Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indones
Pertu buha Perba ka Syari’ah di I do esia
(Tinjauan Terhadap Kinerja Keuangan dan Manajemen Ba k Syari’ah)
Oleh:
Ali Muhayatsyah 1
A. Pendahuluan
Perkembangan perbankan s ari’ah di Indonesia telah memasuki babak baru. Pertumbuhan
industri perbankan s ari’ah telah bertransformasi dari hanya sekedar memperkenalkan
alternatif praktik perbankan s ari’ah menjadi bagaimana bank s ari’ah menempatkan
posisinya sebagai pemain utama dalam peraturan ekonomi di tanah air. Bank s ari’ah
memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam
pilihan transaksi mereka. Hal ini ditunjukan dengan akselerasi pertumbuhan dan
perkembangan bank s ari’ah di Indonesia.
Faktor-faktor pendukung industri perbankan s ari’ah mencakup pertumbuhan secara
un-organic akibat penambahan pemain baru dalam industri, baik bank umum, unit usaha
s ari’ah (UUS) maupun BPRS. Pertumbuhan secara un-organic tersebut juga didukung
dengan pertumbuhan organic melalui pertumbuhan volume usaha yang di dukung oleh
peningkata ju lah jari ga ka tor a k s ari’ah. 2 Secara kelembagaan, jaringan perbankan
s ari’ah
e i gkat
e jadi
BU“
erta
ah
BU“ setelah lahir a UU , de ga total
jaringan kantor mencapai 1.688 kantor dan 1.277 office chanelling. Aset Total aset per
Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48,10%
yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.3
Berdasarka suatu pe elitia
pada se uah
a k s ari’ah terhadap sekitar .
nasabah di seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih dari 70 % nasabah memilih bank
s ari’ah dala
agama. Alasan lai
1
elakuka
tra saksi per a ka
a a g
e e a ka
de ga
asa ah
alasa
utama sesuai keyakinan
e ilih a k s ari’ah adalah kare a
Peneliti Keuangan Syariah
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu uha Ba k “ ari’ah da Ta ta ga a di Masa a g Aka Data g,
http://yullitrisnawati.blogspot.com/2011/04/prospek-pertumbuhan-bank-s ari’ah-dan.html, akses 20 Januari
2012.
2
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
2012), hlm. 1.
3
(Jakarta: Direktorat Per a ka “ ari’ah,
1
pela a a
a k s ari’ah a g epat dan memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor
bank strategis sebesar 30%, di samping alasan-alasan rasional lainnya.4
Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim merupakan peluang untuk merebut
market
per a ka
I do esia
kare a
mengaplikasikan nilai- ilai s ari’ah. Dala
per a ka
pe elitia
s ari’ah
dalam
operasionalnya
te ta g perilaku
asa ah Karim
Business Consulting menjelaskan bahwa segmen pasar di dunia perbankan Indonesia dapat
dibagi dalam tiga kelompok: 1). Loyalitas Syari’ah yang mempunyai potensi pasar 10 triliun.
2). Floating Mass yang mempunyai potensi pasar terbesar yaitu 700 triliun dari total size
perbankan yaitu 900 triliun. 3). Konventional Loyalis yang mempunyai potensi pasar sebesar
240 triliun. 5
Oleh karena itu, faktor-faktor emosional yang dihubungkan dengan religi masih dapat
digunakan sebagai alat persuasi terutama di daerah yang masih kental keislamannya. Dalam
hal ini, pendekatan-pendekatan penokohan akan sangat positif mengingat budaya Indonesia
yang paternalistik. Disamping itu, office chanelling dan diversifikasi produk dan juga
erupaka
iri khas terse diri pada per a ka
s ari’ah di a di gka
per a ka
konvensional.
Me perhatika
hal
di
atas,
se e ar a
prospek
eko o i
s ari’ah
cukup menjanjikan di masa depan. Hal ini, disebabkan adanya kesadaran sebagian
masyarakat, terutama yang berpendidikan tinggi untuk menjalankan kehidupan sosial
ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Kondisi tersebut harus diantisipasi dengan
kesiapan sarana dan prasarana guna mendukung berkembangnya perekonomian secara
optimal di masa depan. Sarana dan prasarana tersebut, tidak hanya bersifat material, tetapi
juga non material, serta sistem pendidikan yang mengakomodasikan kebutuhan tersebut,
sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam membangun dan
e ge
a gka eko o i s ari’ah di
asa depa .
Ba k s ari’ah tidak isa ha a
e gharapka terlalu esar terhadap ke eradaa
mayoritas muslim dari masyarakat Indonesia, yang merupakan bidikan sebagai nasabah atas
sentimen agama, atau dikategorikan sebagai nasabah emosional. Masyarakat muslim pada
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu
Data g, ........................, akses Ja uari
4
uha
.
Ba k “ ari’ah da
Ta ta ga
a di Masa
ang Akan
Moha ad Ha iz, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha Pemasaran
Ba k “ ari’ah di I do esia, Jurnal MUAMALAH SEF UGM, Vol.4 (Januari 2007).
5
2
umumnya, dapat juga bersikap rasional atas keberadaan bank- a k s ari’ah. Tidak serta
erta
ereka eralih ke a k s ari’ah ha a persoala aga a. Jika a k s ari’ah tidak
mampu memberikan kenyamanan dan keamanan dari penyimpanan hartanya, atau tidak
mampu memberikan kepuasan kepada mereka dari sisi pelayanannya, maka tidak mustahil
a k s ari’ah aka diti ggalka
asa ah a. Fe o e a perke
a ga
a k s ari’ah i i
harus diimbangi dengan kualitas dan fasilitas yang memadai. Tidak dapat dipungkiri bahwa
a k
s ari’ah
harus
e ata
dari
sisi
i ter al
a g
a pu
e pe garuhi
perkembangannya, ataupun dari sisi eksternalnya.
B. Pertumbuhan Kinerja Ba k Syari’ah di Indonesia
Volume usaha perbankan s ari’ah dalam kurun waktu satu tahun terakhir, khususnya Bank
Umum “ ari’ah (BUS) dan Unit Usaha “ ari’ah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat
tajam sebesar 48,10% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.
Ditambah dengan aset BPRS sebesar Rp3,35 triliun, total aset perbankan s ari’ah per
Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare perbankan s ari’ah terhadap
perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset tersebut
tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan
pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva. Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat
52,79% dan penyaluran dana masyarakat meningkat sebesar 46,43%.6
Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terkait erat dengan ekspansi perbankan
s ari’ah terutama pasca disahkannya Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
“ ari’ah. Secara kelembagaan, jaringan perbankan s ari’ah meningkat menjadi 11 BUS
(bertambah 6 BUS setelah lahirnya UU), dengan total jaringan kantor mencapai 1.688 kantor
dan 1.277 office chanelling. Selain itu, upaya pengembangan perbankan s ari’ah yang
dilakukan secara sinergis antara Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam
iB campaign baik untuk funding maupun lending berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan aset perbankan s ari’ah. Hal ini juga berkat dukungan Bank Indonesia dalam
bidang perijinan yaitu dengan memberikan service excellence pada percepatan proses
penyelesaian perijinan namun tetap menjaga kualitas analisa sesuai ketentuan yang berlaku.
6
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
,......................, hlm. 1.
3
Dengan demikian, upaya Bank Indonesia dalam mempercepat proses perijinan pendirian
bank, fit and proper test, merger atau akuisisi, pembukaan jaringan kantor serta persetujuan
produk-produk perbankan s ari’ah dapat dirasakan manfaatnya oleh industri perbankan
s ari’ah.7
Penghimpunan dana perbankan s ari’ah mengalami peningkatan yang tinggi selama
satu tahun terakhir dari Rp 66,48 triliun pada Oktober 2010 menjadi Rp 101,57 triliun pada
Oktober 2011 atau meningkat 52,79%. Meskipun mengalami sedikit penurunan di awal
tahun sebagai akibat dari January effect, namun penghimpunan dana dapat dipertahankan
meningkat secara stabil pada triwulan III 2011. Laju pertumbuhan pada triwulan III 2011
yang sebesar 52,79% (yoy) tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun 2010 sebesar 39,16%. Penghimpunan dana masyarakat terbesar adalah
dalam bentuk deposito yaitu Rp 62,02 triliun (61,06%) diikuti oleh Tabungan sebesar
Rp27,81 triliun (27,38%) dan Giro sebesar Rp11,05 triliun (10,88%). 8
Sedangkan dari sisi penyaluran dana, piutang murabahah paling mendominasi
tercatat sebesar Rp52,06 triliun atau 42,42% diikuti oleh pembiayaan musyarakah yang
sebesar Rp17,73 triliun (14,45%) dan piutang qardh sebesar Rp13,02 triliun (10,61%).
