Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual
Modal Intelektual (intellectual capital) yang merupakan salah satu dari
aset tidak berwujud, dikarenakan tidak tercantum di dalam laporan keuangan,
sering diabaikan didalam menilai perusahaan. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan)
tersebut adalah Intellectual Capital (IC). Intellectual capital seringkali menjadi
faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu
kekuatan dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis.
Variabel independen intellectual capital (IC) diukur dengan menggunakan
VAICTM. Adapun komponen VAICTM meliputi value added capital employee
(VACA), yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan, value
added human capital (VAHU), yaitu kalkulasi dari kemampuan sumber daya
manusia perusahaan, dan structural capital value added (STVA), yaitu kalkulasi
untuk kemampuan organisasi dalam perusahaan.
Ketiga variabel independen tersebut akan dimediasi oleh sebuah variabel
lainnya, yaitu kinerja keuangan, yang dalam penelitian ini adalah Return on Assets
(ROA). Variabel dependen yang digunakan didalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan yang diintepretasikan oleh discounted free cash flow, yaitu merupakan

Net Present Value dari free cash flow to firm (FCFF) yang diproyeksikan.

!

27
Universitas Sumatera Utara

Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menemukan bahwa secara statistik
seluruh komponen VAIC (VAHU, VACA, dan STVA) signifikan berpengaruh
untuk menjelaskan kinerja keuangan perusahaan dan nilai buku perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
VAICTM

X1!(VAHU)!
H1!

H4!


H5!

X2!(VACA)!

H2!

H7!

Y1!(ROA)!
H3!

Y2!(Nilai!
intrinsik!
Perusahaan)!

H6!

X3!(STVA)!

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual atau disebut juga sebagai kerangka teoritis dibangun
berdasarkan teori yang telah ada, penelitian ini mengadopsi penelitian Chen et al.
(2005) dengan melakukan modifikasi terhadap variabel dependennya yaitu nilai
intrinsik perusahaan yang dihitung berdasarkan FCFF yang didiskontokan pada
discount rate tertentu.

!

28
Universitas Sumatera Utara

3.2. Hipotesis
Berdasarkan rumusan permasalahan dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. H1 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja keuangan perusahaan.
2. H2 : Capital Employee, yang disebut juga VACA, berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
3. H3 : Structural Capital


yang disebut juga STVA, berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4. H4 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan
terhadap nilai intrinsik perusahaan
5. H5 : Capital Employee yang disebut juga VACA, berpengaruh
signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
6. H6 : Structural Capital yang disebut juga STVA, berpengaruh
signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
7. H7 : Kinerja keuangan

yang disebut juga ROA, berpengaruh

signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan

!

!

29

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi empiris korelasional yang dilakukan untuk
membuktikan adanya hubungan antara intellectual capital yang diukur dengan
VAICTM dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, serta pengaruhnya
terhadap nilai intrinsik perusahaan yang diukur dengan metode discounted free
cash flow. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait
dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
4.1.

Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan secara
rutin melaporkan posisi keuangannya kepada bursa efek Indonesia. Total populasi
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebanyak
tiga puluh satu perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan metode sensus,

artinya seluruh populasi dijadikan sebagai objek penelitian. Adapun kriteria
populasi sasaran yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012
2. Mengeluarkan laporan keuangan tahunan lengkap selama tahun 2010-2012
3. Memiliki data yang lengkap yang berhubungan dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian. Daftar perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI dapat dilihat pada Tabel 4.1

!

30
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI (2012)
No Perusahaan Perbankan
1 Bank Agroniaga Tbk.
2 Bank Artha Graha Internasional Tbk.
3 Bank Bukopin Tbk.
4 Bank Bumi Artha Tbk.
5 Bank Capital Indonesia Tbk.

6 Bank Central Asia Tbk.
7 Bank CIMB Niaga Tbk.
8 Bank Danamon Indonesia Tbk.
9 Bank Ekonomi Raharja Tbk.
10 Bank Pundi Indonesia Tbk.
11 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
12 Bank ICB Bumiputera Tbk.
13 Bank Internasional Indonesia Tbk.
14 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
15 Bank QNB Kesawan Tbk.
16 Bank Mandiri (Persero) Tbk.
17 Bank Mayapada Tbk.
18 Bank Mega Tbk.
19 Bank Mutiara Tbk.
20 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
21 Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
22 Bank OCBC NISP Tbk.
23 Bank Pan Indonesia Tbk.
24 Bank Permata Tbk.
25 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

26 Bank Sinarmas Tbk.
27 Bank of India Indonesia Tbk.
28 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
29 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
30 Bank Victoria International Tbk.
31 Bank Windu Kentjana International Tbk.
Sumber : www.idx.co.id

Kode
AGRO
INPC
BBKP
BNBA
BACA
BBCA
BNGA
BDMN
BAEK
BEKS
SDRA

BABP
BNII
BJBR
BKSW
BMRI
MAYA
MEGA
BCIC
BBNI
BBNP
NISP
PNBN
BNLI
BBRI
BSIM
BSWD
BBTN
BTPN
BVIC
MCOR


Homogenitas karyawan pada perusahaan perbankan cukup tinggi.
Homogenitas yang dimaksud adalah bahwa seluruh karyawan memiliki tingkat
pengetahuan yang tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga perlakuan terhadap
human capital-nya menjadi lebih objektif.

!

31
Universitas Sumatera Utara

Perlakuan human capital dalam hal ini terkait dengan gaji, pelatihan,
kesempatan jenjang karir, dan sebagainya.
4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini dilakukan

terhadap perusahaan sektor perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012 , yang beralamat di Jakarta Stock Exchange Building, jalan

Jendral Sudirman Kav. 52-53, 12190.
4.3.

Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan , yang disampaikan kepada
BEI. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan periode Desember 2010, 2011, dan 2012. Laporan keuangan tersebut
diperoleh melalui website resmi BEI. Data penelitian adalah cross section selama
periode tahun 2010-2012.
4.4.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.4.1. Variabel Independen
Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja IC
yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital
(VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari
ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC yang dikembangkan
oleh Pulic (1998).

!

