Laporan observasi problematika pembelaja. doc

HASIL OBSERVASI
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS V MI AL-FALAH SUKOWIDODO
Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Problematika Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu
Dr. Dewi Asmarani, M.Pd

Oleh
Khusnul Khotimah
NIM. 1724143125

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
DESEMBER 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang utama bagi kehidupan dan

menjadi faktor penentu bagi masa depan suatu bangsa. Melalui pendidikan
masyarakat bangsa ini dapat terbebas dari kebodohan dan keterpurukan,
karena pendidikan yang baik akan mampu mencetak generasi bangsa yang
bermutu dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan
memberikan pengetahuan dan juaga keterampilan yang sama bagi semua
anak dari semua golongan sosial. Usaha untuk mencapai kualitas
pendidikan yang baik dalam suatu Negara perlu memperhatikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses pendikan, dimana tujuan pendidikan
dapat tercapai salah satunya melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan
aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat oleh manusia, dimana
belajar merupakan suatu aktivita yang membawa suatu perubahan terkait
tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, baik perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Kualitas pendidikan dapat dilihat dari beberapa faktor, salah satu faktor
yang dapat dijadikan tolak ukur adalah keberhasilan peserta didik
memahami setiap materi yang disampaikan pendidik melalui proses
pembelajaran. Pendidikan menerima tanggung jawab untuk membimbing
perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik.
Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk mengetahui kemampuan dan
kesulitan yang dialami peserta didik.

Matematika memegang peranan penting dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Matematika digunakan semua orang disegala kehidupan
karena hubungan yang ada dalam Matematika bertalian erat dengan
kehidupan

sehari-hari.

Namun

keabstrakan

Matematika

dalam

pembeajaran di sekolah membuat Matematika seakan menjadi sulit, hal ini
sering kali mengakibatkan peserta didik enggan bahkan tidak berminat
mendalami pelajaran Matematika. Hingga saat ini masih banyak siswa
kelas V MI Al-Falah Sukowidodo yang berpendapat bahwa belajar
Matematika itu sulit, menyeramkan, tidak menarik, serta membosankan,


2

sehingga Matematika menjadi mata pelajaran yang tidak disenangi.
Apalagi bagi siswa yang pernah memperoleh atau bahkan sering
memperoleh nilai di bawah rata-rata. Semangat belajar cenderung
semakin menurun dan hal ini tentu akan mempengaruhi hasil belajar
Matematika. Salah satu tujuan dari pembelajaran Matematika adalah
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, sistematis,
kritis dan kreatif. Untuk mencapi tujuan tersebut tidaklah mudah, karena
berbagai persepsi awal yang dimiliki peserta didik terhadap mata
pelajaran Matematika telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang
memiliki sikap yang tinggi terhadap Matematika, namun tidak sedikit
yang menganggap bahwa mata pelajaran Matematika merupakan momok
yang menakutkan. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang
mereka rasakan. Persepsi terbangun dari pengalaman-pengalaman sejak
bayi sampai saat sekarang. Sehingga semakin anak tersebut dewasa maka
semakin bertambahlah pengalaman anak mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas, akan dirumuskan

permasalahan yang jawabannya akan ditemukan melalui observasi ini.
Adapun rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana persepsi siswa kelas V MI Al-Falah Sukowidodo terhadap
mata pelajaran Matematika?
2. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan ketertarikan siswa kelas V
MI Al-Falah Sukowidodo pada mata pelajaran matematika?
3. Apa saja permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam proses
pembeajaran matematika?
4. Bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika?
C. Tujuan Observasi
Berdasarkan atas perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
observasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa kelas V MI Al-Falah
Sukowidodo terhadap mata pelajaran Matematika.
2. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan ketertarikan siswa
kelas V MI Al-Falah Sukowidodo pada mata pelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam
proses pembeajaran matematika.


3

4. Untuk mengetahui solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan guru
dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika.
D. Metode Observasi
Metode observasi yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung
dengan narasumber yang terkait yaitu siswa kelas V dan guru mata
pelajaran matematika.
2. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati kondisi fisik dan
juga proses kegiatan belajar mengajar di MI Al-Falah Sukowidodo.
E. Waktu dan Tempat
Observasi ini dilaksnakan pada tanggal 28 November 2016 pukul 09.00
WIB, yang dilaksanakan di MI Al-Falah Sukowidodo desa Sukowidodo
kecamatan Karangrejo kabupaten Tulungagung.

