Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) Chapter III IV

BAB III
Analisisdan ImplementasiKebijakanPeraturanGubernur Provinsi Riau
Nomor 11 Tahun 2014 TentangPusatPengendalianKebakaranHutan Dan
Lahan

Dalam Bab ini peneliti mencoba untuk menganalisis terkait analisis dan
implementasi Kebijakan Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014
Tentang Pusat pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau.
Berdasarkan kepada rumusan dan batasan yang penulis teliti, adapun rumusan
masalahnya yaitu apa – apa saja yang menjadi kebijakan pemeritah daerah
Provinsi Riau melalui Peraturan Gubernur tahun 2014 Tentang Pusat
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dan Menganalisis Peraturan Gubernur
Provinsi Riau Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan, dengan batasan masalahnya yaitu penelitian ini hanya mengkaji kebijakan
pemeritah daerah Provinsi Riau Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan dan Penelitian ini hanya menganalisis Peraturan Gubernur Provinsi
Riau Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Dalam Bab ini peneliti juga mengkaitkan data data hasil temuan di lapangan
dengan teori – teori yang peneliti gunakan yaitu teori kebijakan publik, teori
politik lingkungan dan teori politik pembangunan. Dalam penelitian ini dari
permasalahan di Provinsi Riau terkait dengan kebakaran hutan dan lahan di riau,


50

Universitas Sumatera Utara

berangkat dari itu sebab dan akibat menjadi merupakan salah satu pedoman untuk
dijadikan gambaran yang nantinya akan dikaji atau dianalisis sesuai pembahasan
yang telah di tentukan. Kemudian dari pada itu penulis mencoba menguraikan
terlebih dahulu faktor apa yang menyababkan atau mempengaruhi kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau.
III.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi
Riau
III.1.1. Kebakaran Yang disebabkan Oleh Faktor Alam
Ada beberapa kejadian alam yang bisa menyebabkan kebakaran hutan dan
lahan terjadi, Kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor alam
biasanya tidak menimbulkan dampak luas. Dan biasanya, kebakaran hutan dan
lahan yang disebabkan oleh faktor alam tidak menimbulkan kerugian sebesar
kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh kesengajaan manusia, adapun
yang memicu timbulnya kebakaran hutan dan lahan yaitu musim kemarau
panjang. Musim kemarau yang berkepanjangan dapat berakibat naiknya suhu di

berbagai wilayah termasuk hutan. Suhu yang tinggi tersebut dapat memicu
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sembaran petir, sembaran petir juga bisa
dapat berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Perubahan iklim yang
terjadi akibat penyebab pemanasan global juga bisa menyebabkan seringnya
sambaran petir itu terjadi. Ground fire (Tanah api), merupakan kebakaran yang
terjadi di dalam lapisan tanah musim kemarau yang berkepanjangan merupakan

51

Universitas Sumatera Utara

penyebab dari kebakaran dalam tanah ini. Biasanya, kebakaran ini terjadi di
daerah yang memiliki lahan gambut sehingga lahan gambut tersebut terbakar
ketika suhu udara naik seiring kemarau panjang yang terjadi. Meskipun kebakaran
hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor alam sangat mungkin terjadi,
sayangnya bencana kebakaran hutan yang melanda Indonesia setiap tahunnya
khususnya di Provinsi Riau merupakan bencana yang terjadi akibat kesengajaan
manusia.
III.1.2. Kebakaran Yang Disebabkan Oleh Kesengajaan Manusia
Bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau merupakan bencana

tahunan yang telah terjadi di Indonesia sejak lama. Berbagai upaya yang telah
dilakukan pemerintah nyatanya belum mampu mencegah bencana serupa terulang
di tahun – tahun berikutnya. Pembakaran hutan dan lahan yang tak terkendali akan
memberikan dampak akibat hutan yang gundul. Penyebab kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi akibat kesengajaan manusia. Pembukaan lahan perkebunan
biasanya merupakan latar belakang dilakukannya pembakaran lahan. Dalam skala
kecil, kebakaran ini masih bisa diatasi, sayangnya jika kebakaran ini merupakan
ulah perusahaan besar dan dalam skala yang besar, akan sangat sulit untuk
memadamkan api dalam kebakaran. Kebakaran seperti ini akan sangat berbahaya
ketika terjadi di lahan gambut.
Konflik antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan, perusahaan yang
ingin mengambil alih lahan dari masyarakat pemilik lahan biasanya melakukan

52

Universitas Sumatera Utara

pembakaran terhadap lahan yang disengketakan. Pembakaran lahan dapat
berakibat lahan menjadi terdegradasi sehingga nilai – nilai lahan berkurang.
Dengan cara tersebut, perusahaan akan lebih mudah merebut lahan dari

masyarakat yang memiliki lahan. Protes oleh penduduk lokal, penduduk lokal
yang merasa lahannya direbut juga sering melakukan pembakaran lahan sebagai
bentuk protes karena perusahaan perkebunan merebut lahan milik mereka. Faktor
ekonomi masyarakat lokal, masyarakat lokal yang ingin membuka lahan dan
hanya memiliki sedikit biaya biasanya melakukan cara instan untuk membuka
lahan. Mereka membakar hutan untuk membuka lahan baru. Kurangnya
penegakan hukum, meskipun aturan mengenai pembakaran hutan jelas – jelas
dilarang, namun karena hukum yang diberikan bagi yang melanggar masih sangat
lemah, akibatnya banyak juga oknum yang melanggar aturan dan membakar hutan
secara besar – besaran untuk membuka lahan. Hal tersebut biasanya dilakukan
oleh perusahan – perusahaan besar.

III.1.3. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan
Dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan ternyata sangat
kompleks, kebakaran hutan tidak hanya berdampak kepada ekologi dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan

53

Universitas Sumatera Utara


dan lahan ternyata mencakup bidang – bidang lainnya. Seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Fandi Rahman Beliau Mengatakan:
“Dampak yang disebabkan oleh kebakaran hutan ini sangat
mengakhawatirkan terutama berkenaan dengan masyarakat,
kerugian yang ditimbulkan bukan satu dua tiga sector saja, tapi
mencakup keseluruhan, untuk itu perlunya penanganan khusus
dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di provinsi
Riau ini tidak menimbulkan kerugian yang besar lagi.46

1) Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi yaitu:
1. Terganggunya aktifitas, asap yang diakibatkan oleh kebakaran
hutan secara otomatis mengganggu aktifitas manusia sehari-hari
apalagi bagi yang aktifitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya produktifitas, terganggunya aktifitas manusia akibat
kebakaran

hutan

dapat


mempengaruhi

produktifitas

dan

penghasilan.
3. Hilang nya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar
hutan selain itu bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari
mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula
area kerja (mata pencaharian).
4. Meningkatnya kebakaran hutan dan lahan akan memusnahkan
sebagian spesies dan merusak keseimbangan alam sehingga spesies
– spesies yang berpotensi menjadi tidak terkontrol, selain itu
terbakarnya hutan dan lahan akan membuat sebagian binatang
46
Wawancara dengan Narasumber Bapak Fandi Rahman (Walhi-Kordinator Database dan Administrasi) di
Kantor Walhi. Pada Tanggal Sabtu 7 Januari 2016 Pukul 15.00 Wib.


