Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pe (1)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penyakit Jantung Bawaan (Kongenital)
Agustus 15, 2016 AsKep
A. Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau yang disebut dengan jantung
kongenital adalah bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan sejak
bayi baru lahir. Kelainan ini dapat mengakibatkan abnormalitas fungsi
jantung. Bentuk kelainannya berupa defek (cacat) pada bagian-bagian
jantung, bisa di bagian atrium maupun ventrikel (Wong, 2008).
Kelainan jantung berupa defek yang terdapat di bagian atrium disebut
defek atrium septum (atrial septal defect, ASD). Jantung mengalami
kecacatan karena adanya lubang abnormal pada sekat yang memisahkan
kedua belah atrium, sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri
yang bertekanan tinggi, ke dalam atrium kanan yang bertekanan rendah.
Atrial Septal Defect (ASD)
Ada tiga tipe ASD yaitu:
1. Ostium primum (ASD 1) : Terdapat lubang pada bagian ujung bawah
septum, sehingga membuat katup mitral menjadi abnormal.
2. Ostium sekudum (ASD 2) : Terdapat lubang pada bagian tengah septum.
3. Defek sinus venosus : Terdapat lubang pada di tempat pertemuan vena
kava superior dengan atrium kanan. Lubang ini mengakibatkan anomali
parsial koneksi vena pulmonalis.
Letak Defect pada
ASD
Kelainan jantung yang berupa defek yang terdapat pada ventrikel disebut
defek septum ventrikel (Ventricular Septal Defect, VSD). Pada bagian
ini tedapat lubang abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel
kanan dengan ventrikel kiri.
Ventricular Septal Defect (VSD)
Selain itu juga ada kelainan jantung pada kedua bagian yaitu arteri dan
ventrikel disebut sebagai defek kanalis atrioventrikularis (AVC).
Defek ini terdiri atas ASD rendah yang berlanjut dengan VSD tinggi.
Terdapat celah pada katup mitral dan trikuspid, sehingga terbentuk katup
sentral atrioventrikular yang lebar. Celah ini memungkinkan pengaliran
darah diantara keempat rongga jantung.
Arah dan alur aliran darah ditentukan oleh tahanan pulmonalis dan
sistemik, tekanan dalam ventrikel kiri dan kanan, dan kelenturan setiap
rongga jantung. Defek jantung ini paling sering ditemukan pada anakanak Sindrom Down.
Kelianan
jantung
Atrioventikular Septal
Defect
berupa kegagalan penutupan
duktus
arteriosus
(pembuluh arteri yang menghubungkan aorta dengan arteri pulmonalis)
disebut sebagai paten duktus arteriosus (PDA). Kasus ini sering terjadi
pada bayi yang berusia satu minggu pertama.
Paten Duktus Arteriosus (PDA)
Kelainan jantung dapat juga berupa penyempitan lokal didekat tempat
insersi duktus arteriosus, disebut sebagai koartasio aorta (COA).
Penyempitan ini mengakibatkan peningkatan tekanan dibagian proksimal
defek (kepala dan ekstremitas atas), dan penurunan tekanan di bagian
distal obstruksi (batang tubuh serta ekstremitas bawah).
Coarctation of the Aorta
Penyempitan atau strikur pada katup aorta disebut sebagai Stenosi
Aorta (AS). Penyempitan ini mengakibatkan timbulnya tahanan yang
menghalangi aliran darah dalam ventrikel kiri, penurunan curah jantung,
hipertrofi ventrikel kiri dan kongesti pembuluh darah paru.
Aortic Stenosis (AS)
Penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis disebut sebagai
stenosis pulmonal. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan dan penurunan aliran darah paru. Atresia
pulmonalis merupakan bentuk stenosis pulmonalis yang ekstrem,
dimana pada keadaan ini terjadi fusi komisura secara total, sehingga tidak
ada darah yang mengalir ke dalam paru-paru. Ventrikel kanan juga dapat
mengalami hipoplasia.
