LAPORAN PRAKTIKUM ILMU GULMA

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU GULMA

ACARA II
PENGARUH KERAPATAN POPULASI GULMA TEKI TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI

OLEH:
Nama

:

1.
2.

Neli Kemala Dewi
NIM: C1M013141
Ni Nyoman Diah K.
NIM: C1M013144

Kelompok:


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
ACARA II

PENGARUH KERAPATAN POPULASI GULMA TEKI TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI
A. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kerapatan (populasi) gulma terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai
B. Tinjauan Pustaka :
Peranan Manusia terhadap Ekologi Gulma
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan
tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar
tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif
untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap
gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu
diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam
pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas (Johnny M, 2006).

Ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah
beradaptasi dan memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Karena
gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya
maka gulma memiliki beberapa sifat diantaranya: (1) mampu berkecambah dan
tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit, biji tidak mati dan mengalami
dorman apabila lingkungan kurang baik untuk pertumbuhannya, (2) tumbuh dengan
cepat dan mempunyai pelipat gandaan yang relatif singkat apabila kondisi
menguntungkan, (3) dapat mengurangi hasil tanaman budidaya dalam populasi
sedikit, (4) mampu berbunga dan berbiji banyak, (5) mampu tumbuh dan berkembang
dengan cepat, terutama yang berkembang biak secara vegetatif (Mercado, 1979).
Kompetisi antara Gulma - Tanaman dan Pengaruhnya terhadap Produksi
Tanaman
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

kedelai yang dikenal sekarang kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Berasal dari daerah
Manshukuo (Cina Utara), di Indonesia, dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai
tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal
dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria : Jepang (Asia Timur) dan
negara-negara lain di Amerika dan Afrika. (AAK,1989).

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki
yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak
langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya
karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air.
Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologi,
habitat, dan bentuk pertumbuhanya (Gupta, 1984).
Kompetisi diartikan sebagai perjuangan antara dua organisme atau lebih
dalam memperebutkan objek yang sama. Gulma maupun tanaman mempunyai
keperluan dasar yang sama untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, baik
terhadap unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi
bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman merupakan
persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda,
sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan
persaingan intra spesifik (Anonim, 2014).
Derajat persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma
jenis gulma, varietas tanaman dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda
mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi
dan fisiologi yang berbeda. Sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan
hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun

(Tjitrosoedirdo et al. 1984).
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada
bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman.

Penurunan

kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman
dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan
udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan tanaman
yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun.

Besarnya penurunan hasil

tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan
gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan hasil
akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga dapat menurunkan kualitas
hasil pertanian akibat tercampurnya biji-biji gulma dengan hasil panen pada saat
panen maupun akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktu pengolahan hasil.
Sebagai contoh, biji gulma Ambrosia sp., Brassica sp.,dan Agrostemma githag bila
tercampur sewaktu pengolahan biji gandum akan menyebabkan bau dan rasa tepung

tidak enak dan tidak disukai sehingga menyebabkan harga menurun (Anonim, 2013).

C. Tempat dan Tanggal Praktikum: Praktikum tentang Kompetisi ini dilaksanakan
di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNRAM pada hari Sabtu 2015 pukul
16.00-18.00 WITA.
D. Bahan dan Alat Praktikum: Benih tanaman kedelai, umbi gulma teki, tanah,
polibag, kertas label, dan alat tulis menulis.

E. Prosedur Kerja:
1. Dimasukkan tanah ke dalam polybag sampai ketinggian 4 cm dari bibir polybag.
2. Disemaikan jumlah umbi biji gulma teki sesuai perlakuan (G0, G2, G4 dan G6)
pada 4 hari sebelum benih tanaman kacang kedelai disemaikan. Benih tanaman
kacang kedelai ditanam sebanyak 2 biji.
3. Dilakukan penyiraman sesuai keadaan dan dalam takaran yang sama untuk
menjaga kelembaban tanah.
Pengamatan :

1. Ukur tinggi tanaman
2. Hitung jumlah daun
3. Hitung jumlah anakan (siung) per rumpun (pot)

4. Timbang berat segar seluruh siung per rumpun
5. Hitung jumlah anakan (umbi teki) per pot
6. Timbang berat brangkasan basah seluruh teki per pot
F. Hasil Pengamatan
DATA PRAKTIKUM : KOMPETISI ANTARA TANAMAN KEDELAI VS TEKI
Percobaan Aditif
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan (siung), berat segar
siung
Tinggi
Jumlah anakan
Berat segar
Jumlah
Perlakuan
tanaman
(siung) per
siung per
daun (helai)
(cm)
rumpun
rumpun (g)

