Fusi Sel Biologi Sel Ilmu dan Teknol
BIOLOGI SEL
FUSI SEL
Disusun Oleh:
Kelompok III
Nur Endah A
(H0914069)
Rahmat Pambudi
(H0914074)
Reyhan Farha
(H0914075)
Rifqi Yusuf
(H0914078)
Rizkina Lestari U.P
(H0914081)
Suaidah
(H0914086)
Yosephine Dian H
(H0914093)
Yuli Rahmawati
(H0914096)
Dosen Pengampu : Esti Widowati, S.Si., M.P.
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
1. Apa perbedaan antara DNA rekombinan dan fusi protoplasma ?
DNA REKOMBINAN
Melibatkan bakteri atau virus sebagai
vektor (perantara). Menciptakan sifat
yang berbeda dari 2 DNA sense yang
diambil yakni dapat mengambil hanya
sifat yang baik. Teknik untuk
menggabungkan molekul DNA secara
in vitro sehingga diperoleh molekul
DNA rekombinan sesuai yang
diharapkan.
Melalui 3 tahap (pengisolasian DNA,
pemotongan dan penyambungan atau
transplantasi DNA, serta pemasukan
DNA ke dalam sel hidup). DNA dari
suatu organisme dapat diisolasi
dengan memotongnya menjadi
segmen-segmen kecil.
Pemotongan menggunakan enzim
endonuklease restriksi. Gen atau DNA
yang telah diisolasi kemudian
dicangkokkan ke dalam plasmid.
Proses ini dikenal dengan transplantasi
gen. Transplantasi dilakukan dengan
cara mencangkokkan (menyambung)
gen yang telah diisolasi ke dalam
DNA plasmid vektor. Penyambungan
gen tersebut menggunakan enzim
ligase yang mampu
menyambung ujung-ujung nukleotida
dan berperan sebagai lem biologi.
Setelah penyambungan ini maka
vektor mengandung DNA asli dan
DNA sisipan (asing). Dengan
demikian, diperoleh organisme dengan
rantai DNA gabungan atau kombinasi
baru sehingga rantai DNA ini disebut
DNA rekombinan.
DNA rekombinan merupakan teknik
yang paling banyak digunakan untuk
menghasilkan organisme transgenik
(melalui transplantasi gen).
FUSI PROTOPLASMA
Dua sel dari jaringan yang sama atau dua
sel dari organisme yang berbeda dalam
suatu medan listrik. Tidak dapat memilih
sifat yang diinginkan secara spesifik, semua
sifat yakni buruk maupun baik tidak dapat
dipisahkan (semua gen terlibat dalam
rekombinasi).
Tahap diawali dengan menyiapkan
protoplasma (sel-sel yang masih muda
karena mempunyai dinding sel tipis serta
yang banyak dan utuh). Tahap selanjutnya
adalah mengisolasi protoplasma sel
yang telah dipersiapkan. Protoplasma
diisolasi dengan cara menghilangkan
dinding selnya. Dinding sel ini
dihancurkan terlebih dahulu dengan
menggunakan enzim kemudian
dilakukan penyaringan dan sentrifugasi
berkali-kali. Protoplasma yang didapat
kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas
hidupnya) dengan cara melihat aktivitas
organel, misalnya melihat
aktivitas fotosintesisnya. Fusi protoplasma
dilakukan dalam suatu medan listrik.
Setelah sel-sel tadi mengalami fusi, tahap
selanjutnya adalah menyeleksi protoplasma
yang dihasilkan.
Fusi protoplasma pada sel hewan dan
manusia sangat berguna terutama untuk
menghasilkan hibridoma.
Hibridoma merupakan hasil fusi yang
terjadi antara sel pembentuk antibodi dan
sel myeloma.