32
Universitas Sumatera Utara

Formulasi dan tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut:
Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA).
VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Value added
disebut juga value created efficiency yang merupakan nilai tambah yang timbul
akibat pengaruh intangible assets yang dalam hal ini diproyeksikan oleh
intellectual capital.
VA = OUT - IN
Dimana:
OUT = Output ; Total penjualan dan pendapatan lain
IN

= Input; Beban penjualan dan biaya lain (selain biaya karyawan)

Tahap Kedua : Menghitung Value Added Capital Employeed (VACA).
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical
capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE
terhadap value added organisasi. VACA merupakan kemampuan perusahaan
dalam menggunakan modalnya.
VACA = VA/CE
Dimana :
VACA = Value Added Capital Employee
VA

= Value Added

CE

= Capital Employee, dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

!

33
Universitas Sumatera Utara

Tahap Ketiga:
Menghitung Value Added Human Capital (VAHU).
VAHU menunjukkan berapa banyak value added dapat dihasilkan dengan dana
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan pengaruh yang
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital terhadap
value added organisasi.
VAHU = VA/HCVAHU = VA/HC
Dimana:
VAHU = Value Added Human Capital
VA

= value added

HC

= Human Capital: beban karyawan (gaji, biaya pelatihan)

Tahap Keempat:
Menghitung Structural capital Value Added (STVA).
Rasio ini mengukur jumlah structural capital

yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi sejauh mana
structural capital dalam menciptakan nilai tambah
STVA = SC/VA= SC/VA
Dimana:
STVA = Structural Capital Value Added.
SC

= Structural Capital : VA – HC

VA

= value added

!

34
Universitas Sumatera Utara

Tahap Kelima:
Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC).
VAIC merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA,
VAHU, dan STVA.MU V
4.4.2

Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur

dengan menggunakan metode discounted free cash flow. Metode ini merupakan
estimasi terhadap nilai perusahaan dengan melakukan proyeksi terhadap net
income selama tiga tahun ke depan dan kemudian melakukan proses diskonto.
Versi umum nilai perusahaan dari pendekatan FCFF adalah sebagai berikut :

Nilai perusahaan = (

!"!!!
!!!
!!! (!!!"##)!

)+(

!"
(!!!"##)!

!)

Untuk menentukan nilai FCFF, dapat dihitung sebagai berikut :
FCFF = EBIT(1-tax) + depresiasi – capital expenditure – !working capital
4.4.3. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah kinerja keuangan yang direfleksikan oleh
Return on Assets (ROA) , kinerja keuangan menggunakan ROA lebih dipilih
daripada ROE adalah karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE
adalah salah satu komponen dari VACA. ROA dikalkulasi dengan formula:
ROA = Laba bersih / Total Aset

!

35
Universitas Sumatera Utara

Keseluruhan variabel dan definisi operasional yang digunakan di dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Definisi, Pengukuran dan Skala Ukur Variabel

!

Variabel

Definisi

Pengukuran Variabel

Skala Ukur

Return on
Assets (Y1)

Perbandingan antara laba
bersih dengan total aset,
merefleksikan efisiensi dalam
pemanfaatan total aset

Laba bersih / Total Aset

Rasio

Nilai
Intrinsik
Perusahaan
(Y2)

Nilai pasar perusahaan, nilai
penghargaan pasar terhadap
suatu perusahaan

Nilai kini dari proyeksi
FCFF perusahaan untuk
3 tahun ke depan
ditambah dengan nilai
terminal.

Rasio

VAHU (X1)

Menunjukkan berapa banyak
VA dapat dihasilkan dengan
dana yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja

Nilai tambah (VA) /
Beban Karyawan (HC)

Rasio

VACA (X2)

Indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit dari
physical capital.

Nilai Tambah (VA) /
Ekuitas

Rasio

STVA (X3)

Jumlah SC yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 rupiah
dari VA dan merupakan
indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam
penciptaan nilai

Structural Capital (SC)/
Nilai Tambah (VA)

Rasio

36
Universitas Sumatera Utara

4.5

Teknik Analisis Data

4.5.1

Analisis Jalur (Path Analysis)
Di dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path

analysis), yang merupakan sebuah metode untuk melakukan analisis efek
langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) dari variabelvariabel yang diukur (Ghozali, 2009).
Analisis jalur digunakan untuk menguji hubungan teoritis antar variabel,
bukan untuk menentukan hubungan kausalitas antar variabel. Semua variabel di
dalam penelitian ini baik independen maupun dependen merupakan variabelvariabel yang dapat diukur secara langsung, sehingga analisis jalur merupakan
metoda yang tepat.
Menurut Ghozali (2009) dan Yamin (2009), analisis jalur memiliki
beberapa asumsi-asumsi, antara lain :
1. Hubungan antara variabel adalah linear, adaptif dan bersifat normal.
2. Sistim aliran kausal hanya satu arah.
3. Variabel endogen berada dalam skala interval dan rasio
4. Observed variables, artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara
langsung.
5. Model penelitian didasarkan oleh teori dan konsep yang relevan.

4.5.2. Diagram Jalur
Diagram jalur yang disusun dalam penelitian ini adalah menggambarkan
hubungan VAHU (X1), VACA (X2), dan STVA (X3), serta VAIC (X4) dengan
kinerja keuangan (Y1) dan nilai perusahaan (Y2)

!

37
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian
Keterangan :
Y1
= Variabel endogen ROA
Y2
= Variabel endogen Nilai intrinsik perusahaan
X1
= Variabel eksogen VAHU
X2
= Variabel eksogen VACA
X3
= Variabel eksogen STVA
!X1Y1 = koefisien jalur X1 ke Y1
!X2Y1 = koefisien jalur X2 ke Y1
!X3Y1 = koefisien jalur X3 ke Y1
!X1Y2 = koefisien jalur X1 ke Y2
!X2Y2 = koefisien jalur X2 ke Y2
!X3Y2 = koefisien jalur X3 ke Y2
!Y1Y2 = koefisien jalur Y1 ke Y2

Model penelitian ini sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.1 terbagi atas
dua substruktur, sebagai berikut :
1. Sub struktur pertama, menganalisa pengaruh VAHU, VACA, dan STVA
terhadap ROA.
2. Sub struktur kedua, menganalisa pengaruh VAHU, VACA, STVA, dan ROA
dan nilai intrinsik perusahaan.