Penyaluran dana berupa piutang Qardh mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu
sebesar 295,17% yang didominasi oleh peningkatan qardh (gadai) emas.9
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa produk
pe
ia aa
a g disalurka
oleh
a k s ari’ah
asih ti ggi pe i at a di kala ga
masyarakat, ini terbukti dari tujuh tahun terakhir jumlah angka pembiayaan terus
meningkat. Produk pembiayaan yang sangat diminati adalah murabahah yakni mencapai
sekitar 46,161 miliyar pada Juni 2012, dan yang kedua adalah produk pembiayaan
musyarakah yakni mencapai sekitar 16,295 miliyar pada Juni 2012.
7
Ibid.
8
Ibid., hlm. 2.
9
Ibid., hlm. 3.
4
Tabel. 1
Ko posisi Pe biayaa ya g Diberika Ba k Syari’ah
(Dalam Miliyar Rupiah)
2012
Akad
2005
2006
2007
2008
2009
Mudharabah 3,124 4,062 5,578 6,205 6,597
Musyarakah
1,898 2,335 4,406 7,411 10,412
Murabahah
9,487 12,624 16,553 22,486 26,321
Salam
0
0
0
0
0
Istishna
282
337
351
369
423
Ijarah
316
836
516
765 1,305
Qard
125
250
540
959 1,829
Total
15,232 20,445 27,944 38,195 46,886
“u er: “tatistik Per a ka “ ari’ah Ju
“e ara u u
2010
2011
Juni
8,631 10,229 9,549
14,624 18,960 16,295
37,508 56,365 46,161
0
0
0
347
326
322
2,341
3,839 2,927
4,731 12,937 7,362
68,181 102,655 82,616
i
210
efekti itas fu gsi i ter ediasi per a ka s ari’ah tetap terjaga seiri g
pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relatif tinggi dibandingkan
perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau
kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup
kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional.
1. Pengukuran Kinerja Dengan Analisis Laporan Keuangan
Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat penting diperlukan bagi para investor
baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan karena informasi kinerja
perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor dalam
memilih investasi pada suatu perusahaan. Indikator yang biasa mendapat perhatian
utama dari investor adalah aspek keuangan yaitu laporan keuangan. Bagi pihak-pihak di
luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi
yang memungkinkan investor untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu
masa pelaporan. Maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat
dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal ini dikarenakan kegiatan investasi
merupakan kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian sehingga dengan
adanya informasi yang disajikan akan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi oleh investor. Untuk itu, diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai
dalam laporan keuangan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
10
Bank Indonesia, Statistik Perba ka Syari’ah Ju i
Jakarta: Direktorat Per a ka “ ari’ah,
2),
hlm. 18.
5
memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga
menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.11
Melihat kondisi tersebut pengukuran kinerja perusahaan penting dilakukan baik
oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan
dan
terkait
dengan
distribusi
kesejahteraan
di
antara
mereka
termasuk
perbankan.12Pengukuran kinerja dengan ukuran rasio keuangan yang digunakan sebagai
indikator pengukuran kinerja perusahaan saat ini hanya merupakan pendekatan
akuntansi saja dan penggunaan banyak mengandung kelemahan yaitu pengukuran tidak
mencerminkan keadaan sebenarnya dan laporan dibuat untuk kepentingannya tanpa
memperhatikan stakeholder lain, sehingga laporan keuangan direkayasa untuk
mendapatkan rasio yang baik pada moment tertentu saja. Hal ini menyebabkan
semakin banyak gugatan terhadap laporan keuangan khususnya bila dipakai sebagai
indikator pengukuran kinerja perusahaan.13
Pengukuran tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia biasanya diukur dengan
metode CAMELS. Capital (untuk rasio kecukupan modal bank), Assets (untuk rasiorasio
kualitas aktiva), Management (untuk menilai kualitas manajemen), Earnings (untuk
rasiorasio rentabilitas bank), Liquidity (untuk rasio-rasio likuiditas bank), Sensitivity
(untuk menilai sensitivitas terhadap risiko pasar). Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan
Ali Muha ats ah, Pe garuh Karakteristik Perusahaa da Makro Eko o i Terhadap Retur da Beta
“aha “ ari’ah Pada Perusahaa a g Terdaftar di Jakarta Isla i I de JII , Skripsi Fakultas “ ari’ah da
Hukum UIN Sunan Kalijaga (2011), hlm. 1-2.
11
Nurmadi H.“u arta da Yogi a to HM, E aluasi Ki erja Perusahaa Per a ka yang Terdaftar Di
Bursa Efek I do esia da Thaila d, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (September 2000), hlm. 1.
12
He dro Harto o, Me ge al Bala e “ ore ard Sebagai Alat Pe ilaia Ki erja Perusahaa , Widya,
No.260 (Mei 2007), lihat dala Gustia Jua da, dkk, A alisis Ki erja Ba k “ ari’ah Diti jau dari Perspektif
Keuangan dan Pelanggan: Studi Kasus Pada Bank “ ari’ah Ma diri da Bank Mua alat I do esia, call for
paper dalam International Seminar and Symposium on Implementation of Islamic Economics To Positive
Economics in The World as Alternative of Conventional Economics System: Toward Development in The New
Era of The Holistic Economics, UNAIR, Surabaya, 1-2 Agustus 2008, hlm. 2.
13
6
menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. 14
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio
keuangan. Berdasarkan sumber analisis, terdapat dua teknik analisis rasio keuangan
yang biasa digunakan, yaitu (1) cross sectional approach, yaitu membandingkan rasiorasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat
yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat
yang sama. (2) time series analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.15
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan
kekuatan di bidang finansialnya akan sangat membantu dalam menilai manajemen
perusahaan masa lalu dan prospeknya di masa mendatang. Rasio keuangan tersebut
dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk
memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur
modal yang sehat, sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
dapat dicapai. 16
Data keuangan yang dipergunakan untuk analisis keuangan, diambilkan dari
laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan rugi laba. 17 Untuk melakukan
analisis
rasio
keuangan,
diperlukan
perhitungan
rasio-rasio
keuangan
yang
mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba
saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio
tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.18
Rasio keuangan menggambarkan hubungan atau perimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan analisis berupa rasio
14
Ibid.
15
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm. 268.
16
Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 113.
17
Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) (Yogyakarta:
BPFE, 2008), hlm. 36.
18
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2004), hlm. 69.
7
keuangan ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis
tentang perusahaan, terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio perbandingan digunakan sebagai standar. 19 Rasio keuangan juga menyediakan
suatu cara yang tepat dan berguna untuk mengekspresikan suatu hubungan di antara
angka-angka, manajer, kreditur dan analisis keuangan menggunakan rasio yang relevan
untuk pengambilan keputusan tertentu.
C. Berbagai Masalah yang Masih Dihadapi Ba k Syari’ah
1. Permasalahan Penghimpunan dan Penyaluran Dana
Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2011, menunjukkan bahwa total aset per
Okto er
Dita
a k s ari’ah
e apai Rp
ah de ga aset BPR“ se esar Rp ,
,
triliu
atau
e i gkat
,
%.
triliu . Jadi total aset per a ka s ari’ah
per Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Market share per a ka s ari’ah
terhadap perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset
tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva
dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva. Penghimpunan dana pihak ketiga
meningkat 52,79% dan penyaluran dana masyarakat meningkat sebesar 46,43%.