Menurut : Sembiring, L dan Sudjino (2009)
2. Apa saja aplikasi dari fusi sel ?
Jawaban :
a. Dalam budidaya tanaman jahe, salah satu kendalanya adalah kepekaan
tanaman terhadap penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh serangan
bakteri Ralstonia solanacearum, yang dapat menimbulkan kerugian hasil
lebih dari 90 %. Upaya yang paling efisien dalam mengatasi penyakit ini
adalah dengan penggunaan varietas resisten. Sementara itu, perakitan
varietas resisten secara konvensional melalui cara persilangan seksual
terkendala oleh rendahnya fertilitas polen (kesuburan tepungsari) dan
adanya inkompatibilitas sendiri (self incompatibility). Oleh karena itu perlu
diaplikasikan metode inkonvensional misalnya dengan cara mutasi induksi,
seleksi in vitro, produksi tanaman haploid, penerapan metode transformasi
genetik atau fusi protoplas sehingga diperoleh variasi genetik baru sebagai
bahan seleksi (Masnenah, 2013).
b. Dunaliella salina dan Chlorella vulgaris merupakan mikroalga pakan alami
dengan kandungan karotenoid tinggi yang dapat ditingkatkan
kandungannya menggunakan teknik fusi protoplas. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh penambahan pakan kaya karotenoid dari
rekombinan hasil fusi protoplas D. salina dan C. vulgaris terhadap tingkat
kelulushidupan dan bobot post larva udang. Campuran pakan hasil fusi dan
pakan buatan dibutuhkan post larva udang untuk pertumbuhan,
pigmentasidan pergantian kulit. Hasil menunjukkan bahwa rekombinan
hasil fusi protoplas intergenera D. salina dan C. vulgaris mengandung
pigmen karotenoid lebih tinggi yaitu mencapai 124,6 g/g bks dari kedua
induknya, yaitu D. salina mencapai 101,83 g/g bks, sedangkan C. vulgaris
97,18 ?g/g bks. Pembuatan pakan dilakukan dengan pencampuran pelet dan
sel rekombinan sebanyak 80-100x103 sel per 0,0225 g pakan. Aplikasi
pakan dilakukan pada Penaeus monodon F. (udang windu) stadia PL-20
selama satu bulan. Hasil pengukuran menunjukkan pertambahan berat
post larva udang tertinggi dicapai pada pemberian pakan buatan ditambah
rekombinan hasil fusi protoplas intergenera D. salina dan C. vulgaris dan
mampu meningkatkan tingkat kelulushidupan post larva udang mencapai
88%. Penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan pakan hasil fusi
protoplas telah meningkatkan berat badan udang dan kelulushidupannya
dibandingkan pakan buatan dan pakan alami saja baik pada skala
labotatorium maupun aplikasinya pada petambak. Hasil penelitian juga
memperlihatkan bahwa semua jenis pakan hasil fusi protoplas lebih unggul
dibanding pakan biasa, baik gabungan antar induk yang sama maupun antar
induk yang berbeda, bila diaplikasikan pada larva udang. Capaian yang
diperoleh setelah dilakukan analisis produksi dan analisis untung rugi
terbukti menguntungkan secara ekonomi (Masnenah, 2013).
c. Untuk mendapatkan sifat ketahanan, telah dilakukan fusi antara kentang
dengan genus lain dalam Solanaceae untuk mendapatkan ketahanan
terhadap penyakit hawar daun, layu bakteri dan ketahanan terhadap
kekeringan dilakukan fusi antara kentang (Solanum tuberosum) dengan
species liar Lycopersicon pimpinellifolium; S. khasianum dengan S.
aculestissim; S. khasianum dengan S. laciniatum); S. melongena dengan S.
Aethopicum; S. khasianum dengan S.mammosum; serta S.tuberosum BF15
dengan S.stenotomum (Masnenah, 2013).
3. Prosedur yang tepat pada isolasi fusi sel?
Jawaban:
Prosedur Fusi Protoplas
Contoh Fusi Protoplas antara Solanum melongena (terung) dan
Solanum torvum (takokak) (Husni et al., 2004) sebagai berikut:
1). Persiapan eksplan (Sumber Protoplas)
Eksplan yang digunakan adalah S. melongena dan S. torvum. Benih
dari kedua species tersebut disterilkan dalam alkohol 70%, kemudian dalam
0,05% HgCl2, dan 30% clorox masing masing selama 3 menit. Setelah itu
benih dicuci dengan aquades. Benih yang telah disterilisasi dikecambahkan
dalam media MS + 20g/l sukrosa dan 7g/l agar. Media tersebut
disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 20 menit. Setelah
berkecambah, benih disubkultur pada media baru dan diinkubasi pada
suhu 25-27oC, dengan penyinaran 1000 lux selama 12 jam setiap hari.