!

38
Universitas Sumatera Utara

4.5.2.1. Estimasi Analisis Jalur substruktur pertama
Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun
tidak langsung substruktur pertama dapat diperhatikan Tabel 4.3

Tabel 4.3 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Pertama
Return on Assets (ROA)
Variabel Bebas

Langsung

Tidak Langsung

Total

VAHU terhadap ROA

X1 Y1

-

X1 Y1

VACA terhadap ROA

X2 Y1

-

X2 Y1

STVA terhadap ROA

X3 Y1

-

X3 Y1

4.5.2.2. Estimasi Analisis Jalur substruktur kedua
Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun
tidak langsung substruktur kedua dapat diperhatikan Tabel 4.4

Tabel 4.4 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Kedua
Nilai Perusahaan
Variabel Bebas

Langsung

Tidak Langsung

Total

VAHU terhadap Nilai
perusahaan
VACA terhadap Nilai
perusahaan
STVA terhadap Nilai
perusahaan
ROA terhadap Nilai
perusahaan

X1 Y2

(X1Y1)(Y1Y2)

(X1Y1)(Y1Y2) + X1Y2

X2 Y2

(X2Y1)(Y1Y2)

(X2Y1)(Y1Y2) + X2Y2

X3 Y2

(X3Y1)(Y1Y2)

(X3Y1)(Y1Y2) + X3Y2

Y1 Y2

-

Y1 Y2

Apabila hubungan tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan
hubungan langsung, maka diindikasikan bahwa terdapat pengaruh mediasi.

!

39
Universitas Sumatera Utara

4.6. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengolahan data, uji asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
4.6.1. Uji Normalitas
Untuk menghindari terjadinya bias, data yang akan digunakan harus
terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik harus memiliki data normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2010). Apabila tidak memenuhi asumsi ini,
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini menggunakan one sample kolmogorov-smirnov
test dan analisis grafik histogram serta P-P plot. Menurut Ghozali (2010), jika
dalam uji one sample kolmogorov-smirnov test variabel yang mempunyai asymp.
Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikansi sebesar 0.05 maka diartikan bahwa
variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal.

4.6.2. Uji Multikolinaeritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (VIF=1/tolerance).

!

40
Universitas Sumatera Utara

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Model regresi yang
baik tidak terdapat masalah multikolinearitas atau adanya hubungan kolerasi di
antara variabel-variabel independennya (Ghozali, 2009)

4.6.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dalam satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu melihat grafik plot antara variabel terikat yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Jika tidak terjadi heteroskedastisitas maka pada
grafik scatterplot tidak terjadi pola tertentu, dan titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol.

4.7

Goodness of Fit
Kegunaan uji kesesuaian ini adalah untuk menentukan seberapa tepat

frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melihat
goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji sebagai berikut
yaitu :
4.7.1 Koefisien Determinasi (R2)
Pengukuran terhadap koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel

!

41
Universitas Sumatera Utara

dependennya. Seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

4.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan. Dalam uji F kesimpulan yang
diambil adalah dengan melihat signifikansi (∝) dengan hipotesis :
(∝) > 5% : H0 diterima, H1 ditolak
(∝) < 5% : H0 ditolak, H1 diterima
Jika F-hitung < F-tabel, maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika F-hitung > F-tabel
maka hipotesis diterima.

4.7.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika t-hitung koefisien
regresi lebih kecil dari t-tabel, maka variabel independen secara individu tersebut
tidak mempengaruhi terhadap variabel dependen, artinya hipotesis ditolak.
Sebaliknya jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka variabel independen
secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya hipotesis

diterima.
!
!
!
!
!
!
!
!

!

42
Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan industri perbankan memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan perusahaan-perusahaan industri sektor lainnya, perbedaan yang
dimaksud antara lain :
a. Hutang
Perusahaan pada umumnya mempergunakan modal yang berasal
dari ekuitas maupun hutang sebagai sarana melakukan produksi, hasil dari
produksi tersebut akan memberi laba pada perusahaan sedangkan
perusahaan perbankan umumnya memperoleh keuntungan melalui selisih
(spread) antara beban bunga yang dibayarkan kepada debitur dengan
beban bunga yang diterima dari kreditur. Sehingga pada laporan laba rugi
tahunan perbankan, beban bunga merupakan beban yang tertinggi
dibanding dengan beban lainnya.
Ilustrasi di bawah ini mencoba menjelaskan perbedaan di atas :
Pada perusahaan manufaktur pengolahan baja, bahan baku (raw material)
adalah baja mentah diolah menjadi produk yang dapat dijual kembali
dengan harga yang lebih tinggi, sementara pada perusahaan perbankan
bahan baku (raw material) adalah hutang yang “dijual” kembali dengan
harga yang lebih tinggi.

!

43
Universitas Sumatera Utara

b. Regulasi Pemerintah
Seluruh lembaga keuangan, termasuk Bank dibatasi oleh regulasi
yang sangat ketat oleh pemerintah. Pengawasan yang ketat oleh
pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap rasio kecukupan modal
(capital adequacy ratio) dan investasi-investasi yang dilakukan oleh Bank,
hampir seluruh investasi yang dilakukan mendapat pengawasan dari
pemerintah. Peraturan pemerintah “mengekang” cara investasi dilakukan,
dimana investasi dilakukan, dan berapa banyak modal yang diinvestasikan,
seluruhnya mendapat perhatian dari pemerintah.
Dalam kepentingan penilaian, perubahan regulasi mengakibatkan
rentannya tingkat resiko dalam penentuan growth perusahaan, perubahan
peraturan pemerintah menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam
menentukan nilai perusahaan.

c. Tingkat Leverage Keuangan
Sebagaimana telah disebutkan bahwa perusahaan perbankan
menggunakan hutang sebagai sumber modalnya, sehingga menyebabkan
tingkat leverage perusahaan perbankan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan sektor non-perbankan. Tingginya tingkat leverage pada
perusahaan perbankan mengakibatkan tingginya beban biaya yang
ditanggung oleh perusahaan, baik biaya tetap operasi maupun biaya
finansial. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya merupakan risiko yang
harus ditanggung perusahaan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan
keuangan.