54

Universitas Sumatera Utara

kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar
dari hutan seperti harimau, gajah, monyet, dan binatang lainnya.
5. Terganggunya kesehatan, kebakaran hutan berakibat kepada
pencemaran udara yang dapat menimbulkan dampak negative
terhadap kesehatan manusia antara lain ISPA, sesak nafas, iritasi
kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
6. Tersedotnya anggaran Negara, setiap tahunnya diperlukan biaya
yang besar untuk menangani kebakaran hutan dan lahan.
7. Menurunnya devisa Negara, hutan telah menjadi salah satu sumber
devisa Negara baik dari kayu maupun produk – produk non kayu
lainnya, termasuk parawisata. Dengan terbakarnya hutan sumber
devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktifitas akibat
kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa
Negara.
2) Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan yaitu:
1. Hilangnya sejumlah spesies, selain membakar aneka flora,

kebakaran hutan dan lahan juga mengancam kelangsungan hidup
sejumlah binatang. Berbagai spesies endemic (tumbuhan maupun
hewan) terancam penuh akibat kebakaran hutan.
2. Erosi, hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi.
Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan

55

Universitas Sumatera Utara

lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan
angin sekalipun.
3. Alih fungsi hutan, kawasan hutan yang terbakar membutuhkan
waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali
hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau
padang ilalang.
4. Penurunan kualitas air, salah satu fungsi ekologis hutan adalah
dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak
hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan global, kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas

CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakaranya hutan akan
menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon.
Keduannya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan
pemanasan global.
3) Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara yaitu:
Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah
sekitar hutan dan lahan saja. Asap terbawa angin hingga kedaerah lain bahkan
mencapai berbagai Negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, dan brunei
Darussalam.
4) Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata yaitu:

56

Universitas Sumatera Utara

Kebakaran hutan pun berdampak kepada pariwisata baik secara langsung
ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya objek wisata hutan dan berbagai
sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara.
Kesemuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
Berangkat dari fenomena keadaan terbakarnya hutan dan lahan itu

sehingga menyebabkan dampak negative atau kerugian yang sangat besar dalam
segala sector, Pemeritah Riau mengeluarkan peraturan yang diturunkan dari
Gubernur yaitu Peraturan Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan, yang tujuannya untuk mengendalikan kebakaran
hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau. Untuk itu terlebih dahulu penulis
mencoba untuk mendeskripsikan peraturan gubernur yang dibuat guna untuk
mengendalikan kebakaran hutan dan dan lahan di Provinsi Riau.
III.2. Mendeskripsikan Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
BerdasarkanUndang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerahpemerintahandaerah,

tugaspembantuan,

diarahkanuntukmempercepatterwujudnyakesejahteraanmasyarakatmelaluipeningk
atan,

pelayanan,

pemberdayaanperansertamasyarakat,


sertapeningkatandayasaingdaerahdenganmemperhatikanprinsipdemokrasidanpem
erataan suatudaerahdalamsistem

Negara

KesatuanRepublik

Indonesia.

Makadariitu,

57

Universitas Sumatera Utara

pemerintahdaerahmemilikitanggungjawabuntukmelindungidanmelayanimasyarak
atdaerahnyasendiri.
Fenomenakebakaranhutan
merupakansuatuhal
Indonesia.

yang

yang

terjadi

umumbuatmasyarakat

di
Riau

Provinsi

Riau

bahkanmasyarakat

Fenomenatersebutmenjadisuatukewajibanbagipemerintahdaerah

di

Provinsi Riau untukdapatmengatasinyajikaberkacapadaUndang-Undang 32 tahun
2014

yang

dijelaskan

di

atas.

Pemerintahdaerahdalamhalinibertanggungjawabpenuhatasapa

yang

terjadidanefekdariadanyakebakaranhutan

lahan

tersebut.Upayamengatasikebakaranhutan

dan
dan

lahan

yang

terjadi,makakebijakanpemerintahdaerahsangatdiperlukan.
Berdasarkanfenomenakebakarandaneksploitasiterhadaphutan

dan

lahan

Provinsi

di
Riau,

makapemerintahdaerahmengeluarkankebijakanPeraturanGubernurtentangPusatPe
ngendalianKebakaranHutandanLahanProvinsi Riau Nomor 11 tahun 2014.
Dalamhalini,
penulismencobauntukmenganalisiskebijakanPeraturanGubernurtentangPusatPeng
endalianKebakaranHutandanLahanProvinsi

Riau

Nomor

11

tahun

diantaranyaadalah 47Pertama,

2014berdasarkantigatolakutama,

nilaipencapaiankebijakantersebutuntukmelihatapakahmasalahtelahteratasi,
keduafaktakeberadaanyakebijakantersebutapakahdapatmembatasiataumeningkatk
47

Opcit 97

58

Universitas Sumatera Utara

anpencapaiannilai-nilai.
danketigatindakanpenerapannyaapakahdapatmenghasilkanpencapaiannilainilai.Adapunpendekatan

yang

dilakukanadalahpendekatanempirisyang

menekankanpenjelasanberbagaisebabdanakibatdarisebuahkebijakanpublik.
Pertanyaanutama di dalampendekatanempirisbersifatfactualdaninformasi yang
dihasilkanbersifatdeskriptif.