G0
22,71
105,00
8,50
200,55
G2

25,32

90,00

7,60

182,25

G4

23,48

75,00


5,20

145,81

G6

20,03

54,00

3,30

120,73

Retata tinggi tanaman kacang kedelai pada perlakuan G0 yaitu 22,71 cm,
perlakuan G2 yaitu 25,32 cm, perlakuan G4 yaitu 23,48 cm, dan perlakuan G6 yaitu
20,03 cm. Rerata jumlah daun kedelai pada perlakuan G0 yaitu 105,00, perlakuan G2
yaitu 90,00, perlakuan G4 yaitu 75,00, dan perlakuan G6 yaitu 54,00. Rerata jumlah
anakan (suing) per rumpun tanaman kacang kedelai pada perlakuan G0 yaitu 8,50,

perlakuan G2 yaitu 7,60, perlakuan G4 yaitu 5,20, dan perlakuan G6 yaitu 3,30. Dan
rerata berat segar siung per rumpun tanaman kacang kedelai pada perlakuan G0 yaitu
200,55 gram, perlakuan G2 yaitu 200,55 gram, perlakuan G4 yaitu 145,81 gram, dan
perlakuan G6 yaitu 120,73 gram.

Tabel 2. Rerata jumlah anakan (umbi) dan berat brangkasan basah teki per pot
Perlakuan
Jumlah anakan (umbi) teki Berat brangkasan basah teki (g)
G0
9,00
135,42
G2
G4
G6

10,00
147,82
13,00
152,27
15,00

160,76
Rerata jumlah anakan (umbi) teki per pot pada perlakuan G0 yaitu 9,00 umbi,

pada perlakuan G2 yaitu 10,00 umbi, pada perlakuan G4 yaitu 13,00 umbi dan pada
perlakuan G6 yaitu 15,00 umbi. Dan untuk rerata berat brangkasan basah teki per pot
pada perlakuan G0 yaitu 135,42 gram, pada perlakuan G2 yaitu 147,82 gram, pada
perlakuan G4 yaitu 152,27 gram dan pada perlakuan G6 yaitu 160,76 gram.
Catatan :
G0 = 1 tanaman, 0 teki
G2 = 1 tanaman, 2 teki
G4 = 1 tanaman, 4 teki
G6 = 1 tanaman, 6 teki
Percobaan Subtitusi
Table 3. Rerata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan (siung), berat segar
siung
Tinggi
Jumlah anakan
Berat segar
Jumlah
Perlakuan

tanaman
(siung) per
siung per
daun (helai)
(cm)
rumpun
rumpun (g)
G0T6
25,31
79,15
4,37
133,17
G2T4

26,62

87,13

5,62

142,21

G4T2

27,86

75,72

6,25

147,41

G6T0

0,00

0,00

0,00

0,00

Retata tinggi tanaman kacang kedelai pada perlakuan G0T6 yaitu 25,31 cm,
perlakuan G2T4 yaitu 26,62 cm, perlakuan G4T2 yaitu 27,86cm, dan perlakuan G6T0
yaitu 0,00 cm. Rerata jumlah daun kedelai pada perlakuan G0T6 yaitu 79,15,
perlakuan G2T4 yaitu 87,13, perlakuan G4T2 yaitu 75,72, dan perlakuan G6T0 yaitu

0,00. Rerata jumlah anakan (suing) per rumpun tanaman kacang kedelai pada
perlakuan G0T6 yaitu 4,37, perlakuan G2T4 yaitu 5,62, perlakuan G4T2 yaitu 6,25,
dan perlakuan G6T0 yaitu 0,00. Dan rerata berat segar siung per rumpun tanaman
kacang kedelai pada perlakuan G0T6 yaitu 133,17 gram, perlakuan G2T4 yaitu
142,21 gram, perlakuan G4T2 yaitu 147,41 gram, dan perlakuan G6T0 yaitu 0,00
gram.
Tabel 4. Rerata jumlah anakan (umbi) dan berat brangkasan basah teki per pot
Perlakuan
G0T6

