276 820 1 PB

PENGARUH PEREBUSAN TERHADAP KADAR KALSIUM PADA
BAYAM HIJAU (Amaranthus tricolor, L) DENGAN METODE
KOMPLEKSOMETRI
Anita Agustina S, Choiril HM,*)Rohmat Hidayat**)

Bayam hijau merupakan sayuran yang banyak mengandung nutrisi baik bagi
kesehatan tubuh, khususnya kalsium. Pengolahan bahan makanan yang kurang
tepat dapat menurunkan nutrisi yang terkandung di dalamnya.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium sebelum perebusan dan
sesudah perebusan.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Penelitian ini
menggunakan sampel bayam hijau (Amaranthus tricolor, L) jenis bayam hijau
yang digunakan adalah bayam cabut yang sering diolah masyarakat umum.
Sampel diperoleh di pasar Gringging, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Sampel diuji
secara kualitatif menggunakan ammonium oksalat. Kemudian dianalisi ssecara
kuantitatif menggunakan metode komplek sometri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kualitatif sampel
mengandung kalsium yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada
larutan sampel. Secara kuantitatif bayam segar (sebelump erebusan) diperoleh
sejumlah 0,1309% b/v dan bayam yang sudah melalui proses perebusan diperoleh
sejumlah 0,0744% b/v. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat

perbedaan atau pengaruh kadar kalsium antara sebelum dan sesudah perebusan,
karena nilai p > 0,05.
Kata Kunci: Perebusan, Bayam Hijau, Kadar Kalsium, Kompleksometri.

76 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017

I.

PENDAHULUAN
Sayuran merupakan bahan pangan yang berasal dari tumbuhan dan
dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah oleh masyarakat. Sayuran
banyak menyediakan gizi bagi tubuh. Salah satu gizi yang diperlukan oleh
tubuh adalah mineral. Kalsium adalah salah satu mineral yang penting bagi
tubuh manusia (Irianto dan Kusno, 2004).
Bayam hijau merupakan sayuran yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat baik dikonsumsi sebagai bagian menu utama maupun sebagai
makanan ringan seperti keripik bayam. Bayam hijau memiliki kandungan
yang baik bagi tubuh. Bayam segar memiliki sumber gizi air, energi, protein,
lemak, karbohidrat, serat, ampas, mineral seperti kalsium, besi, magnesium,
phosphor, potassium, seng, tembaga, mangan, serta mengandung vitamin c,

thiamin, riboflavin, niacin, asam pantothenic, vitamin B6, folate, vitamin B12,
vitamin A, vitamin E (Lalage, 2013). Selain kandungan gizi lengkap, bayam
hijau merupakan sayuran hijau yang memiliki harga yang terjangkau bagi
kalangan masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah. Bayam hijau
banyak ditemukan di pasar tradisional maupun modern.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh perebusan terhadap kadar kalsium pada bayam hijau. Apakah
bayam yang akan direbus akan mempengaruhi kadar kalsiumnya dengan
waktu perebusan 5 menit dengan suhu 900C-950C. Adapun penelitian ini
dilakukan perlakuan dengan cara perebusan terhadap bayam hijau.
Penggunaan cara pemanasan seperti ini dipilih oleh karena umumnya banyak
digunakan oleh masyarakat luas. Setelah itu, dianalisis kadar kalsiumnya
dengan metode kompleksometri. Kelebihan metode kompleksometri adalah
EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misalnya
magnesium (Mg), krom (Cr), kalsium (Ca) dan barium (Ba) dapat dititrasi
pada pH 11.
Dapat memberi informasi mengenai teknik perebusan yang dapat
mempengaruhi kandungan kalsium pada bayam hijau, serta dapat memberikan
panduan tentang cara perebusan yang sesuai dan digunakan untuk mengolah

sayuran agar kandungan gizi terutama kalsium yang terkandung dalam bahan
makanan tersebut tidak banyak berkurang atau hilang.

