Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Mempertimbangkan Value Added Activity di Kebun Kelapa Sawit Pabatu PTPN IV Chapter III VII

barang kebutuhan pokok seperti : Minyak goreng, gula, telur, dan lain lain
dengan harga yang lebih murah dari harga umum. Selain itu pembayarannya
dapat dilakukan dengan sistem cicilan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Pengertian Biaya
Biaya dapat dipandang sebagai suatu pengorbanan sumber daya yang

dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Pengorbanan tersebut
dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan
uang. Dalam pengertian lebih jauh lagi, biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi
aktiva atau assets (unexpired costs) dan biaya atau expenses (expired cost). Biaya
dianggap sebagai assets apabila biaya tersebut belum digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan. Sedangkan biaya
dianggap sebagai expenses jika biaya tersebut habis digunakan untuk
memproduksi suatu produk atau jasa yang menghasilkan pendapatan di masa
datang. Biaya sebagai assets dicantumkan dalam neraca, sedangkan biaya sebagai

expenses dicantumkan dalam laporan laba rugi (Hariadi, 2002). Biaya adalah kas
atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan member manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi
(Hansen dan Mowen, 1999).

Universitas Sumatera Utara

3.2.

Objek Biaya
Objek biaya adalah setiap item seperti produk, pelanggan, departemen,

proyek, aktivitas, dan sebagainya, dimana biaya diukur dan dibebankan. Sebagai
contoh jika kita ingin menentukan biaya produksi satu unit sepeda, maka objek
biaya adalah sepeda(Hansen dan Mowen , 1999).
Akhir-akhir ini aktivitas muncul sebagai objek biaya yang penting.
Aktivias adalah suatu unit dasar dari pekerjaan yang

dilakukan dala sebuah


organisasi. Aktivitas dapat pula didefinisikan sebagai agregasi dari berbagai
tindakan dalam suatu organisasi yang bermanfaat bagi para manajer untuk tujuan
perencanaan,pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas memainkan
peranan penting dalam pembebanan biaya ke objek biaya lainnya dan merupakan
unsur penting dalam sisten akutansi manajemen kontemporer (Hariadi, 2002).

3.3.

Pembagian Biaya dalam Menghitung Harga PokokPersediaan
Perusahaan

industri

dalam

melakukan

pengolahan

produksinya


memerlukan pengorbanan sumber daya untuk memproses bahan mentah atau
bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Proses pengolahan tersebut di samping
memerlukan bahan mentah, juga memerlukan sumber daya yang lain berupa
tenaga kerja serta pengeluaran-pengeluaran lain seperti tenaga listrik, bahan bakar
dan sebagainya. Secara keseluruhan, pengorbanan tersebut disebut biaya produksi
dan dipisah menjadi tiga kelompok yaitu (Hariadi,2002),:

Universitas Sumatera Utara

1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
Atas dasar tiga komponen biaya produksi tersebut di atas, terbentuk harga
pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan
harga pokok produk yang pada akhir periode akutansi masih dalam proses proses
oengerjaan. Secara ringkas, komponen biaya produksi akan dijelaskan di bawah
ini.
1.


Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam proses pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Tanpa bahan baku, jelas tidak
aka nada barang jadi. Bahan baku bisa sama sekali masih mentah dari alam
atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain sebelum diproses leih lanjut
di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri atas bahan baku itu
sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan komponen utama
dalam barang jadi dan nilainya sangat material. Berbeda dengan bahan
penolong yang sifatnya adalah melengkapi proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi dan di samping itu pula, nilainya relatif kecil dibanding
dengan nilai bahan baku diolah. Biaya bahan penolong jika tidak dimasukkan
ke dalam kelompok biaya Overheadpabrik, digabung menjadi satu kelompok
dalam bahan baku dengan nama biaya bahan baku dan penolong. Contoh
bahan baku utama dalam perusahaan tekstil adalah kapas atau benang,
sedangkan bahan penolongnya berupa zat pewarna atau zat kimia lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.


Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan tenaga kerja dalam pabrik yang
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Keterlibatan tenaga kerja ini secara langsung terlihat atas kemampuannya
mempengaruhi secara langsung, baik kuantitas atau kualitas barang jadi yang
dihasilkan. Di lain pihak terdapat juga tenaga kerja tak langsung dalam pabrik
yang sifatnya sekedar membantu pekerjaan tenaga kerja utama. Contoh
tenaga kerja langsung pabrik rokok adalah buruh yang melinting tembakau
menjadi sebatang rokok sedangkan pembantunya adalah yang mengangkut
hasil lintingan tersebut ke gudang. Contoh ini mungkin sederhana, dalam
prakteknya agak sulit menentukan apakah tenaga kerja tertentu ini
mempunyai kontribusi langsung atau tak langsung terhadap perkerjaan.
Apalagi melihat perkembangan industry saat ini yang banyak menggunakan
tenaga mesin atau robot sehingga peran tenaga kerja langsung semakin hilang
dan mengecil.

3.

Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan

dengan proses produksi, di luar biaya bahan dan tenaga kerja langsung,
adalah biaya Overhead pabrik. Yang termasuk dalam kelompok biaya ini
meliputi antara lain bahan penolong, tenaga kerja tak langsung, biaya listrik,
penyusutan pabrik atau mesin, reparasi mesin dan biaya pemeliharaan gedung
serta bahan bakar mesin. Biaya Overhead pabrik dan biaya tenaga kerja

Universitas Sumatera Utara

langsung disebut juga sebagai biaya konversi karena kedua jenis biaya ini
berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.

