zalim sumber kegelapan di hari kiamat.do (1)

Zalim, Sumber Kegelapan di Hari Kiamat

“Berhati-hatilah kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya
kezaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat,” demikian Nabi sallallahu
‘alaihi wasallam bersabda dalam salah satu hadisnya yang direkam oleh
Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Perbuatan zalim merupakan sumber
malapetaka bagi para pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.
Secara umum, perbuatan zalim adalah tindakan melampaui batas
atau meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dalam konteks ini, zalim
terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
Pertama; zalim yang tidak diampuni Allah, yaitu syirik terhadap-Nya.
Allah Ta’ala berfirman mengenai Luqman Al-Hakim dan wasiatnya kepada
putranya:

‫شلللر ل‬
‫شرإ ل‬
‫ولإ إذ ل لقاِ ل‬
‫ن ال ش‬
‫ي ل تظ ل‬
‫م‬
‫ل لظ ل‬

‫ك إباِلل نهإ إ إ ن‬
‫ماِ ظ‬
‫ك ل لظ ظل للل م‬
‫ن لب لن إهإ ولهظول ي لعإظ ظ ظ‬
‫ق ل‬
‫ه لياِ ب ظن ل ن‬
‫م‬
‫عل إ‬
‫ظيِ م‬
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia
memberi

pelajaran

kepadanya:

'Hai

anakku,


janganlah

kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar'." (Luqman: 13).
Syirik dinamakan dengan kezaliman karena meletakkan ibadah tidak
pada tempatnya. Allah Ta’ala berfirman, "Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orangorang yang mendapat petunjuk." (Al-An‘am: 82).
Para shahabat merasa gelisah pada saat turunnya ayat ini. Mereka
kemudian bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah di antara kita yang tidak
menzalimi dirinya?” Maka, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan
kepada

mereka

bahwa

yang


dimaksud

kezaliman

adalah

syirik.

Keterangan tersebut direkam dengan baik oleh sahabat Ibnu Mas‘ud dan
dituliskan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya.

Kedua, kezaliman yang tidak diizinkan oleh Allah Ta’ala, yaitu
kezaliman terhadap sesama manusia.
Islam

adalah

agama


yang

mengajarkan

keadilan

terhadap

semuanya. Semua perilaku zalim akan dituntut pada hari kiamat. Tidak
hanya yang terjadi antar sesama manusia, bahkan kezaliman antar
sesama hewan pun turut dipertanyakan di hari kiamat. Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ل‬
‫قاِد ل إلل ن‬
‫حللاِإء‬
‫حنتىَّ ي ظ ل‬
‫ح ظ‬
‫م ال ل إ‬
‫جل ل ل‬

‫شللاِةإ ال ل ل‬
‫مة إ ل‬
‫ن ال ل ظ‬
‫ل لت ظؤ لد د ن‬
‫قولقل إ إللىَّ أهلل إلهاِ ي لول ل‬
‫قليِاِ ل‬
‫ن ال ن‬
‫قلرلناِإء‬
‫شاِةإ ال ل ل‬
‫إ‬
‫م ل‬
“Pada

hari

kiamat,

hak-hak

benar-benar


akan

ditunaikan

kepada

pemiliknya, sampai-sampai akan dibalaskan untuk seekor domba yang
tak bertanduk atas perbuatan domba yang bertanduk.” (HR Muslim).
Siapa yang menganiaya orang lain dengan pukulan, pada hari
kiamat ia akan diqishas karenanya. Dalam Al-Adab Al-Mufrad, Imam
Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Siapa yang memukul (seseorang) dengan cemeti secara zalim,
pada hari kiamat akan diambil qishasnya darinya.” (HR Al-Bukhari)
Ketiga, kezaliman yang akan diampuni Allah Ta’ala. Yakni kezaliman
hamba terhadap dirinya sendiri. Yaitu meremehkan kewajiban atau
melakukan maksiat. Allah Ta’ala berfirman:
"Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di

antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah. Demikian itu adalah karunia yang amat besar." (Fathir: 32)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan bahwa Allah ta’ala membagi
mereka menjadi tiga kelompok, ’Di antara mereka ada yang menzalimi diri
mereka sendiri,’ yakni orang yang lalai dalam mengerjakan sebagian dari
kewajiban dan melakukan sebagian larangan-larangan.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 6/551)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pada hari kiamat, kezaliman di
sisi Allah ada tiga tingkatan. Pertama, tingkatan yang tidak diampuni Allah

sedikit pun, yaitu syirik. Kedua, tingkatan yang tidak dibiarkan Allah
sedikit pun, yaitu kezaliman sebagian hamba terhadap sebagian lainnya.
Ketiga, tingkatan yang Allah tidak mempedulikannya sedikit pun, yaitu
kezaliman hamba terhadap dirinya sendiri antara dirinya dan Rabbnya.
Tingkatan terakhir inilah tingkatan yang paling ringan dan paling cepat
dihapuskan.” (Al-Wabil Ash-Shayyib, 1/24)
Sebagaimana namanya, zalim adalah gelap, ia merupakan sumber
kegelapan yang membawa malapetaka bagi para pelakunya. Tindakan
zalim bukanlah perkara yang remeh. Ia bisa menyeret seseorang ke dalam
neraka. Bahkan di hari kiamat kelak, amal ibadah seseorang bisa hangus

tanpa bernilai disebabkan kezaliman yang dilakukannya.
Karena itulah, apapun status kita, sudah sepatutnya kita berlindung
kepada Allah dari segala macam bentuk kezaliman tersebut. Baik itu
kezaliman terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap
diri sendiri. Sebab, siapapun ia, tidak mungkin bisa masuk syurga kecuali
setelah bersih dari segala dosa zalim yang dilakukannya.