Satu bulan setelah pengkulturan daunnya digunakan sebagai sumber
protoplas (Husni et al., 2004).
2). Persiapan Larutan Enzim
Enzim yang digunakan adalah enzim Sellulase Onozuka RS 0,5%
(ml/l); 0,5% (M/v) macerozyme R-10 (Yakult honssa Co.); 0,05% (M/v)
MES dan 9,1% (M/v) manitol. Senyawa tersebut dilarutkan dalam CPW dan
pH diatur 5,5 – 5,6, dan disterilisasi dengan filter ukuran 0,22 µm. Larutan
tersebut kemudian dimasukkan kedalam cawan petri berdiameter 5 cm, masing
masing 5-6 ml setiap cawan (Husni et al., 2004).
3). Isolasi Protoplas
Permukaan bagian bawah daun S. melongena dan S. torvum digores
dengan pisau secara merata dengan jarak antar irisan 2-3 cm. Daun yang telah
diiris ditempatkan dalam cawan petri yang berisi larutan enzim, kemudian
diinkubasi dalam kamar gelap pada suhu 27oC selama 16 jam. Untuk
membantu melepaskan protoplas, cawan petri digoyang selama 30 detik
sehingga diperoleh larutan protoplas. Larutan protoplas S. melongena dan
S. torvum disaring dengan metalic sieve berukuran 100 µm, kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 1800 rpm selama 5 menit sampai
dihasilkan pelet.
Kemudian larutan enzim dipisahkan dan protoplas dilarutkan dalam
21% sukrosa dan disentrifugasi kembali selama 10 menit. Protoplas murni
diambil menggunakan pipet dan disentrifugasi kembali. Kemudian protoplas
dilarutkan dalam 0,5 M manitol + 0,5 mM CaCl2 dan disentrifugasi selama
5 menit sampai terbentuk pelet protoplas. Akhirnya protoplas dicuci dan
densitas nya diukur (Husni et al., 2004).
4. Apa akibat dari DNA rekombinan mempengaruhi karakter yang dikendalikan
oleh gen? Apa disebut karakter dari soal tersebut?
Jawaban:
Akibat DNA rekombinan mempengaruhi karakter yang dikendalikan oleh
gen adalah memungkinkannya terjadinya integrasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel
inang, serta diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu
lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional
(Rifa’i, 2010).
Karakter adalah sifat makhluk hidup yang dihasilkan dengan mengubah
materi genetik yang ada didalam selnya (DNA) untuk menghasilkan makhluk
hidup dengan sifat yang diinginkan. Cara memilih jenis makhluk hidup yang
unggul adalah dengan breeding atau mengawinkan beberapa spesies
unggul untuk didapatkan keturunan yang unggul pula dan memiliki sifat dari
kedua induknya (Rifa’i, 2010).
5. Apa yang dimaksud dengan pemupukan gen?
Jawaban:
Pemupukan gen bukan berarti pertemuan antara sel ovum dan sperma.
Pemupukan gen berarti bertemunya sifat 1 sel dengan 1 sel yang berbeda
sehingga melebur menjadi satu sel baru yang memiliki sifat kedua sel tersebut.
6. Apa yang dimaksud dengan heterokarion binukleat?
Jawaban:
Heterokarion adalah sebuah sel atau kumpulan sel (seperti dalam miselium a)
memiliki inti genetik yang berbeda (terlepas dari jumlah mereka) dalam
sitoplasma umum. Sedangkan binukleat adalah dua inti sel. Jadi, heterokarion
binukleat adalah kumpulan dua atau lebih inti sel protoplasma yang memiliki
inti genetik berbeda (Anonim, 2013).
7. Bagaimana mekanisme aglutinasi dalam fusi sel akibat polietilen glikol?
Jawaban:
Berdasarkan Henuhili (2001), induksi fusi protoplas 2 jenis tanaman tembakau
secara kimiawi/elektrik pada larutan dengan konsentrasi ion Ca++ (50 mm/liter
CaCl2.2H2O) & pH 10,1. Polietilen Glikol (PEG) dengan konsentrasi 25% 30% dan BM 1000 – 6000 menyebabkan aglutinasi (penggumpalan),
tergantung suhu medium, BM PEG, konsentrasi dan lama perlakuan PEG.
