dikenakan berdasarkan
nilai rupiah tertentu dari satuan jumlah barang. Besarnya Bea Masuk
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Bea Masuk dengan jumlah
barang yang diimpor. Saat ini hanya dikenakan untuk gula dan beras.
Contoh Bea Masuk = Tarif X Jumlah Barang.
Contoh
PT. Shinhua Indonesia mengimport Alat kesehatan dari PT. Shinhua Korea CIF
USD
500.000,-,
Diketahui
berdasarkan Pos
tarif
dan
pembebananan
menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) besar tarif bea masuk adalah
10% dan NDPBM yang berlaku adalah USD 1.- = Rp. 9.500 maka nilai Impor
adalah sebagai berikut :
CIF (Cost + Insurance + Freight)
Rp. 4.750.000.000,-
Bea Masuk
Rp.
475.000.000,-
Nilai Impor
Rp. 5.225.000.000,-
PPN
Rp.
Laba BUT PT. Shinhua Indonesia
PPh pasal 17
522.500.000,-
Rp 100.000.000.000,-
Rp 12.500.000.000,-
Laba setelah PPh
Rp 87.500.000.000,-
Tax Treaty 5%
Perhitungan PPh Pasal 26
Laba BUT
Rp 100.000.000.000,-
PPh pasal 17
Rp 12.500.000.000,-
Laba setelah PPh
PPh pasal 26 :
5% x Rp 87.500.000.000,- =
Rp 87.500.000.000,-
Rp
4.375.000.000,-/tahun
MILIK ASING
Sekilas Tentang Impor & Peti Kemas
Pengertian impor adalah suatu kegiatan dengan cara memasukkan barang dari
luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku. Sedangkan pelaku impor disebut Importir yaitu pengusaha yang
melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar
negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku.”
Terdapat beberapa jenis dokumen yang perlu dipahami/dibutuhkan
dalam
rangka impor diantaranya adalah :
Surat Kuasa, Surat Kuasa adalah surat yang diterbitkan oleh importir
yang berisikan pemberian kuasa dari importir kepada
EMKL (Ekspedisi
Muatan Kapal Laut) dalam hal mengurus dan menyelesaikan dokumen –
dokumen impor di pelabuhan.
Invoice, adalah dokumen yang menerangkan tentang harga barang yang
dilengkapi data – data : jenis barang, berat, volume, kualitas, nama eksportir
/ importer, nama kapal, Pelabuhan bongkar.
Packing
List,
adalah
dokumen
yang
menerangkan
tentang
jenis
pembungkus, jenis barang dalam pembungkus, jumlah isi dalam bungkusan,
berat, volume, dan lain – lain sehingga memudahkan dalam pemeriksaan
barang
yang
dilakukan
oleh
Bea
Cukai
ataupun
pemeriksaan
bila
terjadi claim.
Bill Of Lading, adalah dokumen yang dibuat perusahaan pelayaran yang
merupakan surat berharga bagi pemilik barang, surat perjanjian antara
pemilik barang dengan pengangkut, dan sebagai bukti kepemilikan barang
yang ditukar dengan D/O di perusahaan pelayaran untuk mengeluarkan
barang.
Polis Asuransi, Polis Asuransi adalah dokumen yang dibuat oleh
perusahaan asuransi yang menerangkan bahwa barang yang diimpor telah
diasuransikan.
Pemberitahuan Impor Barang, Adalah dokumen yang dibuat oleh EMKL
yang merupakan pemberitahuan kepada Bea dan Cukai mengenai barang –
barang yang diimpor yang masuk kedalam wilayah pabean dan dikeluarkan
keperedaran bebas.
Dalam melaksanakan kegiatan pengurusan dokumen impor selalu berhubungan
dengan instansi – instansi pemerintah maupun swasta, adapun instansi –
instansi tersebut antara lain:
Perusahaan Pelayaran, Adalah suatu perusahaan yang menitik beratkan
pada usaha pelayaran yaitu menjual jasa angkutan laut bagi siapa saja yang
membutuhkan dengan mengoperasikan kapal – kapal yang dimilikinya.