Sebaliknya,

pendekatanvaluatiflebihmenekankanterhadappenentuanbobotataunilai

yang

terkandungdidalamkebijakan.
Adapunpertanyaandalamanalisisnyaadalahberapanilaidanbobot yang terkandung
di dalamkebijakantersebut, sehinggainformasi yang dihasilkanbersifatvaluatif.
Dan

yang

terakhiradalahpendekatannormatif

yang

menekankanterhadaprekomendasiserangkaiantindakan-tindakan yang akandatang
yang dapatmenyelesaikanmasalahpublik.
III.2.1.BerdasarkanNilaiPencapaianKebijakan
PeraturanGubernurmerupakanperaturanperundang-undangan
bersifatpengaturan

yang
yang

ditetapkanolehGubernur,untukmenjalankanperintahperaturanperundang-undangan
yang
lebihtinggiataudalammenyelenggarakankewenanganpemerintahdaerah.Otoritasdal
ampembentukanpergubtersebutadalahGubernurberdasarkanundang-undang
lebihtinggiataudibentuk

yang
di

bawahotoritasgubernur.PeraturanGubernurbarudiakuikeberadaannyadanmempuny

59

Universitas Sumatera Utara

aikekuatan

hukum

mengikatsepanjangdiperintahkanolehPeraturanPerundang-

undangan yang lebihtinggiatau dibentukberdasarkankewenangan.Perbedaan paling
mendasarantaraPerdaProvinsidenganPergubadalahterletakpadakewenanganpembe
ntukannya.
Dalamhalini,
PeraturangubernurkebijakantentangPusatPengendalianKebakaranHutandanLahan
Provinsi

Riau

Nomor

11

tahun

2014

mengacu,

mengingatdanmenimbangterhadapbeberapaundang-undang,tetapi

yang

pastisangatberkaitaneratadalahUndang–UndangNomor
tentangpemerintahdaerahdanIntruksiPresidenNomor

32
16

Tahun

2011

tentangPeningkatanPengendalianKebakaranHutandanLahan.Sehinggahalinilah
yang

mendasariGubernurProvinsi

Riau

mengeluarkanPeraturanGubernurtentangpengendalianhutan,

selaindaripadaitu

juga
tugasdaripemerintahdaerahuntukmenjawabkeresahanmasyarakatdanmenciptakank
esejahteraanberdasarkanparadigmaOtonomi Daerah yang saatinidijalankan.
Faktamengenaijumlahkebakaran

yang

terjadisangatmemprihatinkan.

Padatahun 2013, mayoritaskebakaran yang terjaditerpusat di Propinsi Riau. Angka
yang cukupmengejutkandimanaperingatantitikapi di sepanjang Sumatera berada di
Provinsi Riau. Kebakaranhutandanlahangambut di Provinsi Riau terusmeningkat.
Kebakaranhutan

di

Riau

masihterusterjadihinggasaatini,

60

Universitas Sumatera Utara

sehinggamenimbulkanbanyakdampaksosialnyasepertikesehatan,

pendidikan,

transportasidan lain sebagainya.
III.2.2. Berdasarkan Fakta Keberadaan Kebijakan
Sebagai upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan
akibat kebakaran hutan dan lahan harus dilaksanakan dengan mendayagunakan
secara maksimal instrument pengawasan dan perijinan. Dalam hal pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif
berupa penagakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten dan konsisten
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.
Peraturan ini sengaja dibentuk untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan
sebagai wujud kepedulian pemerintah Provinsi Riau terhadap bencana kebakaran
hutan dan lahan yang melanda daerah di sekitar hutan dan lahan di provinsi
Riau.Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau dilaksanakan
dengan

berasaskan

kemanusiaan,

kemandirian,

kogotong



royongan,

kesukarelaan, profesionalisme, dan kewilayahan sesuai dengan kewenangan
dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Kemudian Narasumber Ibu Reni Nurhaini juga menjelaskan, bahwa:
“Pergub ini merupakan landasan kita sebagai aparat
pemerintahan

dalam

mengatasi

permasalahan



permasalahan kebakaran hutan di Riau ini, peraturan

61

Universitas Sumatera Utara

ini nantinya akan menjadi pedoman kita untuk bertindak,
apa apa saja yang harus kita lakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam peraturan gebernur
ini.” 48

Pusat pengendalian kebakaran dan hutan bertujuan untuk memantapkan
keterpaduan langkah dan tindakan dalam pengendalian kebakaran hutan dan
lahan. Sasaran yang ingin dicapai dalam Peraturan Gubernur ini ialah pertama
terlaksananya upaya pencegahan dan monitoring terhadap faktor – faktor
penyebab serta pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan, kedua
terlaksananya upaya penanggulangan, penagakan hukum, dan pemulihan terhadap
areal bekas kebakaran hutan dan lahan, ketiga terlaksananya pemanfataan sumber
daya alam sesuai tata ruang secara efisien, efektif, bijaksana, dan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku, keempat tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup, dan kelima terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan. 49

III.2.3. Berdasarkan Tindakan Penerapannya

48

Wawancara dengan Narasumber Ibu Reni Nurhaini (Dinas Kehutanan Bidang Pengendalian
Perencanaan dan Kerusakan) di Kantor Dinas Kehutanan Povinsi Riau. Pada Tanggal Kamis 5
Januari 2017. Pada pukul 14.00 Wib.

49

Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan. Bab
II. Pasal 4. Hal 4-5.

62

Universitas Sumatera Utara

Kapabilitas

pemerintah

Provinsi

Riau

sangat

dituntut

dalam

mengendalikan kebakaran hutan dan lahan. Kapabilitas adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh pemerintah daerah menghadapi tantangan dan masalah yang
terjadi dalam dinamika serta perubahan. Kebakaran hutan di provinsi Riau
mengindikasikan bahwa pemerintah Riau harus mampu megendalikan kebakaran
hutan dan lahan yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa diperlukan kapabilitas
yang baik untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di
Provinsi Riau, tentu hal ini tidak luput dari peran dan dukungan dari stakeholder
serta masyarakat Riau sendiri. Narasumber Bapak Mitra Adhimukti, bahwa:
“Targetannya ya setidaknya dengan peraturan yang dikeluarkan
oleh gubernur ini, ini merupakan wujud pemerintah selaku
pemegang kekuasaan disini, tentunya menginginkan adanya
semacam perubahan kea rah yang lebih baik, karena kebakaran
hutan di provinsi Riau sendiri bisa dikatakan agenda tahunan
ya, tentunya kita mengharapkan perubahan yang lebih baik,
dalam artian tujuan atau sasarannya harus dapat terelisasikan
dengan baik” 50

Dalam peraturan ini juga dibentuk Organisasi PUSDALKARHUTLA
(Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan), dengan struktur penagarah
atau Pembina, penangungjawab, ketua umum, wakil ketua, secretariat bersama,

50

Wawancara dengan Narasumber Bapak Mitra Adhimukti ( BPBD – Kepala Sub Bidang
Pencegahan) di kantor BPBD Provinsi Riau. Pada Tanggal Selasa 3 Januari 2017. Pada pukul
14.00 Wib.

