Kertas Kerja Perusahaan Daerah. doc

Kertas Kerja
PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH
(PERUSDA)
KABUPATEN SERUYAN

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM
Kabupaten Seruyan
Tahun 2012

BAGIAN 1
PENDAHULUAN
Sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia telah mengisi kemerdekaan
dengan berbagai pembangunan di segala bidang. Pembangunan terjadi dari
awal kemerdekaan sampai dengan saat sekarang ini. Berbagai pengalaman
berharga diperoleh pada masa pembangunan, pengalaman-pengalam
tersebut kedepanya menjadi bahan evaluasi dan pondasi dalam menetukan
arah kebijakan pembangunan menuju masa depan yang lebih baik.
Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 memberikan
penjelasan tentang pembangunan nasional :
“Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan

yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat
kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi
generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks
memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya.”
Sehingga kata pembangunan menjadi kata kunci bagai segalah hal dalam
mengisi kemerdekaan, secara umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk
mewujutkan kehidupan masyarakat yang maju.
Kehidupan masyarakat suatu negara yang maju sangat didukung oleh
sistem perekonomian nasional. Sistem perekonomian Indonesia tersimpul
pada Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur tentang demokrasi ekonomi.
Perekonomian Indonesia yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
asas kekeluargaan. Pasal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting
dan menjadi dasar serta titik tolak bagi pembangunan ekonomi negara.

Dengan demikian negara mempunyai peran dan tanggung jawab normatif
dalam bidang yang menyangkut seluruh sendi kehidupan perekonomian
rakyat dan negara.
Untuk memenuhi amanah Pasal tersebut, dalam bidang ekonomi oleh
negara dibentuklah perusahaan milik negara yang dikelola secara langsung
oleh pemerintah pusat. Perusahan ini disebut dengan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sedangkan ditingkat daerah di bentuk Perusahaan Daerah
yang lebih dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) .
Sejak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, semangat otonomi
daerah telah menjiwai ketatanegaraan Republik Indonesia.3 Hal ini
dibuktikan dengan adanya beberapa Undang Undang yang berorientasi
pada otonomi daerah, yakni :

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 1

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional
Daerah,
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok tentang
Pemerintah Daerah,
3. Undang-undang Nomor

Pemerintah Daerah,

1

Tahun

1957

tentang

Pokok-Pokok

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah,
5. Undang-undang Nomor
Pemerintahan di Daerah,

18

Tahun


1965

tentang

Pokok-Pokok

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah, kemudian dirubah dengan Undang-undang
Nomor. 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemda, terakhir dirubah lagi dengan Undang-undang Nomor
12 tahun 2008 tentang Pemda .
Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintahan kecuali urusan tertentu yang diurus oleh
pemerintah pusat, yakni urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
moneter, yustisi, dan agama, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
dikatakan daerah menjalankan konsep otonomi luas, nyata dan
bertanggungjawab, sehingga tujuan pemberian otonomi dapat dicapai untuk
memberdayakan daerah.
Berlakunya otonomi daerah maka dimulailah suatu era baru dalam

pembiayaan pembangunan daerah. Pada waktu yang lalu pemerintah pusat
memiliki banyak peranan dalam perencanaan pembangunan di daerah,
namun sekarang dalam sistem otonomi, daerah memiliki keleluasaan
mengatur dirinya sendiri. Di sisi lain daerah juga dituntut lebih mandiri,
termasuk membiayai seluruh kegiatannya sehingga Pemda harus
bertanggung jawab atas pembangunan di daerahnya.
Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga
melakukan penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk
dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemda dan peraturan
organiknya mengatur dengan terperinci sumber-sumber pembiayaan Pemda
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada dasarnya menurut
ketentuan yang ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemda terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak; terutama PBB,
BPHTB dan PPh perseorangan, maupun bukan pajak; khususnya bagi
hasil yang berasal dari sumber daya alam ).
3. Pinjaman daerah.
Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi

pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak
ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan
mewujudkan otonomi daerah, sehingga PAD mencerminkan kemandirian
suatu daerah. Oleh karena PAD merupakan sumber penerimaan yang murni

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 2

dari daerah, merupakan modal bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya
dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun porsi PAD terhadap total
penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan
suatu Pemda. Otonomi daerah telah memberikan nuansa baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, antara lain : Pertama, berusaha
menarik investor untuk menanamkan investasinya. Kedua, menyusun
Peraturan Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai iuran
sehingga PAD meningkat. Ketiga, membentuk BUMD. Semangat otonomi
daerah merangsang gairah Pemda terutama daerah-daerah kaya untuk
mendirikan BUMD, dengan kata lain otonomi daerah memberikan ruang bagi
Pemda untuk berbisnis.
Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah

yang bersumber dari hasil BUMD telah berjalan sejak lama, secara juridis
BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, namun kemudian lebih kurang 7 (tujuh) tahun sejak
pengesahannya, dengan alasan pemurnian pelaksanaan UUD 1945.
Pemerintah mencabut Undang-undang tersebut melalui Undang-undang
Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang
Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
Pada masa itu pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa produkproduk legislatif yang berbentuk Undang-undang dan peraturan pemerintah
pengganti Undang-undang, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal
5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 4. Dari hasil peninjauan
tersebut direkomendasikan pencabutan beberapa peraturan perUndangundangan, termasuk di antarannya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahan Daerah.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah secara
juridis formal masih berlaku sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undangundang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai
Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Pasal
2 menyatakan :
“Pernyataan tidak berlakunya Undang-undang yang tercantum
dalam Lampiran III Undang-undang ini ditetapkan pada saat