EMKL, Adalah suatu badan hukum Indonesia berbentuk perseroan
terbatas, yang melakukan usahanya pada kegiatan pengurusan dokumen dan
pekerjaan
diangkut
yang menyangkut menerima / menyerahkan
melalui
lautan,
untuk
diserahkan
kepada
/
muatan
yang
diterima
dari
perusahaan pelayaran untuk kepentingan pemilik barang.
Bank Devisa, Adalah instansi pemerintah maupun swasta yang bergerak
dalam jasa perbankan nasional dan internasional.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Adalah unsur pelaksana tugas pokok
dan fungsi pemerintahan tentang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
arus lalu lintas barang yang keluar masuk daerah pabean dan pemungutan
bea masuk.
PT.
Pelindo,
Adalah
suatu
instansi
dibawah
pengawasan
Menteri
Perhubungan yang berbentuk persero yang mengelola asset pelabuhan yang
dapat dimanfaatkan oleh pengguna jasa pelabuhan. (Aset itu meliputi :
kolam pelabuhan, dermaga, gudang penempatan , dll.)
Administrator Pelabuhan ( ADPEL ), Adalah kepala organik dilingkungan
Departemen
Perhubungan
melaksanakan
tugas
pelabuhan
dan
mengkoordinasikan instansi pemerintah lainnya, unit kerja dan badan usaha
milik negara untuk kelancaran tugas kepelabuhan yang diusahakan badan
usaha pelabuhan.
Perusahaan
Asuransi,
Adalah
perusahaan
yang
bergerak
dalam
penyediaan jasa asuransi untuk mengasuransikan barang – barang yang
dikirim baik impor maupun ekspor.
Perusahaan Pengangkutan, Adalah perusahaan yang menawarkan jasa
dibidang angkutan darat.
Perusahaan Depo Kontainer, Adalah perusahaan yang bergerak dibidang
penyediaan lapangan penumpukan dan container kosong.
Prosedur penyelesaian dokumen impor secara garis besar dimulai dengan
menerima dokumen – dokumen dari importir, menyerahkan original B/L dan
membayar kewajiban biaya untuk pengambilan D/O di Pelayaran guna
mengeluarkan barang. Mengisi PIB dengan data – data yang ada pada dokumen
pelengkap pabean secara lengkap dan benar, selanjutnya mencetak PIB rangkap
3 untuk pembayaran Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor di Bank,
mentransfer data PIB secara on line ke Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea
Cukai melalui PDE. Selanjutnya membayar kewajiban biaya pelabuhan pada
TPKS menggunakan lembar warkat dana ke bank yang ditunjuk, menyerahkan
PLAB
ke
ADPEL
sebagai
pemberitahuan
angkutan
barang.
Terakhir
mengeluarkan barang dari kawasan pabean ke peredaran bebas apabila telah
memperoleh SPPB dan prosedur dokumen lainnya telah memenuhi syarat.
Biaya – biaya yang timbul dalam kegiatan impor yaitu :
Biaya Pabean, meliputi Bea Masuk, Cukai dan
Pajak dalam Rangka
Impor (PDRI).
Biaya Pelayaran, meliputi a). Biaya THC ( Terminal Handling Charge)
yaitu biaya yang timbul atas penanganan muatan dipelabuhan muat ( Port of
Loading). b). Biaya tebus D/O, Adm.D/O, dan Doc. Fee yaitu biaya yang
dibebankan oleh Pelayaran atas pengambilan D/O. c).
Biaya Pelabuhan, meliputi biaya penumpukan dan lift on full
Biaya Operasional, biaya – biaya yang dikeluarkan EMKL meliputi biaya
angkutan darat, biaya empty container, dan biaya non kwitansi yang tetap
dihitung dalam laporan keuangan.
Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) salah satu tugasnya adalah
memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang meliputi :
1.
Bea Masuk
2.