4


BAB II
PEMBASAN
A. Persepsi siswa terhadap mata pelajarn matematika
Pada persepsi siswa kelas V MI Al-Falah Sukowidodo peneliti
mengambil 4 siswa secara acak sebagai sampel dari populasi siswa kelas
V yang berjumlah 34 siswa. Hasil wawancara dari siswa tersebut yaitu:
1. Siti Nur Azizah: menurut Azizah matematika merupakan mata
pelajaran yang menarik, karena dia menyukai guru mata pelajaran
matematika sehingga dia dapat memahami pelajaran yang
disampaikan dan dapat mengerjakan soal-soal dengan benar.
2. Mohammad Bahrul Ulum: menurut Bahrul matematika sangatlah
sulit,

dimana

matematika

merupakan

pelajaran


yang

membosankan dan rumit ditambah lagi dengan guru mata
pelajaran matematika yang memberi hukuman ketika tidak dapat
mengerjakan soal ataupun tidak dapat menjawab pertanyaan
seputar mata pelajaran matematika.
3. Siti Salamtuzzahroh: menurut Salma matematika merupakan mata
pelajaran yang terkadang sulit dan terkadang mudah, dia
mengatakan demikian karena terkadang guru terlalu cepat dalam
penyampaian materi. Sehingga ketika ia belum bisa memahami
satu materi sudah terbebani dengan materi yang lain.
4. Lailu Fitrun Nisa’: menurut Nisa’ matematika itu sulit, karena
selama ini dia selalu dibebani dengan rumus dan teori yang di
sampaikan oleh guru dengan metode konvensional (ceramah).
Sehingga Dia merasa tidak mempunyai ketertarika terhadap mata
pelajaran matematika.
B. Peran guru dalam meningkatkan ketertarikan siswa pada mata
pelajaran matematika.
Setelah mengadakan wawancara dengan ibu Salbiyah, S.Pd selaku

guru mata pelajaran matematika kelas V MI Al-Falah Sukowidodo,
diperoleh penjelasan bahwa sangat sulit untuk menumbuhkan ketertarikan
pada setiap siswa kelas V pada mata pelajaran matematika. Hal ini
disebabkan karena mayoritas siswa kelas V beranggapan bahwa
matematika merupakan mata pelajarn yang sulit dipahami dan penuh
dengan keabstrakan, sementara itu untuk taraf kelas V masih masih berada

5

pada tingkat berpikir yang sederhana,

dan terbatas pada operasional

konkrit. Sehingga perlu adanya jembatan yang dapat menghubungkan
keabstrakan matematika kedalam bentuk yang lebih nyata, seperti
mengaitkan mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Pernah pula belia mencoba menerapkan pemberian reward bagi
siswa yang dapat mengerjakan soal matematika atau menjawab
pertanyaan dengan benar dan punishment bagi siswa yang tidak bisa
mengerjakan soal matematika atau tidak bisa menjawab pertanyaan. Akan

tetapi pemberian reward dan punishment belum bisa menumbuhkan
ketertarikan siswa pada mata pelajaran matematika, karena pada
penerapannya reward selalu didaptkan oleh siswa yang senang terhadap
mata pelajaran matematika dan punishment selalu diperoleh siswa yang
tidak suka pada mata pelajaran matematika. Hal ini bukannya memacu
siswa untuk bisa mendapatkan reward justru menyebabkan siswa yang
tidak suka pada matematika semakin membenci matematika.
Sebenarnya pendidikan dasar merupakan suatu jenjang pendidikan
yang sangat menentukan terhadap hasil pendidikan. Hal ini disebabkan
karena kegiatan pembelajaran di jenjang dasar ini merupakan suatu
landasan atau dasar untuk kegiatan pembelajaran di jenjang berikutnya.
Sehingga usaha untuk menumbuhkan semangat belajar siswa sangat
diperlukan terutama pada mata pelajaran matematika. Strategi dalam
pembelajaran matematika sangat diperlukan agar pembelajaran dapat
berjalan lancer dan tujuan pembelajaran yang berupa hasil belajar bisa
tercapai secara optimal. Strategi yang dilakukan guru sebelum melaksa
pembelajaran matematika dikelas biasanya dimuat secara tertulis, mulai
dari telaah kurikulum, penyusunan program tahunan, program semester,
program satuan pembelajaran sampai dengan rencana pembelajaran.
Penyusunan program tahunan adalah strategi guru dalam