Secara umum bank s ari’ah dapat diartikan sebagai media intermediasi yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya dilandasi oleh syariat-syariat
Islam baik dalam bentuk jual-beli, bagi hasil maupun sewa-menyewa.20 Namun secara
eksplisit konsep bagi hasillah yang benar-benar mewakili konsep Islam dalam
perbankan, karena selain ia bisa mengerakkan sektor rill secara berimbang, ia juga
berindikasi jangka panjang sehingga akan mempunyai kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi secara berkesinambungan. Jadi berdasarkan pengertian diatas idealnya bank
s ari’ah adalah bank bagi hasil yang mengedepankan konsep loss and profit sharing
dalam pegembangan produknya. Dalam pengembangannya ia menggunakan konsep
muamalah Islamiyah ala indonesia yang diijtihadkan MUI (Majelis Ulama Indonesia)
melalui DSN (Dewan “ ari’ah Nasional), lalu prakteknya diawasi oleh DPS (Dewan
19
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen..................., hlm. 268.
20
Muhammad, Ma aje e Da a Ba k Syari’ah (Yogyakarta: Ekonisia, 2002), hlm. 1.
8
Pengawas “ ari’ah) sehingga akan menciptakan suatu mekanisme perbankan yang
diharapkan mampu memberi kemaslahatan objektif bagi umat seluruh alam.
Namun fakta yang ada sekarang adalah perkembangan bank s ari’ah didominasi
oleh produk jual beli terutama murabahah yang berdasarkan data pada Juni 2012
menunjukkan pembiayaan dengan akad murabahah mencapai sebesar Rp.46,16 triliun,
sementara pembiayaan musyarakah sebesar Rp.16,295 triliun dan mudharabah sebesar
Rp.9,549 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa ketertarikan nasabah pada perbankan
s ari’ah masih didominasi oleh faktor idealitas bukan objektifitas kualitasnya, hingga
mereka lebih tertarik menggunakan pembiayaan jangka pendek yang beresiko lebih
kecil dibandingkan mudharabah atau musyarakah yang bersifat jangka panjang. Hal ini
secara objektif kembali menunjukkan kelemahan bank s ari’ah sebagai bank bagi hasil
dalam mengaplikasikan dan mensosialisasikan produk-produknya.
Hingga sekarang permasalahan-permasalahan klasik bank s ari’ah seakan
menemui jalan buntu dalam penyelesaiannya, karena dampak dari solusi-solusi yang
pernah ditawarkan belum dapat dirasakan. Pencapaiannya baru sebatas memberi
pengetahuan belum dapat menimbulkan kemauan yang objektif untuk melirik bank
s ari’ah sebagai media intermediasi uangnya karena itu timbul kesenjangan antara
keinginan dan pemahaman. Disisi lain kompetensi sumber daya insani perbankan
s ari’ah belum bisa dikatakan memadai untuk melakukan investasi pola bagi hasil yang
diharapkan.21
Sesuai dengan tingginya pertumbuhan penghimpunan dana telah dapat diimbangi
dengan pertumbuhan penyaluran dana kepada sektor riil baik berupa pembiayaan
(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, istishna, dan qardh), dan dalam
bentuk pembiayaan ijarah. Sehingga fungsi intermediasi perbankan dapat relatif terjaga
yang tercermin dari FDR agregat perbankan s ari’ah tercatat cukup tinggi yaitu sebesar
95,08% meningkat jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 94,76%. Selain fungsi intermediasi, untuk memberikan pelayanan dengan
jangkauan yang lebih luas bagi masyarakat, akses jaringan perkantoran meningkat
menjadi 1.688 dari 1.388 (Oktober 2010) kantor pada tahun sebelumnya. Perluasan
jaringan kantor tersebut telah mampu meningkatkan pengguna bank s ari’ah yang
Maula a Ha zah,
Pe ge a ga Per a ka “ ari’ah “e ara O jektif da Rasio al Dengan
Pe dekata Meka is e Pasar, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Vol.2. No.1, (Juli 2008), hlm. 24.
21
9
tercermin dari peningkatan jumlah rekening yaitu 2,11 juta rekening dari 6,55 juta
rekening menjadi 8,66 juta rekening (yoy).22
Ada banyak faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syari’ah, aik faktor ekster al
aupu i ter al a k s ari’ah se diri. Faktor
i ter al a k s ari’ah iasa a di akili oleh ko disi keua ga , dala
lapora keua ga
hal i i
elalui
a g dikeluarka atau dipu likasika oleh a k s ari’ah. “e e tara
faktor ekter al a k s ari’ah iasa a di akili oleh ti gkat agi hasil return) atau
ekspektasi keu tu ga
a g diperoleh a k s ari’ah.
Persoalan yang mucul adalah apakah faktor internal maupun ekternal mampu
mempengaruhi terhadap proses pembiayaan yang ada pada bank s ari’ah? Dari
beberapa penelitian menemukan beberapa faktor yang menjadi pengaruh terhadap
jumlah besar kecilnya pembiayaan diantaranya adalah faktor besarnya dana pihak
ketiga (DPK), bagi hasil, luasnya jaringan bank, 5 C, tabungan / deposito mudharabah,
margin (keuntungan yang diharapkan), dan beberapa rasio keuangan seperti rasio FDR,
NPF dan lainnya. Tentu dari faktor tersebut perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai faktor apa sajakah yang bisa berpengaruh tehadap aktivitas pembiayaan
pada bank s ari’ah.
2. Masalah Manajemen
a. Problem Sumber Daya Manusia
Pesatnya perkembangan bank s ari’ah di Indonesia, belum terimbangi dengan
jumlah SDM yang memiliki kompetensi, yang secara khusus memiliki kualifikasi di
bidang s ari’ah. Minimnya SDM yang mampu memahami praktek keuangan dan
perbankan serta terimbangi dengan kemampuan memahami kaedah-kaedah
s ari’ah, akan mengganggu operasional bank s ari’ah tersebut. Keberadaan SDM
merupakan bagian yang sangat penting dan memiliki peran terbesar di dalam
perkembangan dan kemajuan perbankan s ari’ah. Untuk mengatasi permasalahan
SDM yang cukup mendesak ini, bank s ari’ah dapat melakukan kerjasama dengan
perguruan tinggi-perguruan tinggi yang memiliki basis keilmuan s ari’ah, untuk
melakukan pelatihan ataupun pendidikan Ilmu-ilmu s ari’ah yang berkaitan dengan
keuangan atau perbankan s ari’ah.
22
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
,......................, hlm. 9.
10
Untuk lebih jauh dan mempersiapkan secara matang SDM perbankan s ari’ah
di masa mendatang, seluruh unsur yang berkepentingan di perbankan s ari’ah
ataupun lembaga keuangan s ari’ah lainnya, harus memasukkan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan bank dan keuangan s ari’ah ke dalam kurikulum pendidikan, baik
dari tingkat SMU hingga Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan awal dari
pembentukan generasi yang mumpuni di bidang perbankan s ari’ah dan/atau
ekonomi s ari’ah/ Islam.
b. Problem Sosialisasi
Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang perbankan s ari’ah,
disebabkan oleh minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh bank s ari’ah ke berbagai
lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Tidak
hanya masyarakat non-muslim, masyarakat muslim pun yang merupakan basis
nasabah emosional, sedikit sekali yang tahu dan paham tentang operasional bank
s ari’ah. Ironis memang, tapi ini adalah fakta yang harus segera menjadi program
garapan bank s ari’ah untuk menyentuh kantong-kantong basis masanya. Untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi ini, seluruh komponen umat Islam harus
bersinergi untuk mensosialisasikan keberadaan dan sistem operasional bank
s ari’ah. Tidak hanya para praktisi perbankan s ari’ah, tapi juga para intelektual di
perguruan tinggi, ulama, begitupun pemerintah harus ikut serta mensosialisasikan
perbankan s ari’ah.
Sosialisasi perbankan s ari’ah kepada masyarakat luas harus dioptimalkan,
khususnya kepada para ulama yang menjadi panutan bagi masyarakat. Dapat juga
para ulama ini dijadikan ujung tombak dari sosialisasi ini kepada masyarakat.
D. Harapan Masa Depan
Meskipun perkembangan perbankan syari’ah cukup mengesankan tetapi belum bisa
mengangkat skala volume usaha nasional. Masih diperlukan perjalanan panjang untuk
meningkatkan kuantitias dan kualitas perbankan s ari’ah. Penyebab masih kecilnya skala
volume perbankan s ari’ah sebenarnya memiliki beberapa faktor. Dengan kata lain
fenomena keterbelakangan ini memiliki faktor multidimensional. Karena itu untuk
mengatasinya diperlukan pendekatan multidimensional juga. Namun dengan kebijakan dan
11
program akselerasi oleh Bank Indonesia yang ada seharusnya dapat menjadi pemicu
percepatan perbankan s ari’ah.