!

44
Universitas Sumatera Utara

Dalam perusahaan perbankan, akibat tingginya tingkat leverage,
menyebabkan perusahaan harus efisien dalam menggunakan hutang,
ketidak-seimbangan antara hutang dengan dana yang dipinjamkan kepada
nasabah, akan menyebabkan Bank menanggung beban yang tinggi. Hal ini
perlu mendapat perhatian dan strategi yang khusus pada perusahaan
perbankan.
Berdasarkan karakteristik yang unik tersebut, maka tidak mudah untuk
melakukan penilaian terhadap perusahaan sektor perbankan, terutama ketika
menentukan free cash flow perusahaan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya
mendefinisikan hutang perbankan yang besar dan tingkat reinvestment perbankan
yang cenderung negatif.
5.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perusahaan perbankan
periode tahun 2010 sampai tahun 2012 diperoleh gambaran penelitian yang
dilakukan dengan statistik deskriptif untuk seluruh variabel yang dianalisis yaitu
VAIC (Value Added Intellectual Capital) yang terdiri dari VAHU (Value Added
Human Capital), VACA (Value Added Capital Employee) dan STVA (Value
Added Structural Capital), kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh
ROA (Return on Assets) dan nilai intrinsik perusahaan.
Statistik deskriptif ini dipaparkan dengan tujuan untuk mengetahui
karakteristik dari variabel yang dianalisis secara terperinci yang meliputi jumlah
sampel, range, rata-rata, minimum, maksimum dan standar deviasi. Tabel 5.1
berikut menunjukkan statistik deskriptif yang dimaksud.

!

45
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
!!

N!

Minimum! Maximum!
VAHU%
31%
0,731%
3,697%
VACA%
31%
0,025%
1,037%
STVA%
31%
30,369%
0,73%
VAIC%
31%
0,499%
4,657%
ROA%
31%
30,006%
0,034%
NILAI%
31%
26862% 130657724%
Valid%N%(listware)%
31%
%%
%%
Sumber : sampel penelitian yang diolah (2013)

Mean!
2,26423%
0,34755%
0,49621%
3,108%
0,01483%
16995377%
%%

5.1.2.1 Intellectual Capital
Berdasarkan statistik deskriptif Tabel 5.1 nilai minimum VAHU adalah
sebesar 0,731 (Bank QNB Kesawan, Tbk) dan nilai maksimum 3,697 (Bank Pan
Indonesia, Tbk). Nilai Mean VAHU adalah 2,264 dengan standar deviasi 0,723
dengan jumlah sampel pengamatan sebesar 31 data, hal ini dapat dijelaskan bahwa
Bank Pan Indonesia, Tbk adalah Bank yang paling mampu menciptakan nilai
tambah dengan menggunakan human capital.
Nilai minimum VACA adalah sebesar 0,025 (Bank ICB. Bumiputra, Tbk)
dan maksimum untuk VACA adalah 1,037 (Bank Pundi Indonesia, Tbk). Nilai
rata-rata perusahaan perbankan untuk VACA adalah 0,348. Berdasarkan data
tersebut maka Bank Pundi Indonesia adalah perusahaan yang paling mampu
memanfaatkan capital (modal, ekuitas) di antara 31 perusahaan perbankan yang
diteliti.
Kontribusi struktur modal (Structural Capital) dalam penciptaan nilai
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diproksikan
oleh STVA, di mana perusahaan yang paling mampu mengelola struktur

!

46
Universitas Sumatera Utara

organisasinya adalah Bank Pan Indonesia, Tbk (0,730), sementara rata-rata STVA
untuk perusahaan perbankan adalah 0,496.
Mean VAIC perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2012 adalah
3,108, sementara Bank Pan Indonesia, Tbk. memiliki skor VAIC tertinggi (4,657).
Kamath (2007) mengelompokkan suatu bank berdasarkan skor VAIC sebagai
berikut :
Tabel 5.2 Klasifikasi Perbankan Berdasarkan VAICTM versi Kamath (2007)
Bank Performance

VAIC Score

Top Performance

> 5,00

Good Performance

4,00 – 5,00

Common Performance

2,50 – 4,00

Bad Performance

< 2,50

Sumber : Kamath (2007) diolah

Apabila mengacu kepada klasifikasi yang dibentuk oleh Kamath (2007),
maka pada tahun 2012, perusahaan perbankan di Indonesia termasuk kepada
kelompok “Common Performance” dengan rata-rata VAIC perbankan Indonesia
adalah 3,108.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditentukan peringkat perusahaan
perbankan berdasarkan VAIC pada tahun 2012, disajikan dalam tabel 5.3 berikut :

!

47
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 Peringkat Bank Berdasarkan Kinerja VAICTM (Intellectual Capital)

Peringkat
Perusahaan Perbankan 2012
1
Bank Pan Indonesia Tbk.
2
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
3
Bank Central Asia Tbk.
4
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
5
Bank CIMB Niaga Tbk.
6
Bank Victoria International Tbk.
7
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
8
Bank Bukopin Tbk.
9
Bank of India Indonesia Tbk.
10
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
11
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
12
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
13
Bank Mega Tbk.
14
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
15
Bank Mayapada Tbk.
16
Bank Agroniaga Tbk.
17
Bank Danamon Indonesia Tbk.
18
Bank Sinarmas Tbk.
19
Bank Windu Kentjana Int.Tbk.
20
Bank Bumi Artha Tbk.
21
Bank OCBC NISP Tbk.
22
Bank Capital Indonesia Tbk.
23
Bank Permata Tbk.
24
Bank Internasional Indonesia Tbk.
25
Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
26
Bank Mutiara Tbk.
27
Bank Pundi Indonesia Tbk.
28
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
29
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
30
Bank ICB Bumiputera Tbk.
31
Bank QNB Kesawan Tbk.
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012)

VAIC(Intellectual
Capital)
4,657
4,562
4,519
4,455
4,039
4,014
3,839
3,720
3,484
3,484
3,476
3,459
3,322
3,291
3,257
3,219
3,137
3,095
3,043
2,829
2,810
2,786
2,673
2,574
2,573
2,346
2,260
2,066
1,754
1,106
0,499

Menurut hasil penelitian ini, bahwa pada tahun 2012 tidak ada perusahaan
perbankan yang menempati klasifikasi “Top Performance”, dan hanya enam Bank
yang memiliki klasifikasi “Good Performance”

!