Undang-undang yang menggantikannya mulai berlaku “
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah masih
berlaku sampai dengan disahkannya Undang-undang penggantinya. Namun
sampai saat ini belum ada undang-undang pengantinya, sedangkan dari
sudut materi Undang- undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang.
Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan
ekonominya, sehingga dalam implementasinya Undang-undang tersebut
sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan
BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang
menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja
yang tidak dapat mengemban fungsi dan peranya dalam mendukung fungsi
perusahaan sebagai kontributor PAD.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 3

Untuk menjawab masalah tersebut banyak Pemda melakukan langkah
dengan merubah bentuk badan hukum BUMD yang dimilikinya khususnya
pada perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, perubahan bentuk
badan hukum ini secara langsung akan berpengaruh pada aspek

kepemilikan yang berkenaan dengan permodalan atau saham. Pada
mulanya saham atas perusahan tersebut terpusat pada satu kepemilikan,
namun ketika kebijakan merubah bentuk badan hukum BUMD diambil oleh
Pemda, maka akan berdampak pada kepemilikan BUMD.
Sejatinya keberadaan badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki peran
sebagai lembaga yang melayani masyarakat. Namun ketika dituntut
menjadi sebuah usaha yang profesional, BUMD juga diharapkan bisa
menghasilkan atau memberikan profit. Upaya untuk membawa BUMD
menjadi sebuah perusahaan yang profesional tetap menjadi agenda utama.
Namun harus dilihat bahwa sebagai badan usaha yang dibentuk oleh
pemerintah daerah, BUMD tidak bisa begitu saja berorientasi profit.
Dari total jumlah badan usaha milik daerah (BUMD) sebanyak 1.007
perusahaan di seluruh Indonesia, ternyata sekitar 80 persen diantaranya
belum dikelola secara profesional. Ketua Umum DPP Badan Kerjasama
BUMD Seluruh Indonesia (BK BUMD-SI) Arif Afandi mengatakan, saat ini
terdapat 1.007 BUMD secara nasional dengan total aset mencapai Rp 343,1
triliun. Sayangnya, potensi yang cukup besar ini belum seluruhnya dikelola
secara profesional.
Berdasar data di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), per akhir 2011
total aset BUMD sebesar Rp 343,1 triliun dengan rincian Rp 310,716 triliun

atau 90,6 persen merupakan aset bank pembangunan daerah (BPD), Rp
11,454 triliun atau 3,3 persen merupakan aset bank perkreditan rakyat
(BPR), PDAM sebesar Rp 9,326 triliun atau 2,7 persen, dan aneka usaha Rp
11,6 triliun atau 3,4 persen.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 4

BAGIAN 2
ANALISA UMUM
BENTUK DAN BADAN HUKUM
Sebagai salah satu bentuk badan usaha yang ada di wilayah hukum
Republik Indonesia, sudah tentu keberadaan BUMD memiliki payung hukum
atas keberadaanya. Payung hukum ini menjadi penting mengingat
karakteristik BUMD tersebut sangatlah berbeda dengan bentuk badan usaha
lain terlebih-lebih dari keikutsertaan Pemda sebagai salah satu pemegang
saham.
Dalam ilmu hukum ada dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan badan
hukum. Mengenai definisinya, badan hukum atau legal entity atau legal
person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than
a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make

decisions through agents.
Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat di dalam Pasal
1654 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan
bahwa: Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orangorang swasta , berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan
tidak mengurangi peraturan- peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu
telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu.
Sementara itu, yang merupakan peraturan umum dari badan hukum adalah
Pasal 1653 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa selainnya perseroan
yang sejati oleh Undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan
orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan
itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun
Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 5

perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah
didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan
Undang-undang atau kesusilaan baik.
Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menentukan ciri-ciri suatu
badan hukum adalah apabila perusahaan itu mempunyai unsur-unsur
sebagai beriku:
(1) adanya harta kekayaan yang terpisah
(2) ada hak-hak dan kewajiban.
(3) mempunyai tujuan tertentu, mempunyai kepentingan sendiri
(4) dan adanya organisasi yang teratur.
Aturan untuk menentukan kedudukan suatu perusahaan sebagai badan
hukum, biasanya ditetapkan oleh perUndang-undangan, kebiasaan atau
yurisprudensi. Sebagai contoh, PT dinyatakan sebagai badan hukum di
dalam Pasal 7 ayat (4)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Koperasi
dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perkoperasian. Yayasan dinyatakan sebagai
badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan. Sedangkan untuk Perusahaan Daerah dinyatakan sebagai
badan hukum dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomr 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah, Sebagai subjek hukum, badan hukum
mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya
orang, akan tetapi perbuatan hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum
harta kekayaan. Karena bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau
lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum bertindak
dengan perantaraan pengurus-pengurusnya.
Pengaturan BUMD
Secara umum istilah BUMD baru dikenal pada tahun 1999 dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda, di
dalam Pasal 84 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda
menyebutkan bahwa Daerah dapat memiliki BUMD sesuai dengan peraturan
perUndang-undangan dan pembentukannya diatur dengan Peraturan
Daerah, namun ketentuan tersebut tidak memberikan definisi yang jelas
tentang BUMD, kemudian keberadaan BUMD ini juga masih dipertegas
dalam perubahan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda
dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemda, Pasal 177
Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintahaan Daerah
menyebutkan :
“Pemda
dapat
memiliki
BUMD
yang
pembentukan,
penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada
peraturan perUndang-undangan”
Dari uraian kedua Pasal tersebut belum memberi kejelasan tentang batasan
maupun definisi tentang BUMD.
Batas dan definisi BUMD dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 5 tahun
1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan istilah