Sinergitas dari semua kalangan baik regulator, akademisi, praktisi, ulama dan harus
terwujud agar tidak ada ketimpangan dalam mengakselerasikan perbankan s ari’ah di
Indonesia. Peran aktif dari masyarakat merupakan faktor penting dalam mempercepat
perbakan s ari’ah karena masyarakatlah yang menjadi sasaran perbankan karena sebagai
pemilik dana. Untuk menarik dana dari masyarakat, perbankan s ari’ah harus bisa
membuktikan kepada masyarakat tentang keunggulannya, contoh kualitas jasa perbankan
dan produk yang lebih mengena kepada masyarakat.
Meskipu
per a ka
i dustri per a ka
s ari’ah
s ari’ah
e gala i pertu
asih harus
e gatasi
uha
high growth), namun
e erapa ta ta ga , agar dapat
mempertahankan pertumbuhan yang tinggi tersebut secara lebih berkesinambungan.
“etidak a ada
ta ta ga uta a per a ka s ari’ah selai ta ta ga -tantangan lainya
yang juga perlu dihadapi:23
a. Sumber Daya Manusia. Dengan semakin meningkatnya kapasitas ekspensi BUS dan UUS
di masa depan, maka semakin menuntut penambahan SDM berkualitas dalam jumlah
memadai.
b. Aspek Regulasi. Pengembangan perbankan s ari’ah tidak terlepas dari aspek regulasi.
Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat pertumbuhan
perbankan s ari’ah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat mendesak
untuk dipenuhi. Untuk itu masyarakat ekonomi s ari’ah dan ikatan ekonomi Islam
Indonesia serta MUI harus mengawal dan mendesak terus janji pemerintah untuk
segera mengeluarkan beberapa UU yang terkait.
c. Optimalisasi Jaringan Pelayanan. Kebijakan office chanelling pada dasarnya terfokus
untuk menjawab masalah cakupan pelayanan perbankan yang terbatas. Namun, sangat
disayangkan pembukaan office chanelling tersebut tidak diimbangi dengan progam
edukasi dan sosialisasi.
d. Inovasi Produk. Keberhasilan sistem perbankan s ari’ah di masa depan akan tergantung
kepada kemampuan bank-bank s ari’ah menyajikan produk-produk yang menarik,
kompetitif, sesuai kebutuhan masyarakat, tetapi sesuai dengan prinsip-prinsip s ari’ah,
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu
Data g, ........................, akses Ja uari
23
uha
.
Ba k “ ari’ah da
Ta ta ga
a di Masa
a g Aka
12
karena itu perbankan s ari’ah harus lebih kreatif dan inovatif dalam mendesign pro dukproduknya.
Menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada seminar Akhir Tahun
perbankan s ari’ah 2005, kendala-kendala perkembangan bank s ari’ah di samping imbas
kondisi makro ekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:24
a. Jaringan kantor pelayanan dan keaungan s ari’ah masih relatif terbatas.
b. SDM yang kompeten dan profesional masih belum optimal.
c. Pemahaman masyarakat terhadap Bank “ ari’ah sudah cukup baik, namun minat untuk
menggunakannya masih kurang.
d. Sinkronisasi kebijakan dengan intitusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi
keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal.
Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa
pengembangan bank s ari’ah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi, jika kendala
jaringan dapat diatasi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat
dari hal-hal sebagai berikut:25
a. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip s ari’ah.
b. Pengembangan instrumen keuangan s ari’ah yang diharapkan akan semakin menarik
investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri perbankan s ari’ah nasional.
c. Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri perbankan s ari’ah
nasional.
Tantangan yang sangat jelas terlihat pada masa yang akan datang dari perbankan
s ari’ah nasional adalah bagaimana menjaga laju pertumbuhan pembiayaan dengan kinerja
yang juga baik dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalahnya. Di samping itu,
tantangan yang lain juga harus diperhatikan adalah pembiayaan perbankan s ari’ah masih
terkonsentrasi menggunakan akad beresiko kecil yaitu produk-produk menggunakan akad
berbasis jual beli serta masih berada pada sektor-sektor ekonomi yang belum variatif, yaitu
masih dominan berada pada sektor jasa dan perdagangan.
24
Ibid.
25
Ibid.
13
Di luar perkembangan fisik yang terlihat ini, diharapkan pada tahun-tahun
mendatang
perkembangan
industri
perbankan
s ari’ah
nasional
juga
semakin
memperlihatkan keberkahannya berupa kemanfaatan bagi masyarakat dhuafa. Oleh karena
itu, mungkin sebaiknya diperkenalkan pula variabel/angka perkembangan berupa derajat
kemanfaatan ini sebagai parameter kemanfaatan perbankan s ari’ah nasional bagi
masyarakat yang selama ini tidak terjangkau oleh industri perbankan yang terbilang mapan.
Semoga usaha-usaha pengembangan industri ini oleh pihak-pihak terkait, semakin
dimudahkan oleh Allah swt. Sehingga perbankan s ari’ah nasional mampu berperan
signifikan dalam perkembangan nasional dan lebih luas lagi dalam mendukung
perekonomian nasional.
E. Kesimpulan
Ba k s ari’ah di I do esia
e iliki pote si ukup esar u tuk
e jadi piliha
utama dan
pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi. Hal ini ditunjukan dengan akselerasi
pertu
uha da perke
a ga
a k s ari’ah di I do esia dari tahu ke tahu terus
meningkat. Untuk itu, penerapan strategi yang tepat dalam menciptakan pangsa pasar yang
lebih besar bagi perbankan syari’ah adalah hal yang sangat perlu dilakukan.
Fe o e a perke
a ga
a k s ari’ah i i harus dii
a gi de ga kualitas da
fasilitas yang memadai, seperti kinerja bank s ari’ah sangat penting diperlukan bagi para
investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan, karena informasi
kinerja perusahaan baik itu dari kinerja keuangan dan manajemen dapat dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan investor/nasabah dalam memilih investasi pada suatu
per a ka s ari’ah.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan
oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
14
Daftar Pustaka
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
“ ari’ah,
.
Bank Indonesia, Statistik Perba ka
“ ari’ah,
.
Syari’ah Ju i
, Jakarta: Direktorat Perbankan
, Jakarta: Direktorat Perbankan
Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, edisi VIII, Yogyakarta: BPFE, 2004.
Gustia Jua da, dkk, A alisis Ki erja Ba k “ ari’ah Diti jau dari Perspektif Keua ga da
Pelanggan: Studi Kasus Pada Bank “ ari’ah Ma diri da Bank Mua alat I do esia,
makalah dalam International Seminar and Symposium on Implementation of Islamic
Economics To Positive Economics in The World as Alternative of Conventional
Economics System: Toward Development in The New Era of The Holistic Economics,
UNAIR, Surabaya, Agustus 2008.
Ha zah, Maula a,
Pe ge a ga Per a ka “ ari’ah “e ara O jektif da Rasio al
Dengan Pe dekata Meka is e Pasar, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume 2.
Nomor 1, Juli 2008.
Ha iz, Moha ad, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha
Pe asara Ba k “ ari’ah di I do esia, Jurnal MUAMALAH SEF UGM, Volume 4,
Januari 2007.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi IV,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.
Husnan, Suad, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),
edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2008.
Muhammad, Ma aje e Da a Ba k Syari’ah, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.
Muha ats ah, Ali, Pe garuh Karakteristik Perusahaa da Makro Eko o i Terhadap
Retur da Beta “aha “ ari’ah Pada Perusahaa yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Inde JII , Skripsi: Fakultas “ ari’ah da Huku UIN “u a Kalijaga
.
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2002.
Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Sumarta, Nurmadi H. da Yogi a to HM, E aluasi Ki erja Perusahaa Per a ka yang
Terdaftar Di Bursa Efek I do esia da Thaila d, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, September 2000.
Tris a ati, Yulli, Prospek Pertu uha Ba k “ ari’ah da Ta ta ga a di Masa a g
Aka Data g, http://yullitrisnawati.blogspot.com/2011/04/prospek-pertumbuhanbank-s ari’ah-dan.html, akses 20 Januari 2012.