48
Universitas Sumatera Utara

5.1.2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan salah satunya dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total asetnya, yang
sering disebut dengan ROA. Perusahaan perbankan yang memiliki ROA tertinggi
di dalam penelitian ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebesar 0,034 (3.4%).
Peringkat Bank berdasarkan ROA dalam penelitian ini, dapat disajikan pada Tabel
5.4 berikut :
Tabel 5.4 Peringkat Bank Berdasarkan Kinerja Keuangan (ROA)
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

!

Perusahaan Perbankan 2012
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
Bank Central Asia Tbk.
Bank Danamon Indonesia Tbk.
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank of India Indonesia Tbk.
Bank CIMB Niaga Tbk.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Mega Tbk.
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
Bank Bumi Artha Tbk.
Bank Pan Indonesia Tbk.
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
Bank Mayapada Tbk.
Bank Sinarmas Tbk.
Bank Windu Kentjana Int. Tbk.
Bank Victoria International Tbk.
Bank Bukopin Tbk.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Bank OCBC NISP Tbk.
Bank Internasional Indonesia Tbk.
Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Bank Permata Tbk.
Bank Mutiara Tbk.
Bank Capital Indonesia Tbk.
Bank Agroniaga Tbk.
Bank Ekonomi Raharja Tbk.

ROA
3,39%
3,35%
2,74%
2,64%
2,52%
2,16%
2,15%
2,11%
2,11%
1,68%
1,64%
1,56%
1,56%
1,53%
1,50%
1,45%
1,43%
1,27%
1,22%
1,16%
1,05%
1,04%
1,04%
0,96%
0,84%
0,82%
0,76%

49
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4
(Lanjutan)
28
Bank Pundi Indonesia Tbk.
29
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
30
Bank ICB Bumiputera Tbk.
31
Bank QNB Kesawan Tbk.
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012)

0,61%
0,31%
0,01%
-0,63%

5.1.2.3 Penentuan Nilai Intrinsik Perusahaan
Pembahasan variabel penelitian telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,
namun pada sub bab ini, penulis berusaha memaparkan lebih jelas mengenai nilai
intrinsik perusahaan, hal ini disebabkan dalam menentukan nilai intrinsik
perusahaan memiliki prosedur yang cukup sulit, berbeda dengan variabel
VAICTM(VAHU, VACA, dan STVA) serta ROA (return on assets) yang relatif
mudah untuk menentukannya karena seluruh komponen pembentuknya tercantum
jelas pada laporan keuangan masing-masing perusahaan.
Nilai intrinsik perusahaan merupakan variabel terpenting dalam penelitian
ini, penulis menggunakan kurang lebih 2/3 dari total keseluruhan waktu penelitian
ini untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan (31 perusahaan perbankan).
Pembahasan mengenai nilai intrinsik perusahaan, tidak dapat dipisahkan dari free
cash flow to firm (FCFF), growth (pertumbuhan), discount rate, terminal value,
capitalization rate dan net present value.
FCFF dapat diartikan sebagai aliran kas tunai bersih bebas yang dimiliki
perusahaan untuk membiayai keseluruhan perusahaan tersebut dalam jangka
waktu satu tahun. FCFF merupakan
dikurangkan pajak), dan

dikurangkan

operating income perusahaan (setelah
dengan capital expenditure (setelah

dikurangkan depresiasi) serta dikurangkan dengan working capital.

!

50
Universitas Sumatera Utara

FCFF = Operating income(1-Tax) – (capex-depresiasi)-NWC

a. Operating income adalah laba bersih perusahaan dalam waktu satu tahun
dan tercantum pada laporan keuangan perusahaan.

b. Capex (capital expenditure) merupakan investasi yang dilakukan terhadap
fix assets untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang,
ditentukan dengan cara mengurangkan fix assets tahun t dengan fix assets
tahun t-1. Contoh perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.5, sedangkan
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 5.5 Contoh Perhitungan Capital Expenditure Penelitian

!

51
Universitas Sumatera Utara

c. Working Capital
Pada dasarnya working capital merupakan selisih antara aset lancar
terhadap hutang lancar, namun menurut Damodaran (1994) dalam
kepentingan valuasi (penilaian), maka komponen Kas yang seharusnya
merupakan bagian dari aset lancar, harus dikeluarkan, menurut Damodaran
(1994) kas merupakan wasting assets, yang berarti, bahwa kas tidak dapat
menghasilkan return yang sebanding dengan return pasar, sehingga
keberadaannya di dalam aset lancar akan menyebabkan perhitungan
menjadi tidak akurat, sehingga oleh Damodaran (1994) working capital
disebut juga non-cash working capital. Tabel 5.6 merupakan

contoh

perhitungan non-cash working capital dalam penelitian ini, sedangkan
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.

Tabel 5.6 Contoh Perhitungan Noncash Working Capital Penelitian

!

52
Universitas Sumatera Utara

Non-cash working capital bernilai negatif, menurut Damodaran
(1994) hal ini disebabkan oleh perusahaan menggunakan hutang sebagai
modal kerja, hal ini dianggap masih layak apabila untuk jangka waktu
yang pendek, namun akan menjadi tidak layak bilamana berlangsung
dalam jangka waktu panjang, hal ini disebabkan oleh biaya modal hutang
yang akan semakin tidak relevan. Sebagaimana diketahui bahwa
perusahaan perbankan memiliki modal sebahagian besar berasal dari
hutang (dana nasabah), sehingga NWC pada perusahaan perbankan
cenderung memiliki nilai yang negatif.

d. Growth (Pertumbuhan perusahaan)
Growth rate (tingkat pertumbuhan) perusahaan memegang peranan
yang penting dalam melakukan proyeksi terhadap FCFF.
Dalam penelitian ini, NWC yang negatif mengakibatkan perhitungan
growth tidak dapat menggunakan rumusan baku Expected Growth =
Reinvestment Rate x Return on Capital.
Nilai NWC yang negatif akan mengakibatkan reinvestment rate
cenderung menjadi negatif, sehingga growth akan menjadi negatif. Growth
yang negatif tidak diperbolehkan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu,
diperlukan metode lain untuk menentukan growth yaitu metode historical
growth. Metode ini membutuhkan data historis minimal tiga tahun.
Penelitian ini membutuhkan growth rate untuk setiap tahun proyeksi
sampai tahun ketiga, dan kemudian ditentukan stable growth untuk
memperoleh nilai terminal value. Dasar acuan penentuan growth pada

!