melaksanakan pembelajaran kelas untuk kurun waktu satu tahun ajaran.
Program

saturwulan

berisi

uraian

tentang

strategi

guru

dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas untuk kurun waktu satu catur wulan.
Program satuan pelajaran berisi tenntang strategi dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas yang meliputi satu pokok bahasan yang terdiri dari


6

beberapa sub pokok bahasan untuk beberapa kali pertemuan tatap muka.
Program rencana pembelajaran (RPP) berisi tentang strategi dalam
C.

melaksanakan pembelajaran untuk waktu satu kali tatap muka.
Permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam proses
pembeajaran matematika.
Setelah mengamati dan melakukan wawancara terhadap guru pada
mata pelajaran matematika dan siswa kelas V MI Al-Falah Sukowidiodo,
ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran:
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Persepsi negatif siswa terhadap mata pelajaran matematika
yang dikembangkan dari ia lahir hingga sekarang menyebabkan
kendala dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan
kemalasan dan menurunnya prestasi siswa. Padahal matematika
merupakan pelajaran yang sangat penting, terutama dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Kurangnya efektivitas pada pembelajaran matematika
Amat sukar ditemukan pembelajaran yang dapat merangkul
semua karakter siswa dalam satu kelas. Pengguanaan metode
pembelajaran yang tidak tepat menyebabkan siswa kesulitan
memahami pelajaran yang disampaikan guru. Sementara itu
metode pembelajaran matematika yang dilakukan guru masih
dilakukan secara konvensional tanpa ada keaktifan dari pihak
siswa (pembelajaran didominasi oleh guru). Bagi sebagian siswa
tang memang pandai atau menguasai matematika dapat
mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik, akan tetapi
bagi sebagian siswa yang memang mempunyai karakteristik
berbeda akan tertinggal dalam penyerapan materi dari teman
lainnya.
3. Kurangnya

sarana

prasarana

pembelajaran.
Pada dasarnya
menyelenggarakan

yang

sekolah-sekolah

proses

belajar

mendukung
itu

didirikan

mengajar

bagi

proses
untuk
murid.

Sementara ini sebagian besar proses belajar mengajar di sekolah
dasar dilakukan di kelas. Oleh karena itu, seharusnya setiap kelas
di sekolah dasar perlu dilengkapi dengan sarana belajar mengajar

7

yang dapat digunakan guru maupun murid. Akan tetapi
minimnya

kelas

dikarenakan

pembangunan

yang

masih

berlangsung menyebabkan siswa harus berbagi ruangan dengan
perpustakaan, ataupun proses pembelajaran dilakukan di masjid
sekolah. Selain itu minimnya referensi buku yang ada di
perpustakaan menyebabkan siswa enggan untuk masuk dan
membaca buku di dalam ruangan.
D. Solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar pada mata pelajaran matematika.
1. Persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika.
Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan
atau tidak didefinisikan berdasarkan aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. Matematka merupakan bahasa symbol
tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang
didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.

1

Pada siswa kelas V

masih masih berada pada tingkat berpikir yang sederhana, dan terbatas
pada operasional konkrit. Namun nyatanya pada fase operasional
konkrit anak telah sanggup untuk memahami banyak konsep-konsep
matematika. Karena telah banyak memahami konsep yang ada pada
matematika seharusnya anak kelas V sudah dapat melakukan
permainan matematika dengan berdasarkan peraturan-peraturan yang
ada pada matematika.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki persepsi siswa terhadap
mata pelajaran metematika di mulai dari dalam diri siswa tersebut.
Ketika terdapat kemauan yang besar terhadap diri siswa untuk
mempelajari matematika maka peluang besar telah terbuka. Pastinya,
perkembangan siswa membutuhkan perhatian lebih. Oleh karena itu
guru harus memperhatikan siswanya dan terus membantu siswa dalam
memahami materi baik pada jam pelajaran maupun diluar jam
pelajaran. Selain guru orang tuapun mempunyai peranan yang penting
dalam menumbuhkan

minat belajar terhadap mata

1

pelajaran

Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajarn Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar,(Yogyakarta : Ar – Ruzz Media, 2014), hlm.28