Stenosis Pulmonal
Bentuk kelainan jantung bawaan yang kompleks disebut sebagagai
tetralogi fallot. Kelainan ini terdiri dari gabungan VSD, stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Tetralogi Fallot (TOF)
Kelainan jantung berupa kegagalan pertumbuhan katup trikuspidalis
disebut sebagai atresia trikuspidalis. Kelianan ini sering disertai dengan
stenosis pulmonal dan transposisi pembuluh arteri yang besar. Pada
kelaianan ini terjadi percampuran total darah yang miskin oksigen dengan
yang kaya oksigen di sisi kiri jantung.
Atresia Trikuspidalis
B. Etiologi
Penyebab
penyakit
jantung
bawaan
berkaitan
dengan
kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu saat
jantung dan pembuluh darah besar dibentuk.
Penyebab utama terjadinya penyakit jantung bawaanl belum dapat
diketahui
secara
pasti,
tetapi
ada
beberapa
faktor
yang
diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
1. Faktor prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox selama
kehamilan.
b. Ibu mengkonsumsi alkohol
c. Usia ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dexxtroamphetamine, aminopterin,
amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X)
g. Gizi ibu yang buruk
h. Kecanduan Obat-obatan
C. Klasifikasi
Kelainan jantung bawaan diklasifikasikan atas dasar kelainan fungsi
sirkulasi yang terjadi, yaitu:
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik atau disebut juga penyakit jantung
bawaan tidak biru, merupakan kelompok PJB terbanyak ditemukan, yakni
sekitar 75% dari semua PJB, Sisanya merupakan kelompok PJB biru. PJB
non sianotik dapat dikatagorikan menjadi dua bagian yaitu;
a. Dengan vaskularisasi paru normal: Terdiri dari stenosis aorta, stenosis
pulmonal, koarktasio aorta, kardiomiopati.
b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: Terdiri defek septum atrium, defek
atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten,
anomaly drainase vena pulmonalis parsial.
2. Penyakit jantung bawaan sianotik atau disebut juga Penyakit Jantung
Bawaan biru ditandai dengan warna kebiruan tampak pada bibir, ujung
jari dan kuku. Warna kebiruan ini sebagai akibat aliran darah didalam
tubuh didominasi oleh sel darah merah yang kandungan oksigennya
rendah, akibat pencampuran darah bersih dan darah kotor pada jantung.
a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa
stenosis pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis pulmonal,
trunkus arteriosus persisten, ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal,
anomaly total drainase vena pulmonalis.
b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada
neonatus, tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly
Ebstein. (Sastroasmoro & Maldiyono, 1996)
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari kelainan jantung bawaan berdasarkan defek atau cacat
yang dialaminya.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kelainan jantung bawaan berdasarkan defek atau
cacat yang dialaminya.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG), menunjukkan gambaran normal sampai ada
a.
kalainan
Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada
penderita dengan defek sedang.
b. Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri
maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel
2.
kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri,
venrikel kiri, kadang-kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang
prominen serta peningkatan vaskularisasi paru berkorelasi langsung
3.
a.
dengan besarnya pirau.
Kateterisasi Jantung
Terdapat peningkatan
saturasi
oksigen
di
ventrikel
kanan
serta
peningkatan tekanan di atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis
pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda
menentukan raslo tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt
kemudian dipakal sebagal pedoman indikasi dan kontraindikasi penutupan
defek.
c.
jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan
pembenian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
d. Angiogram pada ventnikel kin untuk melihat jumlah dan lokasi dan defek,
sedangkan aortografi untuk menentukan adanya kemungkinan regurgitasi
oleh karena prolaps katub aorta.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan terdiri dari penatalaksanaan
terapeutik dan tindakan bedah, dan dispesifikan sesuai dengan bagian
jantung yang mengalami kelainan.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)
Penyakit Jantung Bawaan (Kongenital)
Agustus 15, 2016 AsKep
A. Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau yang disebut dengan jantung
kongenital adalah bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan sejak
bayi baru lahir. Kelainan ini dapat mengakibatkan abnormalitas fungsi
jantung. Bentuk kelainannya berupa defek (cacat) pada bagian-bagian
jantung, bisa di bagian atrium maupun ventrikel (Wong, 2008).
