Tatalaksana Rehabilitasi Medik pada Penderita Osteoarthritis Genu doc

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering
ditemukan di masyarakat, bersifat kronis, yang berdampak besar dalam masalah
kesehatan masyarakat. OA merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang
mengenai 2/3 orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5%
pada pria dan 70,5% pada wanita. Seiring bertambahnya jumlah kelahiran yang
mencapai usia per-tengahan dan obesitas serta peningkatannya dalam populasi
masyarakat osteoarthritis akan berdampak lebih buruk di kemudian hari. OA
bersifat kronik progresif, dan berdampak sosial ekonomik yang besar di negara
maju dan di negara berkembang.
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irregular pada permukaan persendian. Nyeri
menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami OA. Rasa nyeri
diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri
dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan
risiko OA, namun baik penyebab maupun pengobatannya belum sepenuhnya
diketahui. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang

berat. Sebanyak 2 juta orang diperkirakan menderita cacat akibat OA.
OA genu merupakan penyakit yang memiliki progresif tinggi, hal tersebut
dikarenakan lutut (genu) merupakan sendi yang berperan penting untuk menopang

1

tubuh manusia. Penyebab dari OA genu dapat disebabkan oleh penyebab primer
(idiopatik) dan sekunder. Di Indonesia prevalensi OA lutut (genue) yang tampak
secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur
antara 40-60 tahun. Prevalensi osteoarthritis usia 49-60 tahun di Malang mencapai
21,7%, yang terdiri dari 6,2% laki-laki dan 15,5% perempuan. 1 Tatalaksana OA
secara umum mencakup pada tatalaksana farmakologis menggunakan obat-obatan
serta non farmakologis, seperti pengobatan dalam hal rehabilitasi medik. Akibat
semakin meningkatnya insidensi OA di Indonesia, maka sangat penting untuk
membahas tentang tatalaksana rehabilitasi dari penderita OA genu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan
dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi, sehingga menyebabkan
penurunan dari fungsi persendian. Tulang rawan adalah substansi protein yang
berfungsi sebagai bantal antara tulang-tulang pada persendian. Osteoartritis juga
dikenal sebagai artritis degeneratif. Lutut memiliki daya mekanik yang kuat dan

2

progresif, sehingga OA lutut (genu) merupakan insidensi OA terbanyak terutama
pada orang-orang dengan usia lanjut. 2
2. Epidemiologi
The National Arthritis Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita
osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia
18 tahun ke atas. Data tahun 2007 hingga 2009 prevalensi naik sekitar 1 dari 5
atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter menderita OA. NADW memperkirakan
13 juta populasi di Amerika yang berusia 26 tahun keatas memiliki gejala OA
pada tangan, OA pada lutut (genu) diperkirakan sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA
pada panggul sebanyak 6,7%.3
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada
tahun 2025 populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding

tahun 1990. Di Indonesia prevalensi OA lutut (genu) yang tampak secara
radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara
40-60 tahun. Penelitian di Bandung pada pasien yang berobat ke klinik
reumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2007 dan 2010,
berturut-turut didapatkan: OA merupakan 74,48% dari keseluruhan kasus (1297
kasus) reumatik pada tahun 2007, dengan 69% diantaranya adalah wanita dan
kebanyakan merupakan OA lutut (87%). Data dari 2760 kasus reumatik pada
tahun 2010, 73% diantaranya adalah penderita OA, dengan demikian OA akan
semakin banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari.3

3. Etiologi
Predisposisi etiologi dari osteoartritis sebagai berikut:

3

a.

Umur, semakin tua usia maka semakin menurun kualitas kartilago persendian

b.


yang berfungsi sebagai bantalan penahan tekanan.
Gangguan mekanik, yang berupa trauma langsung atau tidak langsung yang

c.

akan mengakibatkan rusaknya kartilago persendian
Kecacatan genu valgus atau genu varus, yang mengakibatkan kerusakan pada

d.
e.

kartilago persendian
Infeksi
Sindrom metabolik, berkaitan dengan penurunan fungsi mitokondria yang
akan menghasilkan energi yang akan digunakan oleh inti sel sehingga DNA

f.

tidak bisa menyelenggarakan proses metabolisme tubuh

Obesitas, akan menambah beban sendi penopang berat badan yang dapat

g.

menyebabkan OA
Penyakit endokrin, seperti pada hipotiroidisme akan terjadi produksi air dan
garam-garam proteoglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong,
sehingga akan merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendon, synovial dan
kulit yang akan menyebabkan produksi proteoglikan menurun dan

h.

menyebabkan OA
Penyakit sendi lain, seperti akibat timbulnya penyakit sendi lainnya seperti
artritis karena infeksi akut atau karena infeksi kronis (tuberkulosis).4