8

matematika. Interaksi antar siswa lain juga harus diciptakan, karena
dengan hal ini dapat menumbuhkan kegemaran siswa dalam belajar
dan dapat memperkaya wawasan dan sumber keilmuan antara siswa
satu dengan yang lain.2 Apalagi kalau di cermati, keberadaan siswa
sekolah dasar menjadi bagian dari pendidikan dasar yang menjadi
titim awal dan landasan dalam melanjutkan studi menuju pendidikan
menengah dan tinggi. Berdasarkan hal itu, pengembangan siswa
sekolah dasar mutlak diperlukan demi menciptakan pendidikan dasar
yang berkualitas dan bermakna.
2. Efektivitas pembelajaran matematika.
Siswa adalah pribadi yang unik dan tak pernah padam untuk
mencari tahu hal-hal yang mengjadi tanda tanya dalam dirinya.
Makhluk yang masih berusia muda ini juga adalah sosok yang aktif
dan tidak mau diam ketika didapati ada sesuatu yang menarik dan
berkesan

baginya.

Pengembangan

siswa

membutuhkan

usaha

mendidik yang keras dan disertai dengan rasa kasih sayang yang
mendalam. Pasalnya, tidak seperti orang dewasa yang mengajar
sesuatu karena berangkat atas dasar adanya kesadaran untuk memiliki
sesuatu, siswa sekolah dasar melakuka kegiatan belajar mengajar
dikarenakan mereka dikondisikan untuk terus belajar.3
Agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut
perlu adanya metode yang tepat untuk membantu siswa untuk lebih
memahami materi yang disampaikan dan juga untuk menumbuhkan
ketertarikan dalam diri siswa untuk terus belajar matematika, seperti
halnya mengaitkan materi pelajarn dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu Dalam sebuah pengajaran matematika peserta didik harus
diberi kesempatan untuk, yaitu:4
a. Memahami angka dan operasi perhitungan.
b. Mempelajari prinsip aljabar dan geometri.
c. Mengumpulkan, mengorganisir, menganalisi, menampilkan
data serta memahami konsep dasar.
d. Memecahkan problem.
2

Moh, Padil, Angga Teguh Prasetyo, Strategi pengelolaan SD/MI Visioner,
(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), hlm. 109.
3
Ibid., hlm. 110.
4
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : Prenada Media Grup, 2011), hlm. 441

9

e. Menggunakan penalaran sistematik.
Dalam mempelajari matematika harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dari konsep yang paling mendasar ke konsep yang
lebih tinggi. Dengan kata lain seseorang sulit untuk belajar suatu
konsep dalam matematika apabila konsep yang menjadi prasyarat tidak
dikuasainya. Belajar yang terputus-putus dan tidak berkesinambungan
akan menyebabkan pemahaman yang kurang baik terhadap suatu
konsep.
3. Kurangnya sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran.
Paling tidak terdapat dua sarana belajar mengajar yang harus ada
pada setiap kelas di sekolah dasar, yaitu:
a. Perabotan kelas yang meliputi: papan tulis, meja dan kursi
guru, meja dan kursi murid, lemari kelas, papan daftar hadir
murid, papan grafik pencapaian target kurikulum, papan daftar
pengelompokkan murid, dan papan grafik kehadiran murid.
b. Media pengajaran, media ini perlu disediakn untuk kepentingan
efektivitas

proses

belajar

mengajar

di

kelas

dapat

dikelompokkan menjadi empat macam:
1) Media pandang diproyeksikan, seperti projector opaque,
overhead projector, slide, projector filmstrip, dll.
2) Media pandang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam,
grafis, model, dan benda asli. Bagan-bagan yang dapat
dijadikan media pengajaran meliputi bagan alur, bagan
organisasi, bagan klasifikasi, bagan waktu, dan bagan tabel.
Sedangkan grafis-grafis yang dapat dijadikan media
pengajaran misalnya grafik garis, grafik lingkaran, grafik
gambar, dan grafik batang.
3) Media dengar, seperti piringan hitam, open reel tape, pita
kaset, dan radio.
4) Media pandang dengar, seperti televise dan film.5
Sedangkan perpustakaan sekolah tidak mementingkan kemegahan,
tetapi yang penting adalah perencanaan pembangunan yang matang
sehingga menghasilkan suatu bangunan yang berkualitas tinggi dan
berfungsi secara tepat guna dan berdaya guna. Fungsi utama
5

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya,
(Jakarta: Bumi Aksara: 2014), hlm. 14.