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 6

BUMD sebagai Perusahaan Daerah, dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5
tahun 1962 menyatakan :
”Dalam
Undang-undang
ini
yang
dimaksudkan
dengan
Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan
berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya
atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang
dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan
Undang-undang.”
Ketentuan ini memberikan batasan tentang BUMD, dinyakan bahwa BUMD
merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang
dipisahkan.
Kemudian Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang
seluruhnya atau sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemda.
Pada konsideran huruf “b” Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153
tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan
menyatakan bahwa Perusahan Daerah atau BUMD merupakan badan
usahayang seluruh atau sebahagian modalnya berasal dari kekayaan darah
yang dipisahkan.
Tujuan Pembentukan BUMD
Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kesempatan
seluas luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan
bagi peningkatan pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal
pembangunan daerahnya, dengan demikian daerah dipacu untuk
melakukan pemanfaat sumber daya yang dimiliki secara maksimal.
Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk memenuhi
pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk
menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengeolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf
“a” angka 4 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemda.
Kepemilikan BUMD
Kepemilikan suatu usaha atau badan usaha dapat dilihat dari struktur modal
perusahan atau badan usaha itu sendiri, menurut ketentuan Pasal 7
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, modal
Perusahaan Daerah terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari
kekayaan daerah yang dipisahkan, kemudian pada ayat (2) Undang-undang
tersebut ditegaskan jika modal Perusahan Daerah seluruhnya berasal dari
kekayaan yang dipisahkan dari satu daerah maka modal tidak perlu terdiri
dari atas saham-saham, namun jika modal tersebut berasal dari kekayaan
lebih dari satu daerah maka modal Perusahaan Daerah harus terdiri dari
saham-saham. Dalam hal BUMD dimiliki oleh beberapa pegang saham maka
saham pada BUMD tersebut harus terbagai dalam dua kategori, saham
priorits dan saham biasa. Saham prioritas harus memiliki hak-hak tertentu
yang tidak terdapat dalam jenis saham biasa.
Selain itu saham BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah tersebut
dimungkinkan juga untuk dimiliki pihak lain diuar Pemda, ini di pertegas
didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, ayat tersebut menegaskan bahwa saham-saham biasa

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 7

dapat dimiliki oleh Pemerintaha Daerah, Warga Negara Indonesia dan atau
Badan Hukum yag didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan
yang peserta atau pemegang sahamnya terdiri dari Warga Negara
Indonesia.
Keikut sertaan pihak lain diluar Pemda dimaksudkan untuk mengerahkan
funds and forces dari masyarakat di daerah ialah dengan mengikut-sertakan
warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan
Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara
Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan suatu BUMD
berbentuk Perusahaan Daerah.
Tata Kelola Perusahaan
Para ahli memberikan beberapa pendapat mengenai tata kelola perusahaan,
atara lain:
a) Amir Wijaya Tunggal, menyatakan tata kelola perusahaan merupakan
sistem yang mengatur ke arah mana kegiatan usaha akan
dilaksanakan, termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk
apa sasaran tersebut perlu dicapai serta ukuran keberhasilannya.
b) Ersnt and young menyatakan Corporate governance terdiri atas
sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri atas
pemegang saham institusional, Dewan Direksi dan Komisaris, para
manejer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai
pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan,
investasi terkait dan persediaan produk.
c) Forum For Corporate Governance in Indonesia, Corporate Governace
adalah seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan anatara
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan interen dan
eksteren lain yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
Dengan demikian, corporate governance dapat dijelaskan sebagai
seperangkat aturan yang dijadikan manajemen perusahaan dalam
mengelola perusahaan secara baik, benar dan penuh integritas serta
membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujutkan visi, misi
dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Secara umum prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahan
dalam rangkah menuju tata kelola perusahan adalah :
a) Akuntabilitas (accountabelity), yaitu kejelasan pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab masing masing organ-organ
perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and propertes, sehingga
pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
b) Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan, perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun, terutama pemegang saham
mayoritas, yang bertentangan dengan peraturan perUndangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 8

c) Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan terhadap proses
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi mengenai segala
aspek perusahaan terutama yang berhubungan dengan kepentingan
stakeholders dan publik secara benar dan tepat waktu.
d) Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu perwujudan kewajiban
organ perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan
perusahaan dengan peraturan perUndang-undangan yang berlaku
dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam mencapai visi, misi
dan tujuan serta sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
e) Kewajiban (fairnes) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan perundang
undangan dan perjanjian.
Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit
antara lain dengan dilakukannya pemisahan tanggung jawab dan kewajiban
yang disertai dengan mekanisme kerjasama antar organ-organ perusahaan,
melakukan pengawasan ketika organ-organ itu melakukan tugasnya untuk
menghindari adanya tekanan atau benturan kepentingan, melakukan sistem
pengendalian internal dan eksternal yang kuat, dan pengungkapan
informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses
dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, serta menetapkan
visi, misi tujuan dan strategi secara jelas, sehingga kinerja perusahaan
maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara objektif.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang merupakan
perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi telah menjabarkan dan
memformulasikan prinsip-prins dasar tata kelola perusahan yang baik dalam
bentuk kongkrit, sebagai berikut :
a) Hak para pemegang saham yang harus diberikan informasi dengan
benar dan tepat waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut
berperanserta dalam mengambil keputusan mengenai perubahanperubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh
bagian keuntungan dari perusahaan.
b) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pada
pemegang saham minoritas dengan keterbukaan informasi yang
penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam (insider traiding).
c) Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahan dan para
pemegang saham, kepentingan dalam memciptakan keayaan,
lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.
d) Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta
transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja
perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan.
e) Tanggung jawab pengurus dan manjemen, pengawasan manjemen
dan pertangungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang
saham.
Sebagai suatu perusahan BUMD juga harus memiliki dan menjalankan
prinsip-prinsip tata kelola perusahan yang baik, untuk menganalisa tata
kelola BUMD yang berbadan hukum Perusahan Daerah dapat dilihat didalam

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 9

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, dimana
Undang-undang tersebut menjelaskan struktur organisasi yang meliputi
organ perusahan serta kemandirian perusahaan.
Organ BUMD
a. Rapat Pemegang Saham.
Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan
Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undangundang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan
rincian yang jelas tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan
organ ini bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan
sebagimana yang dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun
1995 tentang Perseoan Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag
tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam
terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Pada sebuah Perusahaan Daerah fungsi Rapat Pemegang Saham tidak selalu
sebagai pengambil keputusan akhir dalam perjalanan roda perusahaan, hal
ini dibatasi bahwa keputusan Rapat Pemegang Saham harus diambil dengan
permufakatan seluruh pemegang saham, manakala tidak tercapai
permufakatan atas suatu hal yang akan diputuskan maka Kepala Daerah
memiliki kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap
memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, hal
mana diatur didalam Bab VI tentang Rapat Pemegang Saham pada Pasal 18
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang
menyatakan :
Pasal 18.
(1) Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat
umum pemegang saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan
pendirian Perusahaan Daerah.
(2) Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan
rapat umum pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan
kata mufakatan.
(3) Jika kata mufakat termaksud pada Ayat (2) tidak tercapai maka
pendapat-pendapat
yang
dikemukakan
dalam
musyawarah
disampaikan kepada Kepala Daerah dari Daerah yang mendirikan
Perusahaan Daerah.
(4) Kepala Daerah termaksud pada Ayat (3) mengambil keputusan
dengan memperhatikan pendapat-pendapat termaksud.
b. Direksi
Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta
susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan
peraturan pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD
dilakukan oleh Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah,
mengenai pengangkatan anggota Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 10

Daerah memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan
anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut seluruhnya berasal dari
kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota Direksi BUMD
dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha yang
modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam
memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan
perusahaan. Untuk pengaturan dan tata tertib serta cara menjalankan
pekerjaan tersebut, Direksi secara otonom diberikan kewenangan untuk
mengatur tata tertib dan cara menjalankan perusahan dalam peraturan
yang ditetapkan oleh Direksi sebagaiman yang diatur didalam Pasal 15
Undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dalam
pelaksanannya kewenangan yang dimiliki Direksi tersebut dapat dibatasi
didalam peraturan daerah tentang pendirian perusahaan milik daerah
tersebut, pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan sifat dan
corak perusahaan Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas
kekuasaan tersebut di atas ditetapkan dalam peraturan pendirian
perusahaan yang bersangkutan.
Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah tentang Perusahaan
Daerah mengatur Direksi antara lain (sebagai contoh) :
1) Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari
berdasarkan kebijaksanaan yang digariskan oleh Bupati dan atau Badan
Pengawas (melalui Corporate Plan) dengan mengikuti peraturan tata tertib
serta tata kerja yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan
yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan peraturan
perUndang-undangan yang berlaku.
2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai
perusahaan berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan
3) Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat
menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi
atau kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang
khusus ditunjuk untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar
perusahan tersebut.
4) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun
buku berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan
kepada Direksi untuk disahkan, pengesahannya yang dilakukan oleh Bupati
diambil setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan
rencana anggaran tersebut.
c. Badan Pengawas
Sebagaimana lazim berlaku di dalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas
yang dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan pimpinan cara
mengurus dan menguasai perusahaan diadakan pengawasan (umum)
apakah benar-benar sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh para pemilik/pemegang saham.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur
tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 11

Direksi dalam menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di
bawah pengawasan Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh
sahamnya dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh
Pemegang Saham atau Pemegang Saham Prioritas mana kala saham-saham
perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham.
Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk
dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala
Daerah atau Pemegang Saham.
Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan
terhadap suatu perusahaan yang besarnya
menjalankan pengawasan umum terhadap
perusahaan-perusahaan yang kecil ditunjuk
melakukan pengawasan.

kepada suatu Dewan/Badan
ditunjuk satu badan, yang
perusahaan sedang untuk
hanya satu badan untuk