Anita Agustina S, Choiril HM,Rohmat Hidayat *Pe garuh Pere usa …

II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Pada
penelitian ini sampel diberi perlakuan berupa pemanasan dengan cara
perebusan.
Populasi dalam penelitian ini adalah bayam hijau (Amaranthus
tricolor, L) yang diambil di lahan yang pembudidayaannya berasal dari suatu
lahan pertanian di pasar Gringging, Klaten, Jawa Tengah. Karena tempat
tersebut pemasok sayuran hijau salah satunya bayam hijau.
Sampel yang digunakan merupakan sebagian kecil dari populasi yang
dipilih untuk analisis. Sampel dalam penelitian ini adalah bayam hijau jenis
bayam cabut yang digunakan untuk sayur yang dipanen dalam waktu 25 hari,
sejumlah 1 (satu) kilogram, untuk bayam segar 0,5 (setengah) kilogram dan
bayam rebus 0,5 (setengah) kilogram. Bayam hijau diambil masih segar, daun
bertangkai berbulat telur, lemas, berwarna hijau. Metode pengambilan sampel
adalah secara teknik acak (random).

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain bayam hijau,
larutan standar EDTA 0,01 M, larutan CaCO3, indikator EBT 1%, larutan
HCl, larutan NaOH 1 M, larutan ammonium oksalat, MgSO4 dan aquadest.
yang digunakan dalam penelitian antara lain : neraca analitik atau
elektrik, erlenmeyer, buret, gelas ukur, gelas beker, pipet tetes, reaksi, statip
dan klem, pipet volume, labu takar, botol timbang, kaca arloji, corong, api
spiritus, batang penjepit, batang pengaduk, alat penyaring, sendok pengaduk,
kompor & tabung gas, stopwatch, termometer dan blender.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. DeterminasiTanaman
Sampel yang diambil untuk digunakan dalam penelitian diperoleh
dari pasar Gringging, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Sampel kemudian
dilakukan determinasi atau identifikasi di Laboratorium Sistematik
Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Untuk memastikan
bahwa sampel yang digunakan benar-benar bayam hijau. Berdasarkan
determinasi sampel, diperoleh hasil bahwa sampel tersebut adalah bayam
hijau berjenis (Amaranthus tricolor,L).
2. Uji Kualitatif Kalsium
Untuk memastikan ada atau tidaknya kalsium yang terdapat dalam

bayam hijau, maka dilakukan uji kualitatif terhadap sampel. Berdasarkan
perlakuan yang telah dilakukan dengan menggunakan ammonium oksalat

78 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017

menunjukkan bahwa sampel positif mengandung kalsium yang ditandai
dengan terbentuknya endapan putih pada larutan sampel.
Sampel
1
2
3

Hasil
Endapan warna putih
Endapan warna putih
Endapan warna putih

Keterangan
+
+

+

Sumber : Data Primer, 2016
Keterangan :
+
: Menunjukkan terdapat kalsium
: Menunjukkan tidak terdapat kalsium
3. Pembakuan larutan Na-EDTA
Sebelum dilakukan uji kualitatif terhadap sampel, maka dilakukan
pembakuan terhadap laruta EDTA 0,01 M. Pembakuan EDTA dilakukan
melalui titrasi dengan replikasi sebanyak tiga kali dan melalui perhitungan
molaritas (M) larutan EDTA. Volume titran yang diperoleh pada
pembakuan larutan EDTA 0,01 M.
Titrasi

Volume titran EDTA (ml)

Replikasi I
39,00
Replikasi II

41,00
Replikasi III
43,00
Volume rata-rata (x) ± SD
41,00 ml ± 0,57
Koefisien variasi (CV)
1,39 %
Molaritas (M)
0,02 M
Sumber : Data primer, 2016
Berdasarkan tabel, diperoleh molaritas (M) larutan EDTA 0,02 M.
Molaritas yang diperoleh sudah mendekati dengan molaritas standar yang
diinginkan sehingga larutan tersebut dapat digunakan sebagai larutan baku
EDTA.
4. Penetapan kadar kalsium pada sampel
Kadar kalsium pada sampel segar (sebelum perebusan) dianalisis
menggunakan metode kompleksometri dengan replikasi atau pengulangan
sebanyak 3 kali. Sampel yang setelah perebusan dianalisis kadar

Anita Agustina S, Choiril HM,Rohmat Hidayat *Pe garuh Pere usa …


kalsiumnya menggunakan metode kompleksometri dengan replikasi
sebanyak 3 kali. Hasil replikasi titrasi dapat dilihat pada tabel 4.3.