15
(Tinjauan Terhadap Kinerja Keuangan dan Manajemen Ba k Syari’ah)
Oleh:
Ali Muhayatsyah 1
A. Pendahuluan
Perkembangan perbankan s ari’ah di Indonesia telah memasuki babak baru. Pertumbuhan
industri perbankan s ari’ah telah bertransformasi dari hanya sekedar memperkenalkan
alternatif praktik perbankan s ari’ah menjadi bagaimana bank s ari’ah menempatkan
posisinya sebagai pemain utama dalam peraturan ekonomi di tanah air. Bank s ari’ah
memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam
pilihan transaksi mereka. Hal ini ditunjukan dengan akselerasi pertumbuhan dan
perkembangan bank s ari’ah di Indonesia.
Faktor-faktor pendukung industri perbankan s ari’ah mencakup pertumbuhan secara
un-organic akibat penambahan pemain baru dalam industri, baik bank umum, unit usaha
s ari’ah (UUS) maupun BPRS. Pertumbuhan secara un-organic tersebut juga didukung
dengan pertumbuhan organic melalui pertumbuhan volume usaha yang di dukung oleh
peningkata ju lah jari ga ka tor a k s ari’ah. 2 Secara kelembagaan, jaringan perbankan
s ari’ah
e i gkat
e jadi
BU“
erta
ah
BU“ setelah lahir a UU , de ga total
jaringan kantor mencapai 1.688 kantor dan 1.277 office chanelling. Aset Total aset per
Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48,10%
yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.3
Berdasarka suatu pe elitia
pada se uah
a k s ari’ah terhadap sekitar .
nasabah di seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih dari 70 % nasabah memilih bank
s ari’ah dala
agama. Alasan lai
1
elakuka
tra saksi per a ka
a a g
e e a ka
de ga
asa ah
alasa
utama sesuai keyakinan
e ilih a k s ari’ah adalah kare a
Peneliti Keuangan Syariah
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu uha Ba k “ ari’ah da Ta ta ga a di Masa a g Aka Data g,
http://yullitrisnawati.blogspot.com/2011/04/prospek-pertumbuhan-bank-s ari’ah-dan.html, akses 20 Januari
2012.
2
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
2012), hlm. 1.
3
(Jakarta: Direktorat Per a ka “ ari’ah,
1
pela a a
a k s ari’ah a g epat dan memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor
bank strategis sebesar 30%, di samping alasan-alasan rasional lainnya.4
Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim merupakan peluang untuk merebut
market
per a ka
I do esia
kare a
mengaplikasikan nilai- ilai s ari’ah. Dala
per a ka
pe elitia
s ari’ah
dalam
operasionalnya
te ta g perilaku
asa ah Karim
Business Consulting menjelaskan bahwa segmen pasar di dunia perbankan Indonesia dapat
dibagi dalam tiga kelompok: 1). Loyalitas Syari’ah yang mempunyai potensi pasar 10 triliun.
2). Floating Mass yang mempunyai potensi pasar terbesar yaitu 700 triliun dari total size
perbankan yaitu 900 triliun. 3). Konventional Loyalis yang mempunyai potensi pasar sebesar
240 triliun. 5
Oleh karena itu, faktor-faktor emosional yang dihubungkan dengan religi masih dapat
digunakan sebagai alat persuasi terutama di daerah yang masih kental keislamannya. Dalam
hal ini, pendekatan-pendekatan penokohan akan sangat positif mengingat budaya Indonesia
yang paternalistik. Disamping itu, office chanelling dan diversifikasi produk dan juga
erupaka
iri khas terse diri pada per a ka
s ari’ah di a di gka
per a ka
konvensional.
Me perhatika
hal
di
atas,
se e ar a
prospek
eko o i
s ari’ah
cukup menjanjikan di masa depan. Hal ini, disebabkan adanya kesadaran sebagian
masyarakat, terutama yang berpendidikan tinggi untuk menjalankan kehidupan sosial
ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Kondisi tersebut harus diantisipasi dengan
kesiapan sarana dan prasarana guna mendukung berkembangnya perekonomian secara
optimal di masa depan. Sarana dan prasarana tersebut, tidak hanya bersifat material, tetapi
juga non material, serta sistem pendidikan yang mengakomodasikan kebutuhan tersebut,
sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam membangun dan
e ge
a gka eko o i s ari’ah di
asa depa .
Ba k s ari’ah tidak isa ha a
e gharapka terlalu esar terhadap ke eradaa
mayoritas muslim dari masyarakat Indonesia, yang merupakan bidikan sebagai nasabah atas
sentimen agama, atau dikategorikan sebagai nasabah emosional. Masyarakat muslim pada
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu
Data g, ........................, akses Ja uari
4
uha
.
Ba k “ ari’ah da
Ta ta ga
a di Masa
ang Akan
Moha ad Ha iz, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha Pemasaran
Ba k “ ari’ah di I do esia, Jurnal MUAMALAH SEF UGM, Vol.4 (Januari 2007).
5
2
umumnya, dapat juga bersikap rasional atas keberadaan bank- a k s ari’ah. Tidak serta
erta
ereka eralih ke a k s ari’ah ha a persoala aga a. Jika a k s ari’ah tidak
mampu memberikan kenyamanan dan keamanan dari penyimpanan hartanya, atau tidak
mampu memberikan kepuasan kepada mereka dari sisi pelayanannya, maka tidak mustahil
a k s ari’ah aka diti ggalka
asa ah a. Fe o e a perke
a ga
a k s ari’ah i i
harus diimbangi dengan kualitas dan fasilitas yang memadai. Tidak dapat dipungkiri bahwa
a k
s ari’ah
harus
e ata
dari
sisi
i ter al
a g
a pu
e pe garuhi
perkembangannya, ataupun dari sisi eksternalnya.
B. Pertumbuhan Kinerja Ba k Syari’ah di Indonesia
Volume usaha perbankan s ari’ah dalam kurun waktu satu tahun terakhir, khususnya Bank
Umum “ ari’ah (BUS) dan Unit Usaha “ ari’ah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat
tajam sebesar 48,10% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.
Ditambah dengan aset BPRS sebesar Rp3,35 triliun, total aset perbankan s ari’ah per
Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare perbankan s ari’ah terhadap
perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset tersebut
tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan
pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva. Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat
52,79% dan penyaluran dana masyarakat meningkat sebesar 46,43%.6
Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terkait erat dengan ekspansi perbankan
s ari’ah terutama pasca disahkannya Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
“ ari’ah. Secara kelembagaan, jaringan perbankan s ari’ah meningkat menjadi 11 BUS
(bertambah 6 BUS setelah lahirnya UU), dengan total jaringan kantor mencapai 1.688 kantor
dan 1.277 office chanelling. Selain itu, upaya pengembangan perbankan s ari’ah yang
dilakukan secara sinergis antara Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam
iB campaign baik untuk funding maupun lending berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan aset perbankan s ari’ah. Hal ini juga berkat dukungan Bank Indonesia dalam
bidang perijinan yaitu dengan memberikan service excellence pada percepatan proses
penyelesaian perijinan namun tetap menjaga kualitas analisa sesuai ketentuan yang berlaku.
6
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
,......................, hlm. 1.
3
Dengan demikian, upaya Bank Indonesia dalam mempercepat proses perijinan pendirian
bank, fit and proper test, merger atau akuisisi, pembukaan jaringan kantor serta persetujuan
produk-produk perbankan s ari’ah dapat dirasakan manfaatnya oleh industri perbankan
s ari’ah.7
Penghimpunan dana perbankan s ari’ah mengalami peningkatan yang tinggi selama
satu tahun terakhir dari Rp 66,48 triliun pada Oktober 2010 menjadi Rp 101,57 triliun pada
Oktober 2011 atau meningkat 52,79%. Meskipun mengalami sedikit penurunan di awal
tahun sebagai akibat dari January effect, namun penghimpunan dana dapat dipertahankan
meningkat secara stabil pada triwulan III 2011. Laju pertumbuhan pada triwulan III 2011
yang sebesar 52,79% (yoy) tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun 2010 sebesar 39,16%. Penghimpunan dana masyarakat terbesar adalah
dalam bentuk deposito yaitu Rp 62,02 triliun (61,06%) diikuti oleh Tabungan sebesar
Rp27,81 triliun (27,38%) dan Giro sebesar Rp11,05 triliun (10,88%). 8
Sedangkan dari sisi penyaluran dana, piutang murabahah paling mendominasi
tercatat sebesar Rp52,06 triliun atau 42,42% diikuti oleh pembiayaan musyarakah yang
sebesar Rp17,73 triliun (14,45%) dan piutang qardh sebesar Rp13,02 triliun (10,61%).