Pengelolaan BUMD memiliki ketergantungan yang tinggi kepada Pemerintah
daerah, sebagai contoh dalam hal merumuskan dan melaksanakan
oprasional perusahaan , manajemen BUMD harus mengacu pada Rencana
Kerja Anggaran dan Pendapatan (RKAP) yang tidak dapat diputus dalam
waktu cepat, karena Direksi harus memintah persetujuan Dewan Pengawas,
Gubernur atau Bupati/Walikota. Direksi cenderung takut mengambil resiko,
yang menyebabkan BUMD dalam bernegoisasi dengan pihak ketiga selalu
dibatasi waktu yang menyebabkan hilangnya kesempatan.
Dari sisi dunia usaha, BUMD yang berorientasi pada keuntungan harus
bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta asing maupun dalam
negeri didalam lingkup usahanya. Dalam prakteknya segala aturan main
yang ada di dalam dunia usaha harus diikuti oleh BUMD, agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya pada core bisnisnya.
Tujuan pendirian perusahaan daerah dapat dilihat di dalam Bab II Pasal 5
ayat (2) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa tujuan Perusahaan
Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah
khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka
ekonomi
terpimpin
untuk
memenuhi
kebutuhan
rakyat
dengan
mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja
dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur, sangat tidak
mungkin untuk meingimplementasikan prinsip ekonomi terpimpin dierah
sekarang ini. Terlebih lagi pada kondisi dan perkembangan dunia usaha
sekarang ini dimana secara global dunia usaha apakah milik pemerintah
ataupun swasta dituntut untuk mampu bersaing secara penuh seiring
pemberlakuan pasar bebas.
Kemudian dalam ayat (4) disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang
penting bagi Daerah dan menguasai hajat hidup orang banyak di Daerah
diusahakan oleh Perusahaan Daerah. Ketentuan Pasal tersebut pada
kenyataannya sudah tidak relevan, masalah ekonomi terpimpin yang
terdapat di dalam tujuan perusahaan daerah sudah tidak mungkin lagi
dilaksanakan karena yang ada sekarang adalah era globalisasi dan pasar
bebas. Demikian halnya dengan penguasaan cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak yang diusahakan perusahaan daerah.
Bidang usaha yang di kelola Perusahaan Daerah Perkebunan sekarang ini
adalah bidang perkebunan yang secara umum bukan merupakan hajat
hidup orang banyak dan bidang usaha ini sudah merupakan bisnis terbuka
yang dimiliki dan dikuasai oleh pribadi ataupun badan usaha lain dan
memiliki persaingan yang ketat di dalam pengelolaannya.
Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 12

Kerumitan birokrasi juga tidak terlepas dari landasan hukum BUMD, yaitu
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah,
berdasarkan Undang-undang tersebut, kebijakan pengembangan sangat
ditentukan oleh Pemda sebagai pihak yang mewakili daerah, sebagai
pemilik modal BUMD, Undang-undang tersebut menjadikan Direksi dan
mayoritas pegawainya, tidak terpisahkan dari birokasi Pemda, sehingga
tidak heran pengelola BUMD mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi,
yang walaupun visi dan kultur dari brokrasi sangatlah berbeda dengan visi
badan usaha. Berangkat dari kultur yang berbeda tidaklah mudah untuk
menyamakan visi dimana kultur korporasi berorientasi pada hasil sementara
birokrasi mengutamakan proses. Proses yang berbelit seringkali dengan
mudah dibaca sebagai upaya mempersulit. Birokrat berlindung dibalik alibi
takut melanggar ketentuan, takut risiko hukum.
Meningkatkan kinerja pelayanan BUMD menyongsong era globalisasi, hal ini
didasari pada rasa peningkatan terhadap pelayanan kepada masyarakat
serta mendorong peran swasta dan masyarakat dalam mengelola BUMD
sebagaimana yang ada pada konsideran Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD.
Kepemilikan suatu usaha dapat dibuktikan dengan lembaran-lembaran
saham atas suatu usaha. Sehingga saham dapat dikatakan sebagai suatu
bagian dalam kepemilikan suatu perusahaan atau suatu modal yang
ditanam dalam suatu perusahaan seperti yang diwakili oleh bagian bagian
dari modal itu yang dimiliki oleh individu masing-masing dalam bentuk
sertifikat saham.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memang
tidak membatasasi kepemilikan BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah,
Undang-undang tersebut hanya membatasi kewenangan dari pemegang
saham, pembatasan ini dapat dilihat dari beberapa Pasal, Pasal 8 Undangundang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang
menyatakan :
(1) Saham-saham Perusahaan Daerah terdiri atas saham-saham prioritet
dan saham-saham biasa.
(2) Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah.
(3) Saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Daerah, warga negara
Indonesia dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undangundang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara
Indonesia.
(4) Besarnya jumlah nominal dari saham-saham prioritet dan sahamsaham biasa ditetapkan dalam peraturan pendirian Perusahaan
Daerah.
Terdapat dua jenis saham pada BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah,
saham prioritas dan saham biasa, saham prioritas hanya dapat dimiliki oleh
Pemda namun tidak menutup kemungkinan juga bagi Pemda untuk memiliki
saham biasa, sedang perorangan atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia hanya dapat memiliki
saham biasa pada suatu BUMD.
Ketentuan yang ada pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun
1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tidak mengatur tentang klasifikasi
saham namun mengatur atau memberikan batasan yang jelas tentang
Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 13