Perlakuan
Sebelum
perebusan
Sesudah
perebusan

Replikasi
I
II
III
I
II
III

Bobot
sampel

(gram)*
10
10
10
10
10
10

X (% b/v)

(x) X
(% b/v)
SD

0,1206
0,1115
0,1606
0,0753
0,0807
0,0673


0,1309

0,0756783

0,0744

0,0067419

Sumber : Data primer, 2016
Keterangan :
*) : Sampel hasil penghalusan blender
X : Kadar kalsium
(x) : Rata-rata
SD : Standar deviasi
Berdasarkan tabel, rata-rata kalsium yang diperoleh dari sampel yang
sebelum perebusan adalah 0,1309% b/v. sedangkan rata-rata kalsium yang
diperoleh dari sampel yang sesudah perebusan adalah 0,0744% b/v.
5. Analisa data hasil pengujian sampel
Kadar kalsium pada sampel yang diperoleh kemudian dianalisis

menggunakan analisa statistik Kolmogorov-smirnov (normalitas).
Sampel
Sebelum perebusan
Sesudahperebusan

Signifikasi
0,929
1,000

Sumber: Data primer, 2016
Berdasarkan tabel, nilai signifikasi (p) dari sempel yang sebelum
perebusan 0,929 dan nilai signifikasi sesudah perebusan 1,000, tersebut
memiliki nilai p > 0,05 sehingga data sesbelum dan sesudah perebusan
terdistribusi normal.

80 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017

Kadar kalsium yang sudah diuji dengan menggunakan Kolmogorovsmirnov (normalitas), selanjutnya akan di uji menggunakan Paired Sampel Ttest
Sampel
Sebelum perebusan
Sesudahperebusan

Signifikasi
0,096

Sumber : Data primer, 2016
Berdasarkan tabel, nilai signifikasi (p) dari sempel yang sesudah
perebusan 0,096 tersebut memiliki nilai p < 0,05 sehingga Ho diterima, maka
Ha ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kadar kalsium pada
sampel sebelum dan sesudah perebusan.
IV. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bayam hijau. Hal
ini telah dibuktikan melalui identifikasi atau determinasi terhadap sampel
yang telah dilakukan di Laboratorium sistematika tumbuhan, Fakultas
Biologi, Universitas Gadjah Mada. Menunjukkan bahwa tanaman tersebut
merupakan bayam hijau (Amarhantus tricolor, L). Selain itu, bayam hijau
diperoleh dari pasar Gringging, Tulung Klaten, Jawa Tengah.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kalsium yang terkandung dalam
bayam hijau, maka dilakukan uji kualitatif sampel. Berdasarkan pengujian
yang telah dilakukan dengan menggunakan ammonium oksalat yang
sebelumnya sampel dihaluskan dengan blender (ditambahkan dengan sedikit
aquadest), kemudian diambil sebanyak 10 ml larutan dan ditambah sedikit
ammonium oksalat sebelumnya di gerus sampai lembut masukkan dalam
tabung reaksi, dengan sedikit digoyang. Reaksi menunjukkan hasil positif
ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada larutan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak, dengan karakteristik
sampel yang seragam. Sampel yang seragam memiliki karakteristik baik fisik,
warna, maupun ukuran lebih semuanya sama. Apabila karakteristik tidak
seragam atau homogen, maka dapat menimbulkan variasi di antara variabelvariabel yang diteliti sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Sampel yang dibutuhkan kurang lebih 1 kilogram. Sampel yang
masih segar dan seragam kemudian dikumpulkan, dicampur menjadi satu, lalu
dipisah menjadi 2 bagian sama banyak. Masing- masing digunakan untuk
menganalisi sampel dengan tanpa perebusan dan cara perebusan.