4. Patogenesis
OA selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses degeneratif yang
tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa
OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme

kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya
belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting
yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago
di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

4

kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi
yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik,
obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
anatomik.5

Gambar 1. Skema OA
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai “absorb shock”,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi.5


5

Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan jaringan
kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe II untuk
penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis, serta
memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap
terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses
perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago,
tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi dan respon
inflamasi sebelumnya.5
Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks
baru untuk memperbaiki diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi. Namun dalam
hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara
keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk
produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan
yang pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanik kartilago, sehingga kartilago sendi
kehilangan sifat kompresibilitasnya.5
Beberapa keadaan seperti trauma/jejas mekanik akan menginduksi pelepasan

enzim degradasi, seperti stromelysin dan Matrix Metalloproteinases (MMP).
Stromelysin

mendegradasi

proteoglikan,

sedangkan

MMP

mendegradasi

proteoglikan dan kolagen matriks ekstraseluler. MMP diproduksi oleh kondrosit,
kemudian diaktifkan melalui kaskade yang melibatkan proteinase serin (aktivator
plasminogen), radikal bebas, dan beberapa MMP tipe membran. Kaskade

6

enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMP dan inhibitor

aktivator plasminogen. Tissue inhibitor of metalloproteinases (TIMP) yang
umumnya berfungsi menghambat MMP tidak dapat bekerja optimal karena di
dalam rongga sendi ini cenderung bersifat asam oleh karena stromelysin (pH 5,5),
sementara TIMP baru dapat bekerja optimal pada pH 7,5.5
Agrekanase akan memecah proteoglikan di dalam matriks rawan sendi yang
disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMT-4) dan
agrekanase 2 (ADAMT-11). Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe
II dan proteoglikan adalah katepsin, yang bekerja pada pH rendah, termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B, H, K, L dan S)
yang disimpan di dalam lisosom kondrosit. Hialuronidase tidak terdapat di dalam
rawan sendi, tetapi glikosidase lain turut berperan merusak proteoglikan.5
Pada OA, mediator-mediator inflamasi ikut berperan dalam progresifitas
penyakit. Selain pelepasan enzim-enzim degradasi, faktor-faktor pro inflamasi
juga terinduksi dan dilepaskan ke dalam rongga sendi, seperti Nitric Oxide (NO),
IL-1β, dan TNF-α. Sitokin-sitokin ini menginduksi kondrosit untuk memproduksi
protease, kemokin, dan eikosanoid seperti prostaglandin dan leukotrien dengan
cara menempel pada reseptor di permukaan kondrosit dan menyebabkan
transkripsi gen MMP sehingga produksi enzim tersebut meningkat. Akibatnya
sintesis matriks terhambat dan apoptosis sel meningkat.5
Sitokin yang terpenting adalah IL-1.IL-1 berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III, sehingga
menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk. Pada akhirnya tulang

7

subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan
menghasilkan enzim proteolitik.5

Gambar 2. Patogenesis OA
5. Faktor Resiko
Secara umum, faktor risiko penyebab terjadinya OA lutut (genu) dapat
dibagi

menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan faktor biomekanik. Faktor

predisposisi merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang
mengalami OA lutut, sedangkan faktor biomekanik ditinjau dari pembebanan oleh
pergerakan tubuh yang menyebabkan terjadinya OA.6
Faktor predisposisi diantaranya
1. Faktor demografi

a. Usia, proses penuaan dianggap sebagai peyebab peningkatan kelemahan
disekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan
menurunkan fungsi kondrosit, yang mendukung terjadinya OA

8

b.

Jenis kelamin, laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan
perempuan, tetapi setelah lebih dari 50 tahun perempuan lebih tinggi

c.

dibandingkan laki-laki
Ras atau etnis, ras Afrika-Amerika memiliki resiko 2x lebih besar
dibanding ras Kaukasia. Penduduk Asia memiliki resiko lebih tinggi
dibanding ras Kaukasia. Dan populasi kulit berwarna lebih beresiko

2.

dibanding populasi kulit putih
Faktor genetik, berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis

3.

kolagen yang bersifat diturunkan
Faktor gaya hidup, merokok dapat meningkatkan kandungan racun dalam
darah

dan

mematikan

jaringan

akibat

kekurangan

oksigen,

yang

memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Hal ini dikarenakan
merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan
sendi, dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya
tulang rawan, dapat meningkatkan kandungan CO dalam darah dan
menyebabkan jaringan kekurangan O2 yang dapat menghambat pembentukan
4.

tulang rawan.
Faktor metabolik
a.

Obesitas, merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi.
Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut.
Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat
berjalan.

b.

Osteoporosis. Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung
teori bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat

9

kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat
kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis.
c.

Penyakit Lain. OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus,
hipertensi dan hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami
obesitas.

d.