Cukai
3.
PPN Impor
4.
PPnBM
5.
PPh Impor
Dalam Pasal 1 butir 20 UU PPN No 42 Tahun 2009 dikatakan bahwa Nilai Impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan
berdasarkan
ketentuan
dalam
peraturan
perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang
Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini.
Pada aturan yang sama butir 17 ; dikatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak
adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Dan
dalam
Undang-undang
No.
10 Tahun
1995
tentang
Kepabeanan
sebagaimana telah diubah atau ditambah dengan UU No. 17 Tahun 2006 yang
dikenakan terhadap barang impor,
disebutkan bahwa Bea Masuk adalah
pungutan Negara.
Dalam kegiatan perdagangan internasional kita mengenal banyak cara yang
digunakan untuk menentukan harga dan penyerahan barang misalnya : door to
door, port to port, cost and freight, cost insurance and freight, dan freight on
board. Namun yang sering dipakai dan diterima untuk kegiatan ekspor dan
impor adalah system Freight on Board (FOB) dan Cost Insurance Freight (CIF).
FOB (Free On Board), artinya pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai
barang berada di atas kapal (vessel). CIF (Cost Insurance and Freight) yaitu
harga barang sampai pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau
eksportir menanggung semua biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan
dan ekpsortir wajib menutup asuransinya.
Dalam menghitung Bea Masuk jika masih FOB berarti masih harus ditambah
dengan Insurance, kalo sudah dengan CIF maka langsung bisa dihitung bea
masuk dan pajaknya. Untuk menghitung Bea Masuk diperlukan juga kurs yang
berlaku pada saat itu biasanya nggak beda jauh dengan kurs harian, untuk
penghitungan pajak, kurs ditetapkan setiap minggu oleh menteri keuangan.
Tentang cara menghitung Bea Masuk dibagi menjadi :
1.
Bea
Masuk
Advalorum,
yaitu
tarif
Bea
Masuk
yang
dikenakan
berdasarkan persentase tertentu. Besarnya Bea Masuk terutang dihitung
dengan cara mengalikan persentase dengan harga barang (nilai pabean).
Contoh Bea Masuk = Tarif
Perhitungan
Bea
X Nilai Pabean/CIF X NDPBM ((Nilai Dasar
Masuk)
yang
ditetapkan
berdasarkan
Keputusan
Menteri Keuangan setiap minggu sekali).
2.
Bea Masuk Spesifik, yaitu tarif Bea Masuk yang dikenakan berdasarkan
nilai rupiah tertentu dari satuan jumlah barang. Besarnya Bea Masuk
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Bea Masuk dengan jumlah
barang yang diimpor. Saat ini hanya dikenakan untuk gula dan beras.
Contoh Bea Masuk = Tarif X Jumlah Barang.
Contoh
PT. Shinhua Indonesia mengimport Alat kesehatan dari PT. Shinhua Korea CIF
USD
500.000,-,
Diketahui
berdasarkan Pos
tarif
dan
pembebananan
menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) besar tarif bea masuk adalah
10% dan NDPBM yang berlaku adalah USD 1.- = Rp. 9.500 maka nilai Impor
adalah sebagai berikut :
CIF (Cost + Insurance + Freight)
Rp. 4.750.000.000,-
Bea Masuk
Rp.
475.000.000,-
Nilai Impor
Rp. 5.225.000.000,-
PPN
Rp.
Laba BUT PT. Shinhua Indonesia
PPh pasal 17
522.500.000,-
Rp 100.000.000.000,-
Rp 12.500.000.000,-
Laba setelah PPh
Rp 87.500.000.000,-
Tax Treaty 5%
Perhitungan PPh Pasal 26
Laba BUT
Rp 100.000.000.000,-
PPh pasal 17
Rp 12.500.000.000,-
Laba setelah PPh
PPh pasal 26 :
5% x Rp 87.500.000.000,- =
Rp 87.500.000.000,-
Rp
4.375.000.000,-/tahun