Kelainan jantung berupa defek yang terdapat di bagian atrium disebut
defek atrium septum (atrial septal defect, ASD). Jantung mengalami
kecacatan karena adanya lubang abnormal pada sekat yang memisahkan
kedua belah atrium, sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri
yang bertekanan tinggi, ke dalam atrium kanan yang bertekanan rendah.
Atrial Septal Defect (ASD)
Ada tiga tipe ASD yaitu:
1. Ostium primum (ASD 1) : Terdapat lubang pada bagian ujung bawah
septum, sehingga membuat katup mitral menjadi abnormal.
2. Ostium sekudum (ASD 2) : Terdapat lubang pada bagian tengah septum.
3. Defek sinus venosus : Terdapat lubang pada di tempat pertemuan vena
kava superior dengan atrium kanan. Lubang ini mengakibatkan anomali
parsial koneksi vena pulmonalis.
Letak Defect pada
ASD
Kelainan jantung yang berupa defek yang terdapat pada ventrikel disebut
defek septum ventrikel (Ventricular Septal Defect, VSD). Pada bagian
ini tedapat lubang abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel
kanan dengan ventrikel kiri.
Ventricular Septal Defect (VSD)
Selain itu juga ada kelainan jantung pada kedua bagian yaitu arteri dan
ventrikel disebut sebagai defek kanalis atrioventrikularis (AVC).
Defek ini terdiri atas ASD rendah yang berlanjut dengan VSD tinggi.
Terdapat celah pada katup mitral dan trikuspid, sehingga terbentuk katup
sentral atrioventrikular yang lebar. Celah ini memungkinkan pengaliran
darah diantara keempat rongga jantung.
Arah dan alur aliran darah ditentukan oleh tahanan pulmonalis dan
sistemik, tekanan dalam ventrikel kiri dan kanan, dan kelenturan setiap
rongga jantung. Defek jantung ini paling sering ditemukan pada anakanak Sindrom Down.
Kelianan
jantung
Atrioventikular Septal
Defect
berupa kegagalan penutupan
duktus
arteriosus
(pembuluh arteri yang menghubungkan aorta dengan arteri pulmonalis)
disebut sebagai paten duktus arteriosus (PDA). Kasus ini sering terjadi
pada bayi yang berusia satu minggu pertama.
Paten Duktus Arteriosus (PDA)
Kelainan jantung dapat juga berupa penyempitan lokal didekat tempat
insersi duktus arteriosus, disebut sebagai koartasio aorta (COA).
Penyempitan ini mengakibatkan peningkatan tekanan dibagian proksimal
defek (kepala dan ekstremitas atas), dan penurunan tekanan di bagian
distal obstruksi (batang tubuh serta ekstremitas bawah).
Coarctation of the Aorta
Penyempitan atau strikur pada katup aorta disebut sebagai Stenosi
Aorta (AS). Penyempitan ini mengakibatkan timbulnya tahanan yang
menghalangi aliran darah dalam ventrikel kiri, penurunan curah jantung,
hipertrofi ventrikel kiri dan kongesti pembuluh darah paru.
Aortic Stenosis (AS)
Penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis disebut sebagai
stenosis pulmonal. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan dan penurunan aliran darah paru. Atresia
pulmonalis merupakan bentuk stenosis pulmonalis yang ekstrem,
dimana pada keadaan ini terjadi fusi komisura secara total, sehingga tidak
ada darah yang mengalir ke dalam paru-paru. Ventrikel kanan juga dapat
mengalami hipoplasia.