Histerektomi. Prevalensi OA lutut pada wanita yang mengalami
pengangkatan rahim lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak
mengalami pengangkatan rahim. Hal ini diduga berkaitan dengan
pengurangan produksi hormon estrogen setelah dilakukan pengangkatan
rahim.

e.

Menisektomi. Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah
menjalani menisektomi. Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan
di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi
OA lutut. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal berikut ini :
o

Hilangnya jaringan meniskus akibat menisektomi membuat tekanan
berlebih pada tulang rawan sendi sehingga memicu timbulnya OA
lutut.

o

Bagi pasien yang mengalami menisektomi, degenerasi meniskal dan
robekan mungkin menjadi lebih luas dan perubahan pada tulang
rawan sendi akan lebih besar daripada mereka yang tidak melakukan

menisektomi.6
Faktor biomekanik yang berpengaruh terhadap angka kejadian OA lutut
diantaranya adanya

10

1.

Riwayat trauma lutut, Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada
ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut.

2.

Kelainan Anatomis. Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan
lokal pada sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg–Calve–Perthes
disease dan displasia asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti
ligamentum pada sendi lutut termasuk kelainan lokal yang juga menjadi
faktor risiko OA lutut.

3.

Pekerjaan Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut.

4.

Aktivitas fisik Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih
setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat
barang berat (10 kg–50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu),
mendorong objek yang berat (10 kg–50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut.7

6. Diagnosis
Diagnosis OA lutut dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada
penderita penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan penderita datang berobat.
Nyeri dipicu oleh pergerakan, dan berkurang dengan istirahat, kecuali pada tahap
lanjut, rasa nyeri tetap terasa pada saat tidur. Tahap dini pada umumnya tidak

11

terasa nyeri, oleh karena rawan sendi adalah aneural. Nyeri timbul dari
mikrofaktur tulang subkhonral dan iflamasi pada membran sinovium. Struktur
artikuler yang sensitif terhadap nyeri adalah kapsul sendi, bantalan lemak sendi
dan tulang subkhondral, sedangkan dari struktur ekstra artikuler adalah ligamen,
tendon, dan bursa. Pada tahap lanjut, pada umumnya nyeri disebabkan oleh karena
fibrosis kapsuler, kontraktur sendi dan kelelahan otot.8,9,10
Kekakuan sendi, sering timbul pagi hari dan keluhan dapat hilang dalam
15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga disebabkan oleh
karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis kapsul. Edema
persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat disertai eritema
ringan. Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA lutut
adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA lutut adalah
adanya osteofit dan penyempitan celah sendi.8,10
Pada stadium awal, sendi terasa kaku dan nyeri setelah lama tidak
bergerak, seperti setelah bangun tidur atau duduk dalam waktu lama. Sendi lutut
terasa sakit bila digunakan beraktifitas, seperti berjalan dalam waktu lama, naik
turun tangga atau berjongkok. Sering terdengar bunyi krek-krek saat sendi lutut
digerakkan. Juga dapat terjadi timbunan cairan sendi yang berlebihan hingga sendi
membengkok. Pada stadium lanjut, rasa sakit tidak hanya dirasakan pada saat
beraktifitas, namun juga pada saat beristirahat. Lutut menjadi kaku dan bengkok
seperti huruf O atau X.
Staidum osteoartritis, dapat juga dibagi menjadi 4 stadium dimana stadium
1 dan 2 dikategorikan sebagai pengapuran sendi ringan sedangkan stadium 3 dan
4 sebagai pengapuran sendi berat

12

1.
2.

Stadium 1, celah sendi mulai menyempit dan tulang rawan sendi mulai kasar
Stadium 2, celah sendi semakin menyempit dan permukaan tulang rawan

3.

kasar berserabut
Stadium 3, celah sendi semakin menyempit, khususnya sisi dalam lutut dan

4.

permukaan tulang rawan kasar serta menipis
Stadium 4, celah sendi menghilang, tulang paha dan tulang kering saling
menempel serta lapisan tulang rawan menipis dan hilang di beberapa bagian

Gambar 3. Stadium Osteoartritis
Pada klasifikasi ACR secara klinis atau radiologis, presentasi dari OA
genu meliputi satu dari tiga kriteria dengan adanya osteofit pada pemeriksaan Xray:
1. Usia >50 tahun.
2. Kekakuan sendi di pagi hari < 30 menit.
3. Krepitus pada pergerakan lutut.11
Pada klasifikasi ACR berdasarkan gejala klinis dan gambaran radiologis,
presentasi dari nyeri lutut dapat diklasifikasi 5 dari 9 kriteria pada OA yaitu:
1. Usia >50 tahun.
2. Kekakuan sendi di pagi hari < 30 menit.
3. Krepitus pada pergerakan sendi.
4. Nyeri tekan pada tulang.
5. Pembesaran tulang.
6. Teraba tidak hangat.
7. ESR

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22