Penyaluran dana berupa piutang Qardh mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu
sebesar 295,17% yang didominasi oleh peningkatan qardh (gadai) emas.9
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa produk
pe
ia aa
a g disalurka
oleh
a k s ari’ah
asih ti ggi pe i at a di kala ga
masyarakat, ini terbukti dari tujuh tahun terakhir jumlah angka pembiayaan terus
meningkat. Produk pembiayaan yang sangat diminati adalah murabahah yakni mencapai
sekitar 46,161 miliyar pada Juni 2012, dan yang kedua adalah produk pembiayaan
musyarakah yakni mencapai sekitar 16,295 miliyar pada Juni 2012.
7
Ibid.
8
Ibid., hlm. 2.
9
Ibid., hlm. 3.
4
Tabel. 1
Ko posisi Pe biayaa ya g Diberika Ba k Syari’ah
(Dalam Miliyar Rupiah)
2012
Akad
2005
2006
2007
2008
2009
Mudharabah 3,124 4,062 5,578 6,205 6,597
Musyarakah
1,898 2,335 4,406 7,411 10,412
Murabahah
9,487 12,624 16,553 22,486 26,321
Salam
0
0
0
0
0
Istishna
282
337
351
369
423
Ijarah
316
836
516
765 1,305
Qard
125
250
540
959 1,829
Total
15,232 20,445 27,944 38,195 46,886
“u er: “tatistik Per a ka “ ari’ah Ju
“e ara u u
2010
2011
Juni
8,631 10,229 9,549
14,624 18,960 16,295
37,508 56,365 46,161
0
0
0
347
326
322
2,341
3,839 2,927
4,731 12,937 7,362
68,181 102,655 82,616
i
210
efekti itas fu gsi i ter ediasi per a ka s ari’ah tetap terjaga seiri g
pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relatif tinggi dibandingkan
perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau
kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup
kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional.
1. Pengukuran Kinerja Dengan Analisis Laporan Keuangan
Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat penting diperlukan bagi para investor
baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan karena informasi kinerja
perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor dalam
memilih investasi pada suatu perusahaan. Indikator yang biasa mendapat perhatian
utama dari investor adalah aspek keuangan yaitu laporan keuangan. Bagi pihak-pihak di
luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi
yang memungkinkan investor untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu
masa pelaporan. Maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat
dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal ini dikarenakan kegiatan investasi
merupakan kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian sehingga dengan
adanya informasi yang disajikan akan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi oleh investor. Untuk itu, diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai
dalam laporan keuangan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
10
Bank Indonesia, Statistik Perba ka Syari’ah Ju i
Jakarta: Direktorat Per a ka “ ari’ah,
2),
hlm. 18.
5
memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga
menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.11
Melihat kondisi tersebut pengukuran kinerja perusahaan penting dilakukan baik
oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan
dan
terkait
dengan
distribusi
kesejahteraan
di
antara
mereka
termasuk
perbankan.12Pengukuran kinerja dengan ukuran rasio keuangan yang digunakan sebagai
indikator pengukuran kinerja perusahaan saat ini hanya merupakan pendekatan
akuntansi saja dan penggunaan banyak mengandung kelemahan yaitu pengukuran tidak
mencerminkan keadaan sebenarnya dan laporan dibuat untuk kepentingannya tanpa
memperhatikan stakeholder lain, sehingga laporan keuangan direkayasa untuk
mendapatkan rasio yang baik pada moment tertentu saja. Hal ini menyebabkan
semakin banyak gugatan terhadap laporan keuangan khususnya bila dipakai sebagai
indikator pengukuran kinerja perusahaan.13
Pengukuran tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia biasanya diukur dengan
metode CAMELS. Capital (untuk rasio kecukupan modal bank), Assets (untuk rasiorasio
kualitas aktiva), Management (untuk menilai kualitas manajemen), Earnings (untuk
rasiorasio rentabilitas bank), Liquidity (untuk rasio-rasio likuiditas bank), Sensitivity
(untuk menilai sensitivitas terhadap risiko pasar). Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan
Ali Muha ats ah, Pe garuh Karakteristik Perusahaa da Makro Eko o i Terhadap Retur da Beta
“aha “ ari’ah Pada Perusahaa a g Terdaftar di Jakarta Isla i I de JII , Skripsi Fakultas “ ari’ah da
Hukum UIN Sunan Kalijaga (2011), hlm. 1-2.
11
Nurmadi H.“u arta da Yogi a to HM, E aluasi Ki erja Perusahaa Per a ka yang Terdaftar Di
Bursa Efek I do esia da Thaila d, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (September 2000), hlm. 1.
12
He dro Harto o, Me ge al Bala e “ ore ard Sebagai Alat Pe ilaia Ki erja Perusahaa , Widya,
No.260 (Mei 2007), lihat dala Gustia Jua da, dkk, A alisis Ki erja Ba k “ ari’ah Diti jau dari Perspektif
Keuangan dan Pelanggan: Studi Kasus Pada Bank “ ari’ah Ma diri da Bank Mua alat I do esia, call for
paper dalam International Seminar and Symposium on Implementation of Islamic Economics To Positive
Economics in The World as Alternative of Conventional Economics System: Toward Development in The New
Era of The Holistic Economics, UNAIR, Surabaya, 1-2 Agustus 2008, hlm. 2.
13
6
menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. 14
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio
keuangan. Berdasarkan sumber analisis, terdapat dua teknik analisis rasio keuangan
yang biasa digunakan, yaitu (1) cross sectional approach, yaitu membandingkan rasiorasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat
yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat
yang sama. (2) time series analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.15
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan
kekuatan di bidang finansialnya akan sangat membantu dalam menilai manajemen
perusahaan masa lalu dan prospeknya di masa mendatang. Rasio keuangan tersebut
dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk
memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur
modal yang sehat, sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
dapat dicapai. 16
Data keuangan yang dipergunakan untuk analisis keuangan, diambilkan dari
laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan rugi laba. 17 Untuk melakukan
analisis
rasio
keuangan,
diperlukan
perhitungan
rasio-rasio
keuangan
yang
mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba
saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio
tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.18
Rasio keuangan menggambarkan hubungan atau perimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan analisis berupa rasio
14
Ibid.
15
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm. 268.
16
Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 113.
17
Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) (Yogyakarta:
BPFE, 2008), hlm. 36.
18
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2004), hlm. 69.
7
keuangan ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis
tentang perusahaan, terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio perbandingan digunakan sebagai standar. 19 Rasio keuangan juga menyediakan
suatu cara yang tepat dan berguna untuk mengekspresikan suatu hubungan di antara
angka-angka, manajer, kreditur dan analisis keuangan menggunakan rasio yang relevan
untuk pengambilan keputusan tertentu.
C. Berbagai Masalah yang Masih Dihadapi Ba k Syari’ah
1. Permasalahan Penghimpunan dan Penyaluran Dana
Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2011, menunjukkan bahwa total aset per
Okto er
Dita
a k s ari’ah
e apai Rp
ah de ga aset BPR“ se esar Rp ,
,
triliu
atau
e i gkat
,
%.
triliu . Jadi total aset per a ka s ari’ah
per Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Market share per a ka s ari’ah
terhadap perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset
tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva
dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva. Penghimpunan dana pihak ketiga
meningkat 52,79% dan penyaluran dana masyarakat meningkat sebesar 46,43%.
Secara umum bank s ari’ah dapat diartikan sebagai media intermediasi yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya dilandasi oleh syariat-syariat
Islam baik dalam bentuk jual-beli, bagi hasil maupun sewa-menyewa.20 Namun secara
eksplisit konsep bagi hasillah yang benar-benar mewakili konsep Islam dalam
perbankan, karena selain ia bisa mengerakkan sektor rill secara berimbang, ia juga
berindikasi jangka panjang sehingga akan mempunyai kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi secara berkesinambungan. Jadi berdasarkan pengertian diatas idealnya bank
s ari’ah adalah bank bagi hasil yang mengedepankan konsep loss and profit sharing
dalam pegembangan produknya. Dalam pengembangannya ia menggunakan konsep
muamalah Islamiyah ala indonesia yang diijtihadkan MUI (Majelis Ulama Indonesia)
melalui DSN (Dewan “ ari’ah Nasional), lalu prakteknya diawasi oleh DPS (Dewan
19
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen..................., hlm. 268.