Stenosis Pulmonal
Bentuk kelainan jantung bawaan yang kompleks disebut sebagagai
tetralogi fallot. Kelainan ini terdiri dari gabungan VSD, stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Tetralogi Fallot (TOF)
Kelainan jantung berupa kegagalan pertumbuhan katup trikuspidalis
disebut sebagai atresia trikuspidalis. Kelianan ini sering disertai dengan
stenosis pulmonal dan transposisi pembuluh arteri yang besar. Pada
kelaianan ini terjadi percampuran total darah yang miskin oksigen dengan
yang kaya oksigen di sisi kiri jantung.
Atresia Trikuspidalis
B. Etiologi
Penyebab
penyakit
jantung
bawaan
berkaitan
dengan
kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu saat
jantung dan pembuluh darah besar dibentuk.
Penyebab utama terjadinya penyakit jantung bawaanl belum dapat
diketahui
secara
pasti,
tetapi
ada
beberapa
faktor
yang
diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
1. Faktor prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox selama
kehamilan.
b. Ibu mengkonsumsi alkohol
c. Usia ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dexxtroamphetamine, aminopterin,
amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X)
g. Gizi ibu yang buruk
h. Kecanduan Obat-obatan
C. Klasifikasi
Kelainan jantung bawaan diklasifikasikan atas dasar kelainan fungsi
sirkulasi yang terjadi, yaitu:
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik atau disebut juga penyakit jantung
bawaan tidak biru, merupakan kelompok PJB terbanyak ditemukan, yakni
sekitar 75% dari semua PJB, Sisanya merupakan kelompok PJB biru. PJB
non sianotik dapat dikatagorikan menjadi dua bagian yaitu;
a. Dengan vaskularisasi paru normal: Terdiri dari stenosis aorta, stenosis
pulmonal, koarktasio aorta, kardiomiopati.
b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: Terdiri defek septum atrium, defek
atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten,
anomaly drainase vena pulmonalis parsial.
2. Penyakit jantung bawaan sianotik atau disebut juga Penyakit Jantung
Bawaan biru ditandai dengan warna kebiruan tampak pada bibir, ujung
jari dan kuku. Warna kebiruan ini sebagai akibat aliran darah didalam
tubuh didominasi oleh sel darah merah yang kandungan oksigennya
rendah, akibat pencampuran darah bersih dan darah kotor pada jantung.
a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa
stenosis pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis pulmonal,
trunkus arteriosus persisten, ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal,
anomaly total drainase vena pulmonalis.
b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada
neonatus, tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly
Ebstein. (Sastroasmoro & Maldiyono, 1996)
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari kelainan jantung bawaan berdasarkan defek atau cacat
yang dialaminya.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kelainan jantung bawaan berdasarkan defek atau
cacat yang dialaminya.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG), menunjukkan gambaran normal sampai ada
a.
kalainan
Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada
penderita dengan defek sedang.
b. Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri
maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel
2.
kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri,
venrikel kiri, kadang-kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang
prominen serta peningkatan vaskularisasi paru berkorelasi langsung
3.
a.
dengan besarnya pirau.
Kateterisasi Jantung
Terdapat peningkatan
saturasi
oksigen
di
ventrikel
kanan
serta
peningkatan tekanan di atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis
pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda
menentukan raslo tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt
kemudian dipakal sebagal pedoman indikasi dan kontraindikasi penutupan
defek.
c.
jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan
pembenian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
d. Angiogram pada ventnikel kin untuk melihat jumlah dan lokasi dan defek,
sedangkan aortografi untuk menentukan adanya kemungkinan regurgitasi
oleh karena prolaps katub aorta.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan terdiri dari penatalaksanaan
terapeutik dan tindakan bedah, dan dispesifikan sesuai dengan bagian
jantung yang mengalami kelainan.
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
a. Atrial septal defect (ASD)
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d. Paten duktus arteriosus (PDA)
e. Koartasio aorta (COA)
f. Stenosis aorta (AS)
2. Penyakit jantung bawaan sianotik
a. Stenosis pulmonal (SP)
b. Tetralogi fallot (TOF)
c. Atresia trikuspidalis
d. Transposisi pembuluh arteri besar
e. Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f. Trunkus arteriosus (TA)