63

Universitas Sumatera Utara

bidang deteksi atau peringatan dini, pemantauan, pencegahan, dan pemulihan,
bidang operasional penanggulangan,bidang evaluasi dan penegakan hukum serta
Tim Reaksi Cepat yang bertugas untuk melakukan pencegahan serta pemadaman
ketika terjadi kebakaran bersama dengan tim lainnya yang juga dibentuk sebagai
pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Ketentuan tersebut dibentuk untuk
memfasilitasi pemerintahan dan masyarakat dalam menanggulangi masalah
kebakaran hutan dan lahan.
III.3. Menganalisis Kebijakan Pemerintah Riau Berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau dilaksanakan
dengan

berasaskan

kemanusiaan,

kemandirian,

kogotong



royongan,

kesukarelaan, profesionalisme, dan kewilayahan sesuai dengan kewenangan
dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pusat pengendalian kebakaran dan hutan bertujuan untuk memantapkan
keterpaduan langkah dan tindakan dalam pengendalian kebakaran hutan dan
lahan. Kemudian Narasumber Ibu Reni Nurhaini mengatakan:
“targetan kita sebagai pemerintahan daerah yang
mempunyai perenan penting dalam permasalahan ini ya
tidak muluk – muluk bagaimana targetannya ini

64

Universitas Sumatera Utara

nantinya

dapat

membawa

kesejahteraan

bagi

masyarakat di provinsi riau ini saja sudah cukup, karena
melihat keadaan terbakarnya hutan dan lahan yang
terjadi di provinsi riau ini sangat mengkhawatirkan,
sehingga menimbulkan dampak kerugian yang sangat
besar, kita sih pengennya, kebijakan ini bisa membawa
masyarakat kea rah yang lebih baik”51

Sasaran yang ingin dicapai dalam Peraturan Gubernur ini ialah pertama
terlaksananya upaya pencegahan dan monitoring terhadap faktor – faktor
penyebab serta pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan, kedua
terlaksananya upaya penanggulangan, penegakan hukum, dan pemulihan terhadap
areal bekas kebakaran hutan dan lahan, ketiga terlaksananya pemanfataan sumber
daya alam sesuai tata ruang secara efisien, efektif, bijaksana, dan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku, keempat tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup, dan kelima terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan. 52
Dalam Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 ini, sesuai dengan
landasan hukum peraturan ini. Pemerintah Riau membentuk Organisasi untuk
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau dengan sebutan
51

Wawancara dengan Ibu Reni Nurhaini (Dinas Kehutanan - Bidang Pengendalian Perencanaan
dan Kerusakan) di Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Pada Tanggal Kamis 5 Januari 2017.
Pada Pukul 14.00 Wib.
52

Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan Bab III. Pasal 4. Hal 4.

65

Universitas Sumatera Utara

organisasi pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan (PUSDAKARHUTLA)
Provinsi Riau. Organisasi ini terdiri dari pengarah atau Pembina, penanggung
jawab, ketua umum, wakil ketua, secretariat bersama, bidang deteksi atau
peringatan dini pemantauan pencegahan dan pemulihan, bidang operasional
penanggulangan (pemadaman), bidang evaluasi dan penegakan hukum, dan tim
reaksi cepat. 53
Dalam Peraturan Gubernut tersebut dalam Bab 3 Pasal 7 dijelaskan terkait
tugas dan fungsi Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi
Riau mempunyai Tugas dan Fungsi yaitu pertama pengarah atau pembina
bertugas memberikan arahan kepada aparat hukum untuk menguatkan dan
mempercepat proses penegakan hukum sesuai peraturan perundang – undangan
yang berlaku, memberikan arahan dalam pengembangan perangkat peraturan yang
ada, kedua penanggung jawab bertugas memberikan petunjuk dalam pelaksanaan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, memberikan arahan
kepada Bupati atau Walikota agar melakukan koordinasi, kerjasama dan
membentuk Satlakdalkarhutla, satgasdamkarhutla, dan TRC (Tim Reaksi Cepat)
di wilayahnya membuat program atau kegiatan protap atau SOP posko peta rawan
kebakaran peralatan serta anggaran yang memadai dalam menangani kasus
kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di daerahnya. 54

53

Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan Bab III Pasal 5. Hal 5.
54
Ibid

66

Universitas Sumatera Utara

Ketiga ketua umum bertugas menggerakan dinas atau instansi terkait
koordinasi dengan organisasi tertentu dan menjalin kerjasama dengan para ahli
atau pakar dalam upaya mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi di Provinsi riau, mendukung kelancaran biaya operasional pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dan mencari sumber sumber atau bantuan dana lainnya
yang tidak mengikat, memimpin rapat atau pertemuan dan menentukan skala
prioritas dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan, menentukan tingkat siaga
situasi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi, mengoptimalkan masukan –
masukan

dari

instansi

teknis,

anggota

maupun

stakeholder

lainnya,

mempertanggungjawabkan seluruh hasil pelaksanaan kegiatan, baik fisik maupun
keuangan dan melaporkan secara rutin kegiatan – kegaiatan yang telah
dilaksanakan

kepada

Gubernur

Riau

selaku

penanggung

jawab

PUSDALKARHUTLA.
Keempat wakil ketua bertugas membantu tugas rutin ketua, mewakili
ketua umum apabila berhalangan dalam melaksanakan tugas, melakukan evaluasi
program atau kegiatan, memberikan penjelasan tentang kondisi situasi dan upaya
yang akan dilakukan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan kepada
masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik, mengatur mekanisme
pendanaan baik penerima maupun pengeluaran yang berasal dari sumber – sumber
APBD APBN maupun bantuan yang tidak mengikat dan melaporkan secara rutin
hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi
Riau.