20
Muhammad, Ma aje e Da a Ba k Syari’ah (Yogyakarta: Ekonisia, 2002), hlm. 1.
8
Pengawas “ ari’ah) sehingga akan menciptakan suatu mekanisme perbankan yang
diharapkan mampu memberi kemaslahatan objektif bagi umat seluruh alam.
Namun fakta yang ada sekarang adalah perkembangan bank s ari’ah didominasi
oleh produk jual beli terutama murabahah yang berdasarkan data pada Juni 2012
menunjukkan pembiayaan dengan akad murabahah mencapai sebesar Rp.46,16 triliun,
sementara pembiayaan musyarakah sebesar Rp.16,295 triliun dan mudharabah sebesar
Rp.9,549 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa ketertarikan nasabah pada perbankan
s ari’ah masih didominasi oleh faktor idealitas bukan objektifitas kualitasnya, hingga
mereka lebih tertarik menggunakan pembiayaan jangka pendek yang beresiko lebih
kecil dibandingkan mudharabah atau musyarakah yang bersifat jangka panjang. Hal ini
secara objektif kembali menunjukkan kelemahan bank s ari’ah sebagai bank bagi hasil
dalam mengaplikasikan dan mensosialisasikan produk-produknya.
Hingga sekarang permasalahan-permasalahan klasik bank s ari’ah seakan
menemui jalan buntu dalam penyelesaiannya, karena dampak dari solusi-solusi yang
pernah ditawarkan belum dapat dirasakan. Pencapaiannya baru sebatas memberi
pengetahuan belum dapat menimbulkan kemauan yang objektif untuk melirik bank
s ari’ah sebagai media intermediasi uangnya karena itu timbul kesenjangan antara
keinginan dan pemahaman. Disisi lain kompetensi sumber daya insani perbankan
s ari’ah belum bisa dikatakan memadai untuk melakukan investasi pola bagi hasil yang
diharapkan.21
Sesuai dengan tingginya pertumbuhan penghimpunan dana telah dapat diimbangi
dengan pertumbuhan penyaluran dana kepada sektor riil baik berupa pembiayaan
(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, istishna, dan qardh), dan dalam
bentuk pembiayaan ijarah. Sehingga fungsi intermediasi perbankan dapat relatif terjaga
yang tercermin dari FDR agregat perbankan s ari’ah tercatat cukup tinggi yaitu sebesar
95,08% meningkat jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 94,76%. Selain fungsi intermediasi, untuk memberikan pelayanan dengan
jangkauan yang lebih luas bagi masyarakat, akses jaringan perkantoran meningkat
menjadi 1.688 dari 1.388 (Oktober 2010) kantor pada tahun sebelumnya. Perluasan
jaringan kantor tersebut telah mampu meningkatkan pengguna bank s ari’ah yang
Maula a Ha zah,
Pe ge a ga Per a ka “ ari’ah “e ara O jektif da Rasio al Dengan
Pe dekata Meka is e Pasar, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Vol.2. No.1, (Juli 2008), hlm. 24.
21
9
tercermin dari peningkatan jumlah rekening yaitu 2,11 juta rekening dari 6,55 juta
rekening menjadi 8,66 juta rekening (yoy).22
Ada banyak faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syari’ah, aik faktor ekster al
aupu i ter al a k s ari’ah se diri. Faktor
i ter al a k s ari’ah iasa a di akili oleh ko disi keua ga , dala
lapora keua ga
hal i i
elalui
a g dikeluarka atau dipu likasika oleh a k s ari’ah. “e e tara
faktor ekter al a k s ari’ah iasa a di akili oleh ti gkat agi hasil return) atau
ekspektasi keu tu ga
a g diperoleh a k s ari’ah.
Persoalan yang mucul adalah apakah faktor internal maupun ekternal mampu
mempengaruhi terhadap proses pembiayaan yang ada pada bank s ari’ah? Dari
beberapa penelitian menemukan beberapa faktor yang menjadi pengaruh terhadap
jumlah besar kecilnya pembiayaan diantaranya adalah faktor besarnya dana pihak
ketiga (DPK), bagi hasil, luasnya jaringan bank, 5 C, tabungan / deposito mudharabah,
margin (keuntungan yang diharapkan), dan beberapa rasio keuangan seperti rasio FDR,
NPF dan lainnya. Tentu dari faktor tersebut perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai faktor apa sajakah yang bisa berpengaruh tehadap aktivitas pembiayaan
pada bank s ari’ah.
2. Masalah Manajemen
a. Problem Sumber Daya Manusia
Pesatnya perkembangan bank s ari’ah di Indonesia, belum terimbangi dengan
jumlah SDM yang memiliki kompetensi, yang secara khusus memiliki kualifikasi di
bidang s ari’ah. Minimnya SDM yang mampu memahami praktek keuangan dan
perbankan serta terimbangi dengan kemampuan memahami kaedah-kaedah
s ari’ah, akan mengganggu operasional bank s ari’ah tersebut. Keberadaan SDM
merupakan bagian yang sangat penting dan memiliki peran terbesar di dalam
perkembangan dan kemajuan perbankan s ari’ah. Untuk mengatasi permasalahan
SDM yang cukup mendesak ini, bank s ari’ah dapat melakukan kerjasama dengan
perguruan tinggi-perguruan tinggi yang memiliki basis keilmuan s ari’ah, untuk
melakukan pelatihan ataupun pendidikan Ilmu-ilmu s ari’ah yang berkaitan dengan
keuangan atau perbankan s ari’ah.
22
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
,......................, hlm. 9.
10
Untuk lebih jauh dan mempersiapkan secara matang SDM perbankan s ari’ah
di masa mendatang, seluruh unsur yang berkepentingan di perbankan s ari’ah
ataupun lembaga keuangan s ari’ah lainnya, harus memasukkan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan bank dan keuangan s ari’ah ke dalam kurikulum pendidikan, baik
dari tingkat SMU hingga Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan awal dari
pembentukan generasi yang mumpuni di bidang perbankan s ari’ah dan/atau
ekonomi s ari’ah/ Islam.
b. Problem Sosialisasi
Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang perbankan s ari’ah,
disebabkan oleh minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh bank s ari’ah ke berbagai
lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Tidak
hanya masyarakat non-muslim, masyarakat muslim pun yang merupakan basis
nasabah emosional, sedikit sekali yang tahu dan paham tentang operasional bank
s ari’ah. Ironis memang, tapi ini adalah fakta yang harus segera menjadi program
garapan bank s ari’ah untuk menyentuh kantong-kantong basis masanya. Untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi ini, seluruh komponen umat Islam harus
bersinergi untuk mensosialisasikan keberadaan dan sistem operasional bank
s ari’ah. Tidak hanya para praktisi perbankan s ari’ah, tapi juga para intelektual di
perguruan tinggi, ulama, begitupun pemerintah harus ikut serta mensosialisasikan
perbankan s ari’ah.
Sosialisasi perbankan s ari’ah kepada masyarakat luas harus dioptimalkan,
khususnya kepada para ulama yang menjadi panutan bagi masyarakat. Dapat juga
para ulama ini dijadikan ujung tombak dari sosialisasi ini kepada masyarakat.
D. Harapan Masa Depan
Meskipun perkembangan perbankan syari’ah cukup mengesankan tetapi belum bisa
mengangkat skala volume usaha nasional. Masih diperlukan perjalanan panjang untuk
meningkatkan kuantitias dan kualitas perbankan s ari’ah. Penyebab masih kecilnya skala
volume perbankan s ari’ah sebenarnya memiliki beberapa faktor. Dengan kata lain
fenomena keterbelakangan ini memiliki faktor multidimensional. Karena itu untuk
mengatasinya diperlukan pendekatan multidimensional juga. Namun dengan kebijakan dan
11
program akselerasi oleh Bank Indonesia yang ada seharusnya dapat menjadi pemicu
percepatan perbankan s ari’ah.