3.4.

Biaya Nonproduksi
Secara umum biaya nonproduksi dipisah menjadi dua kelompok yaitu

(Hariadi, 2002):
1.

Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan pengeluaran yang punya peran penting dalam
perusahaan karena biaya tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan pesanan
langganan dan menjamin barang yang dipesan ata jasa yang dikirim sampai
ke tangan langganan dengan baik (getting order dan order filling cost). Biaya
yang termsuk dalam biaya pemasaran adalah biaya iklan, transportasi, komisi
penjualan, gaji staf penjualan dan seluruh biaya yang berhubungan dengan
gudang barang jadi.

2.

Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya pengolahan administrasi yang
biasanya terjadi di kantor perusahaan dan termasuk di dalamnya biaya
macam-macam yang tidak dapat dimasukan ke dalam biaya produksi
pemasaran. Contoh biaya administrasi dan umum adalah gaji staf executive
dan fasilitas yang dinikmatinya.

Universitas Sumatera Utara

3.5.


Harga Pokok Produksi

3.5.1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah mencerminkan total biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Harga pokok produksi juga disebut biaya
produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi (Hansen dan Mowen, 1999). Harga pokok produksi
adalah harga barang yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses
pada periode berjalan (Blocher dkk, 2000). Biaya produksi adalah biaya yang
digunakan untuk membeli bahan baku yang dipakai dalam membuat produk serta
biaya yang dikeluarkan dalam mengkonversi bahan baku menjadi produk
jadi(Simamora, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga
pokok produksi merupakan total semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi atau mengolah suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan
uang.

Jumlah seluruh biaya


yang diperlukan untuk

memperoleh dan

mempersiapkan barang untuk dijual disebut dengan harga pokok penjualan (cost
of good sold).

3.5.2. Tujuan Penentuan Harga Pokok produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa
besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan
baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga

Universitas Sumatera Utara

pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah
satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi
pimpinan untuk mengambil keputusan.
Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain, diantaranya
adalah :
1.


Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.

2.

Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.

3.

Sebagai dasar penilaian bagi penyusunan neraca menyangkut penilaian
terhadap aktiva.

4.

Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual kepada
konsumen.

5.

Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok persediaan

produk jadi dan produk dalam proses pada akhir periode.

6.

Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba
perusahaan.

7.

Sebagai evaluasi hasil kerja.

8.

Pengawasan terhadap efesiensi biaya, terutama biaya produksi.

9.

Sebagai dasar pengambilan keputusan.

10. Untuk tujuan perencanaan laba.

3.5.3. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Universitas Sumatera Utara

Manfaat informasi harga pokok produksi menurut (Mulyadi, 2007) adalah
sebagai berikut :
1.

Menentukan harga jual produk.
Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah
satu data yang dipertimbangkan, di samping data biaya lain serta data non
biaya.

2.

Memantau realisasi biaya produksi.
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk
dilakukan,

manajemen

memerlukan

informasi

biaya

produksi yang

sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut.
Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi, yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk
memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai
dengan yang dipertimbangkan sebelumnya.
3.

Menghitung laba atau rugi periode tertentu.
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi
bruto periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam
menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.

4.

Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.

Universitas Sumatera Utara

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga
pokok persediaan produk jadi, dan harga pokok produk yang pada tanggal
neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.

3.5.4. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan harga pokok pada dasarnya ada dua macam sistem
penentuan biaya produk yang digunakan dalam jenis industri yang berbeda yaitu
sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) dan sistem penentuan
biaya berdasarkan proses ( process costing) menurut (Blocherdkk, 2001).
1.

Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Costing).
Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan
membebankan biaya ke pesanan tertentu. Harga pokok pesanan dikumpulkan
untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan,
jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan
selesai. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan
tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang bersangkutan.Industri yang
menggunakan job costing antara lain adalah perusahaan percetakan,
perusahaan pembuatan film, perusahaan jasa akuntansi, perusahaan jasa

Universitas Sumatera Utara

hukum dan lain-lain. Karakteristik dari job costing

adalah (Hansen dan

Mowen, 1999):
a. Variasi perbedaan produk luas
b. Biaya diakumulasi berdasarkan pekerjaan
c. Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan
unit yang diproduksi.
2.

Penentuan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing).
Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau
departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar
produk

yang

hampir

identik.Sistem

penentuan

biaya

berdasarkan

processcosting, biaya produk atau jasa diakumulasikan berdasarkan proses
atau departemen dan bukan berdasarkan produk. Karakteristik dari process
costing adalah (Hansen dan Mowen, 1999):
a. Produk homogen
b. Biaya diakumulasi berdasarkan proses atau departemen
c. Biaya per unit dihitung melalui pemabagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut.

3.6.