67

Universitas Sumatera Utara

Kelima Sekretaiat Bersama bertugas melaksanakan tugas sebagai
coordinator dari bidang deteksi atau peringatan dini pemantauan dan pencegahan
bidang penanggulangan (pemadaman) bidang evaluasi dan penegakan hukum
serta Tim Reaksi Cepat (TRC), melaksanakan kegiatan – kegiatan kesekretariatan
dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,
melaksanakan kegiatan penyusunan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, menyiapkan dan
mengembangkan program pengendalian kebakaran hutan dan lahan baik jangka
pendek menengah maupun panjang, melaksanakan kegiatan penyusunan SOP
panduan peta rawan kebakaran dan lain lain dalam pengendalian kebakaran hutan
dan lahan, melakukan sosialisasi penyusunan dan pembinaan terhadap semua
lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam upaya pengendalian
kebakaran hutan dan lahan, menyiapkan bahan expose kerjasama kesepakatan dan
lain – lain dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi
Riau, melakukan kordinasi atau kerjasama dengan stakeholder dalam upaya
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, melakuan rapat rutin
lokakarya seminar dan lain – lain dengan instansi terkait dalam upaya mencari dan
solusi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pengendalian kebakaran hutan
dan lahan di Provinsi Riau, Inventarisasi pengelolaan dan pengembangan data
atau informasi yang berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Riau, menyebarluaskan data hotspot kepada masyarakat dan instansi di

68

Universitas Sumatera Utara

Provinsi Kabupaten atau Kota, mengagendakan pertemuan dan membuat laporan
bulanan atau tahunan secara rutin, dan melakukan kegiatan – kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan keskretariatan.
Keenam Bidang Operasional Penanggulangan (Pemadaman) bertugas
menggerakan SDM dan peralatan dalam penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan di Provinsi Riau, membentuk Tim Anti Api kepada masyarakat yang berada
di lokasi rawan kebakaran dalam rangka pemadaman kebakaran hutan dan lahan,
meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM melalui pelatihan, mengusulkan
kebutuhan biaya SDM, peralatan logistic transportasi posko dan biaya operasional
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, menngembangkan program
penanggulangan (pemadaman) kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,
memberikan arahan teknis operasional pelaksanaan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau, memberikan laporan penanggulangan
(pemadaman) kebakaran hutan dan lahan secara tertulis kepada ketua umum,
melaksanakan kegiatan – kegiatan lain yang berkaitan dengan bidang operasional
penanggualangan (pemadaman). 55
Ketujuh bidang deteksi atau peringatan dini pemantauan pencegahan dan
pemuliahn bertugas mengembangkan program deteksi atau peringatan dini
pemantauan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,
menyiapkan teknologi dan sistem peringatan atau deteksi dini dalam pencegahan
kebakara hutan dan lahan di Provinsi Riau, melakukan pemantauan rutin dari
55

Ibid

69

Universitas Sumatera Utara

darat dan udara (fly over) terhadap lokasi rawan kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Riau, meningkatkan kewaspadaan masyarakat melalui sistem deteksi atau
peringata dini terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran huta dan lahan,
melakukan kegiatan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penyiapan lahan yang dilakukan oleh masyarakat petani swasta maupun BUMN,
membuat juklak atau juknis dalam penetapan teknik penyiapan lahan tanpa bakar
(zero burning) untuk badan usaha dan teknik pembakaran terkendali (control
burning) pada masyarakat petani atau peladang, membuat dan menyebarluaskan
pertunjuk teknis atau pedoman pemantauan dan pencegahan kebakaran hutan dan
lahan, memberikan arahan teknis operasional pelaksanaan sistem deteksi atau
peringatan dini pemantauan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan,
menyiapkan dan mendistribusikan data atau informasi pembukaan lahan baru
secara rutin yang mempunyai potensi terhadap terjadinya kebakaran hutan dan
lahan, melakukan pemulihan (penghijauan) terhadap lahan bekas terbakar dan
lahan-lahan kritis masrginal lainnya, memberikan laporan sistem deteki atau
peringatan dini, pemantauan dan pencegahan karhutla dan pemulihan secara
tertuliskepada ketua umum dan tembusan secretariat bersama, dan melaksanakan
kegiatan kegiatan lain yang berkaitan dengan sistem deteksi atau peringatan dini
pemantauan pencegahan karhutla dan pemulihan berdasarkan tugas pokok dan
fungsi instansi-instansi terkait.
Kedelapan, Pada bagian bidang evaluasi dan penegakan hokum bertugas
mengembangkan perangkat peraturan perundang – undangan untuk menguatkan

70

Universitas Sumatera Utara

proses penegakan hokum terhadap penyebab terjadinya kebakaran hutan dan
lahan, melakukan investigasi (pulbaket) dan penyidikan tentang pelaku dan
penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, melakukan
prakiraan jumlah kerugian akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan,
meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga PPNS lingkungan hidup dan PPNS
lainnya, melakukan kordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait untuk keancaran
pelaksanaan penegakan hokum di Provinsi Riau, memberikan informasi yang
akurat dan terpercaya kepada masyarakat tentang tingkat pelaksanaan penyidikan
yang dilakukan melalui pers conference, malakukan evaluasi terhadap penyebab
terjadinya kebakaran hutan dan lahan berdasarkan hasil kajian atau survey di
lapangan, memberikan laporan secara tertulis kepada ketua umum dan tembusan
secretariat bersama terhadap hasil pelaksanaan investigasi (pulbaket) dan
penyidikan di lapangan, melaksanakan kegiatan – kegiatan lain yang berkaitan
dengan bidang evaluasi dan penegakan hokum di Provinsi Riau.
Kesembilan, pada Tim Reaksi Cepat (TRC) bertugas menyiapkan dan
melatih tim rekasi cepat (TRC) penanggulangan kebakarn hutan dan lahan di
Provinsi Riau, mengatur pelaaksanaan posko yang ditempatkan dilokasi rawan
kabakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, menyiapkan peralatan dan bantuan
logistic dalam rangka penanggulangan (pemadaman) kebakaran hutan dan lahan
di Propinsi Riau, mengkordinir pelaksanaan operasional pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di lapangan, mengamankan daerah
atau lokasi yang terbakar agar tidak menjalar ke areal yang lebih luas, melakukan

71

Universitas Sumatera Utara

patroli rutin ke lokasi – lokasi rencana pembukaan lahan atau lokasi rawan
kebakaran hutan atau lahan, melakukan kordinasi dengan aparat terkait dalam
upaya pelaksanaan pencegahan dan penanggulanagan kebakaran hutan dan lahan,
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang akan melakukan penyiapan
lahan dengan cara membakar, membuat laporan secara tertulis setiap bulan kepada
ketua umum terhadap hasil pelaksanaan di lapangan dan tembusan kepada
secretariat bersama, melaksanakan kegiatan – kegiatan lain yang berkaitan dengan
tim reaksi cepat pencegahan dan penanggulanagan kebakaran hutan dan lahan. 56
Dalam pelakasanaan ataupun implementasi dari Peraturan Gubernur
Nomor 11 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi
Riau ini dilaksanakan dengan azas kemanusiaan, kemandirian, kegotong –
royongan, kesukarelaan, profesionalisme, dan kewilayahan sesuai kewenangan
dalam undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
ada pun tujuan dari Peraturan Gubernur ini pusat pengendalian kebakaran hutan
dan lahan bertujuan untuk memantapkan keterpaduan langkah dan tindakan dalam
pengendalian kabakaran hutan dan lahan. Sasaran yang hendak di capai dari pusat
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau ini adalah terlaksananya
upaya pencegahan dan monitoring terhadap faktor – faktor penyebab serta
pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan, terlaksananya upaya
penanggulangan, penegakan hokum, dan pemulihan terhadap areal bekas
kebakaran hutan atau lahan, terlaksananya pemanfaatan sumberdaya alam sesuai
56