10

perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber belajar. Keberadaannya
berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar dikelas, oleh
sebab itu, gedung atau rung perpustakaan sekolah berdekatan dengan
kelas-kelas yang ada.6 Jika ruangan perpustakaan saja dibagi dengan
ruang kelas, otomatis kegiatan belajar mengajar akan terganggu
dengan pengunjung perpustakaan. Sehingga seharusnya setiap gedung
di sekolah dapat diselesaikan tepat waktu agar tidak menggaggu
jalannya proses bembelajaran.

6

Ibid., hlm. 15.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi negatif siswa terhadap mata pelajaran matematika yang
dikembangkan dari ia lahir hingga sekarang menyebabkan kendala dalam
proses pembelajaran. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki persepsi
siswa terhadap mata pelajaran metematika di mulai dari dalam diri siswa
tersebut. Ketika terdapat kemauan yang besar terhadap diri siswa untuk
mempelajari matematika maka peluang besar telah terbuka. Pastinya,
perkembangan siswa membutuhkan perhatian lebih. Oleh karena itu guru
harus memperhatikan siswanya dan terus membantu siswa dalam
memahami materi baik pada jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran.
Selain guru orang tuapun mempunyai peranan yang penting dalam
menumbuhkan minat belajar terhadap mata pelajaran matematika.
Interaksi antar siswa lain juga harus diciptakan, karena dengan hal ini
dapat menumbuhkan kegemaran siswa dalam belajar dan dapat
memperkaya wawasan dan sumber keilmuan antara siswa satu dengan
yang lain.
Amat sukar ditemukan pembelajaran yang dapat merangkul semua
karakter siswa dalam satu kelas. Pengguanaan metode pembelajaran yang
tidak tepat menyebabkan siswa kesulitan memahami pelajaran yang
disampaikan guru. Sementara itu metode pembelajaran matematika yang
dilakukan guru masih dilakukan secara konvensional tanpa ada keaktifan
dari pihak siswa (pembelajaran didominasi oleh guru). Agar tidak terjadi
kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut perlu adanya metode yang
tepat untuk membantu siswa untuk lebih memahami materi yang
disampaikan dan juga untuk menumbuhkan ketertarikan dalam diri siswa
untuk terus belajar matematika, seperti halnya mengaitkan materi pelajarn
dengan kehidupan sehari-hari.
Pada
dasarnya
sekolah-sekolah

itu

didirikan

untuk

menyelenggarakan proses belajar mengajar bagi murid. Sementara ini
sebagian besar proses belajar mengajar di sekolah dasar dilakukan di
kelas. Oleh karena itu, seharusnya setiap kelas di sekolah dasar perlu
dilengkapi dengan sarana belajar mengajar yang dapat digunakan guru
12

maupun murid. Paling tidak terdapat dua sarana belajar mengajar yang
harus ada pada setiap kelas di sekolah dasar, yaitu:
1. Perabotan kelas
2. Media pengajaran.
B. Saran
Dalam kegiatan pembelajaran pendidik sebaiknya membuat
inovasi yang dapat membuat peserta didik tertarik dan lebih mudah dalam
menerima materi pada mata pelajaran matematika yang disampaikan guru.
Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran akan tetapi siswapun
dapat berpartisipasi dalm pembelajaran sehingg tercipta suasana belajar
yang dirasa menyenangkan oleh siswa.

13

Dafatar Pustaka
Runtukahu Tombokan dan Selpius Kandou. 2014. Pembelajarn Matematika
Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media.
Padil. Moh dan Angga Teguh Prasetyo. 2011. Strategi pengelolaan SD/MI
Visioner. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Santrock. John W. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup.
Bafadal Ibrahim. 2014. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Bumi Aksara.

14