Aktivitas

3.6.1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi
dan dapat juga digambarkan sebagai suatu pengumpulan tindakan dalam suatu
organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan,

Universitas Sumatera Utara

pengendalian, dan pengambilan keputusan (HansendanMowen, 2009). Aktivitas
merupakan tugas atau tindakan spesifik dari pekerjaan yang dilakukan. Aktivitas
dapat berupa satu tindakan atau batch dari beberapa tindakan(Blocheretal, 2011).
Aktivitas itu menunjunkan apa yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau
organisasi, yaitu cara perusahaan atau organisasi menggunakan waktu untuk
melakukan proses untuk menghasilkan keluaran atau output dari proses dan
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah
manusia, perubahan organisasi mengakibatkan perubahan mengenai apa yang
dikerjakan manusia, sehingga mengubah aktivitas (Supryono, 2002).

3.6.2. Analisis Aktivitas
Fokus utama dari analisis nilai proses adalah analisis aktivitas. Analisis
aktivitas (Activity Analysis) merupakan proses identifikasi, penjabaran, dan
evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh organisasi. Analisis aktivitas akan
menghasilkan empat hal : (1) aktivitas apa yang telah dilakukan, (2) Berapa
banyak orang yang melakukan aktivitas, (3) waktu dan sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas, dan (4) menentukan nilai aktivitas bagi
organisasi, termasuk rekomendasi untuk memilih dan mempertahankan aktivias
bernilai tambah. Langkah 4, menentukan nilai tambah dari aktivitas, merupakan
langkah terpenting dalam analisis aktivita (Hansen dan Mowen, 1999),.

3.6.3. Klasifikasi Aktivitas

Universitas Sumatera Utara

Aktivitas dapat diklasifikasikan sebagai bernilai-tambah dan tidak
bernilai-tambah sebagai berikut:
1.

Aktivitas Bernilai Tambah
Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang diharuskan untuk
melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan bagi para
konsumennya (Supriyono, 1999). Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitasaktivitas yang diperlukan untuk dipertahankan dalam bisnis. Aktivitas ini
harus terus dipertahankan oleh perusahaan, karena aktivitas inilah yang
menjadikan suatu produk atau jasa lebih kompetitif di pasar. Jika aktivitas
bernilai tambah di eliminasi, akan mengurangi nilai yang akan didapat oleh
konsumen, sehingga konsumen tidak lagi membeli atau mengkonsumsi
produk atau jasa perusahaan tersebut.dengan kata lain, perusahaan tersebut
akan mengalami kekalahan persaingan pasar. Aktivitas bernilai tambah
menimbulkan biaya aktivitas bernilai tambah, yaitu biaya yang digunakan
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah (Hansen dan Mowen,
1999). Aktivitas dapat dikelompokan ke dalam aktivitas bernilai tambah
apabila secara bersamaan memenuhi ketiga kondisi berikut ini (Hansen dan
Mowen, 1999):
a. Aktivitas yang menghasilkan perubahan.
b. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas yang sebelumnya.
c. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

2.

Aktivitas Tak Bernilai Tambah
Aktivitas tidak bernilai tambahan adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu
atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat
disempurnakan (Supriyono, 2003). Aktivitas tidak bernilai tambah adlah
semua aktivitas selain aktivitas yang sangat penting utnuk dipertahankan
dalam bisnis, sehingga dianggap sebagai aktivitas yang tidak diperlukan
(Hansen dan Mowen, 1999).
Berdasarkan beberapa definisi aktivitas tidak berniali tambah tersebut,
tentunya perusahaan akan berusaha untuk mengeliminasi aktivitas tidak
bernilai tambah, karena hanya menambah biaya yang tidak berguna dan
menghalangi kinerja perushaan. Suatu aktivitas dikelompokkan ke dalam
aktivitas tidak bernilai tambah apabila aktivitas tersebut tidak dapat
memenuhi salah satu dari ketiga kinerja aktivitas bernilai tambah yang telah
disebutkan sebelumnya.
Perushaan mengelompokan aktivitas ke dalam aktivitas bernilai tambah dan
ke dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah, dengan tujuan untuk dapat
meminimumkan biaya yang terjadi akibat aktivitas tidak bernilai tambah,
dengan cara mengeliminasi aktivitas tersebut.Aktivitas tidak bernilai tambah
yang tidak dieliminasi akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi
perusahaan. Aktivitas tidak bernilai tambah menimbulkan biaya aktivitas
tidak bernilai tambah, yaitu biaya yang timbul karena adanya aktivitas yang
tidak bernilai tambah.

Universitas Sumatera Utara

3.7

Efisiensi
Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dan masukan suatu proses,

dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan(Mulyadi, 2005). Di dalam
(Adiwarman A. Karim, 2006), dibahas bahwa “Efficient is doing the things right”,
yang berarti bahwa melakukan segala hal dengan cara yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum
mengenai efisiensi, yakni efisiensi yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic
concept) dan efisiensi yang ditinjau dari konsep produksi (production
concept).efisiensi yang ditinjau dari segi makro, sementara itu efisiensi dari sudut
pandang produksi melihat dari sudut pandang mikro.
Efisiensi dalam konsep produksi terbatas pada melihat hubungan teknis
dan operasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output
(Walter, 1995 dan Sarjana, 1999 dalam Sutawijaya dkk, 2009). Efisiensi ekonomi
melihat secara luas pada pengalokasian sumber-sumber daya di dalam suatu
perekonomian yang mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat (Sukirno,
2008).
Di dalam kegiatan ekonomi, konsep efisiensi tertuju pada bagaimana
penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan biaya yang paling rendah yang
mungkin dapat di capai, seert mampu mengalokassikan sumber-sumber ekonomi
pada penggunaan yang paling bernilai (Taswan, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan memproduksi suatu perusahaan akan mencapai efisiensi ketika
perusahaan tersebut mampu memproduksi dalam skala yang ekonomis,
Perusahaan dikatakan mencapai skala ekonomis apanila pertambahan produksi
menyebabkan baiay produksi rata-rata menjadi semakin rendah (Sukirno, 2008).