Ibid

72

Universitas Sumatera Utara

tata ruang secara efisien, efektif, bijaksana, dan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku, tercapainya kelestarian fungsi lingkungan
hidup, dan terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pencegahan hutan dan lahan dari kebakaran merupakan hal penting yang
harus dipelajari dan di pahami oleh warga dan petugas yang tinggal di wilayah
sekitar hutan dan lahan. Kadang hal kecil yang dianggap sepele menjadi penyebab
terjadinya kebakaran hutan yang menghabiskan biaya besar dan menyebabkan
kerusakan ekosistem yang fatal sehingga penting bagi siapa pun untuk memiliki
pengetahuan

tentang hal – hal yang akan menyebabkan hutan dan lahan

kebakaran. Melihat keadaan ini Provinsi Riau mengeluarkan Paraturan dengan
kewengan Gubernur yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 11
Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Ada beberapa upaya
pemerintah yang dilakukan untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi yang di Implementasikan melalui pergub tersebut.
III.3.3.1. Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Kabakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa kebakaran, baik alami
maupun oleh perbuatan manusia, yang ditandai dengan penjalaran api dengan
bebas serta mengkomsumsi bahan bakar hutan dan lahan di laluinya. 57 Bencana

57

Anonim. 2005. Kawasan Hutan. Badan Planogi Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Hal 15.

73

Universitas Sumatera Utara

kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan yang serius yang di hadapi
oleh bangsa Indonesia. Hampir setiap tahun pada musim kemarau. Kebakaran
hutan dan lahan ini menjadi penyebab kerusakan hutan dan lahan yang paling
merugikan karena dalam waktu yang singkat dapat menimbulkan kerugian baik
secara ekonomis, ekologi, estetika, maupun politik. 58 Kebakaran hutan dan lahan
di Indonesia ini merupakan permasalahan yang rutin terjadi setiap tahun
khususnya pada musim kemarau. Kejadian ini tentu sudah menjadi issu penting
dan merupakan sebuah rutinitas yang mengahabiskan APBN dan APBD yang
cukup besar jumlahnya untuk pemadaman kebakaran. Belum lagi jika dihitung
dampak kesehatan terhadap jutaan masyarakat yang terkena dampak dari asap
yang ditimbulkan. 59
III.3.3.2 Kebijakan Pemerintah Riau Dalam Mengendalikan Kebakaran
hutan dan Lahan Di Provinsi Riau
Terkait dengan permasalahan kebakaran hutan dan lahan, salah satu daerah
yang paling rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia
adalah Provinsi Riau. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah bahwa setiap pemerintah daerah dituntut untuk siap
menerima delagasi wewenang pemerintah pusat atau pemerintah diatas nya tidak
hanya dalam penyelenggaraan pemerintahan tetapi juga dalam hal pemecahan

58

Armanto.E dan Widayana. E. 1998. Analisa Permasalahan Kebakaran Hutan dan Lahan Dalam
Pembangunan Pertanian Dalam Arti Luas. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Volume 18 No 4. Jakarta.
Hal 5.
59
Opcit. Hal 16.

74

Universitas Sumatera Utara

permasalahan

dan

pendanaan

kegiataan

pembangunannya. 60

Kemudian

Narasumber Bapak Mitra Adhimukti juga menjelaskan bahwa:
“……karena kita disini dalam penyelesaiaan atau pun
pengendalian nyaberasaskan gotong royong atau pun
kemanusiaan , jadi semua nya terlibat, baik iu kami
BPBD sendiri, polisi, tentara, ataupun Instansi yang
terlibat, semua ambil bagian dalam penyelasaiaan
permasalahan yang kita hadapi ini yaitu terkait dengan
kebakaran hutan sendir…” 61

Oleh karena itu, perhatian pemerintah daerah khususnya Pemerintahan
Provinsi Riau dalam era desentralisasi ini cukup serius dalam menangani
kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah riau ini. Hal ini juga dapat
dilihat banyaknya instansi yang berperan dalam masalah kebakaran hutan dan
lahan terebut. Dalam table berikut bisa kita lihat, instansi – instansi yang terlibat
dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. 62
Tabel 3.1.
Pembagian Peran Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla di Provinsi
Riau

60

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

61

Wawancara dengan Narasumber Bapak Mitra Adhimukti ( BPBD – Kepala Sub Bidang
Pencegahan) di kantor BPBD Provinsi Riau. Pada Tanggal Selasa 3 Januari 2017. Pada pukul
14.00 Wib.
62

Data FITRA Provinsi Riau. Hal 10.

75

Universitas Sumatera Utara

Tahapan

SKPD

Uraian Kegiatan
Pembuatan peta kerawanan kebakaran
hutan provinsi
Pembuatan Blueprint peta penyebaran
lahan gambut
Pembuatan peta pemilik lahan

Dinas Kehutanan
Pembuatan sekat bakar
Review izin usaha kehutanan
Pemulihan Lahan gambar bekas terbakar
Pengawasan

ketaatan

pemegang

izin

bersama masyarakat
Peningkatan

kapasitas

sukarelawan

pencegah karhutla di Desa Sekitar hutan

Pencegahan

Pembuatan peta kerawanan kebakaran
kebun provinsi
Review izin usaha perkebunan

Dinas

Pengawasan

ketaatan

pemegang

izin

76

Universitas Sumatera Utara

Perkebunan

bersama masyarakat
Peningkatan

kapasitas

sukarelawan

pencegah karhutla di desa sekitar kebun
Pembinaan

dan

supervisi

water

management bagi perusahaan kebun
Pembuatan peta kerawanan kebakaran
provinsi terintegrasi
Audit kepatuhan pemegang izin hutan dan
kebun terkait pengendalian karhutla
Badan
Lingkungan
Hidup