siapa-siapa yang dapat memiliki saham didalam suatu perusahaan yang
telah merubah bentuk hukumnya menjadi perseroaan terbatas, Pasal 8
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk
Hukum BUMD menjelaskan, antara lain :
a) Saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, Perusahaan
Daerah, swasta dan masyarakat.
b) Bagian terbesar dari saham Perseroan terbatas dimiliki oleh Pemda
dan Perusahaan Daerah.
Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari uraian Pasal ini, Pertama saham
Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, yang dimaksud Pemda adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemda, sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 3
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tenatang Pemda, Kedua, Perusahan
Daerah yang merupakan badan hukum dapat juga bertindak sebagai
pemegang saham dalam suatu Badan Usaha Milik Daerah. Ketiga, swasta
dan masyarakat juga dapat memiliki saham didalam BUMD.
Mengenai klasifikasi saham, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
perseroan Terbatas, tidak mengatur klasifikasi saham, namun Undangundang tersebut memberikan keleluasaan kepada pendiri untuk
menentukan persyaratan kepemilikan dan hal lain mengenai saham
termasuk tentang klasifikasi saham dalam anggaran dasar perseroan,
selanjutnya
Undang-undang
membatasi
kewenangan
ini
dengan
mengharuskan pendiri memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang,36 sesuai dengan ketentuan perundang undangan
sebagai mana yang diatur didalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sekalipun Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tidak mengatur tentang
klasifikasi saham, namun dalam suatu BUMD harus tetap diatur tentang
adanya saham dengan hak prioritas sebagimana yang diatur didalam Pasal
8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, karena
secara juridis formal Undang-undang tersebut masi berlaku bagi BUMD.
dalah hal ini penulis berpendapat untuk BUMD harus dibuat klasifikasi
saham yang mengatur hak prioritas bagi Pemda, walaupun hal ini tidak
diatur didalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Pengaturan saham dengan prioritas kemukinan dapat menjadi perdebatan
karena tidak diaturnya hal tersebut didalam Undang-undang yang mengatur
tentang perseroan terbatas, maka dapat dikatakan bahwa pengaturan
tentang saham prioritas pada BUMD merupakan perintah dari Undangundang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, atau dengan kata
lain berlaku asas hukum “lex specialis derogat lex generalis”, yang
memberikan arti bahwa dalam hal ini Undang-undang Nomor 5 tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah dapat mengesampingkan Undang-undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
TINGKAT KEBUTUHAN SERUYAN MEMILIKI PERUSAHAAN DAERAH
Seluruh daerah di Indonesia memiliki atau merencanakan untuk memiliki
perusahaan daerah. Kecenderungan perusahaan daerah yang dibentuk oleh
daerah-daerah di Indonesia adalah perusahaan daerah di bidang air minum,
Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 14

pengelolaan pasar dan perkreditan. Sedikit sekali daerah yang membangun
perusahaan daerah untuk tujuan membangun industri.
Kabupaten Seruyan merencanakan pembentukan
dengan dilandasi oleh dua alasan utama yaitu :

perusahaan

daerah

a. Merealisasikan implementasi KIID Kabupaten Seruyan.
b. Mengelola kawasan industri di Kabupaten Seruyan.
Kedua alasan tersebut yang menjadi alasan utama pembentukan
perusahaan daerah Kabupaten Seruyan. Sementara itu perusahaan daerah
di bidang pengelolaan air minum, pengelolaan pasar, dan perkreditan
rakyat, akan menjadi unit usaha independen di bawah perusahaan daerah
yang akan dibentuk tersebut. Sehingga konsep dasar perusahaan daerah
yang akan dibentuk adalah holding terhadap lebih dari satu bidang usaha.
Implementasi KIID Kabupaten Seruyan.
Pemerintah Kabupaten Seruyan telah menetapkan Kompetensi Inti Industri
Daerahnya yaitu industri pengolahan pisang. Kabupaten Seruyan
menginginkan agar pisang kepok yang menjadi andalan budidaya pisang di
Kabupaten Seruyan, dapat diolah menjadi produk bernilai tambah.
Keinginan tersebut menuntut agar pengelolaan pisang dari hulu ke hilir
dikelola secara profesional. Pengelolaan usaha yang profesional hanya
dapat dilakukan dalam skema bisnis. Meskipun pendekatan yang dilakukan
terutama di tingkat hulu belum dapat dilakukan dalam skema bisnis
seutuhnya. Hal ini yang menyebabkan pemikiran bahwa mekanisme
implementasi KIID Kabupaten Seruyan tidak dapat diserahkan kepada
perusahaan swasta. Selain itu implementasi KIID diharapkan dapat
meningkatkan PAD Kabupaten Seruyan yang mengarah kepada kemandirian
Kabupaten Seruyan.
Selain menjadi pemimpin dalam pengelolaan implementasi KIID yang telah
ditetapkan, 9 komoditi lainnya yang telah disepakati sebagai komoditi
unggulan di Kabupaten Seruyan juga memerlukan penanganan lebih lanjut.
Oleh karena itu Perusahaan Daerah Kabupaten Seruyan tetap melaksanakan
industrialisasi komoditi-komoditi unggulan lainnya. Pertimbangan lain
dibentuknya perusahaan daerah untuk mengelola implementasi KIID dan
industrialisasi komoditi unggulan lainnya adalah agar Pemerintah Kabupaten
Seruyan dapat melakukan intervensi untuk menjaga iklim usaha yang
kondusif.
Pembentukan BUMD untuk mengelola industrialisasi potensi daerah telah
dilakukan oleh Pemerintah Cina. Dengan dilandasi oleh kebijakan
pemerataan kesempatan dan keseimbangan, maka BUMD di Cina telah
berkembang dengan pesat. Perkembangan BUMD yang pesat ini
memberikan dampak pada pengembangan infrastruktur yang leibh baik dan
dimodali sendiri, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Cina.
Pengelolaan Kawasan Industri.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008,
setiap daerah di Indonesia diharuskan untuk memiliki kawasan industri.
Keberadaan kawasan industri ini dimaksudkan agar kondisi pesebaran
industri yang tidak tertata dengan baik di setiap daerah menjadi lebih
tertata. Dalam hal ini daerah-daerah yang belum berkembang industrinya
diharapkan sudah menentukan kawasan yang akan menjadi area industri di