3.8.

Pengukuran Waktu (Time Study)
Menurut Wignjosoebroto (2000), suatu pekerjaan akan dikatakan

diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling
singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) penyelesaian pekerjaan
guna memilih alternative metoda kerja terbaik, maka perlu diterapkan prinsipprinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement atau time study).
Pengukuran

waktu

kerja

ini

berhubungan

dengan

usaha-usaha

untukmenetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.

Secara singkat

pengukuran kerja

adalah

metoda penetapan

keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output
yang dihasilkan.
Pada garis besarnya teknik – teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam
dua bagian yaitu:
1.

Pengukuran waktu secara langsung
Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana
pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan
jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling).

2.

Pengukuran secara tidak langsung

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si
pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu
dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui
jalannya pekerjaan. Misalnya aktivitas data waktu baku (standard data), dan
data waktu gerakan (predetermined time system).

3.8.1. Pengukuran Waktu Jam Henti
MenurutSutalaksana (1979), Pengukuran waktu jam henti adalah
pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen
ataupun siklus dengan menggunakan alat yang telah disiapkan. Sesuai dengan
namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stop watch)
sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak
digunakan.Untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan jam
henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan
kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain.
Tahapan dalam melakukan pengukuran waktu adalah sebagai berikut:
1.

Penetapan Tujuan Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran waktu kerja, tujuan pengukuran harus
ditetapkan terlebih dahulu dan untuk apa hasil pengukuran digunakan.
Dalam penentuan tujuan tersebut, dibutuhkan adanya tingkat kepercayaan
dan tingkat ketelitian yang digunakan dalam pengukuran jam henti.

Universitas Sumatera Utara

2.

Melakukan Penelitian Pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan yang harus dilakukan adalah mengamati dan
mengidentifikasi kondisi kerja dan metode kerja. Dalam penelitian ini perlu
dianalisis hasil pengukuran waktu kerja, apakah masih ada kondisi yang
tidak optimal, jika perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja dan cara kerja
yang baik.

3.

Memilih Operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan harus dipilih yang memenuhi
beberapa persyaratan agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat
diandalkan hasilnya. Syarat tersebut yang dibutuhkan berkemampuan
normal dan dapat bekerja sama menjalankan prosedur kerja yang baik.

4.

Melatih Operator
Operator harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi dan cara
yang telah ditetapkan dan telah dibakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara wajar.

5.

Menguraikan Pekerjaan Atas Beberapa Elemen Pekerjaan
Pekerjaan dibagi menjadi beberapa elemen pekerjaan yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Pengukuran waktu
dilakukan atas elemen pekerjaan. Ada beberapa pedoman yang harus
diperhatikan dalam melakukan pemisahan menjadi beberapa elemen
pekerjaan yaitu:
a. Uraikan pekerjaan tersebut, tetapi harus dapat diamati oleh alat ukur dan
dapat dicatat dengan menggunakan jam henti.

Universitas Sumatera Utara

b. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal karena jumlah waktu elemen
kerja tersebut merupakan siklus penyelesaian suatu pekerjaan.
c. Antara elemen satu dengan elemen yang lain pemisahannya harus jelas.
Hal ini dilakukan agar tidak timbul keraguan dalam menentukan kapan
berakhirnya atau mulainya suatu pekerjaan.
6.

Menyiapkan Alat Pengukuran
Alat yang digunakan melakukan pengukuran waktu baku tersebut yaitu:
a. Jam henti (stopwatch)
b. Lembar pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan

3.8.2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Menurut Sutalaksana dkk (1979), Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah
memutuskan untuk melakukan sampling dalam pengambilan data.
Tingkat

ketelitian

menunjukkan

penyimpangan

maksimum

hasil

pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan
dengan persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari).
Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur
akanhasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian yang ditentukan. Jadi
tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% berarti bahwa penyimpangan

Universitas Sumatera Utara

hasil pengukuran dari hasil sebenamya maksimum 5% dan kemungkinan berhasil
mendapatkan hasil yang demikian adalah 95%.

3.8.3. Pengujian Keseragaman Data
Menurut Sutalaksana dkk (1979),

selama melakukan pengukuran,

operator mungkin mendapatkan data yang tidak seragam. Untuk itu digunakan
alat yang dapat mendeteksinya yaitu peta kendali. Batas kendali dibentuk dari data
yang merupakan batas yang menetukan seragam tidaknya data. Data dikatakan
seragam, jika berada dalam batas kontrol dan data dikatakan tidak seragam jika
berada diluar batas kontrol.
Dalam penentuan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah
(BKB) untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% digunakan batas
2σ. Peta kontrol mempunyai batas-batas:
BKA = �̅ + 2��
Keterangan:

BKB = �̅ − 2��

�̅ = Harga rata-rata dari harga rata-rata subgroup

2�� = Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroupx

3.8.4. Pengujian Kecukupan Data
Menurut Sutalaksana dkk (1979), uji kecukupan data dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang diambil dari lapangan penelitian telah mencukupi
untuk digunakan dalam menyelesaikanpermasalahan yang ada. Misalkan