53
Universitas Sumatera Utara

penelitian ini adalah pertumbuhan total assets perusahaan pada tahun
sebelumnya, mengingat bahwa pertumbuhan yang diinginkan adalah untuk
seluruh perusahaan (firm), maka total assets dianggap paling relevan
sebagai acuan pertumbuhan (Damodaran, 1994).
Pertumbuhan total assets pada tahun-tahun sebelumnya dirataratakan dan kemudian dilakukan penyesuaian (adjustment) berdasarkan
data-data perusahaan di masa lalu dan rencana-rencana perusahaan di
masa yang akan datang dengan tetap berpedoman terhadap rata-rata
pertumbuhan perbankan menurut SPI (Statistik Perbankan Indonesia)
tahun 2012, yaitu sebesar 14%.

e. Discount Rate Penelitian
Discount rate

pada

penelitian

ini

menggunakan

rata-rata

tertimbang (weighted average cost of capital) dari seluruh biaya modal
perusahaan perbankan, mencakup saham, pinjaman, hutang subordinasi
dan obligasi.
Bagian tersulit dalam menentukan WACC penelitian ini adalah
perhitungan biaya modal obligasi yang dikeluarkan oleh perbankan, hal ini
disebabkan banyaknya jenis obligasi yang dikeluarkan oleh perbankan,
seperti

obligasi

Bank

Tabungan

Pensiunan

Nasional

(BTPN)

mengeluarkan obligasi I, II, dan III, masing-masing seri A dan B, serta
obligasi berkelanjutan I dan II, seri A dan B. (Lampiran)

!

54
Universitas Sumatera Utara

f. Free cash flow to firm (FCFF)
FCFF perusahaan diperoleh dengan rumusan sebagai berikut :
FCFF = EAT – (Capex-Depresiasi) - NWC
Perhitungan free cash flow to firm dilakukan untuk 31 perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Tabel 5.7 di bawah ini adalah contoh
perhitungan FCFF, sedangkan perhitungan secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 13

Tabel 5.7 Contoh Perhitungan FCFF Penelitian

g. Proyeksi FCFF
FCFF yang diperoleh diproyeksikan nilainya selama tiga tahun ke
depan, kemudian pada tahun keempat perusahaan diasumsikan telah
mencapai tingkat pertumbuhan yang stabil (stable growth) sehingga dapat
ditentukan terminal valuenya. Proyeksi FCFF dilakukan dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan yang telah diperoleh sebelumnya dan
setelah penyesuaian dilakukan. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran16

!

55
Universitas Sumatera Utara

h. Terminal Value
Setelah

pertumbuhan

perusahaan

dianggap

konstan,

maka

dilakukan proses kapitalisasi terhadap free cash flow pada tahun
pertumbuhan stabil, hal ini dilakukan karena tidak mungkin melakukan
proyeksi sampai dengan tahun tidak terhingga.
Terminal value diperoleh dengan rumusan sebagai berikut :
TV =

!"!!! !!!(!!!)
!!!

Perhitungan terminal value, dapat dilihat pada Lampiran 16.

i. Net Present Value sebagai Nilai Intrinsik
Nilai kini dari keseluruhan hasil proyeksi dan terminal value,
merupakan nilai intrinsik perusahaan. Nilai kini diperoleh dengan
melakukan proses diskonto terhadap nilai FCFF dengan menggunakan
discount rate yang diperoleh sebelumnya.

Pada penelitian sebelumnya, nilai yang digunakan adalah nilai pasar
saham dan nilai buku perusahaan, penulis tidak berhasil menemukan penelitian
yang mencari hubungan intellectual capital terhadap nilai intrinsik, sehingga
dalam melakukan perbandingan terhadap penelitian sebelumnya, penulis
mengasumsikan bahwa nilai intrinsik identik dengan nilai pasar, berdasarkan teori
pasar yang tidak efisien, bahwa pasar diasumsikan melakukan “kesalahan” dalam
menentukan nilai, dan diasumsikan seiring dengan waktu akan melakukan koreksi
terhadap perbedaan nilai tersebut.

!

56
Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini perusahaan perbankan yang memiliki nilai intrinsik
tertinggi adalah Bank Central Asia, Tbk dengan nilai intrinsiknya adalah Rp.130,6
trilliun, sementara Rata-rata perbankan adalah Rp. 16,99 trilliun. Pada Tabel 5.8
berikut disajikan peringkat perusahaan perbankan berdasarkan nilai intrinsiknya.
Tabel 5.8 Peringkat Bank Berdasarkan Nilai Intrinsik Perusahaan
Dalam jutaan rupiah
Peringkat Perusahaan Perbankan 2012
Nilai Intrinsik
1
Bank Central Asia Tbk.
130.657.724
2
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
85.786.957
3
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
63.472.864
4
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
55.771.565
5
Bank Danamon Indonesia Tbk.
37.367.363
6
Bank CIMB Niaga Tbk.
29.119.105
7
Bank Mega Tbk.
19.424.032
8
Bank Pan Indonesia Tbk.
17.347.848
9
Bank Internasional Indonesia Tbk.
14.815.774
10
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
10.304.051
11
Bank Bukopin Tbk.
9.557.316
12
Bank OCBC NISP Tbk.
8.956.413
13
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
6.938.770
14
Bank Permata Tbk.
6.817.735
15
Bank Mayapada Tbk.
5.186.577
16
Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
5.135.179
17
Bank Mutiara Tbk.
2.915.038
18
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
2.494.445
19
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
2.480.540
20
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
2.291.852
21
Bank Bumi Artha Tbk.
1.898.996
22
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
1.753.397
23
Bank Victoria International Tbk.
1.407.875
24
Bank ICB Bumiputera Tbk.
1.125.838
25
Bank Pundi Indonesia Tbk.
955.369
26
Bank QNB Kesawan Tbk.
945.117
27
Bank Capital Indonesia Tbk.
901.906
28
Bank of India Indonesia Tbk.
525.220
29
Bank Sinarmas Tbk.
296.394
30
Bank Windu Kentjana International Tbk.
178.585
31
Bank Agroniaga Tbk.
26.862
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012)

!