Anita Agustina S, Choiril HM,Rohmat Hidayat *Pe garuh Pere usa …

Berdasarkan hasil pengujian, kadar kalsium pada bayam segar adalah
0,1309% b/v dan kadar kalsium pada bayam yang direbus diperoleh sejumlah
0,0744% b/v. Sebelum dianalisis Paired Sampel T-test kadar kalsium sebelum
dan sesudah perebusan di analisis dengan one-sampel kolmogorov-smirnov
test dan hasilnya normal. Berdasarkan uji analisis Paired Sampel T-test nilai p
= 0,096 > (0,05) , maka tidak dapat perbedaan antara sebelum perebusan dan
sesudah perebusan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar kalsium dalam
penelitian ini, antara lain penanganan selama pasca panen, pengambilan
sampel, ketelitian kerja, suhu pemanasan, pelarut atau media panas yang
digunakan dan alat pemanasan. Kendala dalam penelitian ini adalah pada
tahap pemanasan, yakni suhu pemanasan sangat sulit untuk distabilkan,
mengingat suhu media panas memiliki titik didih tinggi dan selama
berlangsungnya perebusan, suhu akan terus tetap naik secara perlahan lahan.
V. KESIMPULAN
Kadar kalsium pada bayam hijau (Amaranthus Tricolor, L) sebelum
perebusan adalah 0,1309% b/v. Kadar kalsium pada bayam hijau (Amaranthus
Tricolor, L) sesudah perebusan adalah 0,0744% b/v. Nilai signifikasi bayam
sebelum perebusan dan sesudah perebusan yaitu p = 0,096 > (0,05) , maka
tidak dapat perbedaan antara sebelum perebusan dan sesudah perebusan.

82 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Ani. 2013. Penetapan Kadar Kalsium Ikan Teri Secara Kompleksometri.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Anonim, 1985. Pengantar Kimia Farmasi Analitik Volumetri dan Gravimetri .
A.M. Fatah dan A. Mursyidi (Editor), Fakultas Farmasi UGM.
Yogyakarta.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Pendidikan
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2007. Angka Kecukupan Klasium. Departemen Kesehatan Replubik
Indonesia. Jakarta.
Anonim, 2014. Buku Pentunjuk Kimia Farmasi II. Stikes Muhammadiyah Klaten.
Klaten.
Beckett. A.H and Stenlake., J.B., 1968. Practical Pharmaceutical Chemistry,
Second Edition, Part One, The Athlone. London.
Diahheti. 2012. Penetapan Kadar Kalsium Dan Fosfor Dalam Buah Naga
Daging Merah (Hylocereus costaricensis) Dan Buah Naga Daging
Putih (Hylocereus undudatus). Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Fikawati, R., dan Syafiq, 2005. Gambaran Konsumsi Kalsium Remaja. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Gardner F,P., 2006. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah Susilo, H, Penerbit
UI-press. Jakarta.
Handayani, T.H.W. dan Marwanti. 2011. Pengolahan Makanan Indonesia. Modul
Pendidikan Profesi Guru dan Pendidikan Tata Boga Falkultas Teknik.
Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV. Yrama
Widya. Bandung.
Kirana, 2006. Botani Tanaman Bayam Hijau. http://www.petanihebat.com/
2013/04/botanni-tanaman-bayam.html, diakses pada 20 November 2015
Jam 20.15 WIB.
Lestari, T. 2009. Dampak Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani . Skripsi.
Bogor. Institut Pertanian Bogor. http://kolokiumkpmipb.wordpress.com
diakses pada 20 November 2015 Jam 20.15 WIB.

Anita Agustina S, Choiril HM,Rohmat Hidayat *Pe garuh Pere usa …

Lalage, Zerlina. 2013. Khasiat Selangit 101 Buah dan Sayur . Galmas Publisher.
Klaten
Mulyatiningsih, Endang. 2007. Teknik-Teknik Dasar Memasak. Diktat. Falkutas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogykarta.
Nila. 2009. Penentuan Kadar Kalsium Berbagai Jenis Kulit Telur Melalui
Perendaman Dalam Asam cuka Sebagai Alternatif Sumber Belajar
Kimia SMA/MA Pada Materi Pokok Kimia Unsur . Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Nasir, Abd., Abdul M. dan M.E. Ideputri. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan, Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis Untuk
Mahasiswa Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Rukmana, R., 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.
Riwidikdo, Handoko. 2013. Statistika Kesehatan dengan Aplikasi SPSS dalam
Prosedur Penelitian. Rohima Press. Yogyakarta.