Universitas Sumatera Utara

serangkaian pengukuran pendahuluan telah dilakukan dan hasil pengukuran ini
dapat dikelompokkan ke dalam subgroup berukuran n, dimana :
�̅ = Data pengamatan ke-j (j= 1,2,3, ..., N)

Xi = Harga rata-rata data pengamatan pada subgroup ke-i (i= 1,2,3, ..., k)
k = Banyaknya subgroup
n = Besarnya subgroup
�̅� = Harga rata-rata dari harga rata-rata subgroup
N = Jumlah pangamatan pendahuluan

N’ = Jumlah pengamatan yang diperlukan
σ = Standar deviasi data pengamatan
σ� = Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroupx
Maka :
1. Harga rata-rata dari subgroup adalah:
∑��=1 � �

�̅ =



2. Standar deviasi dari data pengamatan adalah:

�=


�∑�
� =1 �� − �∑� =1 �� �

2

�−1

3. Standar deviasi harga rata-rata subgroup:
��̅ =



√�

4. Besarnya pengamatan yang dibutuhkan (N’) adalah:

Universitas Sumatera Utara

�� ∑ �� 2 − (∑ �� )2

� =�
∑ ��

2



Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, hal pertama
yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran
pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan
untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kepercayaan yang digunakan.
Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N’ > N, maka diperlukan
pengukuran tambahan, tapi jika N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah
mencukupi.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.7.

Pengertian Biaya
Biaya dapat dipandang sebagai suatu pengorbanan sumber daya yang

dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Pengorbanan tersebut
dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan
uang. Dalam pengertian lebih jauh lagi, biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi

Universitas Sumatera Utara

aktiva atau assets (unexpired costs) dan biaya atau expenses (expired cost). Biaya
dianggap sebagai assets apabila biaya tersebut belum digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan. Sedangkan biaya
dianggap sebagai expenses jika biaya tersebut habis digunakan untuk
memproduksi suatu produk atau jasa yang menghasilkan pendapatan di masa
datang. Biaya sebagai assets dicantumkan dalam neraca, sedangkan biaya sebagai
expenses dicantumkan dalam laporan laba rugi (Hariadi, 2002). Biaya adalah kas
atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan member manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi
(Hansen dan Mowen, 1999).

3.8.

Objek Biaya
Objek biaya adalah setiap item seperti produk, pelanggan, departemen,

proyek, aktivitas, dan sebagainya, dimana biaya diukur dan dibebankan. Sebagai
contoh jika kita ingin menentukan biaya produksi satu unit sepeda, maka objek
biaya adalah sepeda(Hansen dan Mowen , 1999).
Akhir-akhir ini aktivitas muncul sebagai objek biaya yang penting.
Aktivias adalah suatu unit dasar dari pekerjaan yang

dilakukan dala sebuah

organisasi. Aktivitas dapat pula didefinisikan sebagai agregasi dari berbagai
tindakan dalam suatu organisasi yang bermanfaat bagi para manajer untuk tujuan
perencanaan,pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas memainkan
peranan penting dalam pembebanan biaya ke objek biaya lainnya dan merupakan
unsur penting dalam sisten akutansi manajemen kontemporer (Hariadi, 2002).

Universitas Sumatera Utara

3.9.

Pembagian Biaya dalam Menghitung Harga PokokPersediaan
Perusahaan

industri

dalam

melakukan

pengolahan

produksinya

memerlukan pengorbanan sumber daya untuk memproses bahan mentah atau
bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Proses pengolahan tersebut di samping
memerlukan bahan mentah, juga memerlukan sumber daya yang lain berupa
tenaga kerja serta pengeluaran-pengeluaran lain seperti tenaga listrik, bahan bakar
dan sebagainya. Secara keseluruhan, pengorbanan tersebut disebut biaya produksi
dan dipisah menjadi tiga kelompok yaitu (Hariadi,2002),:
4. Biaya Bahan Baku
5. Biaya Tenaga Kerja Langsung
6. Biaya Overhead Pabrik
Atas dasar tiga komponen biaya produksi tersebut di atas, terbentuk harga
pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan
harga pokok produk yang pada akhir periode akutansi masih dalam proses proses
oengerjaan. Secara ringkas, komponen biaya produksi akan dijelaskan di bawah
ini.
4.

Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam proses pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Tanpa bahan baku, jelas tidak
aka nada barang jadi. Bahan baku bisa sama sekali masih mentah dari alam
atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain sebelum diproses leih lanjut

Universitas Sumatera Utara

di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri atas bahan baku itu
sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan komponen utama
dalam barang jadi dan nilainya sangat material. Berbeda dengan bahan
penolong yang sifatnya adalah melengkapi proses pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi dan di samping itu pula, nilainya relatif kecil dibanding
dengan nilai bahan baku diolah. Biaya bahan penolong jika tidak dimasukkan
ke dalam kelompok biaya Overheadpabrik, digabung menjadi satu kelompok
dalam bahan baku dengan nama biaya bahan baku dan penolong. Contoh
bahan baku utama dalam perusahaan tekstil adalah kapas atau benang,
sedangkan bahan penolongnya berupa zat pewarna atau zat kimia lainnya.
5.

Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan tenaga kerja dalam pabrik yang
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Keterlibatan tenaga kerja ini secara langsung terlihat atas kemampuannya
mempengaruhi secara langsung, baik kuantitas atau kualitas barang jadi yang
dihasilkan. Di lain pihak terdapat juga tenaga kerja tak langsung dalam pabrik
yang sifatnya sekedar membantu pekerjaan tenaga kerja utama. Contoh
tenaga kerja langsung pabrik rokok adalah buruh yang melinting tembakau
menjadi sebatang rokok sedangkan pembantunya adalah yang mengangkut
hasil lintingan tersebut ke gudang. Contoh ini mungkin sederhana, dalam
prakteknya agak sulit menentukan apakah tenaga kerja tertentu ini
mempunyai kontribusi langsung atau tak langsung terhadap perkerjaan.
Apalagi melihat perkembangan industry saat ini yang banyak menggunakan

Universitas Sumatera Utara

tenaga mesin atau robot sehingga peran tenaga kerja langsung semakin hilang
dan mengecil.

6.

Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan
dengan proses produksi, di luar biaya bahan dan tenaga kerja langsung,
adalah biaya Overhead pabrik. Yang termasuk dalam kelompok biaya ini
meliputi antara lain bahan penolong, tenaga kerja tak langsung, biaya listrik,
penyusutan pabrik atau mesin, reparasi mesin dan biaya pemeliharaan gedung
serta bahan bakar mesin. Biaya Overhead pabrik dan biaya tenaga kerja
langsung disebut juga sebagai biaya konversi karena kedua jenis biaya ini
berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.

3.10. Biaya Nonproduksi
Secara umum biaya nonproduksi dipisah menjadi dua kelompok yaitu
(Hariadi, 2002):
3.

Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan pengeluaran yang punya peran penting dalam
perusahaan karena biaya tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan pesanan
langganan dan menjamin barang yang dipesan ata jasa yang dikirim sampai
ke tangan langganan dengan baik (getting order dan order filling cost). Biaya
yang termsuk dalam biaya pemasaran adalah biaya iklan, transportasi, komisi

Universitas Sumatera Utara

penjualan, gaji staf penjualan dan seluruh biaya yang berhubungan dengan
gudang barang jadi.
4.

Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya pengolahan administrasi yang
biasanya terjadi di kantor perusahaan dan termasuk di dalamnya biaya
macam-macam yang tidak dapat dimasukan ke dalam biaya produksi
pemasaran. Contoh biaya administrasi dan umum adalah gaji staf executive
dan fasilitas yang dinikmatinya.

3.11. Harga Pokok Produksi
3.5.5. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah mencerminkan total biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Harga pokok produksi juga disebut biaya
produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi (Hansen dan Mowen, 1999). Harga pokok produksi
adalah harga barang yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses
pada periode berjalan (Blocher dkk, 2000). Biaya produksi adalah biaya yang
digunakan untuk membeli bahan baku yang dipakai dalam membuat produk serta
biaya yang dikeluarkan dalam mengkonversi bahan baku menjadi produk
jadi(Simamora, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga
pokok produksi merupakan total semua biaya yang dikeluarkan untuk

Universitas Sumatera Utara

memproduksi atau mengolah suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan
uang.

Jumlah seluruh biaya

yang diperlukan untuk

memperoleh dan

mempersiapkan barang untuk dijual disebut dengan harga pokok penjualan (cost
of good sold).

3.5.6. Tujuan Penentuan Harga Pokok produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa
besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan
baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga
pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah
satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi
pimpinan untuk mengambil keputusan.
Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain, diantaranya
adalah :
11. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.
12. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
13. Sebagai dasar penilaian bagi penyusunan neraca menyangkut penilaian
terhadap aktiva.
14. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual kepada
konsumen.
15. Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses pada akhir periode.

Universitas Sumatera Utara

16. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba
perusahaan.
17. Sebagai evaluasi hasil kerja.
18. Pengawasan terhadap efesiensi biaya, terutama biaya produksi.
19. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
20. Untuk tujuan perencanaan laba.

3.5.7. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Manfaat informasi harga pokok produksi menurut (Mulyadi, 2007) adalah
sebagai berikut :
5.

Menentukan harga jual produk.
Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah
satu data yang dipertimbangkan, di samping data biaya lain serta data non
biaya.

6.

Memantau realisasi biaya produksi.
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk
dilakukan,

manajemen

memerlukan

informasi

biaya

produksi yang

sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut.
Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi, yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk
memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai
dengan yang dipertimbangkan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

7.

Menghitung laba atau rugi periode tertentu.
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi
bruto periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam
menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.

8.

Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga
pokok persediaan produk jadi, dan harga pokok produk yang pada tanggal
neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.

3.5.8. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan harga pokok pada dasarnya ada dua macam sistem
penentuan biaya produk yang digunakan dalam jenis industri yang berbeda yaitu
sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) dan sistem penentuan
biaya berdasarkan proses ( process costing) menurut (Blocherdkk, 2001).
3.

Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Costing).
Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan
membebankan biaya ke pesanan tertentu. Harga pokok pesanan dikumpulkan

Universitas Sumatera Utara

untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan,
jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan
selesai. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan
tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang bersangkutan.Industri yang
menggunakan job costing antara lain adalah perusahaan percetakan,
perusahaan pembuatan film, perusahaan jasa akuntansi, perusahaan jasa
hukum dan lain-lain. Karakteristik dari job costing

adalah (Hansen dan

Mowen, 1999):
d. Variasi perbedaan produk luas
e. Biaya diakumulasi berdasarkan pekerjaan
f. Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan
unit yang diproduksi.
4.