57
Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Analisis Statistik Inferensi
Analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path
analysis). Diagram jalur penelitian ini dibangun untuk menguji pengaruh VAHU,
VACA, STVA terhadap ROA dan nilai intrinsik perusahaan. Model penelitian
dibagi menjadi dua substruktur yaitu substruktur pertama menguji pengaruh
VAHU, VACA dan STVA terhadap ROA, sedangkan substruktur kedua menguji
pengaruh VAHU, VACA, STVA dan ROA terhadap nilai intrinsik perusahaan.
Analisis terbagi atas dua pengujian yaitu pengujian asumsi klasik
substruktur pertama dan kedua serta penilaian goodness of fit substruktur pertama
dan kedua.
5.1.3.1 Pengujian Asumsi Klasik
5.1.3.1.1 Uji Asumsi Klasik Substruktur pertama
1. Uji Normalitas Residual
Untuk uji normalitas residual, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
statistik uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan p-value 0,698 (>0,05),
yang menunjukkan bahwa asumsi normalitas residual telah terpenuhi.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Uji Multikolinieritas
Nilai Tolerance masing-masing variabel X1, X2 dan X3 lebih besar dari
0,1. Nilai VIF masing-masing lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 2

!

58
Universitas Sumatera Utara

3. Uji Heteroskedastisitas
Dengan uji Glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi uji adalah lebih
besar dari alpha 5% yang menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah
heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.1.3.1.2 Uji Asumsi Klasik Substruktur Kedua
1. Uji Normalitas Residual
Statistik uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan p-value 0,491 (>0,05),
yang menunjukkan bahwa asumsi normalitas residual telah terpenuhi.
Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Uji Multikolinieritas
Nilai Tolerance masing-masing variabel X1, X2, X3 dan Y1 lebih besar
dari 0.1. Nilai VIF masing-masing lebih kecil dari 10. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 5.

3. Uji Heteroskedastisitas
Dengan uji Glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi uji adalah lebih
besar dari alpha 5% yang menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah
heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 6.

!

59
Universitas Sumatera Utara

5.1.3.2 Penilaian Goodness of Fit Model
5.1.3.2.1 Analisa Goodness of Fit Substruktur Pertama
1. Koefisien determinasi bernilai 0,665 yang berarti bahwa kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel ROA adalah sebesar 66,5%,
sedangkan sisanya sebesar 33,5%, diterangkan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran 7.

2. Uji F
Signifikansi uji F bernilai 0,000. Nilai yang lebih besar daripada 5%
menunjukkan bahwa model yang digunakan adalah layak dan dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran 8.

3. Uji t
VACA berpengaruh positif dan signifikan (p-value bernilai 0,022)
terhadap ROA. Sedangkan VAHU tidak signifikan (p-value bernilai
0,130) terhadap ROA, STVA juga tidak signifikan (p-value bernilai 0,107)
terhadap ROA
Tabel 5.9 Hasil Uji Parsial Substruktur Pertama

Sumber : Hasil output SPSS (diolah)

!

60
Universitas Sumatera Utara

5.1.3.2.2 Analisa Goodness of Fit Sub Struktur Kedua
1. Koefisien determinasi bernilai 0,422 yang berarti bahwa kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel nilai perusahaan adalah sebesar
42,2%, sedangkan sisanya sebesar 57,8%, diterangkan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran 9.

2. Uji F
Signifikansi uji F bernilai 0,005. Nilai yang lebih besar daripada 5%
menunjukkan bahwa model yang digunakan adalah layak dan dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 10.

3. Uji t
ROA berpengaruh positif dan signifikan (p-value bernilai 0,009) terhadap
Nilai Perusahaan. Sedangkan VAHU tidak signifikan (p-value bernilai
0,198) terhadap Nilai Perusahaan. VACA juga tidak signifikan (p-value
bernilai 0,538) terhadap Nilai Perusahaan. Serta STVA tidak signifikan (pvalue bernilai 0,105) terhadap Nilai Perusahaan.
Tabel 5.10 Hasil Uji Parsial Substruktur Kedua

Sumber : Hasil output SPSS (diolah)

!

61
Universitas Sumatera Utara

Berikut dapat disajikan ringkasan hasil penelitian seperti yang terlihat
pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Ringkasan Hasil Penelitian
No
Hipotesis
1
VAHU berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
2
VACA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
3
STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
4
VAHU berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik
5
VACA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik
6
STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik
7
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik

Hasil
Ditolak
Diterima
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Diterima

5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) substruktur pertama dan substruktur
kedua yaitu pengaruh Value Added Human Capital (VAHU), Value Added
Capital Employee (VACA) dan Value Added Structural Capital (STVA) terhadap
kinerja keuangan perusahaan (ROA) serta nilai intrinsik perusahaan, maka dapat
disajikan pada gambar 5.1 berikut :

X1!(VAHU)!
E2=0.760
0.369

E1=0.579

0.436
0.104

X2!(VACA)!
0.274
*

Y1!(ROA)!

0.729
*
0.562

Y2!(Nilai!
Perusahaan)!

* Signifikan

0.396

X3!(STVA)!
Gambar 5.1 Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) Penelitian

!

62
Universitas Sumatera Utara

5.2.1 Pembahasan Hipotesis Substruktur Pertama
Diagram

jalur

substruktur

pertama

menurut

hasil

penelitan

menggambarkan pengaruh VAHU (X1), VACA (X2) dan STVA (X3) terhadap
ROA (Y1).

X1!(VAHU)!

X2!(VACA)!

Tidak!Sig,!0.369!

Sig,!0.274!

Y1!(ROA)!

Tidak!Sig,!0.396!