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 15

daerahnya masing-masing, sehingga tidak timbul kesemrawutan seperti
yang terjadi di beberapa daerah yang industrinya tersebar sehingga
berdampingan dalam kawasan yang sama dengan pemukiman dan kegiatan
publik lainnya.
Pengelolaan kawasan industri dalam Peraturan Pemerintah tentang Kawasan
Industri, dapat dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah. Pemerintah
Kabupaten Seruyan memilih untuk menetapkan Badan Usaha Milik Daerah
sebagai pengelola kawasan industri. Alasan pengelolaan kawasan industri
oleh BUMD ini adalah (1) untuk pengendalian kegiatan investasi di kawasan
industri, (2) peningkatan pendapatan BUMD melalui penyediaan jasa dan
fasilitas, (3) pembebasan tanah melalui skema penyertaan modal kepada
BUMD, dan (4) pemerintah kabupaten Seruyan tetap dapat melakukan
intervensi apabila diperlukan, terutama untuk kepastian keberpihakan
kepada rakyat setempat seperti penggunaan tenaga kerja, kawasan industri
kecil dan mikro, dan lainnya.

BAGIAN 3
REKOMENDASI PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH
1. TUJUAN
Pembentukan perusahaan daerah di Kabupaten Seruyan adalah :
(1) Mengoptimalkan implementasi
Kabupaten Seruyan.

Kompetensi

Inti

Industri

Daerah

(2) Memfasilitasi pengembangan industrialisasi komoditi unggulan yang
ada di Kabupaten Seruyan.
(3) Mengelola kawasan industri Kabupaten Seruyan.
(4) Mengoptimalkan potensi ekonomi di Kabupaten Seruyan menjadi
kegiatan produktif yang memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat kabupaten Seruyan dan memberikan kontribusi pada PAD
Kabupaten Seruyan.
(5) Menjadi pemimpin dalam penguatan ekonomi lokal dan mewujudkan
kemandirian perekonomian dan keuangan daerah Kabupaten
Seruyan.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 16

2. KARAKTER PERUSAHAAN DAERAH
Perusahaan daerah Kabupaten Seruyan dibangun sebagai sebuah
perusahaan yang dapat mengelola kegiatan usaha/bisnis secara
profesional, mampu menjadi mitra investasi di Kabupaten Seruyan, dan
tetap menjaga partisipasi aktif serta keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan usaha/investasi di Kabupaten Seruyan.
3. BENTUK PERUSAHAAN DAERAH
Dengan pertimbangan tujuan dan karakter perusahaan daerah tersebut
diatas, maka bentuk badan hukum dari perusahaan daerah Kabupaten
Seruyan adalah PERUSAHAAN DAERAH yang mengacu kepada UU No.5
Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, Keputusan Mendagri No.3
Tahun 1998, dan tetap fleksibel untuk disesuaikan dengan UU BUMD
yang akan diterbitkan kelak.
Perusahaan daerah ini akan menjadi holding dari kegiatan usaha yang
dikembangkan baik secara mandiri, bermitra dengan swasta/investor,
dan bermitra dengan perusahaan daerah di kabupaten/kota/provinsi
lainnya.
4. BIDANG USAHA
Bidang usaha yang dikembangkan oleh perusahaan daerah Kabupaten
Seruyan terdiri dari bidang usaha utama (core business) dan bidang
usaha lainnya (non-core business).
Bidang usaha utama meliputi :
(1) Pengelolaan industrialisasi pisang; meliputi kegiatan budidaya
pisang, industri pengolahan pisang, dan industri turunan yang bahan
baku utamanya adalah hasil dari industri pengolahan pisang. Industri
pengolahan pisang dimaksud meliputi industri tepung pisang, industri
gula pisang (sukrosa, fruktosa, glukosa), industri kimia nabati, industri
pengolahan
bagian
lain
pisang
selain
buah,
industri
makanan/minuman dari pisang, dan industri pengemasan pisang
segar.
(2) Pengelolaan kawasan industri; meliputi kerjasama pembangunan
kawasan industri, penyediaan jasa/fasilitas pendukung kawasan
industri, dan pengelolaan kawasan industri kecil.
(3) Pengelolaan industri agro (industri pengolahan) yang bersumber
dari komoditi unggulan Kabupaten Seruyan meliputi ikan, karet, sawit
(dari kebun rakyat), singkong, aren, jahe, tanaman minyak atsiri, dan
rotan.
Bidang usaha lainnya meliputi :
(1) Fasilitasi pengelolaan 20% lahan perkebunan dan kehutanan yang
diperuntukkan bagi CSR bersama masyarakat setempat.
(2) Kerjasama kegiatan pertambangan.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 17

(3) Kerjasama kegiatan industri pengolahan hasil tambang, terutama
besi.
(4) Kerjasama jasa transportasi, baik lokal, antar daerah satu provinsi,
antar provinsi, antar pulau, dan ekspor impor, terutama untuk
barang.
(5) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan menara telekomunikasi.
(6) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan pembangkitan listrik.
(7) Dan bidang usaha lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan
potensi dan kebutuhan Kabupaten Seruyan maupun daerah lain.