8. Apa hubungan sel kanker dan fusi sel?
Jawaban:
Hubungan sel kanker dengan fusi sel terdapat pada teknik hibridoma.
Contohnya untuk menghasilkan atibodi monoklonal dengan cara penggabungan
antara sel kanker dengan sel leukosit agar terpacu untuk membentuk antibodi
khusus melawan sel kanker tersebut (Hermanto, 2013). Hibridoma merupakan
hasil fusi yang terjadi antara sel pembentuk antibodi dan sel mieloma. Sel
pembentuk antibodi ini adalah sel limfosit B, sedangkan sel mieloma sendiri
merupakan sel kanker. Sel hibridoma yang dihasilkan dapat membelah secara
tidak terbatas seperti sel kanker, tetapi juga menghasilkan antibodi seperti selsel limfosit B. Hibridoma yang dihasilkan diseleksi karena setiap sel
menghasilkan antibodi yang sifatnya khas. Satu antibodi yang dihasilkan
spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid ini kemudian diperbanyak
(dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari satu klon maka antibodi ini
disebut antibodi monoklonal (Laksana, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian. Diakses tanggal 30
Oktober 2014.
Henuhili, Victoria. 2001. Bioteknologi. Jurnal Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hermanto, Bambang. 2013. Big Bank Soal-Bahas Biologi SMA/MA. Wahyu
Media.
Husni, A., I. Mariska, dan Hobir. 2004. Fusi Protoplas dan Regenerasi Hasil Fusi
Antara Solanum melongena dan Solanum Torvum. Jurnal Bioteknologi
Pertanian 9 (1): 1-7.
Laksana, Bagus Surya. 2012. Bioteknologi. Diakses tanggal 15 November 2014
pada www.unair.ac.id.
Masnenah, Endeh. 2013. Perbaikan Sifat Genotipe Tanaman Melalui Fusi
Protoplasma. Jurnal Universitas Bandung Raya Vol. 1 No. 1 Januari
2013. ISSN : 1234 – 5670.
Rifa’i, Muhaimin. 2010. Buku Ajar Genetika MAB4261 Genetika Rekombinasi
dan Populasi untuk Mahasiswa Biologi. Malang: Galaxy Science.
Sembiring, L dan Sudjino. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
FUSI SEL
Disusun Oleh:
Kelompok III
Nur Endah A
(H0914069)
Rahmat Pambudi
(H0914074)
Reyhan Farha
(H0914075)
Rifqi Yusuf
(H0914078)
Rizkina Lestari U.P
(H0914081)
Suaidah
(H0914086)
Yosephine Dian H
(H0914093)
Yuli Rahmawati
(H0914096)
Dosen Pengampu : Esti Widowati, S.Si., M.P.
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
1. Apa perbedaan antara DNA rekombinan dan fusi protoplasma ?
DNA REKOMBINAN
Melibatkan bakteri atau virus sebagai
vektor (perantara). Menciptakan sifat
yang berbeda dari 2 DNA sense yang
diambil yakni dapat mengambil hanya
sifat yang baik. Teknik untuk
menggabungkan molekul DNA secara
in vitro sehingga diperoleh molekul
DNA rekombinan sesuai yang
diharapkan.
Melalui 3 tahap (pengisolasian DNA,
pemotongan dan penyambungan atau
transplantasi DNA, serta pemasukan
DNA ke dalam sel hidup). DNA dari
suatu organisme dapat diisolasi
dengan memotongnya menjadi
segmen-segmen kecil.
Pemotongan menggunakan enzim
endonuklease restriksi. Gen atau DNA
yang telah diisolasi kemudian
dicangkokkan ke dalam plasmid.
Proses ini dikenal dengan transplantasi
gen. Transplantasi dilakukan dengan
cara mencangkokkan (menyambung)
gen yang telah diisolasi ke dalam
DNA plasmid vektor. Penyambungan
gen tersebut menggunakan enzim
ligase yang mampu
menyambung ujung-ujung nukleotida
dan berperan sebagai lem biologi.
Setelah penyambungan ini maka
vektor mengandung DNA asli dan
DNA sisipan (asing). Dengan
demikian, diperoleh organisme dengan
rantai DNA gabungan atau kombinasi
baru sehingga rantai DNA ini disebut
DNA rekombinan.