Sinergitas dari semua kalangan baik regulator, akademisi, praktisi, ulama dan harus
terwujud agar tidak ada ketimpangan dalam mengakselerasikan perbankan s ari’ah di
Indonesia. Peran aktif dari masyarakat merupakan faktor penting dalam mempercepat
perbakan s ari’ah karena masyarakatlah yang menjadi sasaran perbankan karena sebagai
pemilik dana. Untuk menarik dana dari masyarakat, perbankan s ari’ah harus bisa
membuktikan kepada masyarakat tentang keunggulannya, contoh kualitas jasa perbankan
dan produk yang lebih mengena kepada masyarakat.
Meskipu
per a ka
i dustri per a ka
s ari’ah
s ari’ah
e gala i pertu
asih harus
e gatasi
uha
high growth), namun
e erapa ta ta ga , agar dapat
mempertahankan pertumbuhan yang tinggi tersebut secara lebih berkesinambungan.
“etidak a ada
ta ta ga uta a per a ka s ari’ah selai ta ta ga -tantangan lainya
yang juga perlu dihadapi:23
a. Sumber Daya Manusia. Dengan semakin meningkatnya kapasitas ekspensi BUS dan UUS
di masa depan, maka semakin menuntut penambahan SDM berkualitas dalam jumlah
memadai.
b. Aspek Regulasi. Pengembangan perbankan s ari’ah tidak terlepas dari aspek regulasi.
Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat pertumbuhan
perbankan s ari’ah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat mendesak
untuk dipenuhi. Untuk itu masyarakat ekonomi s ari’ah dan ikatan ekonomi Islam
Indonesia serta MUI harus mengawal dan mendesak terus janji pemerintah untuk
segera mengeluarkan beberapa UU yang terkait.
c. Optimalisasi Jaringan Pelayanan. Kebijakan office chanelling pada dasarnya terfokus
untuk menjawab masalah cakupan pelayanan perbankan yang terbatas. Namun, sangat
disayangkan pembukaan office chanelling tersebut tidak diimbangi dengan progam
edukasi dan sosialisasi.
d. Inovasi Produk. Keberhasilan sistem perbankan s ari’ah di masa depan akan tergantung
kepada kemampuan bank-bank s ari’ah menyajikan produk-produk yang menarik,
kompetitif, sesuai kebutuhan masyarakat, tetapi sesuai dengan prinsip-prinsip s ari’ah,
Yulli Tris a ati, Prospek Pertu
Data g, ........................, akses Ja uari
23
uha
.
Ba k “ ari’ah da
Ta ta ga
a di Masa
a g Aka
12
karena itu perbankan s ari’ah harus lebih kreatif dan inovatif dalam mendesign pro dukproduknya.
Menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada seminar Akhir Tahun
perbankan s ari’ah 2005, kendala-kendala perkembangan bank s ari’ah di samping imbas
kondisi makro ekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:24
a. Jaringan kantor pelayanan dan keaungan s ari’ah masih relatif terbatas.
b. SDM yang kompeten dan profesional masih belum optimal.
c. Pemahaman masyarakat terhadap Bank “ ari’ah sudah cukup baik, namun minat untuk
menggunakannya masih kurang.
d. Sinkronisasi kebijakan dengan intitusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi
keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal.
Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa
pengembangan bank s ari’ah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi, jika kendala
jaringan dapat diatasi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat
dari hal-hal sebagai berikut:25
a. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip s ari’ah.
b. Pengembangan instrumen keuangan s ari’ah yang diharapkan akan semakin menarik
investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri perbankan s ari’ah nasional.
c. Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri perbankan s ari’ah
nasional.
Tantangan yang sangat jelas terlihat pada masa yang akan datang dari perbankan
s ari’ah nasional adalah bagaimana menjaga laju pertumbuhan pembiayaan dengan kinerja
yang juga baik dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalahnya. Di samping itu,
tantangan yang lain juga harus diperhatikan adalah pembiayaan perbankan s ari’ah masih
terkonsentrasi menggunakan akad beresiko kecil yaitu produk-produk menggunakan akad
berbasis jual beli serta masih berada pada sektor-sektor ekonomi yang belum variatif, yaitu
masih dominan berada pada sektor jasa dan perdagangan.
24
Ibid.
25
Ibid.
13
Di luar perkembangan fisik yang terlihat ini, diharapkan pada tahun-tahun
mendatang
perkembangan
industri
perbankan
s ari’ah
nasional
juga
semakin
memperlihatkan keberkahannya berupa kemanfaatan bagi masyarakat dhuafa. Oleh karena
itu, mungkin sebaiknya diperkenalkan pula variabel/angka perkembangan berupa derajat
kemanfaatan ini sebagai parameter kemanfaatan perbankan s ari’ah nasional bagi
masyarakat yang selama ini tidak terjangkau oleh industri perbankan yang terbilang mapan.
Semoga usaha-usaha pengembangan industri ini oleh pihak-pihak terkait, semakin
dimudahkan oleh Allah swt. Sehingga perbankan s ari’ah nasional mampu berperan
signifikan dalam perkembangan nasional dan lebih luas lagi dalam mendukung
perekonomian nasional.
E. Kesimpulan
Ba k s ari’ah di I do esia
e iliki pote si ukup esar u tuk
e jadi piliha
utama dan
pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi. Hal ini ditunjukan dengan akselerasi
pertu
uha da perke
a ga
a k s ari’ah di I do esia dari tahu ke tahu terus
meningkat. Untuk itu, penerapan strategi yang tepat dalam menciptakan pangsa pasar yang
lebih besar bagi perbankan syari’ah adalah hal yang sangat perlu dilakukan.
Fe o e a perke
a ga
a k s ari’ah i i harus dii
a gi de ga kualitas da
fasilitas yang memadai, seperti kinerja bank s ari’ah sangat penting diperlukan bagi para
investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan, karena informasi
kinerja perusahaan baik itu dari kinerja keuangan dan manajemen dapat dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan investor/nasabah dalam memilih investasi pada suatu
per a ka s ari’ah.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan
oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
14
Daftar Pustaka
Bank Indonesia, Outlok Perba ka Syari’ah di I do esia
“ ari’ah,
.
Bank Indonesia, Statistik Perba ka
“ ari’ah,
.
Syari’ah Ju i
, Jakarta: Direktorat Perbankan
, Jakarta: Direktorat Perbankan
Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, edisi VIII, Yogyakarta: BPFE, 2004.
Gustia Jua da, dkk, A alisis Ki erja Ba k “ ari’ah Diti jau dari Perspektif Keua ga da
Pelanggan: Studi Kasus Pada Bank “ ari’ah Ma diri da Bank Mua alat I do esia,
makalah dalam International Seminar and Symposium on Implementation of Islamic
Economics To Positive Economics in The World as Alternative of Conventional
Economics System: Toward Development in The New Era of The Holistic Economics,
UNAIR, Surabaya, Agustus 2008.
Ha zah, Maula a,
Pe ge a ga Per a ka “ ari’ah “e ara O jektif da Rasio al
Dengan Pe dekata Meka is e Pasar, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume 2.
Nomor 1, Juli 2008.
Ha iz, Moha ad, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha
Pe asara Ba k “ ari’ah di I do esia, Jurnal MUAMALAH SEF UGM, Volume 4,
Januari 2007.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi IV,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.
Husnan, Suad, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),
edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2008.
Muhammad, Ma aje e Da a Ba k Syari’ah, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.
Muha ats ah, Ali, Pe garuh Karakteristik Perusahaa da Makro Eko o i Terhadap
Retur da Beta “aha “ ari’ah Pada Perusahaa yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Inde JII , Skripsi: Fakultas “ ari’ah da Huku UIN “u a Kalijaga
.
Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2002.
Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Sumarta, Nurmadi H. da Yogi a to HM, E aluasi Ki erja Perusahaa Per a ka yang
Terdaftar Di Bursa Efek I do esia da Thaila d, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, September 2000.
Tris a ati, Yulli, Prospek Pertu uha Ba k “ ari’ah da Ta ta ga a di Masa a g
Aka Data g, http://yullitrisnawati.blogspot.com/2011/04/prospek-pertumbuhanbank-s ari’ah-dan.html, akses 20 Januari 2012.
15