Penentuan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing).
Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau
departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar
produk yang hampir identik.Sistem penentuan biaya berdasarkan process
costing,

biaya produk atau jasa diakumulasikan berdasarkan proses atau

departemen dan bukan berdasarkan produk. Karakteristik dari process costing
adalah (Hansen dan Mowen, 1999):
d. Produk homogen
e. Biaya diakumulasi berdasarkan proses atau departemen
f. Biaya per unit dihitung melalui pemabagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3.12. Aktivitas
3.6.4. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi
dan dapat juga digambarkan sebagai suatu pengumpulan tindakan dalam suatu
organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan (HansendanMowen, 2009). Aktivitas
merupakan tugas atau tindakan spesifik dari pekerjaan yang dilakukan. Aktivitas
dapat berupa satu tindakan atau batch dari beberapa tindakan(Blocheretal, 2011).
Aktivitas itu menunjunkan apa yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau
organisasi, yaitu cara perusahaan atau organisasi menggunakan waktu untuk
melakukan proses untuk menghasilkan keluaran atau output dari proses dan
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah
manusia, perubahan organisasi mengakibatkan perubahan mengenai apa yang
dikerjakan manusia, sehingga mengubah aktivitas (Supryono, 2002).

3.6.5. Analisis Aktivitas
Fokus utama dari analisis nilai proses adalah analisis aktivitas. Analisis
aktivitas (Activity Analysis) merupakan proses identifikasi, penjabaran, dan
evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh organisasi. Analisis aktivitas akan
menghasilkan empat hal : (1) aktivitas apa yang telah dilakukan, (2) Berapa
banyak orang yang melakukan aktivitas, (3) waktu dan sumber daya yang

Universitas Sumatera Utara

diperlukan untuk melakukan aktivitas, dan (4) menentukan nilai aktivitas bagi
organisasi, termasuk rekomendasi untuk memilih dan mempertahankan aktivias
bernilai tambah. Langkah 4, menentukan nilai tambah dari aktivitas, merupakan
langkah terpenting dalam analisis aktivita (Hansen dan Mowen, 1999),.

3.6.6. Klasifikasi Aktivitas
Aktivitas dapat diklasifikasikan sebagai bernilai-tambah dan tidak
bernilai-tambah sebagai berikut:
3.

Aktivitas Bernilai Tambah
Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang diharuskan untuk
melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan bagi para
konsumennya (Supriyono, 1999). Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitasaktivitas yang diperlukan untuk dipertahankan dalam bisnis. Aktivitas ini
harus terus dipertahankan oleh perusahaan, karena aktivitas inilah yang
menjadikan suatu produk atau jasa lebih kompetitif di pasar. Jika aktivitas
bernilai tambah di eliminasi, akan mengurangi nilai yang akan didapat oleh
konsumen, sehingga konsumen tidak lagi membeli atau mengkonsumsi
produk atau jasa perusahaan tersebut.dengan kata lain, perusahaan tersebut
akan mengalami kekalahan persaingan pasar. Aktivitas bernilai tambah
menimbulkan biaya aktivitas bernilai tambah, yaitu biaya yang digunakan
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah (Hansen dan Mowen,
1999). Aktivitas dapat dikelompokan ke dalam aktivitas bernilai tambah

Universitas Sumatera Utara

apabila secara bersamaan memenuhi ketiga kondisi berikut ini (Hansen dan
Mowen, 1999):
d. Aktivitas yang menghasilkan perubahan.
e. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas yang sebelumnya.
f. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan.
4.

Aktivitas Tak Bernilai Tambah
Aktivitas tidak bernilai tambahan adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu
atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat
disempurnakan (Supriyono, 2003). Aktivitas tidak bernilai tambah adlah
semua aktivitas selain aktivitas yang sangat penting utnuk dipertahankan
dalam bisnis, sehingga dianggap sebagai aktivitas yang tidak diperlukan
(Hansen dan Mowen, 1999).
Berdasarkan beberapa definisi aktivitas tidak berniali tambah tersebut,
tentunya perusahaan akan berusaha untuk mengeliminasi aktivitas tidak
bernilai tambah, karena hanya menambah biaya yang tidak berguna dan
menghalangi kinerja perushaan. Suatu aktivitas dikelompokkan ke dalam
aktivitas tidak bernilai tambah apabila aktivitas tersebut tidak dapat
memenuhi salah satu dari ketiga kinerja aktivitas bernilai tambah yang telah
disebutkan sebelumnya.
Perushaan mengelompokan aktivitas ke dalam aktivitas bernilai tambah dan
ke dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah, dengan tujuan untuk dapat
meminimumkan biaya yang terjadi akibat aktivitas tidak bernilai tambah,

Universitas Sumatera Utara

dengan cara mengeliminasi aktivitas tersebut.Aktivitas tidak bernilai tambah
yang tidak dieliminasi akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi
perusahaan. Aktivitas tidak bernilai tambah menimbulkan biaya aktivitas
tidak bernilai tambah, yaitu biaya yang timbul karena adanya aktivitas yang
tidak bernilai tambah.