DNA rekombinan merupakan teknik
yang paling banyak digunakan untuk
menghasilkan organisme transgenik
(melalui transplantasi gen).
FUSI PROTOPLASMA
Dua sel dari jaringan yang sama atau dua
sel dari organisme yang berbeda dalam
suatu medan listrik. Tidak dapat memilih
sifat yang diinginkan secara spesifik, semua
sifat yakni buruk maupun baik tidak dapat
dipisahkan (semua gen terlibat dalam
rekombinasi).
Tahap diawali dengan menyiapkan
protoplasma (sel-sel yang masih muda
karena mempunyai dinding sel tipis serta
yang banyak dan utuh). Tahap selanjutnya
adalah mengisolasi protoplasma sel
yang telah dipersiapkan. Protoplasma
diisolasi dengan cara menghilangkan
dinding selnya. Dinding sel ini
dihancurkan terlebih dahulu dengan
menggunakan enzim kemudian
dilakukan penyaringan dan sentrifugasi
berkali-kali. Protoplasma yang didapat
kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas
hidupnya) dengan cara melihat aktivitas
organel, misalnya melihat
aktivitas fotosintesisnya. Fusi protoplasma
dilakukan dalam suatu medan listrik.
Setelah sel-sel tadi mengalami fusi, tahap
selanjutnya adalah menyeleksi protoplasma
yang dihasilkan.
Fusi protoplasma pada sel hewan dan
manusia sangat berguna terutama untuk
menghasilkan hibridoma.
Hibridoma merupakan hasil fusi yang
terjadi antara sel pembentuk antibodi dan
sel myeloma.
Menurut : Sembiring, L dan Sudjino (2009)
2. Apa saja aplikasi dari fusi sel ?
Jawaban :
a. Dalam budidaya tanaman jahe, salah satu kendalanya adalah kepekaan
tanaman terhadap penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh serangan
bakteri Ralstonia solanacearum, yang dapat menimbulkan kerugian hasil
lebih dari 90 %. Upaya yang paling efisien dalam mengatasi penyakit ini
adalah dengan penggunaan varietas resisten. Sementara itu, perakitan
varietas resisten secara konvensional melalui cara persilangan seksual
terkendala oleh rendahnya fertilitas polen (kesuburan tepungsari) dan
adanya inkompatibilitas sendiri (self incompatibility). Oleh karena itu perlu
diaplikasikan metode inkonvensional misalnya dengan cara mutasi induksi,
seleksi in vitro, produksi tanaman haploid, penerapan metode transformasi
genetik atau fusi protoplas sehingga diperoleh variasi genetik baru sebagai
bahan seleksi (Masnenah, 2013).
b. Dunaliella salina dan Chlorella vulgaris merupakan mikroalga pakan alami
dengan kandungan karotenoid tinggi yang dapat ditingkatkan
kandungannya menggunakan teknik fusi protoplas. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh penambahan pakan kaya karotenoid dari
rekombinan hasil fusi protoplas D. salina dan C. vulgaris terhadap tingkat
kelulushidupan dan bobot post larva udang. Campuran pakan hasil fusi dan
pakan buatan dibutuhkan post larva udang untuk pertumbuhan,
pigmentasidan pergantian kulit. Hasil menunjukkan bahwa rekombinan
hasil fusi protoplas intergenera D. salina dan C. vulgaris mengandung
pigmen karotenoid lebih tinggi yaitu mencapai 124,6 g/g bks dari kedua
induknya, yaitu D. salina mencapai 101,83 g/g bks, sedangkan C. vulgaris
97,18 ?g/g bks. Pembuatan pakan dilakukan dengan pencampuran pelet dan
sel rekombinan sebanyak 80-100x103 sel per 0,0225 g pakan. Aplikasi
pakan dilakukan pada Penaeus monodon F. (udang windu) stadia PL-20
selama satu bulan. Hasil pengukuran menunjukkan pertambahan berat
post larva udang tertinggi dicapai pada pemberian pakan buatan ditambah
rekombinan hasil fusi protoplas intergenera D. salina dan C. vulgaris dan
mampu meningkatkan tingkat kelulushidupan post larva udang mencapai
88%. Penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan pakan hasil fusi
protoplas telah meningkatkan berat badan udang dan kelulushidupannya
dibandingkan pakan buatan dan pakan alami saja baik pada skala
labotatorium maupun aplikasinya pada petambak. Hasil penelitian juga
memperlihatkan bahwa semua jenis pakan hasil fusi protoplas lebih unggul
dibanding pakan biasa, baik gabungan antar induk yang sama maupun antar
induk yang berbeda, bila diaplikasikan pada larva udang. Capaian yang
diperoleh setelah dilakukan analisis produksi dan analisis untung rugi
terbukti menguntungkan secara ekonomi (Masnenah, 2013).