Pemberian sanksi kepada pemegang izin
yang melanggar
Peningkatan

kapasitas

MPA

dalam

pencegahan karhutla
Pendeteksian dini melalui satelit
BPBD Provinsi

Pemadaman Api
Relokasi
Pelayanan tenaga kesehatan

77

Universitas Sumatera Utara

Dinas Kesehatan
Penanggulangan

Pelayanan tenaga konseling anak
Penyediaan obat – obatan
Penyediaan Masker
Penyediaan tempat pengungsian

Dinas Sosial

Penyediaan makanan dan minuman
Mobiliasi tenaga relawan

Sumber : Data FITRA Provinsi Riau
Dalam hal ini pemerintah Riau melibatkan semua jajaran SKPD yang ada
di provinsi Riau guna memaksimalkan terkait fenomena kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi. Pembagian tugas yang melibatkan SKPD ini guna untuk
memaksimalkan kinerja dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi, peran serta SKPD sangat dibutuhkan disini. Melihat berbagai kerangka
kebijakan tersebut, maka pemerintahan daerah provinsi melibatkan SKPD untuk
melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanggulangan. Upaya pencegahan
dilaksanakan oleh SKPD sektoral sedangkan upaya penanggulangan dilaksanakan
oleh SKPD non sektoral seperti BPDB, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan.
Pembagian peran dan sinergitas antar satuan kerja perangkat daerah di tingkat
provinsi sangat diperlukan termasuk dalam membagi sasaran, penerimaan manfaat
dan lokus persektor. Contohnya dalam rangka pencegahan, setiap sector harus

78

Universitas Sumatera Utara

membuat peta kerawanan kebakaran baik wilayah hutan maupun kebun, lalu
dikonsolidasikan dalam satu peta yang terintegrasi oleh BLH.
Kemudian Pemerintahan Provinsi membuat Tim reaksi Cepat (TRC)
sebagai tim penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan secara
cepat, adapun tugas dari TRC sendiri yaitu mengatur pelaaksanaan posko yang
ditempatkan dilokasi rawan kabakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau,
menyiapkan peralatan dan bantuan logistic dalam rangka penanggulangan
(pemadaman) kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Riau, mengkordinir
pelaksanaan operasional pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan di lapangan, mengamankan daerah atau lokasi yang terbakar agar tidak
menjalar ke areal yang lebih luas, melakukan patroli rutin ke lokasi – lokasi
rencana pembukaan lahan atau lokasi rawan kebakaran hutan atau lahan,
melakukan kordinasi dengan aparat terkait dalam upaya pelaksanaan pencegahan
dan penanggulanagan kebakaran hutan dan lahan, memberikan penyuluhan
kepada masyarakat yang akan melakukan penyiapan lahan dengan cara
membakar, membuat laporan secara tertulis setiap bulan kepada ketua umum
terhadap hasil pelaksanaan di lapangan dan tembusan kepada secretariat bersama,
melaksanakan kegiatan – kegiatan lain yang berkaitan dengan tim reaksi cepat
pencegahan dan penanggulanagan kebakaran hutan dan lahan.
Dalam hal ini pemerintahan riau juga mencoba mengendalikan kebakaran
hutan dengan cara setiap badan usaha atau penanggung jawab lahan usaha wajib
menyiapkan

perangkat

atau

sarana

atau

prasarana

pencegahan

dan

79

Universitas Sumatera Utara

penanggulangan kebakaran hutan antara lain mensiagakan organisasi regu
pemadaman kebakaran (RPK), Protap atau SOP pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hutan atau lahan, menyiapkan peralatan pemadaman kebakaran yang
memadai, mensiagakan menara pengawas api, menyediakan embung atau sumber
– sumber air untuk pemadaman, membuat peta rawan kebakaran dan hutan atau
lahan, membuat sekat bakar, dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat
disekitar HGU. 63
Gambaran kebijakan peraturan Gubernur Nomor 11 tahun 2014 tentang
pusat pengendalian kebakaran dan lahan di provinsi Riau, terlihat berjalan dengan
baik, ini bisa dilihat dalam laporan yang dikeluarkan oleh satelit NOAA, terkait
dengan pemantauan Hotspot dari tahun ke tahun, karena kebakaran hutan sendiri
merupakan peristiwa tahunan di Provinsi Riau. 64
Tabel 3.2. Rekapitulasi Pemantauan Hot Spot Dari Satelit NOAA
Jumlah Hot Spot
No.

Kabupaten/

2009

2012

2013

2014

2015

6

249

6

4

3

414

237

239

399

54

Kota
1.

Pekanbaru

2.

Dumai

63

Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan. Bab IV. Pasal 9. Hal 10
64
Statistik Dinas Kegutanan Provinsi Riau Tahun 2015. Hal 28

80

Universitas Sumatera Utara

3.

Pelalawan

722

17

912

578

454

4.

Siak

545

358

448

352

86

5.

Bengkalis

1.306

461

714

801

264

6.

Rokan Hulu

376

734

453

126

66

7.

Rokan Hilir

934

899

1.123

861

144

8.

Kampar

164

319

365

170

146

9.

Indragiri Hulu

432

603

384

284

340

10.

Indragiri Hilir

335

479

340

444

165

11.

Kuantan

100

338

231

146

121

-

-

63

244

35

5.334

4.694

5.281

4.409

1.878

Singingi
12.

Kepulauan
Meranti
Jumlah

Sumber : Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Riau Tahun 2015
Dalam table 3.2 bisa kita lihat bagaimana perkembangan Hotspot dari
satelit NOAA, Pemerintah provinsi Riau menunjukan kinerja yang sangat
signifikan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di provinsi Riau pada
tahun 2013 titik hotspot berjumlah 5.281 titik, kemudian pada tahun berikutnya

81

Universitas Sumatera Utara

ada pengurangan pada tahun 2014 dan 2015 senilai 4.409 dan 1.878 itik, ini
menunjukan kinerja pemerintah provinsi Riau sangat baik dalam pengendalian
dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah Provinsi Riau
menyatakan telah melakukan pengendalian dan pencegahan terhadap kebakaran
hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap semakin tebal mengganggu
mobilitas masyarakat sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dengan
penerepan dari Implementasi kebijakan pemerintah mengacu kepada Peraturan
Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan di Provinsi riau, mengalami penurunan yang signifikasi, kemudian
hasil perkembangannya bisa kita lihat juga dalam tabel berikut: 65
Tabel 3.3.
Jumlah Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau
No.