Jumlah anakan (umbi) teki
0,00

Berat brangkasan basah teki (g)
0,00

G2T4

10,00

117,82

G4T2

14,00

142,27

G6T0

25,00

190,27

Rerata jumlah anakan (umbi) teki per pot pada perlakuan G0T6 yaitu 0,00
umbi, pada perlakuan G2T4 yaitu 10,00 umbi, pada perlakuan G4T2 yaitu 14,00
umbi dan pada perlakuan G6T0 yaitu 25,00 umbi. Dan untuk rerata berat brangkasan
basah teki per pot pada perlakuan G0T6 yaitu 0,00 gram, pada perlakuan G2T4 yaitu
117,82gram, pada perlakuan G4T2 yaitu 142,27 gram dan pada perlakuan G6T0
yaitu 190,27 gram.
Catatan :
G0T6 = 0 teki, 6 tanaman
G2T4 = 2 teki, 4 tanaman
G4T2 = 4 teki, 2 tanaman
G6T0 = 6 teki, 0 tanaman

G. Pembahasan
Praktikum pengaruh kerapatan populasi gulma teki terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai ini dirancang dengan model aditif, dan model subtitusi. Tujuannya
yaitu mengetahui kemampuan satu atau beberapa jenis gulma dalam bersaing dengan
tanaman. Digunakan 4 perlakuan pada model aditif dan model subtitusi yaitu model
aditif menanam kacang kedelai tanpa gulma teki (G0), kacang kedelai dengan 2
gulma teki (G2), kacang kedelai dengan 4 gulma teki (G4) dan kacang kedelai dengan
6 gulma teki (G6), yang masing-masing terdiri dari 4 ulangan. Dan untuk model
subtitusi yaitu 0 teki, 6 tanaman (G0T6), 2 teki, 4 tanaman (G2T4), 4 teki, 2 tanaman
(G4T2), dan 6 teki, 0 tanaman (G6T0).
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil rerata tinggi tanaman, jumlah
daun, berat brangkasan basah kacang kedelai, serta jumlah anakan (umbi) dan berat
brangkasan basah teki pada setiap perlakuan berbeda. Untuk model Aditif rerata tinggi
tanaman kacang kedelai pada perlakuan G2 yang paling tinggi tanamannya yaitu
25,32cm dan untuk tinggi tanaman yang paling rendah G6 yaitu 20,03 cm. Rerata
jumlah daun tanaman kacang kedelai yang paling banyak yaitu 105,00 daun yaitu pada
perlakuan G0 sedangkan rerata jumlah daun yang paling sedikit yaitu 54,00 pada
perlakuan G6. Rerata jumlah anakan per rumpun pada tanaman kacang kedelai yang
paling banyak pada perlakuan G0 yaitu 8,50 sedangkan rerata jumlah anakan per
rumpun tanaman kacang kedelai yang paling sedikit pada perlakuan G6 yaitu 3,30.
Dan untuk rerata berat segar siung per rumpun tanaman kedelai yang paling berat yaitu
200,55 gram pada perlakuan G0 sedangkan berat segar suing per rumpun tanaman
kacang kedelai yang paling ringan yaitu 120,73 gram pada perlakuan G6. Dan untuk
rerata jumlah anakan teki per pot pada model Aditif yang paling banyak yaitu 15,00
pada perlakuan G6 sedangkan yang paling sedikit yaitu 9,00 pada perlakuan G0.
Rerata berat brangkasan basah teki yang paling berat yaitu 160,76 gram pada
perlakuan G6 sedangkan untuk rerata berat brangkasan berat teki yang paling ringan
yaitu 135,42 gram pada perlakuan G0. Berdasarkan hasil praktikum kompetisi tanaman