c. Untuk mendapatkan sifat ketahanan, telah dilakukan fusi antara kentang
dengan genus lain dalam Solanaceae untuk mendapatkan ketahanan
terhadap penyakit hawar daun, layu bakteri dan ketahanan terhadap
kekeringan dilakukan fusi antara kentang (Solanum tuberosum) dengan
species liar Lycopersicon pimpinellifolium; S. khasianum dengan S.
aculestissim; S. khasianum dengan S. laciniatum); S. melongena dengan S.
Aethopicum; S. khasianum dengan S.mammosum; serta S.tuberosum BF15
dengan S.stenotomum (Masnenah, 2013).
3. Prosedur yang tepat pada isolasi fusi sel?
Jawaban:
Prosedur Fusi Protoplas
Contoh Fusi Protoplas antara Solanum melongena (terung) dan
Solanum torvum (takokak) (Husni et al., 2004) sebagai berikut:
1). Persiapan eksplan (Sumber Protoplas)
Eksplan yang digunakan adalah S. melongena dan S. torvum. Benih
dari kedua species tersebut disterilkan dalam alkohol 70%, kemudian dalam
0,05% HgCl2, dan 30% clorox masing masing selama 3 menit. Setelah itu
benih dicuci dengan aquades. Benih yang telah disterilisasi dikecambahkan
dalam media MS + 20g/l sukrosa dan 7g/l agar. Media tersebut
disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 20 menit. Setelah
berkecambah, benih disubkultur pada media baru dan diinkubasi pada
suhu 25-27oC, dengan penyinaran 1000 lux selama 12 jam setiap hari.
Satu bulan setelah pengkulturan daunnya digunakan sebagai sumber
protoplas (Husni et al., 2004).
2). Persiapan Larutan Enzim
Enzim yang digunakan adalah enzim Sellulase Onozuka RS 0,5%
(ml/l); 0,5% (M/v) macerozyme R-10 (Yakult honssa Co.); 0,05% (M/v)
MES dan 9,1% (M/v) manitol. Senyawa tersebut dilarutkan dalam CPW dan
pH diatur 5,5 – 5,6, dan disterilisasi dengan filter ukuran 0,22 µm. Larutan
tersebut kemudian dimasukkan kedalam cawan petri berdiameter 5 cm, masing
masing 5-6 ml setiap cawan (Husni et al., 2004).
3). Isolasi Protoplas
Permukaan bagian bawah daun S. melongena dan S. torvum digores
dengan pisau secara merata dengan jarak antar irisan 2-3 cm. Daun yang telah
diiris ditempatkan dalam cawan petri yang berisi larutan enzim, kemudian
diinkubasi dalam kamar gelap pada suhu 27oC selama 16 jam. Untuk
membantu melepaskan protoplas, cawan petri digoyang selama 30 detik
sehingga diperoleh larutan protoplas. Larutan protoplas S. melongena dan
S. torvum disaring dengan metalic sieve berukuran 100 µm, kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 1800 rpm selama 5 menit sampai
dihasilkan pelet.
Kemudian larutan enzim dipisahkan dan protoplas dilarutkan dalam
21% sukrosa dan disentrifugasi kembali selama 10 menit. Protoplas murni
diambil menggunakan pipet dan disentrifugasi kembali. Kemudian protoplas
dilarutkan dalam 0,5 M manitol + 0,5 mM CaCl2 dan disentrifugasi selama
5 menit sampai terbentuk pelet protoplas. Akhirnya protoplas dicuci dan
densitas nya diukur (Husni et al., 2004).
4. Apa akibat dari DNA rekombinan mempengaruhi karakter yang dikendalikan
oleh gen? Apa disebut karakter dari soal tersebut?
Jawaban:
Akibat DNA rekombinan mempengaruhi karakter yang dikendalikan oleh
gen adalah memungkinkannya terjadinya integrasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel
inang, serta diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu
lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional
(Rifa’i, 2010).