PERUSDA KAB
SERUYAN

BIDANG USAHA
UTAMA

INDUSTRI AGRO
KOMODITI
UNGGULAN

INDUSTRI
PENGOLAHAN
PISANG

BIDANG USAHA
LAINNYA

PENGELOLAAN
KAWASAN
INDUSTRI

PENGELOLAAN
KAWASAN
INDUSTRI

5. MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSDA
Perusahaan daerah memiliki organisasi sebagai berikut :
(1) Badan Pengawas; yang melibatkan unsur :


Sekda (Ketua Badan Pengawas).



Asisten Daerah Bidang Perekonomian.



Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM.



Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi.



Kepala Dinas Pertanian.

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 18



Kepala Dinas Kehutanan.



Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.



Kepala Dinas Pertambangan dan Energi.

(2) Badan Pengurus/Dewan Direksi, yang beranggotakan :


Direktur Utama.



Direktur Umum dan Keuangan.



Direktur Produksi dan Pemasaran.

(3) Manajemen :


Manajer Produksi dan Pemasaran (per bidang usaha); Strategic
Business Unit (untuk mengelola unit usaha dari kelompok bidang
usaha utama). Jadi ada Manajer SBU Pisang, Manajer SBU Industri
Agro, dan Manajer Kawasan Industri.



Manajer Produksi dan Pemasaran (General Manajer); Strategic
Business Unit (untuk mengelola unitusaha dari kelompok bidang
usaha lainnya).



Manajer Personalia.



Manajer Keuangan.



Sekretaris Perusahaan.

(4) Satuan Tenaga Ahli.
(5) Satuan Pengawas Intern.
Staf lainnya disusun berdasarkan
manajer/setingkat manajer.

kebutuhan

di

masing-masing

Dalam pengembangan usaha, perusahaan daerah menitikberatkan
pengembangan usaha secara kerjasama dengan pihak swasta atau
investor. Kerjasama dilakukan oleh SBU sesuai dengan sub bidang usaha
yang dikembangkan. Kerjasama tersebut membentuk anak perusahaan,
dimana Perusahaan Daerah akan menjadi pemegang saham. Untuk
kegiatan bidang usaha utama diupayakan agar Perusahaan Daerah
menjadi pemegang saham mayoritas, sedangkan untuk bidang usaha
lainnya sesuai dengan kontribusi yang diberikan/disediakan oleh
Perusahaan Daerah. Oleh karena itu di dalam pengelolaan unit usaha
akan dibentuk joint management, dimana setiap manajer SBU akan
menjadi anggota direksi di dalam anak perusahaan tersebut. Perusahaan
daerah sendiri dikembangkan sebagai holding dengan 100% kepemilikan
adalah Pemerintah Kabupaten Seruyan.
Secara umum direncanakan sebagai berikut :

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 19

BUPATI
BADAN PENGAWAS
UNIT TENAGA
AHLI/PRAKTISI
DIREKSI
SEKRETARIS
PERUSAHAAN

MANAJ ER
KEUANGAN

MANAJ ER
UMUM

MANAJ ER SBU
KAWASAN INDUSTRI

MANAJ ER SBU PISANG

MANAJ ER SBU
AGROINDUSTRI

UNIT USAHA ATAU PT PATUNGAN

Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan daerah dan efektivitas
pengelolaan, pengawasan dan pengembangan perusahaan daerah maka
dilakukan mekanisme :


Laporan berkala dari Direksi kepada Badan Pengawas per 3 bulan.



Laporan bulan dari Manajemen kepada Direksi per 3 bulan.



Rapat Badan Pengawas dan Direksi sekurang-kurangnya satu kali
setiap 3 bulan.



Evaluasi berkala kinerja individual per 6 bulan.

6. PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEMITRAAN
Pembiayaan perusahaan daerah bersumber dari :
(1) Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan.
(2) Hibah dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan/atau
Pemerintah Pusat.
(3) Penjualan saham anak perusahaan.
(4) Pinjaman usaha yang sah.
Penyertaan modal pemerintah Kabupten Seruyan dilakukan untuk hal-hal
sebagai berikut :
(1) Biaya operasional perusahaan daerah selama 12 bulan pertama.
(overhead, honor,
(2) Penyusunan Corporate Plan (sebaiknya dilakukan oleh Bappeda).
(3) Penyusunan feasebility study dan business plan 3 bidang usaha
utama (industri pengolahan pisang, kawasan industri, dan industri
pengolahan komoditi lainnya/industri agro).

Kertas Kerja Pembentukan Perusda Kabupaten Seruyan | 20

(4) Sosialisasi keberadaan Perusda di Kabupaten Seruyan, Provinsi
Kalimantan Tengah dan asosiasi BUMD Indonesia.
(5) Pembangunan miniplant industri pengolahan pisang.
Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan kepada Perusda ini
diperkirakan mencapai 5 milyar rupiah.
Kemitraan dilakukan dalam ketentuan sebagai berikut :
(1) Mengelola unit