kacang kedelai vs teki model Aditif diketahui semakin banyak gulma maka semakin
besar kompetisi antara tanaman kacang kedelai dengan teki. Jika teki semakin banyak
maka unsure hara, dan air semakin banyak untuk teki. Hal ini bisa diketahui pada
perlakuan G6 rerata tinggi tanaman kacang kedelai, jumlah daun tanaman kacang
kedelai, jumlah anakan tanaman kacang kedelai, dan berat segar tanaman kacang
kedelai memiliki nilai yang terrendah dibandingkan pada perlakuan G0, G2, dan G4.
Dan bisa diketahui pada perlakuan G6 jumlah anakan teki dan berat brangkasan basah
pada teki perpot yang paling banyak nilainya. Hal ini disebabkan karena jumlah
tanaman teki yang paling banyak perpot yaitu pada perlakuan G6 (1 tanaman, 6 teki).
Dan untuk model subtitusi rerata tinggi tanaman kacang kedelai yang paling
tinggi yaitu 27,86 cm pada perlakuan G4T2, pada perlakuan G2T4 yaitu 26,62 cm,
pada perlakuan G0T6 yaitu 25,31, dan rerata tinggi tanaman kacang kedelai pada
perlakuan G6T0 yaitu 0,00. Rerata jumlah daun yang paling banyak yaitu 87,13 pada
perlakuan G2T4, pada perlakuan G0T6 yaitu 79,15, perlakuan G4T2 yaitu 75,72 dan
untuk perlakuan G6T0 yaitu 0,00. Rerata jumlah anakan (suing) per-rumpun pada
tanaman kacang kedelai yang paling banyak yaitu 6,25 pada perlakuan G4T2, pada
perlakuan G2T4 yaitu 5,62, pada perlakuan G0T6 yaitu 4,37 dan untuk perlakuan
G6T0 yaitu 0,00. Rerata segar per-rumpun pada tanaman yang paling berat yaitu
147,41 gram pada perlakuan G4T2, pada perlakuan G2T4 memiliki berat sebesar
142,21 gram, pada perlakuan G0T6 memiliki berat sebesar 133,17, dan untuk
perlakuan G6T0 yaitu 0,00 gram. Dan untuk rerata jumlah anakan teki perpot yang
paling banyak yaitu 25,00 pada perlakuan G6T0, pada perlakuan G4T2 yaitu 14,00,
pada perlakuan G2T4 yaitu 10,00 dan untuk perlakuan G0T6 yaitu 0,00. Rerata beray
brangkasan basah teki yang paling berat yaitu 190,27 gram, perlakuan G4T2 yaitu
142,27 gram, perlakuan G2T4 yatu 117,82 gram, dan untuk perlakuan G0T6 yaitu 0,00
gram. Berdasarkan hasil praktikum model subtitusi diketahui pada perlakuan G6T0
dan perlakuan G0T6 tidak terjadi kompetisi, hal ini disebabkan karena di dalam
polibag hanya ditanam satu jenis tanaman saja. Sedangkan untuk perlakuan G2T4 dan
perlakuan G4T2 terjadi kompetisi, hal ini disebabkan karena didalam polibag ditanam

dua jenis tanaman yaitu tanaman kacang kedelai dan teki. Jika tidak terjadi kompetisi
maka tanaman akan mendapatkan unsure hara, air, cahaya matahari, dan tempat
tumbuh yang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman. Perbedaan hasil ini disebabkan
karena tingkat persaingan atau kompetisi antara gulma dengan kedelai berbeda. Pada
dasarnya gulma maupun tanaman memerlukan unsur-unsur yang sama untuk dapat
tumbuh dan berkembang secara normal, seperti unsur hara, air, cahaya, ruang tumbuh
dan CO2. Apabila unsur-unsur tersebut ketersediaannya kurang maka terjadi persaingan
antara tanaman dan gulma dalam memperolehnya.
Derajat persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma
jenis gulma, varietas tanaman dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda
mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi
dan fisiologi yang berbeda. Sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan
hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun
(Tjitrosoedirdo et al. 1984).

H. Kesimpulan
1. Kompetisi antara tanaman kacang kedelai dengan gulma teki terjadi dalam
memperebutkan unsur-unsur yang akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Pada perlakuan G6T0 dan perlakuan G0T6 tidak terjadi kompetisi karena
hanya 1 jenis tanaman yang ditanam di dalam polibag.
3. Semakin banyak tanaman yang ditanam di dalam polibag maka semakin besar
derajat kompetisi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

AAK,1989. Tanaman Kedelai. PT. Gramedia. Jakarta.
Anonim,2013. Penuntun Praktikum Ilmu Gulma. Team Pembimbing Praktikum Ilmu
Gulma Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Anonim,2014. Penuntun Praktikum Ilmu Gulma. Team Pembimbing Praktikum Ilmu
Gulma Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Gupta,1984. Identifikasi Gulma. Yogyakarta. Hal 4-5
Johnny, M. 2006. Dasar-Dasar Mata Kuliah Gulma. http://staff.unud.ac.id/%
7Emartin_joni/wp- content/upload Diakses pada tanggal 20 Desember 2015.
Mercado,1979. Ekologi Gulma. PT. Nusa Indah. Bogor.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo & J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta.

Grafik 1. Hubungan jumlah gulma terhadap pertumbuhan tanaman kedelai model
aditif

Grafik 2. Hubungan jumlah gulma terhadap pertumbuhan tanaman kedelai model
subtitusi