X3!(STVA)!
Gambar 5.2 Diagram Jalur Hasil Penelitian Substruktur Pertama

Hubungan langsung variabel independen substruktur pertama terhadap
ROA dapat disajikan pada Tabel 5.12 sebagai berikut :

Tabel 5.12 Pengaruh Langsung Variabel Substruktur Pertama
Variabel
Koefisien
Langsung
VAHU
0,369
VACA
0,274
STVA
0,396
Sumber : Hasil output SPSS (diolah)

ROA
Total

Signifikansi

0,369
0,274
0,396

Tidak Sig. (0,130)
Sig. (0,022)
Tidak Sig. (0,107)

Berdasarkan Tabel 5.12, VAHU berpengaruh langsung terhadap ROA
sebesar 0,369 namun tidak signifikan, sementara VACA berpengaruh langsung
terhadap ROA sebesar 0,274 dan signifikan, kemudian STVA juga berpengaruh
langsung terhadap ROA sebesar 0,396 namun tidak signifikan.

!

63
Universitas Sumatera Utara

5.2.1.1 Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah human capital

(VAHU) berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai thitung sebesar 1,561, dengan tingkat signifikansi adalah 0,130 yang mana lebih
besar dari ∝!= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa VAHU tidak mempengaruhi
kinerja keuangan (ROA).
Secara umum human capital pada perusahaan perbankan tidak terlalu
berpengaruh terhadap kinerja keuangan, hal ini disebabkan perusahaan perbankan
dari awal pembentukannya telah merancang sistem perusahaannya secara detail
dan kompleks, sehingga kemampuan personal tidak mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan perbankan, hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan
memberikan perhatian yang lebih besar dan terfokus terhadap upaya untuk
memaksimalkan aset berwujud (tangible assets) daripada pengembangan human
capital.
Kemungkinan

lainnya

yang

menyebabkan

human

capital

tidak

berpengaruh pada kinerja keuangan perbankan adalah rendahnya gaji tenaga kerja
di Indonesia dibandingkan dengan gaji tenaga kerja di negara lain, bahkan untuk
tenaga kerja asing di Indonesia memiliki gaji yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan tenaga kerja Indonesia asli. Gaji profesional tenaga kerja asing digaji lebih
tinggi 30-50% lebih tinggi dibandingkan dengan gaji tenaga profesional dalam
negeri (Investor Daily, 2007) sebagai contoh PT. Freeport Indonesia sudah sejak
lama mengeluarkan kebijakan yang membedakan gaji para konsultan asing

!

64
Universitas Sumatera Utara

dengan konsultan Indonesia, padahal mereka memiliki kualifikasi dan keahlian
sama.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan Ulum (2007) yang
menemukan bahwa dari tiga komponen VAIC, hanya VAHU yang signifikan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan.
Ulum (2007) menemukan bahwa ada value creation yang dilakukan oleh
karyawan perbankan meskipun dengan penerimaan (gaji, biaya pelatihan) yang
tidak maksimal.

5.2.1.2 Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah capital employee

(VACA) berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai thitung sebesar 2,427, dengan tingkat signifikansi adalah 0,022 yang mana lebih
kecil

dari ∝!= 0,05 ,

sehingga

disimpulkan

bahwa

VACA

signifikan

mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
Perusahaan industri perbankan memiliki perbedaan yang mendasar
terhadap sektor industri lainnya, hal ini dapat dilihat dari modal kerja perusahaan
perbankan hampir seluruhnya berasal dari nasabah. Perusahaan perbankan
memiliki ekuitas yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan hutangnya (dana
nasabah). Penyebab dari signifikannya VACA terhadap kinerja keuangan adalah
terletak pada penggunaan modal yang kecil untuk mendapatkan value creation
yang besar, sehingga nilai VACA juga menjadi signifikan, sehingga dapat

!

65
Universitas Sumatera Utara

disimpulkan bahwa pada perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2012,
kinerja keuangan lebih dipengaruhi oleh capital employee (physical and finance)
daripada intangible assets (human capital dan structural capital).
Penelitian ini sejalan dengan Muhammed dan Ismail (2009) yang
menemukan bahwa hanya konstruk VACA yang signifikan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan finansial di Malaysia, sementara VAHU dan
STVA tidak berpengaruh signifikan.
Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menemukan bahwa secara
statistik seluruh komponen VAIC (VAHU, VACA, dan STVA) signifikan
berpengaruh untuk menjelaskan kinerja keuangan perusahaan di masa kini dan di
masa depan. Sementara penelitian ini menghasilkan bukti bahwa hanya VACA
yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Firer dan Williams (2003) untuk kasus
perusahaan publik di Afrika Selatan. Persamaan yang dimaksud adalah bahwa
tidak seluruh komponen VAIC memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan, dan bahwa tidak semua ukuran kinerja keuangan yang
digunakan berkorelasi dengan komponen-komponen VAIC, hanya VACA yang
secara statistik signifikan berhubungan positif dengan ukuran kinerja keuangan
perusahaan.
Temuan Mavridis (2005) dan Kamath (2007) yang menyatakan bahwa
untuk perusahaan perbankan, komponen VAIC yang signifikan dan relevan adalah
VAHU dan VACA.

!

66
Universitas Sumatera Utara

5.2.1.3 Value Added Structural Capital (STVA) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah structural capital

(STVA) berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai thitung sebesar 1,668 dengan tingkat signifikansi adalah 0,107 yang mana lebih
besar dari ∝!= 0,05 , sehingga disimpulkan bahwa STVA signifikan tidak
signifikan mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
Sekali lagi hasil ini sejalan dengan penelitian Mavridis (2005) dan Kamath
(2007) yang menyatakan bahwa untuk perusahaan perbankan, komponen VAIC
yang signifikan dan relevan adalah VAHU dan VACA, sedangkan STVA tidak
berpengaruh signifikan.
Modal struktural (structural capital) meliputi perihal seperti citra
organisasi, sistem informasi, dan hak milik basis data. Karena keberagamannya
ini, maka modal stru

Dokumen yang terkait

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

3 6 46

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2015

0 1 4

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 16

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 3 11

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 2 15

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 4

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 1 11

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR - Perbanas Institutional Repository

0 1 16

PENGARUH INTELLCTUAL CAPITAL (CEE, HCE, SCE) DAN INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA

0 0 17