Tahun

Jumlah Kasus

TP/MO dan Pasar

1.

2014

76 Kasus

Pasal 108 dan atau Pasal 98 Ayat (1) UU RI
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.

2015

23 Kasus

Pasal 108 dan atau Pasal 98 Ayat (1) UU RI
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

65

Data Karhutla Polda Riau Tahun 2014 Hingga 2015

82

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Data Karhutla Polda Riau Tahun 2014 Hingga 2015 yang diolah
peneliti
Fenomena kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di provinsi Riau
sendiri sudah menagalami penurunan, ini bisa ita kihat dalam table 3.3 yang
dimana pada tahun 2014 terjadi sebanyak 76 kasus dengan Pasal 108 dan atau
pasal 98 ayat (1) UU RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. 66 Pada tahun 2015 nya mengalami penurun
hingga 23 kasus dengan kesalahan pasal yang sama, ini menunjukan bahwasanya
pemerintah Riau dengan amanat Peraturan Gubernur tersebut menjalankan segala
kebijakan untuk mengendalikan kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau.
Berangkat dari itu luas hutan dan lahan yang terbakar akibat kebakaran
hutan baik dari faktor alam maupun ulah manusia itu sendiri bisa kita lihat dalam
table berikut: 67
Tabel 3.4.
Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di
Indonesia Tahun 2011-2016
No.

Provinsi

2011

2012

2013

2014

2016

66

Undang – Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
67
Data Direktorat PKHL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

83

Universitas Sumatera Utara

Riau

1.

74,50

1.060,00

1.077,50

6.301,10

4.040,50

Sumber : Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Yang diolah peneliti
Kemudian dalam table 3.4 bisa kita lihat juga bagaimana perkembangan
luas kebakaran hutan dan lahan di provinsi Riau pada tahun 2014 kebakaran
mencapai

6.301,10

Ha

kemudian

turun

4.040

Ha.

Dalamhalini,

PeraturangubernurkebijakantentangPusatPengendalianKebakaranHutandanLahan
Provinsi

Riau

Nomor

11

tahun

2014

mengacu,

mengingatdanmenimbangterhadapbeberapaundang-undang,tetapi

yang

pastisangatberkaitaneratadalahUndang–UndangNomor
tentangpemerintahdaerahdanIntruksiPresidenNomor

32
16

Tahun

2011

tentangPeningkatanPengendalianKebakaranHutandanLahan.Sehinggahalinilah
yang

mendasariGubernurProvinsi

Riau

mengeluarkanPeraturanGubernurtentangpengendalianhutan,

selaindaripadaitu

juga
tugasdaripemerintahdaerahuntukmenjawabkeresahanmasyarakatdanmenciptakank
esejahteraanberdasarkanparadigm Otonomi Daerah yang saatinidijalankan.
Kemudian dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di
Provinsi Riau Pusdakarhutla memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
baik di tingkat Provinsi Kabupaten dan Kecamatan, sedangkan di Procinsi sendiri
yaitu melakukan pembinaan, pengawasan, dan mengambil tindakan hukum

84

Universitas Sumatera Utara

kepada setiap orang dan atau badan usaha atau penanggung jawab lahan usaha
yang terjadi di areal usaha atau lahan garapan pada wilayah lintas kabupaten kota
sesuai peraturan perundang – undangan, dan mencabut ijin usaha atas pengelolaan
hutan dan atau lahan perkebunanan atau pertanian, kemudian kewenangan
pusdakarhutla kabupaten memiliki kewenangan melakukan pembinaan atau
pengawasan dan mengambil tindakan hukum terhadap orang dan atau badan usaha
atau penanggung jawab lahan usaha yang melakukan pembakaran hutan dan lahan
yang terjadi di areal usaha atau lahan garapan pada wilayah kabupaten kota sesuai
peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan mengehentikan

secara

langsung aktifitas atau produksi perusahaan apabila dalam kegiatannya terbukti
dengan sengaja atau akibat kelalaian menyebabkan terjadinya kebakaran hutan
dan lahan di areal usahanya sehingga dapat mendorong timbulnya pencemaran
kerusakan lingkungan hidup. 68
Kemudian pada tingkat kecamatan memiliki kewenangan dan larangan
dalam pusdalkarhutla yaitu melakukan pengawasan dan melaporkan aktifitas
pembukaan

atau

penyiapan

lahan

masyarakat

dan

badan

usaha

atau

penanggungjawab lahan usaha secara berjenjang mulai dari bupati atau walikota
sampai kepada gubernur dan tidak mengeluarkan izin atau memberikan surat

68

Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan. Bab V. Pasal 11 Hal 11.

85

Universitas Sumatera Utara

keterangan lainnya untuk pembangunan atau pengembangan lahan usaha atau
kegiatan apabila dalam penyiapan lahnnya dilakukan dengan cara membakar. 69
Penerepan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Riau berangkat
dari peraturan tersebut, menjadi pedoman yang sangat penting dalam
pelakasanaan pemerintah dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi. Namun dalam hal ini terkait implementasi Peraturan Gubernur tersebut
yang baru berjalan selama 3 tahun, tentu tidak akan mengalami perubahan
maksimal atau menunjukan sampai kebakaran hutan dan lahan itu lenyap, ada
tahapan – tahapan yang harus diperbaiki oleh pemerintahan Riau, masih ada
kekurangan – kekurangan yang terjadi di dalam pelasanan kebijakan tersebut,
semua ini tak terlepas dari adanya pengaruh tantangan dan habatan dalam
pelaksanaannya.
III.3.3.3. Pengaruh Hambatan dan Tantangan Pemerintah Riau Dalam
Mengimplementasikan Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau
Dalam hal terkait pengimplementasian kebijakan yang dilakukan
pemerintah dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sangat banyak terjadi.
Semua nya tak terlepas

Dokumen yang terkait

Pendugaan Potensi Emisi CO2 Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun 2012

2 8 40

Variabilitas Iklim dan Kejadian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

0 4 44

Kapabilitas Pemerintah Daerah Provinsi Riau: Hambatan dan Tantangan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan | Meiwanda | JSP (Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) 15686 29978 1 SM

0 0 13

buku panduan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

0 0 55

Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)

0 0 13

Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)

0 0 2

Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)

0 0 30

Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)

0 0 19

Analisis Dan Implementasikebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau Terhadap Hutan (Studi Kasus : Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)

0 0 5

SOSIALISASI PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (DALKARHUTLA) PROVINSI RIAU TAHUN 2014

0 2 1