Karakter adalah sifat makhluk hidup yang dihasilkan dengan mengubah
materi genetik yang ada didalam selnya (DNA) untuk menghasilkan makhluk
hidup dengan sifat yang diinginkan. Cara memilih jenis makhluk hidup yang
unggul adalah dengan breeding atau mengawinkan beberapa spesies
unggul untuk didapatkan keturunan yang unggul pula dan memiliki sifat dari
kedua induknya (Rifa’i, 2010).
5. Apa yang dimaksud dengan pemupukan gen?
Jawaban:
Pemupukan gen bukan berarti pertemuan antara sel ovum dan sperma.
Pemupukan gen berarti bertemunya sifat 1 sel dengan 1 sel yang berbeda
sehingga melebur menjadi satu sel baru yang memiliki sifat kedua sel tersebut.
6. Apa yang dimaksud dengan heterokarion binukleat?
Jawaban:
Heterokarion adalah sebuah sel atau kumpulan sel (seperti dalam miselium a)
memiliki inti genetik yang berbeda (terlepas dari jumlah mereka) dalam
sitoplasma umum. Sedangkan binukleat adalah dua inti sel. Jadi, heterokarion
binukleat adalah kumpulan dua atau lebih inti sel protoplasma yang memiliki
inti genetik berbeda (Anonim, 2013).
7. Bagaimana mekanisme aglutinasi dalam fusi sel akibat polietilen glikol?
Jawaban:
Berdasarkan Henuhili (2001), induksi fusi protoplas 2 jenis tanaman tembakau
secara kimiawi/elektrik pada larutan dengan konsentrasi ion Ca++ (50 mm/liter
CaCl2.2H2O) & pH 10,1. Polietilen Glikol (PEG) dengan konsentrasi 25% 30% dan BM 1000 – 6000 menyebabkan aglutinasi (penggumpalan),
tergantung suhu medium, BM PEG, konsentrasi dan lama perlakuan PEG.
8. Apa hubungan sel kanker dan fusi sel?
Jawaban:
Hubungan sel kanker dengan fusi sel terdapat pada teknik hibridoma.
Contohnya untuk menghasilkan atibodi monoklonal dengan cara penggabungan
antara sel kanker dengan sel leukosit agar terpacu untuk membentuk antibodi
khusus melawan sel kanker tersebut (Hermanto, 2013). Hibridoma merupakan
hasil fusi yang terjadi antara sel pembentuk antibodi dan sel mieloma. Sel
pembentuk antibodi ini adalah sel limfosit B, sedangkan sel mieloma sendiri
merupakan sel kanker. Sel hibridoma yang dihasilkan dapat membelah secara
tidak terbatas seperti sel kanker, tetapi juga menghasilkan antibodi seperti selsel limfosit B. Hibridoma yang dihasilkan diseleksi karena setiap sel
menghasilkan antibodi yang sifatnya khas. Satu antibodi yang dihasilkan
spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid ini kemudian diperbanyak
(dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari satu klon maka antibodi ini
disebut antibodi monoklonal (Laksana, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian. Diakses tanggal 30
Oktober 2014.
Henuhili, Victoria. 2001. Bioteknologi. Jurnal Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hermanto, Bambang. 2013. Big Bank Soal-Bahas Biologi SMA/MA. Wahyu
Media.
Husni, A., I. Mariska, dan Hobir. 2004. Fusi Protoplas dan Regenerasi Hasil Fusi
Antara Solanum melongena dan Solanum Torvum. Jurnal Bioteknologi
Pertanian 9 (1): 1-7.
Laksana, Bagus Surya. 2012. Bioteknologi. Diakses tanggal 15 November 2014
pada www.unair.ac.id.
Masnenah, Endeh. 2013. Perbaikan Sifat Genotipe Tanaman Melalui Fusi
Protoplasma. Jurnal Universitas Bandung Raya Vol. 1 No. 1 Januari
2013. ISSN : 1234 – 5670.
Rifa’i, Muhaimin. 2010. Buku Ajar Genetika MAB4261 Genetika Rekombinasi
dan Populasi untuk Mahasiswa Biologi. Malang: Galaxy Science.
Sembiring, L dan Sudjino. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.