3.7

Efisiensi
Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dan masukan suatu proses,

dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan(Mulyadi, 2005). Di dalam
(Adiwarman A. Karim, 2006), dibahas bahwa “Efficient is doing the things right”,
yang berarti bahwa melakukan segala hal dengan cara yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum
mengenai efisiensi, yakni efisiensi yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic
concept) dan efisiensi yang ditinjau dari konsep produksi (production
concept).efisiensi yang ditinjau dari segi makro, sementara itu efisiensi dari sudut
pandang produksi melihat dari sudut pandang mikro.
Efisiensi dalam konsep produksi terbatas pada melihat hubungan teknis
dan operasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output
(Walter, 1995 dan Sarjana, 1999 dalam Sutawijaya dkk, 2009). Efisiensi ekonomi
melihat secara luas pada pengalokasian sumber-sumber daya di dalam suatu
perekonomian yang mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat (Sukirno,
2008).

Universitas Sumatera Utara

Di dalam kegiatan ekonomi, konsep efisiensi tertuju pada bagaimana
penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan biaya yang paling rendah yang
mungkin dapat di capai, seert mampu mengalokassikan sumber-sumber ekonomi
pada penggunaan yang paling bernilai (Taswan, 2006)
Kegiatan memproduksi suatu perusahaan akan mencapai efisiensi ketika
perusahaan tersebut mampu memproduksi dalam skala yang ekonomis,
Perusahaan dikatakan mencapai skala ekonomis apanila pertambahan produksi
menyebabkan baiay produksi rata-rata menjadi semakin rendah (Sukirno, 2008).

3.8.

Pengukuran Waktu (Time Study)
Menurut Wignjosoebroto (2000), suatu pekerjaan akan dikatakan

diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling
singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) penyelesaian pekerjaan
guna memilih alternative metoda kerja terbaik, maka perlu diterapkan prinsipprinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement atau time study).
Pengukuran

waktu

kerja

ini

berhubungan

dengan

usaha-usaha

untukmenetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.

Secara singkat

pengukuran kerja

adalah

metoda penetapan

keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output
yang dihasilkan.
Pada garis besarnya teknik – teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam
dua bagian yaitu:
1.

Pengukuran waktu secara langsung

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana
pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan
jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling).
2.

Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si
pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu
dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui
jalannya pekerjaan. Misalnya aktivitas data waktu baku (standard data), dan
data waktu gerakan (predetermined time system).

3.8.1. Pengukuran Waktu Jam Henti
MenurutSutalaksana (1979), Pengukuran waktu jam henti adalah
pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen
ataupun siklus dengan menggunakan alat yang telah disiapkan. Sesuai dengan
namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stop watch)
sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak
digunakan.Untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan jam
henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan
kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain.
Tahapan dalam melakukan pengukuran waktu adalah sebagai berikut:
1.

Penetapan Tujuan Pengukuran

Universitas Sumatera Utara

Dalam melakukan pengukuran waktu kerja, tujuan pengukuran harus
ditetapkan terlebih dahulu dan untuk apa hasil pengukuran digunakan.
Dalam penentuan tujuan tersebut, dibutuhkan adanya tingkat kepercayaan
dan tingkat ketelitian yang digunakan dalam pengukuran jam henti.
2.

Melakukan Penelitian Pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan yang harus dilakukan adalah mengamati dan
mengidentifikasi kondisi kerja dan metode kerja. Dalam penelitian ini perlu
dianalisis hasil pengukuran waktu kerja, apakah masih ada kondisi yang
tidak optimal, jika perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja dan cara kerja
yang baik.

3.

Memilih Operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan harus dipilih yang memenuhi
beberapa persyaratan agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat
diandalkan hasilnya. Syarat tersebut yang dibutuhkan berkemampuan
normal dan dapat bekerja sama menjalankan prosedur kerja yang baik.

4.

Melatih Operator
Operator harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi dan cara
yang telah ditetapkan dan telah dibakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara wajar.

5.

Menguraikan Pekerjaan Atas Beberapa Elemen Pekerjaan
Pekerjaan dibagi menjadi beberapa elemen pekerjaan yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Pengukuran waktu
dilakukan atas elemen pekerjaan. Ada beberapa pedoman yang harus

Universitas Sumatera Utara

diperhatikan dalam melakukan pemisahan menjadi beberapa elemen
pekerjaan yaitu:
a. Uraikan pekerjaan tersebut, tetapi harus dapat diamati oleh alat ukur dan
dapat dicatat dengan menggunakan jam henti.
b. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal karena jumlah waktu elemen
kerja tersebut merupakan siklus penyelesaian suatu pekerjaan.
c. Antara elemen satu dengan elemen yang lain pemisahannya harus jelas.
Hal ini dilakukan agar tidak timbul keraguan dalam menentukan kapan
berakhirnya atau mulainya suatu pekerjaan.
6.

Menyiapkan Alat Pengukuran
Alat yang digunakan melakukan pengukuran waktu baku tersebut yaitu:
a. Jam henti (stopwatch)
b. Lembar pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan

3.8.2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Menurut Sutalaksana dkk (1979), Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah
memutuskan untuk melakukan sampling dalam pengambilan data.
Tingkat

ketelitian

menunjukkan

penyimpangan

maksimum

hasil

pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan
dengan persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari).

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan b